Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BISNIS PADA KUALITAS LAYANAN FINANCIAL TECHNOLOGY

(FINTECH)

Widya Lestari1), Rahmat Febrianto2), Erna Widiastuty2)


2220532002_widya@student.unand.ac.id
1
Mahasiswa Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas.
2
Dosen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas.

ABSTRACT
The development of science and technology is currently affecting the public in obtaining
information. One of the technological developments in the financial sector is the
adaptation of Financial Technology. Financial Technology makes the financial
transaction process safer and more practical. This study uses qualitative research
methods and data collection techniques with a literature study approach. The Financial
Services Authority and Bank Indonesia enforce several regulations governing fintech
services. One of them is that fintech companies must meet the needs of society in the
financial sector. Fintech is required to maintain the confidentiality, integrity and
availability of customer personal data. With the implementation of good fintech
regulations, the quality of services provided will increase.
Keywords: Business Ethics, Service Quality, Financial Technology

ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mempengaruhi masyarakat
dalam memperoleh informasi. Salah satu perkembangan teknologi dalam bidang
keuangan adalah adaptasi Financial Technology. Financial Technology mewujudkan
proses transaksi keuangan yang lebih aman dan praktis. Penelitian ini menggunakan
metoda penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan pendekatan studi
literatur. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia memberlakukan beberapa regulasi
yang mengatur tentang layanan fintech. salah satunya yaitu perusahaan fintech harus
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang keuangan. Fintech wajib menjaga
kerahasiaan, keutuhan dan ketersediaan data pribadi nasabah. Dengan penerapan
regulasi fintech yang baik, maka kuliatas layanan yang diberikan akan meningkat.
Kata Kunci: Etika Bisnis, Kualitas Layanan, Financial Technology
1. PENDAHULUAN

Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
semakin berkembang sehingga mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya perkembangan ini, masyarakat dapat dengan mudah memperoleh
informasi baik berupa keuangan maupun non-keuangan. Salah satu perkembangan
teknologi dalam bidang keuangan adalah adaptasi Financial Technology (Fintech).

Bank Indonesia (BI), menyatakan bahwa Financial Technology merupakan


sinergi jasa keuangan dan teknologi. Fintech dapat mengkonversikan model bisnis
keuangan konvensional menjadi bisnis keuangan moderat. Sedangkan menurut The
National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu bentuk inovasi
pada sektor finansial. Inovasi finansial tersebut tentunya tidak lepas dari sentuhan
teknologi modern. Kehadiran Financial Technology dapat mewujudkan proses transaksi
keuangan yang lebih aman dan praktis (Nugroho, 2022).

Kehadiran Financial Technology dipicu karena adanya berbagai kendala yang


dialami oleh masyarakat pada industri keuangan. Kendala tersebut antara lain adalah
regulasi yang ketat dan terbatasnya pelayanan industri untuk melayani masyarakat di
wilayah tertentu (Harris et al., 2022). Sedangkan Chrismastianto (2017),
mengemukakan bahwa keterbatasan pelayanan khususnya di wilayah 3T (Terdepan,
Terluar, dan Terpencil) hingga kini masih menjadi kesulitan yang terus dihadapi.
Masyarakat di daerah terpencil yang tidak dapat dijangkau oleh lembaga perbankan dan
jasa keuangan menjadikan masyarakat tersebut belum mengenal sepenuhnya mengenai
layanan yang diberikan.

Layanan transaksi keuangan yang disediakan oleh fintech dapat berupa aktivitas
payment, clearing, dan settlement. Aktivitas ini berkaitan erat dengan pembayaran
mobile (baik oleh bank maupun lembaga keuangan non-bank), dompet elektronik
(digital wallet), mata uang digital (digital currencies), dan pengguna teknologi kasbuk /
buku besar terdistribusi (Nizar, 2017). Sedangkan Chrismastianto (2017), menyatakan
bahwa layanan digital yang berkembang di Indonesia saat ini adalah payment channel
system, digital banking, online digital insurance, peer-to-peer (P2P) lending, serta
crowd funding.
Pada Rahadi (2020), menjelaskan bahwa untuk mendukung keberadaan
Financial Technology, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan yang
menjadi payung hukum dalam melakukan pengawasan dan pengaturan industri fintech.
Peraturan No.13/PJOK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa
Keuangan. Dimana kegiatan harus diarahkan agar mampu menghasilkan produk yang
dapat dipertanggung jawabkan, memberikan rasa aman, perlindungan konsumen, serta
mengelola resiko dengan baik. Terlepas dari peraturan tersebut, masih terdapatnya
beberapa pelanggaran fintech yang dilakukan oleh entitas.

Dikutip dari Siaran Pers oleh OJK : SP 08/SWI/IX/2020 pada 25 September


2020, mengenai Fintech Lending Ilegal dan Investasi Tanpa Izin. Satgas pada
operasinya kembali menemukan 126 fintech peer-to-peer ilegal, serta 32 entitas
investasi dan 50 perusahaan gadai tanpa izin. 126 Fintech lending ilegal mengenakan
bunga yang tinggi dan jangka waktu pinjaman yang pendek serta menggunakan akses
data pada telepon genggam untuk mengintimidasi saat penagihan. 32 entitas investasi
melakukan penipuan dengan memberikan penawaran imbal hasil yang tinggi dan tidak
wajar, menduplikasi wibsite entitas agar terlihat resmi. Sejak tahun 2019 hingga
Agustus 2020, total entitas gadai ilegal bertambah hingga 143 entitas.

Fenomena atau pelanggaran yang terjadi pada fintech tentunya harus dilakukan
penindakan secara tegas. Dari fenomena tersebut dapat diduga bahwa nilai-nilai dari
etika bisnis dalam dunia bisnis, khususnya pada kualitas pelayanan finansial sudah
mulai luntur. Dengan demikian, penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai etika
bisnis pada kualitas layanan fintech.

1. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Etika Bisnis

Etika dapat diartikan sebagai moral individu yang terkait dengan cara berfikir
mengenai benar atau salah (Sanjaya dan Irwansyah, 2019). Sedangkan pada buku yang
berjudul ‘Etika Bisnis’ oleh Ekasari dan Nurfitriasih (2019), etika merupakan standar
studi moral yang bertujuan untuk menentukan sejauh mana kebenaran didukung oleh
alasan terbaik, sehingga berusaha mencapai kesimpulan mengenai kebenaran dan
kesalahan moral yang baik dan yang jahat. Sementara yang dimaksud dengan etika
bisnis adalah studi mengenai standar moral dan bagaimana standar tersebut dapat
berlaku untuk sistem sosial maupun organisasi.

Menurut penelitian Diputra dan Ningrum (2022), etika bisnis berkaitan dengan
penilaian moral. Moral merupakan bagian penting untuk mempertimbangkan apakah
tindakan manusia baik atau jahat secara moral. Teori konsekuensialis pada penelitian ini
menyatakan bahwa tindakan manusia tunduk pada sudut pandang prinsip kebaikan dan
prinsip atas tindakan yang dilakukan tidak akan memberikan dampak yang merugikan
siapapun.

Pada etika bisnis terdapat prinsip-prinsip etika bisnis yang dijadikan acuan bagi
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut memiliki etika moral sebagai standar kerja
perusahaan. Nugroho (2022), mengatakan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip yang
dapat digunakan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1. Prinsip Ekonomi
Pada prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan bebas memiliki wewenang
dalam memutuskan suatu kebijakan maupun aturan untuk upaya pengembangan
visi perusahaan.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menjadi hal terpenting dalam mendukung tingkat keberhasilan
suatu perusahaan. Perusahaan yang mengutamakan prinsip kejujuran akan
memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat serta mitra kerja
perusahaan tersebut.
3. Prinsip Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat
Prinsip ini masih erat hubungannya dengan nilai kejujuran, karena setiap
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada tingkat
kepercayaan mitra kerjanya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk bersikap
transparan dalam menjalankan tujuan, visi dan misi perusahaan.
4. Prinsip Adil
Prinsip adil ini membantu perusahaan agar selalu bersikap adil kepada para
pihak yang terkait dengan bisnis yang dijalankan, sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Prinsip ini merupakan prinsip dimana harus melakukan penghargaan kepada
orang lain seperti menghargai diri sendiri. Oleh karena itu, seluruh aspek pelaku
bisnis harus mampu menjaga nama baik perusahaan agar eksistensi perusahaan
terjaga.

2.2 Kualitas Layanan

Kualitas layanan merupakan pemenuhan kebutuhan konsumen berdasarkan


tingkat keunggulan dari produk atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan harapan dan
keinginan konsumen (Rohaeni dan Marwa, 2018). Kualitas layanan akan
mempengaruhi seseorang dalam menentukan penggunaan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan. Semakin baik layanan yang diberikan, maka akan semakin besar
kemungkinan pelanggan akan menggunakan jasa tersebut (Harris et al., 2022). Hal ini
diperkuat oleh asumsi pada penelitian Khoiriyah (2019), bahwa tingkat layanan yang
tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi sehingga konsumen akan membeli atau
menggunakan jasa yang ditawarkan secara berulang.

Berdasarkan penelitian oleh Chrismastianto (2017), terdapat dimensi kualitas


layanan. Dimensi tersebut diuraikan sebagai sebrikut:

1. Tangibles, yaitu suatu kemampuan perusahaan dalam memperlihatkan


eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana
maupun prasarana fisik perusahaan serta keadaan lingkungan sekitarnya
merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan. Hal tersebut dapat dilihat
dari fasilitas fisik (gedung, gudang, dll), perlengkapan dan peralatan, serta
penampilan karyawannya.
2. Reliability, yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan sesuian pelayanan
yang dijanjikan secara akurat dan dapat dipercaya. Kinerja yang diberikan harus
sesuai dengan keinginan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan
yang merata tanpa kesalahan, sikap simpatik dengan akurasi yang tinggi.
3. Responsiveness, yaitu keinginan untuk membantu dan melayani secara cepat
(responsif), tepat dan jelas kepada pelanggan.
4. Assurance, yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para karyawan
perusahaan dalam membangkitkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan.
Terdiri dari beberapa komponen: komunikasi, kredibilitas, keamanan,
kompetensi, dan sopan santun.
5. Emphaty, yaitu memberikan perhatian yang tulus kepada pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan
untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai pelanggan, kebutuhan
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu dalam pengoperasian yang
nyaman bagi pelanggan.

2.3 Financial Technology (Fintech)

Financial Technology (Fintech) merupakan inovasi dari industri jasa keuangan


yang memanfaatkan penggunaan teknologi sehingga mampu untuk memfasilitasi
masyarakat dalam melakukan proses transaksi keuangan (Marginingsih, 2021).
Sedangkan penelitian oleh Rickinghall (2022), menyatakan bahwa fintech melibatkan
teknologi dalam proses keuangan perbankan maupun layanan keuangan lainnya. Fintech
merupakan suatu aplikasi, proses, produk, atau model bisnis baru yang terdiri dari satu
atau lebih layanan yang disediakan sebagai proses end-to-end melalui internet.
Diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ma et al. (2021), bahwa fintech adalah
mekanisme baru yang bertujuan untuk bersaing dalam pendekatan keuangan tradisional
untuk penyampaian solusi keuangan.

Menurut Harris et al. (2022), latar belakang hadirnya fintech karena adanya
berbagai kendala pada industri keuangan yang dialami oleh masyarakat. Diantaranya
adalah regulasi yang ketat, seperti terbatasnya pelayanan perbankan di wilayah tertentu.
Masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari akses perbankan cenderung tidak dapat
mengakses layanan secara merata. Oleh karena itu, fintech dianggap menjadi solusi atas
permasalahan tersebut dengan mempermudah masyarakat dalam menikmati layanan
yang diberikan melalui internet.

Klasifikasi financial Technology (fintech)

Financial Technology (fintech) memiliki berbagai macam layanan dan produk


yang dapat dimanfaatkan bagi para pengguna. Klasifikasi fintech berdasarkan Bank
Indonesia (BI) oleh Maulida pada tahun 2019, terbagi menjadi 4 jenis (Marginingsih,
2021), yaitu:
1. Peer-to-peer (P2P) Lending dan Crowdfunding
Fintech jenis isi serupa dengan marketplace finansial. Platform ini mampu
mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dengan pihak yang
memberikan dana sebagai modal maupun investasi. P2P dapat juga diartikan
sebagai layanan yang memberikan pinjaman dana kepada masyarakat. Dana
tersebut dapat berasal dari masyarakat itu sendiri ataupun dari perusahaan yang
membangun platform.
2. Manajemen Resiko Investasi
Untuk melakukan pemantauan kondisi keuangan maupun perencanaan keuangan
yang lebih mudah dan praktis, jenis fintech ini dapat menjadi pilihan untuk
digunakan. Jenis manajemen resiko investasi dalam bentuk fintech bisa diakses
menggunakan smartphone, dimana hanya perlu memberikan data-data yang
dibutuhkan agar bisa mengontrol keuangan.
3. Payment, Clearing, dan Settlement
Fintech jenis ini terdiri dari beberapa startup finansial yang memberikan layanan
berupa payment gateway atau dompet digital. Fintech payment gateway dapat
menghubungkan bisnis e-commerce dengan berbagai bank sehingga transaksi
antara penjual dan pembeli dapat dilakukan.
4. Market Aggregator
Keberadaan Fintech ini mengacu pada portal yang mengumpulkan berbagai
jenis informasi yang berkaitan dengan sektor keuangan untuk disajikan kepada
para pengguna. Fintech ini biasanya mencakup informasi mengenai keuangan,
tips, kartu kredit, dan investasi keuangan lainnya. Fintech ini diharapkan mampu
menyerap berbagai jenis informasi sebelum dilakukannya pengambilan
keputusan terkait keuangan.

Peranan dan Tantangan Financial Technology (Fintech)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muchlis (2018), terdapat beberapa peranan
dan tantangan dalam penggunaan Financial Technology (Fintech). Peranan fintech
dijabarkan sebagai berikut:

1. Fintech memberikan solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis e-


commerce.
2. Fintech mampu mendorong pertumbuhan UMKM serta lahirnya wirausahawan
(entrepreneur) baru.
3. Fintech mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi,
dsb) dalam meraih distribusi pasar yang lebih luas (critical mass).
4. Fintech memungkinkan pengembangan pasar, terutama pada daerah yang belum
terlayani jasa keuangan dan perbankan.

Adapun tantangan-tantangan fintech, yaitu:

1. Regulasi yang kurang matang, aturan tumpang tindih, sehingga berpotensi


menimbulkan penyelewengan.
2. Fintech dapat membawa inovasi yang bersifat ‘merusak’, berpotensi membuat
air menjadi keruh.
3. Adanya percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat job
polarisation, memperluas digital device, dan ‘pengkultusan’ sebagai shortcut
pertumbuhan ekonomi.
2. METODA PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metoda penelitian kualitatif yang bertujuan untuk


memahami fenomena mengenai: etika bisnis pada kualitas layanan fintech. Metoda
penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang dihasilkan berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari beberapa orang dan perilaku yang dapat diamati sehingga mampu
memberikan gambaran hasil penelitian (Marginingsih, 2021). Teknik pengumpulan data
pada artikel ini adalah menggunakan pendekatan studi literatur. Literatur yang
digunakan berasal dari berbagai sumber perpustakaan seperti artikel penelitian
sebelumnya, berita media elektronik, dan digital.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Etika Bisnis Terhadap Kualitas layanan Financial Technology


(Fintech)

Salah satu produk layanan fintech yang paling populer di Indonesia saat ini
adalah P2P lending. Fintech ini memberikan layanan pinjaman uang secara online
melalui teknologi finansial. Namun pada praktiknya, banyak temuan pelanggaran yang
terjadi terhadap penerapan fintech P2P lending ini. Hal tersebut menunjukan bahwa
regulasi sangat dibutuhkan untuk mengatur layanan fintech agar tidak bertindak
semena-mena (Diputra dan Ningrum, 2022). Regulator yang terlibat dalam bisnis
fintech ini adalah Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, Asosiasi Fintech
Pendanaan Bersama Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan Informatika.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada siaran pers tahun 2020, menemukan sekitar
2840 bisnis fintech lending ilegal untuk tahun 2018 hingga September 2020. Layanan
pinjaman yang diberikan oleh fintech lending ilegal selalu mengenakan bunga yang
tinggi dan jangka waktu pinjaman yang pendek serta menggunakan akses data pribadi
untuk mengintimidasi saat penagihan. Berbeda dengan sistem fintech lending legal,
jenis pinjaman sesuai dengan etika dan regulasi OJK dan Asosiasi Fintech Pendanaan
Bersama Indonesia. Dimana bunga dan biaya layanan sebesar 0.8% per hari, prosedur
penagihan dan pembatasan akses data meningkat (Diputra dan Ningrum, 2022).
Fintech lending ilegal juga memberikan beberapa kerugian lainnya, seperti: kebocoran
data pribadi yang disalahgunakan oleh pihak lain dalam melakukan pinjaman online.
Hal tersebut menarik kesimpulan bahwa undang-undang, peraturan dan regulasi
dibutuhkan untuk melindungi hak privasi individu atas kerahasiaan data pribadi.
Namun di Indonesia, saat ini tidak ada standar yang mengatur terkait perlindungan
data.

Mengingat banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh fintech lending ilegal


terhadap nasabahnya. Hal tersebut berdampak pada fintech lending yang sudah
terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Atas dasar tersebut, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan OJK No.13/POJK.02/2018 tentang inovasi
keuangan digital di sektor jasa keuangan. Peraturan tersebut melengkapi peraturan OJK
No.77/POJK.01/2016 tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis Financial
Technology. Berikut ini beberapa regulasi yang dikeluarkan oleh OJK dan BI untuk
mengatur fintech (Rahadi, 2020), yaitu:

1. Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam


Uang Berbasis Teknologi Finansial.
POJK mengatur tentang keamanan dana dan data, pencegahan pencucian uang,
stabilitas sistem keuangan, hingga pengelola perusahaan fintech.
2. Peraturan BI No.18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan Pemrosesan
Transaksi Pembayaran.
PBI memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang jasa pembayaran,
instrumen, penyelenggaraan, mekanisme kerja dan infrastruktur pemrosesan
transaksi pembayaran.
3. Peratur OJK No.13/POJK.02/2018 Tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor
Jasa Keuangan.
Fintech diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data
pribadi nasabah.

Dengan adanya dasar hukum atau regulasi yang belaku, penyedia maupun
pengguna fintech dapat melakukan aktivitas finansial yang lebih aman, mudah dan
nyaman. Regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia
telah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen dalam penggunaan layanan
yang diberikan. Penerapan regulasi yang baik oleh fintech, akan meningkatkan kualitas
layanan fintech tersebut. Kualitas layanan merupakan pemenuhan kebutuhan konsumen
sesuai dengan harapan sehingga mampu memenuhi keinginan pelanggan (Rohaeni dan
Marwa, 2018).

4. KESIMPULAN

Kehadiran Financial Technology dipicu karena regulasi yang ketat dan


terbatasnya pelayanan industri untuk melayani masyarakat di wilayah tertentu. Fintech
dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses atau mencari infomasi keuangan.
Namun, pelanggaran pada fintech masih marak terjadi hingga saat ini. Praktik fintech
lending ilegal menimbulkan banyak masalah, antara lain intimidasi, teror, kebocoran
data hingga penyalahgunaan data pribadi. Pelanggaran fintech telah melanggar etika
bisnis, etika penagihan utang, serta aturan dan regulasi yang telah diatur oleh Otoritas
Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia memberlakukan beberapa regulasi


yang mengatur tentang layanan fintech. salah satunya yaitu perusahaan fintech harus
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang keuangan. Fintech wajib menjaga
kerahasiaan, keutuhan dan ketersediaan data pribadi nasabah. Dengan penerapan
regulasi fintech yang baik, maka kuliatas layanan yang diberikan akan meningkat. Hal
tersebut dikarenakan mampunya fintech dalam pemenuhan keinginan pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Chrismastianto, I. A. W. 2017. "Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial


Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia". Jurnal Elektronik
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Vol. 20, No. 1, hlm: 133-144.
Diputra, R. S., dan M. L. Ningrum. 2022. "Pelanggaran Etika Bisnis Fictech Landing
Ilegal Terhadap Debitur". Jurnal Ilmu dan Budaya, Vol. 43, No. 1, hlm.
Ekasari, K., dan D. M. Nurfitriasih. 2019. Etika Bisnis. Politeknik Negeri Malang:
Polinema Press.
Harris, I., E. S. Rini, dan B. K. F. Sembiring. 2022. "The Influence of Financial
Technology and Quality of Service on Satisfaction and Loyalty on Employees of
Bank CIMB Niaga Bukit Barisan Branch on Grab App Users". The International
Journal of Business Management and Technology, Vol. 6, No. 2, hlm: 65-77.
Khoiriyah, U. 2019. "Strategi Toko Tradisional Kawan Kita dalam Meningkatkan
Kualitas Layanan Penjualan: Perspektif Etika Bisnis Islam". Istidlal: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, hlm: 10-23.
Ma, W.-M., Y.-C. Yang, dan W. S. Chao. 2021. "Structure-Behavior Coalescence
Method for Mobile Payment FinTech Service Systems Design ". Journal Kuliah
Ilmu Komputer, Vol. 12783, No., hlm: 1-15.
Marginingsih, R. 2021. "Financial Technology (Fintech) dalam Inklusi Keuangan
Nasional di Masa Pandemi Covid-19". Moneter: Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 8, No. 1, hlm: 56-63.
Muchlis, R. 2018. "Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan
Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus 4 Bank Syariah di Kota Medan)".
Jurnal At-Tawassuth, Vol. III, No. 2, hlm: 335-357.
Nizar, M. A. 2017. "Teknologi Keuangan (Fintech) : Konsep dan Implementasinya di
Indonesia". Warta Fiskal, Vol. 5, No., hlm: 1-12.
Nugroho, P. D. 2022. "Tinjauan Konsep Pinjam Meminjam Berbasis Online Prespektif
dalam Etika Bisnis". Smart Law Journal, Vol. 1, No. 2, hlm: 112-121.
Rahadi, D. D. R. 2020. Financial Tehcnology. 01 ed. Bogor: PT. Filda Fikrindo.
Rickinghall, M. 2022. "Impact of Fintech on Islamic Bank Performance in Malaysia:
Descriptive Study on Fintech ". A.J. Tallón-Ballesteros (Ed.), Vol. 10, No.
3233, hlm: 93-102.
Rohaeni, H., dan N. Marwa. 2018. "Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan". Jurnal Ecodemica, Vol. 2, No. 2, hlm: 312-318.
Sanjaya, R., dan I. Irwansyah. 2019. "ETIKA DAN PRIVASI LAYANAN JASA
TEKNOLOGI FINANSIAL (FINTECH) Studi Fenomenologi Pada Korban
Pelanggaran Privasi Tekfin". Journal Communication Spectrum, Vol. 9, No. 1,
hlm: 14-29.

Anda mungkin juga menyukai