Manajer membutuhkan banyak waktu untuk menilai kesesuaian antara individu, tugas
pekerjaan, budaya perusahaan, dan efektivitas organisasi. Karakteristik manajer dan bawahan
biasanya mempengaruhi penilaian tersebut. Tanpa pemahaman perilaku, keputusan mengenai
siapa yang melalkukan tugas tertentu dengan cara tertentu dapat menimbulkan masalah
jangka panjang yang tidak dapat diubah. Manajer yang dapat dengan tepat mengidentifikasi
kekuatan (dan kelemahan) individu karyawannya, berada dalam posisi yang lebih baik untuk
menerapkannya dengan cara yang meningkatkan efektivitas organisasinya.
Pengamatan dan analisis manajer terhadap perilaku dan kinerja individu memerlukan
pertimbangan variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu, atau apa yang
dilakukan karyawan (misalnya menyampaikan program pelatihan, memproses permintaan
pinjaman, memelihara AC). Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar
belakang, dan variabel demografi. Perilaku seorang karyawan bersifat kompleks karena
dipengaruhi oleh sejumlah variabel lingkungan dan banyak faktor, pengalaman, dan peristiwa
individu yang berbeda. Variabel individu seperti kemampuan/keterampilan, kepribadian,
persepsi, dan pengalaman mempengaruhi perilaku.
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara dengan
manajer, mendengarkan rekan kerja, menelepon pelanggan, memperbarui situs web
perusahaan, dan merekrut karyawan baru. Kurt Lewin mendefinisikan perilaku sebagai fungsi
dari variabel indiviu dan lingkungan. Perilaku yang dihasilkan dalam pekerjaan bersifat untuk
bagi setiap individu, namun proses yang mendasarinya bersifat mendasar bagi semua orang.
Bagi seorang manajer, perilaku yang berhubungan dengan kinerja akan mencakup
tindakan seperti mengidentifikasi masalah kinerja, perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian pekerjaan pegawai, dan menciptakan motivasi bagi karyawan. Jika karyawan
tidak berkinerja baik atau konsisten, manajer harus menyelidiki masalahnya. Enam
pertanyaan berikut dapat membantu manajer untuk fokus pada masalah kinerja :
1. Apakah karyawan memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaannya?
2. Apakah karyawan memiliki sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaannya?
3. Apakah karyawan mengetahui masalah kinerjanya?
4. Apakah masalah kinerja tersebut muncul?
5. Bagaimana reaksi rekan kerja karyawan terhadap masalah kinerja?
6. Apa yang dapat daya lakukan sebagai manajer untuk mengatasi masalah kinerja?
INDIVIDUAL DIFFERENCES
Demographics
Di antara klasifikasi demografi yang paling penting adalah gender dan ras. Namun
keberagaman budaya juga dapat mempengaruhi situasi kerja.
Genfer Differences
Terdapat perdebatan mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal kinerja
kerja, tingkat ketidak hadiran, dan tingkat turnover. Perempuan memiliki tingkat
ketidakhadiran yang lebih tinggi karena mereka biasanya menjadi pengasuh utama bagi anak-
anak, orang tua lanjut usia, dan pasangan yang sakit sehingga menjadikan mereka lebih
sering absen. Dalam sebuah studi tentang gaya kepemimpinan yang disukai para pemimpin
laki-laki dan perempuan di 27 negara, dilaporkan bahwa manajer perempuan lebih menyukai
dimensi kepemimpinan partisipatif, berorientasi tim, dan karismatik dibandingkan laki-laki.
Tenaga kerja kini jauh lebih beragam dalam hal latar belakang budaya, nilai-nilai,
keterampilan bahasa, dan persiapan pendidikan. Keanekaragaman adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan variasi budaya, etnis, dan ras dalam suatu populasi.
Ini adalah beberapa dari banyak contoh sehari-hari tentang bagaimana persepsi bisa
berbeda-beda. Manajer harus menyadari bahwa ada perbedaan persepsi.
Cara manajer mengkategorikan orang lain sering kali mencerminkan persepsi yang
bias. Stereotip adalah keyakinan yang digeneralisasikan, disederhanakan, dan diabadikan
secara berlebihan mengenai karakteristik pribadi seseorang. Stereotip terus berlanjut karena
cenderung memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan stereotip mereka dan tidak
memperhatikan hal-hal yang tidak sesuai. Ketidakakuratan stereotip dapat mengakibatkan
keputusan yang tidak adil terkait dengan promosi, program motivasi, desain pekerjaan, atau
evaluasi kinerja. Hal ini juga dapat mengakibatkan tidak memilih orang yang terbaik untuk
suatu posisi. Di era kekurangan talenta kerja berketerampilan tinggi, organisasi akan
mengalami stereotip yang mengakibatkan penolakan terhadap kandidat yang jumlahnya
terbatas. Stereotip usia, ras, gender, etnis, disabilitas, dan gaya hidup terbukti sangat
merugikan dalam hal hilangnya bakat, penilaian juri terhadap perusahaan, dan hilangnya niat
baik serta hilangnya penjualan dari pelanggan dalam kategori stereotip tersebut.
- Selective perception
Konsep persepsi selektif penting bagi manajer yang sering menerima informasi dan
data dalam jumlah besar dan cenderung memilih informasi yang mendukung sudut pandang
mereka.
- Situational Factors
Tekanan waktu, sikap orang-orang yang bekerja bersama manajer, dan faktor-faktor
situasional lainnya dapat mempengaruhi keakuratan persepsi. Jika seorang manajer terdesak
waktu dan harus segera memenuhi pesanan, persepsinya dipengaruhi oleh keterbatasan
waktu. Tekanan waktu benar-benar memaksa manajer untuk mengabaikan beberapa hal
secara detail, terburu-buru melakukan aktivitas tertentu, dan mengabaikan rangsangan
tertentu seperti permintaan dari manajer lain atau dari atasan.
- Needs
Persepsi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan. Dengan kata lain,
karyawan, manajer, wakil presiden, dan direktur melihat apa yang ingin mereka lihat.
- Emotions
Keadaan emosi seseorang sangat berkaitan dengan persepsi. Emosi yang kuat, seperti
ketidaksukaan terhadap kebijakan organisasi dapat membuat seseorang merasakan
karakteristik negatif di sebagian besar kebijakan dan peraturan perusahaan. Menentukan
keadaan emosi seseorang memang sulit. Karena emosi yang kuat sering kali mendistorsi
persepsi, manajer perlu membedakan isu atau praktik mana yang memicu emosi kuat dalam
diri bawahan.