Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Nur Fadhillah

Kelas : A
NIM : 4117081

TUGAS PENGGANTI UAS ETIKA BISNIS ISLAM


ANALISIS STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS DALAM LAYANAN
KEUANGAN BERBASIS FINTECH

Profil Otoritas Jasa Keuangan


OJK adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan. OJK didirikan menggantikan penggantikan peran Bapepam-LK
dalam pengaturan dan pengawasan pasar modaldan lembaga keuangan, serta
menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta
untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan.
Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu
melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya
saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional.
Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan
kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
globalisasi. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik,
yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan
kewajaran (fairness).1

1
https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx diakses pada tanggal 17 Desember pukul
15.08 WIB
Layanan Keuangan (financial technology/fintech)
Financial technology/FinTech merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan
dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi
moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan membawa
sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan
pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.
FinTech muncul seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini
didominasi oleh pengguna teknologi informasi tuntutan hidup yang serba cepat.
Dengan FinTech, permasalahan dalam transaksi jual-beli dan pembayaran seperti
tidak sempat mencari barang ke tempat perbelanjaan, ke bank/ATM untuk
mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat karena pelayanan yang
kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan kata lain, FinTech membantu
transaksi jual beli dan sistem pembayaran menjadi lebih efisien dan ekonomis namun
tetap efektif.2

Permasalahan
Di zaman yang serba modern seperti ssat ini mengaplikasian layanan
keuangan sudah sangat mudah. Kemudahan akses tersebut banyak yang
mneyelahgunakan sehingga terjadi banyak kasus yang menimpa nasabah itu sendiri.
Mulai dari penipuan hingga cara penagihan yang kerap dianggap kurang manusiawi.
Oleh sebab itu OJK selaku pihak yang terkait dan beranggungjawab sebagai otoritas
pengawasan dalam jasa keuangan akan memberikan sanksi tegas berupa penutupan
fintech apabila ada yang melanggar kode etik yang telah ditentukan.

2
https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/
default.aspx diakses pada tanggal 17 Desember 2019 pukul 15.13 WIB
Analisis Masalah
Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan
nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada
kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai etik,
moral, susila atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi
yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan
cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat
manusia seutuhnya.3
Asosiasi Fintech Indonesia ( Aftech) resmi meluncurkan Pedoman Perilaku
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI) yang
Bertanggung Jawab (Code of Conduct for Responsible Lending). Code of conduct
atau kode etik itu diluncurkan setelah ditandatangani lebih dari 43 pelaku usaha
fintech yang tergabung dalam Aftech pada awal Agustus lalu.
Terdapat tiga acuan yang menjadi prinsip dasar dalam mengembangkan
Pedoman Perilaku Layanan Pinjam Meminjam Daring yang Bertanggung Jawab ini.
Pertama, transparansi produk dan metode penawaran. Penyelenggara wajib
mencantumkan seluruh biaya yang timbul dari hutang, termasuk biaya yang timbul di
muka, bunga, biaya keterlambatan, dan Iainnya.Kedua, lanjut Adrian, adalah
pencegahan pinjaman berlebih. Dengan acuan tersebut, pelaku usaha fintech
menawarkan pinjaman yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
ketahanan ekonomi konsumen, bukan untuk menjerumuskan ke jeratan hutang. Acuan
ketiga adalah, perusahaan fintech harus melaksanakan prinsip itikad baik terkait
praktik penawaran.
Menurut saya pribadi, dengan adanya pengeluaran kode etik tersebut
seharusnya meminimalisasi berbagai pelanggaran yang terjadi pada konsumen atau
nasabah fintech. Ditambah kebijakan yang dikeluarkan oleh OJK yang akan menutup
usaha fintech yang melakukan pelanggaran. Selain solusi diatas, akan lebih baik jika
penggunaan fintech menggunakan layanan keuangan yang berbasis syaruah seperti,
bank, asuransi, atau pasar modal syariah. Sehingga lebih aman karena menggunakan
prinsip-prinsip syariah yang mengutamakan kesejahteraan nasabah.

Kesimpulan
3
Erli Juliyani, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016, hlm. 171
Dalam kehidupan yang meimiliki kemajuan teknologi seperti saat ini, etika
bisnis sangat diperlukan sekali. Karena dengan memiliki etiki bisnis dalam
menjalankan suatu perusahaan maka akan mengurangi hal-hal yang merugikan baik
bagi perushaan, nasabahnya, penanggungjawabnya dalam hal ini pemerintah, maupun
lingkungan eksternal perusahaan sehingga tidak ada korban. Tetapi jika suatu
perusahaan tidak dapat menerapkan etika bisnis dengan baik maka akan terjadi sebuah
masalah yang merugikan salah satu pihak. Seperti pada kasus yang dibahas sangat
merugikan pihak konsumen atau nasabah serta menjadikan citra sebuah perusahaan
atau layanan keuangan (FinTech) menjadi buruk di mata masyrakat.
Pentingnya menerapkan etika tersebut menjadi salah satu urgensi adanya etika
bisnis islam yang mana dalam islam menjadi sebuah dasar jika berbisnis atau berniaga
harus mementingkan kepentingan umum, dan kesejahteraan bersama. Tidak hanya
semata-mata untuk meraup keuntungan yang sebanyk-banyaknya.

Daftar Pustaka
Erli Juliyani, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret

2016, hlm. 171

https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/

fintech/Pages/default.aspx diakses pada tanggal 17 Desember 2019 pukul 15.13 WIB

https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx diakses pada tanggal 17

Desember pukul 15.08 WIB

Merdeka.com https://www.liputan6.com/bisnis/read/4069418/ojk-langsung-tutup-

perusahaan-fintech-yang-langgar-kode-etik

Anda mungkin juga menyukai