Anda di halaman 1dari 9

KASUS

BAB III & BAB IV

ETIKA BISNIS

Nama Kelompok :

Anak Agung Putri Mahayuni

I Gusti Agung Ajeng Nawang Ratih

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
Kasus :

Jalan Pintas Menuju Laba

Kita pernah mendengar kasus pemakaian formalin pada makanan,


penggunaan pewarna tekstil untuk makanan dan minuman, dan pembuatan sambal
terasi dengan memakai belatung busuk. Dalam kasus-kasus tersebut terlihat jelas
bagaimana perusahaan bersedia melakukan apa saja demi laba, wajar
berkesimpulan bahwa didalam bisnis, satu-satunya yang diperlukan hanyalah
bersikap baik dan sopan kepada para pemegang saham. Memang harus diakui
kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan maksimal untuk para
shareholders-nya. Fokus tersebut membuat perusahaan yang berpikiran jangka
pendek berupaya dengan segala cara melakukan apa saja untuk menaikkan
keuntungan. Tekanan kompetisi karena globalisasi dan konsumen yang semakin
rewel sering dijadikan alsan (sumber: It Pin, Pemerhati Inovasi dan Holistic
Business Thinking, 2007)

Pertanyaan:

1. Mengapa pandangan yang memaklumi diutamakannya kepentingan


shareholders bisa tumbuh subur?
2. Apakah kepentingan shareholders memang satu-satunya alasan keberadaan
perusahaan?
3. Dengan melakukan jalan pintas, maka kinerja manajemen dimata shareholders
menjadi lebih baik. benarkah pernyataan ini?
4. Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu
mencapai laba yang tinggi. Adakah pandangan dari sudut lain yang perlu
dipertimbangkan dalam berbisnis?

Pembahasan:

1. Pandangan yang memaklumi diutamakannya kepentingan shareholders


Shareholders atau stockholders paradigm merupakan sebuah paradigma
dimana Chief Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan
pemegang saham. Pihak manajemen sebagai pemegang mandat (agency)
berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya untuk menyenangkan dan
meningkatkan kemakmuran pemegang saham (principal).
Paradigma ini tumbuh subur di masyarakat karena sebagaian besar
investor menganggap bahwa mereka adalah penerima risiko terbesar didalam
suatu perusahaan seperti kebangkrutan. Risiko yang besar secara tidak
langsung mengakibatkan investor menekan kinerja manajemen untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tekanan yang diterima manajemen
mendorong dilakukannya tindakan melanggar hukum maupun etika.
Keuntungan merupakan salah satu kriteria baik buruknya kinerja suatu
perusahaan. Namun, dengan menggunakan “jalan pintas menuju laba”
keuntungan tersebut akan hanya bersifat jangka pendek. Manajemen akan
menempuh cara-cara “kotor” yang tentunya berlawanan dengan prinsip moral
hakikat bisnis yaitu mengorbankan atau merugikan pihak lain.
Sehingga sebaiknya perusahaan mengganti tujuan atau paradigma tersebut
menjadi “memaksimalkan nilai perusahaan” yang bersifat jangka panjang.
Nilai dari perusahaan mencerminkan nilai dari laba yang diperoleh dan
diharapkan pada masa yang akan datang dengan memperhitungkan tingkat
risiko dan tingkat bunga. Tujuan tersebut akan mengubah langkah-langkah
strategis yang dilakukan manajemen untuk bertahan dalam jangka panjang.

2. Kepentingan shareholders sebagai alasan keberadaan perusahaan


Pandangan shareholders atau stockholders paradigm membuat seakan-
akan pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi
kelangsungan hidup di perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan
evaluasi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek
finansial. Shareholders dan stakeholders memiliki kepentingan yang sama,
tanpa adanya stakeholders maka modal yang yang ditanamkan oleh
shareholders tidak dapat dikelola untuk menghasilkan keuntungan.
Apabila perusahaan hanya mengutakamakan kepentingan dan
kesejahteraan shareholders, maka terdapat kemungkinan kinerja stakeholders
akan mengalami penurunan seiring waktu. Tanpa adanya kesinambungan antar
berbagai pihak shareholders maupun stakeholders, perusahaan akan jatuh pada
siklus hidup yang pendek dan mengalami krisis yang sulit diatasi sehingga
mengalami kebangkrutan.

3. Kinerja manajemen dimata shareholders dengan jalan pintas


Pandangan shareholders atau stockholders paradigm menyebabkan
prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal
ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar
keuntungan. Tindakan demikian menyebabkan adanya pihak-pihak lain yang
dirugikan. Sebagian besar shareholders akan lebih mudah menilai suatu
perusahaan atau kinerja manajemen berdasarkan laporan laba rugi perusahaan.
Kinerja dari para stakeholders merupakan hal yang sulit diukur karena bersifat
jangka panjang. Sebagian besar shareholders juga tidak mengetahui bagaimana
sistem di suatu perusahaan itu berjalan, bagaimana hubungan antar
stakeholders dan yang lainnya yang bersifat internal perusahaan. Sehingga,
shareholders hanya mengandalkan laporan keuangan laba rugi untuk menilai
kinerja didalam suatu perusahaan.

4. Pandangan dari sudut lain yang perlu dipertimbangkan dalam berbisnis


Berdasarkan sudut pandang ekonomi, bisnis adalah salah satu kegiatan
ekonomis, tukar-menukar, memproduksi-memasarkan, bekerja-
mempekerjakan, dan interaksi manusiawi lainnya dengan maksud memperoleh
untung. Namun, terdapat juga pandangan dari berbagai sudut lain yaitu:
a. Sudut pandang moral, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan
tidak mengobarkan/merugikan pihak lain. Bisnis yang baik bukan saja
bisnis yang menguntungkan, melainkan juga bisni yang baik secara moral.
b. Sudut pandang hukum, bisnis yang baik berarti bisnis tersebut patuh
terhadap hukum. Peraturan hukum merupakan kristalisasi atau pengendapan
dari keyakinan moral. Hukum merupakan sudut pandang normatif karena
menetapkan apa yang boleh dan tidak noleh dilakukan.
Kasus :

Elektronik Ilegal Kuasai 40 persen

Peluang elektronik ilegal asal China dan Singapura diperkirakan


menguasai 40 persen pasar elektronik di Indonesia. Barang elektronik selundupan
dan palsu itu didatangkan langsung dari China atau melalui Singapura. Untuk
mengatasinya, pemerintah perlu menegakkan hukum dengan tegas. Hal itu
terungkap dalam seminar “Industri Elektronika Nasional” di Jakarta, Senin
(11/12/2006). “Masalah serius yang dihadapi industri elektronika saat ini adalah
banyaknya barang ilegal yang masuk ke pasar domestik” ungkap Abdul Wahid,
Direktur Industri Elektronika Departemen Perindustrian. Banyaknya volume
barang elektronika ilegal yang beredar di pasar menghambat pertumbuhan volume
permintaan barang elektronika domestik. (Sumber: Indo Pos, 12/12/06)

Pertanyaan:

1. Sebutkan pihak-pihak di Indonesia yang berperan dalam penyelundupan barang


ilegal dan palsu ke Indonesia! Pihak mana yang paling berperan?
2. Apakah konsumen di Indonesia diuntungkan atau dirugikan oleh masuknya
barang ilegal dan palsu?
3. Sebutkan dampak negatif masuknya barang ilegal dan palsu tersebut bagi
industri elektronika di Indonesia!
4. Di antara Cina, Singapura, dan Indonesia dalam kasus ini, negara manakah
yang terlihat paling buruk citranya di mata internasional? Mengapa?

Pembahasan:

1. Pihak-pihak di Indonesia yang berperan dalam penyelundupan barang


ilegal dan palsu ke indonesia
Pihak-pihak di Indonesia yang berperan dalam penyelundupan barang
ilegal dan palsu ke indonesia antara lain:
a. Aparat di berbagai akses masuk dan keluar barang-barang selundupan
seperti: pelabuhan, bandara, dan pos perbatasan darat.
b. Oknum yang membuat pelabuhan-pelauhan liar
c. Petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
d. Aparat keamanan (contoh: TNI AL, TNI AD, TNI AU) sebagai pertahanan
di kawasan perbatasan
e. Distributor barang selundupan

Secara umum, seluruh pihak yang telah disebutkan memiliki peran yang
sama penting. Namun, peran yang paling berpengaruh didalam kelancaran
transaksi atau distribusi barang selundupan adalah Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai sebagai pihak yang meloloskan barang hasil selundupan. Suap menyuap
atau ‘kerjasama’ antara pelaku penyelundupan dan oknum aparat sering terjadi
didalam fenomena ‘pasar gelap’ atau blackmarket. Penyelundup dengan mudah
memasok barang-barang ilegal dengan pemalsuan dokumen yang selanjutnya
diloloskan oleh oknum aparat bea cukai. Maka dari sinilah tampak keburukan-
keburukan moral dari individu aparatur sehingga terjadi praktek-praktek
ekonomi ilegal yang merugikan negara hingga milyaran rupiah setiap
tahunnya.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunya fungsi optimize reveneu


collection in customs and excise yang juga merupakan penjaga pintu gerbang
negara, berupaya mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea
masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. Melalui
misinya sebagai guard Indonesia’s borders and community from smuggling
and ilegal trading, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menjaga perbatasan
untuk mencegah masuknya barang-barang selundupan ke Indonesia.
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura telah menandatangani
Perjanjian tentang Kerangka Kerja Sama Keamanan (Agreement between the
Republic of Indonesia and Singapore on the Framework for Security
Cooperation) pada tanggal 13 November 2006 di Mataram, Lombok, Nusa
Tengara Barat.
2. Konsumen di Indonesia diuntungkan oleh masuknya barang ilegal dan
palsu
Tindak pidana penyelundupan disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya faktor geografis, pasar produksi dan masyarakat. Masyarakat sebagai
pihak yang mengkonsumsi barang ilegal atau palsu mendapatkan keuntungan
karena harga barang yang didapatkan dari produk ilegal atau palsu lebih murah
dibandingkan dengan produk legal atau asli. Barang hasil penyelundupan tidak
melalui proses hukum sehingga tidak ada biaya untuk pajak.
Namun, terdapat beberapa kasus produk elektronik ilegal atau palsu yang
beredar merupakan produk dengan kualitas yang rendah sehingga rentan
kerusakan. Barag-barang tersebut biasanya merupakan barang hasil recognisi
atau barang lama yang “diperbarui” kembali. Sehingga diperlukan adanya
kerjasama serta koordinasi antara sesama aparat keamanan guna menciptakan
perdagangan yang kondusif, meningkatkan keamanan konsumen dan
pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan lintas negara yang sehat dan bersih
dari suap menyuap maupun praktek ilegalitas

3. Dampak negatif masuknya barang ilegal dan palsu tersebut bagi industri
elektronika di Indonesia
Praktik pemasukan barang impor secara ilegal atau tindak pidana
penyelundupan yang tidak memenuhi ketentuan dalam peraturan
perundangundangan bidang kepabeanan ke dalam wilayah Republik Indonesia
merupakan penyelundupan produk yang terkena ketentuan larangan dan
pembatasan. Sehingga, tindak pidana penyelundupan barang impor akan sangat
merugikan pemerintah dari segi pendapatan negara maupun sangat meresahkan
masyarakat dari segi stabilitas ekonomi.
Perbuatan penyelundupan ini menimbulkan pengaruh yang sangat negatif
terhadap beberapa segi dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara, baik
secara langsung yang mengakibatkan kerugian dalam penerimaan negara dari
bea masuk serta pungutan-pungutan lain yang seharusnya diterima oleh
pemerintah melalui Dirjen Bea dan Cukai, maupun kerugian yang tidak
langsung yaitu mengakibatkan kemacetan atau hambatan produksi dalam
negeri sehingga merugikan pihak-pihak pelaku ekonomi dalam negeri.
Kondisi tersebut diperparah dengan sikap masyarakat yang cenderung
lebih menyukai produk luar negeri dibandingkan dengan produk lokal. Hal ini
juga yang menimbulkan kesempatan atau peluang yang merangsang atau
kehendak dari para importir di Indonesia maupun eksportir di luar negeri untuk
melakukan perbuatan melawan hukum menyelundupan barang ke Indonesia.
Keadaan ini mendukung semakin terpuruknya industri elektronika di Indonesia

4. Negara yang terlihat paling buruk citranya di mata internasional


Diantara Negara Cina, Singapura, dan Indonesia dalam kasus ini, negara
yang terlihat paling buruk citranya di mata internasional adalah Negara Cina.
Negara Cina sebagai produsen utama produk ilegal atau palsu membuka
peluang bagi seluruh oknum-oknum mulai dari distributor sampai pedagang
untuk melakukan tindakan melanggar hukum. Dimata Internasional, Negara
China selama bertahun-tahun dikenal sebagai negara dengan produksi barang
palsu terbesar.
DAFTAR PUSTAKA

SutrisnaDewi, 2011, Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi dan Kasus,


Cetakan Pertaman, Udayana University Press, Denpasar.

http://repository.unpas.ac.id/27949/4/BAB%20II.pdf

http://www.neraca.co.id/article/5441/mensinergikan-kepentingan-
shareholder-stakeholder

Anda mungkin juga menyukai