(FINTECH)
ABSTRACT
The development of science and technology is currently affecting the public in obtaining
information. One of the technological developments in the financial sector is the
adaptation of Financial Technology. Financial Technology makes the financial
transaction process safer and more practical. This study uses qualitative research
methods and data collection techniques with a literature study approach. The Financial
Services Authority and Bank Indonesia enforce several regulations governing fintech
services. One of them is that fintech companies must meet the needs of society in the
financial sector. Fintech is required to maintain the confidentiality, integrity and
availability of customer personal data. With the implementation of good fintech
regulations, the quality of services provided will increase.
Keywords: Business Ethics, Service Quality, Financial Technology
ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mempengaruhi masyarakat
dalam memperoleh informasi. Salah satu perkembangan teknologi dalam bidang
keuangan adalah adaptasi Financial Technology. Financial Technology mewujudkan
proses transaksi keuangan yang lebih aman dan praktis. Penelitian ini menggunakan
metoda penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan pendekatan studi
literatur. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia memberlakukan beberapa regulasi
yang mengatur tentang layanan fintech. salah satunya yaitu perusahaan fintech harus
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang keuangan. Fintech wajib menjaga
kerahasiaan, keutuhan dan ketersediaan data pribadi nasabah. Dengan penerapan
regulasi fintech yang baik, maka kuliatas layanan yang diberikan akan meningkat.
Kata Kunci: Etika Bisnis, Kualitas Layanan, Financial Technology
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
semakin berkembang sehingga mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya perkembangan ini, masyarakat dapat dengan mudah memperoleh
informasi baik berupa keuangan maupun non-keuangan. Salah satu perkembangan
teknologi dalam bidang keuangan adalah adaptasi Financial Technology (Fintech).
Layanan transaksi keuangan yang disediakan oleh fintech dapat berupa aktivitas
payment, clearing, dan settlement. Aktivitas ini berkaitan erat dengan pembayaran
mobile (baik oleh bank maupun lembaga keuangan non-bank), dompet elektronik
(digital wallet), mata uang digital (digital currencies), dan pengguna teknologi kasbuk /
buku besar terdistribusi (Nizar, 2017). Sedangkan Chrismastianto (2017), menyatakan
bahwa layanan digital yang berkembang di Indonesia saat ini adalah payment channel
system, digital banking, online digital insurance, peer-to-peer (P2P) lending, serta
crowd funding.
Pada Rahadi (2020), menjelaskan bahwa untuk mendukung keberadaan
Financial Technology, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan yang
menjadi payung hukum dalam melakukan pengawasan dan pengaturan industri fintech.
Peraturan No.13/PJOK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa
Keuangan. Dimana kegiatan harus diarahkan agar mampu menghasilkan produk yang
dapat dipertanggung jawabkan, memberikan rasa aman, perlindungan konsumen, serta
mengelola resiko dengan baik. Terlepas dari peraturan tersebut, masih terdapatnya
beberapa pelanggaran fintech yang dilakukan oleh entitas.
Fenomena atau pelanggaran yang terjadi pada fintech tentunya harus dilakukan
penindakan secara tegas. Dari fenomena tersebut dapat diduga bahwa nilai-nilai dari
etika bisnis dalam dunia bisnis, khususnya pada kualitas pelayanan finansial sudah
mulai luntur. Dengan demikian, penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai etika
bisnis pada kualitas layanan fintech.
1. KAJIAN PUSTAKA
Etika dapat diartikan sebagai moral individu yang terkait dengan cara berfikir
mengenai benar atau salah (Sanjaya dan Irwansyah, 2019). Sedangkan pada buku yang
berjudul ‘Etika Bisnis’ oleh Ekasari dan Nurfitriasih (2019), etika merupakan standar
studi moral yang bertujuan untuk menentukan sejauh mana kebenaran didukung oleh
alasan terbaik, sehingga berusaha mencapai kesimpulan mengenai kebenaran dan
kesalahan moral yang baik dan yang jahat. Sementara yang dimaksud dengan etika
bisnis adalah studi mengenai standar moral dan bagaimana standar tersebut dapat
berlaku untuk sistem sosial maupun organisasi.
Menurut penelitian Diputra dan Ningrum (2022), etika bisnis berkaitan dengan
penilaian moral. Moral merupakan bagian penting untuk mempertimbangkan apakah
tindakan manusia baik atau jahat secara moral. Teori konsekuensialis pada penelitian ini
menyatakan bahwa tindakan manusia tunduk pada sudut pandang prinsip kebaikan dan
prinsip atas tindakan yang dilakukan tidak akan memberikan dampak yang merugikan
siapapun.
Pada etika bisnis terdapat prinsip-prinsip etika bisnis yang dijadikan acuan bagi
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut memiliki etika moral sebagai standar kerja
perusahaan. Nugroho (2022), mengatakan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip yang
dapat digunakan oleh suatu perusahaan, yaitu:
1. Prinsip Ekonomi
Pada prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan bebas memiliki wewenang
dalam memutuskan suatu kebijakan maupun aturan untuk upaya pengembangan
visi perusahaan.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menjadi hal terpenting dalam mendukung tingkat keberhasilan
suatu perusahaan. Perusahaan yang mengutamakan prinsip kejujuran akan
memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat serta mitra kerja
perusahaan tersebut.
3. Prinsip Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat
Prinsip ini masih erat hubungannya dengan nilai kejujuran, karena setiap
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pada tingkat
kepercayaan mitra kerjanya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk bersikap
transparan dalam menjalankan tujuan, visi dan misi perusahaan.
4. Prinsip Adil
Prinsip adil ini membantu perusahaan agar selalu bersikap adil kepada para
pihak yang terkait dengan bisnis yang dijalankan, sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Prinsip ini merupakan prinsip dimana harus melakukan penghargaan kepada
orang lain seperti menghargai diri sendiri. Oleh karena itu, seluruh aspek pelaku
bisnis harus mampu menjaga nama baik perusahaan agar eksistensi perusahaan
terjaga.
Menurut Harris et al. (2022), latar belakang hadirnya fintech karena adanya
berbagai kendala pada industri keuangan yang dialami oleh masyarakat. Diantaranya
adalah regulasi yang ketat, seperti terbatasnya pelayanan perbankan di wilayah tertentu.
Masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari akses perbankan cenderung tidak dapat
mengakses layanan secara merata. Oleh karena itu, fintech dianggap menjadi solusi atas
permasalahan tersebut dengan mempermudah masyarakat dalam menikmati layanan
yang diberikan melalui internet.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muchlis (2018), terdapat beberapa peranan
dan tantangan dalam penggunaan Financial Technology (Fintech). Peranan fintech
dijabarkan sebagai berikut:
Salah satu produk layanan fintech yang paling populer di Indonesia saat ini
adalah P2P lending. Fintech ini memberikan layanan pinjaman uang secara online
melalui teknologi finansial. Namun pada praktiknya, banyak temuan pelanggaran yang
terjadi terhadap penerapan fintech P2P lending ini. Hal tersebut menunjukan bahwa
regulasi sangat dibutuhkan untuk mengatur layanan fintech agar tidak bertindak
semena-mena (Diputra dan Ningrum, 2022). Regulator yang terlibat dalam bisnis
fintech ini adalah Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, Asosiasi Fintech
Pendanaan Bersama Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada siaran pers tahun 2020, menemukan sekitar
2840 bisnis fintech lending ilegal untuk tahun 2018 hingga September 2020. Layanan
pinjaman yang diberikan oleh fintech lending ilegal selalu mengenakan bunga yang
tinggi dan jangka waktu pinjaman yang pendek serta menggunakan akses data pribadi
untuk mengintimidasi saat penagihan. Berbeda dengan sistem fintech lending legal,
jenis pinjaman sesuai dengan etika dan regulasi OJK dan Asosiasi Fintech Pendanaan
Bersama Indonesia. Dimana bunga dan biaya layanan sebesar 0.8% per hari, prosedur
penagihan dan pembatasan akses data meningkat (Diputra dan Ningrum, 2022).
Fintech lending ilegal juga memberikan beberapa kerugian lainnya, seperti: kebocoran
data pribadi yang disalahgunakan oleh pihak lain dalam melakukan pinjaman online.
Hal tersebut menarik kesimpulan bahwa undang-undang, peraturan dan regulasi
dibutuhkan untuk melindungi hak privasi individu atas kerahasiaan data pribadi.
Namun di Indonesia, saat ini tidak ada standar yang mengatur terkait perlindungan
data.
Dengan adanya dasar hukum atau regulasi yang belaku, penyedia maupun
pengguna fintech dapat melakukan aktivitas finansial yang lebih aman, mudah dan
nyaman. Regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia
telah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen dalam penggunaan layanan
yang diberikan. Penerapan regulasi yang baik oleh fintech, akan meningkatkan kualitas
layanan fintech tersebut. Kualitas layanan merupakan pemenuhan kebutuhan konsumen
sesuai dengan harapan sehingga mampu memenuhi keinginan pelanggan (Rohaeni dan
Marwa, 2018).
4. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA