Anda di halaman 1dari 14

TEORI ORGANISASI

“PERILAKU INDIVIDU”

Dosen Pengampu :
Elvin Syamsul Ma’arif, SE, M.Si. Akt

Disusun oleh :
Poei Felin Vanensa (20.G1.0044)
Steffany Lovely Sutiono (20.G1.0066)
Veronika Dyna Novita (20.G1.0070)
David Sebastian (20.G1.0071)
Veronica Abigael (20.G1.0088)
Mayshinta Febiyana (20.G1.0109)
Vicky Okthalia (20.G1.0130)
Mayda Endsyana (20.G1.0131)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2022
PENDAHULUAN
Sebuah organisasi dapat berjalan karena adanya individu-individu yang berperan menjadi
penggerak dalam sebuah organisasi. Sebuah organisasi tidak dapat bergerak jika tidak ada
karyawan, manajer atau pemangku kepentingan dalam organisasi. Oleh karena individu menjadi
sebuah roda penggerak organisasi, maka perilaku individu dalam organisasi sangatlah penting
untuk diperhatikan. Melalui perilaku individu mencerminkan gambaran sebuah organisasi,
sehingga perilaku individu haruslah mencerminkan perilaku yang baik sehingga gambaran
terhadap suatu organisasi juga baik.
Perilaku individu pastinya beragam tiap individu, sehingga ini menjadi tantangan sebuah
organisasi dalam mengatur serta mengenali perilaku tiap individu dalam perusahaan. Karena
perilaku individu menjadi bagian penting dalam keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
tujuan yang ini dicapai. Organisasi atau perusahaan harus dapat memahami perilaku individu
dalam organisasinya, dikarenakan perilaku individu dapat menjadikan keberhasilan bagi
organisasi atau justru kehancuran sebuah organisasi.

DASAR PEMAHAMAN PERILAKU

Pengamatan dan analisis manajer tentang perilaku dan prestasi individu memerlukan
pertimbangan ketiga perangkat variable secara langsung mempengaruhi perilaku individu dan
hal-hal yang dikerjakan pegawai bersangkutan. Ketiga perangkat variabel tersebut dikelompokan
dalam individu, psikologis dan keorganisasian. Pola perilaku orang selalu berubah, meskipun
hanya sedikit. Sebagian besar perhatian kita akan dipusatkan pada tiga variabel psikologis utama
yaitu persepsi, sikap dan kepribadian.

Untuk memahami perbedaan individu, seorang manajer harus yang pertama mengamati dan
mengakui perbedaan tersebut. Kedua, mempelajari hubungan antara variabel yang
mempengaruhi perilaku individu, dan yang ketiga menemukan hubungan tersebut. Berbicara
dengan manajer, mendengarkan saran rekan kerja, Menyusun laporan, mengetik memo dan
menempatkan unit barang yang siap ke dalam gudang adalah perilaku. Perilaku yang
menghasilkan pekerjaan merupakan keunikan masing-masing orang, proses yang melandasinya
sama bagi setiap orang. Akhirnya secara umum, setelah dilakukan riset dan teori disepakati
bahwa :

1. Perilaku timbul karena suatu sebab


2. Perilaku diarahkan kepada tujuan
3. Perilaku yang dapat diamati dapat diukur
4. Perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti berpikir dan persepsi)
5. Perilaku bermotivasi

Hasil yang diharapkan dari setiap perilaku pegawai adalah prestasi. Salah satu tugas penting
manajer adalah merumuskan prestasi lebih dahulu, yaitu menentukan hasil apa yang diharapkan.
Dalam organisasi, variable individu, keorganisasian, dan psikologis tidak hanya mempengaruhi
perilaku tetapi juga prestasi. Perilaku yang berhubungan dengan prestasi adalah perilaku yang
berkaitan langsung dengan tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan untuk mencapai
sasaran suatu pekerjaan.

VARIABEL INDIVIDU

Variabel individu digolongkan atas kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan
demografis. Setiap golongan variable membantu menerangkan perbedaan perilaku dan prestasi.

KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN

Kemampuan adalah sifat bawaan lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang
menyelesaikan pekerjaannya. Beberapa pegawai, meskipun dimotivasi dengan baik sama sekali
tidak mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan
keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu,

Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas, seperti kecakapan


mengoperasikan komputer. Manajer harus mencoba mencocokan seseorang dengan kemampuan
dan keterampilan dan dengan persyaratan pekerjaan. Analisis pekerjaan adalah Teknik yang
banyak digunakan yang menghilangkan cara perkiraan pencocokan. Analisis pekerjaan adalah
proses perumusan dan mempelajari suatu pekerjaan menurut tugas atau perilaku dan merinci
tanggung jawab, persyaratan Pendidikan dan kebutuhan pelatihan untuk melaksanakan pekerjaan
itu dengan sukses.

VARIABEL PSIKOLOGIS

Membongkar seluk beluk kerumitan variabel psikologis seperti persepsi, sikap dan kepribadian
merupakan tugas yang besar. Bahkan ahli psikologi mengalami saat yang sulit untuk mencapai
kesepakatan tentang arti dan pentingnya variable-variable tersebut.

Persepsi

Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya. Persepsi juga adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh seseorang. Karena setiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda
akan melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
Jika dinyatakan lebih luas “gambaran kognitif dari individu bukanlah penyajian foto dunia
fisiknya, melainkan suatu bagian tafsiran pribadi, dimana objek tertentu yang dipilih individu
untuk peranannya yang utama, dirasakan dalam sikap individu. Pada tingkatan tertentu,
diumpamakan seorang pelukis yang melukis sebuah gambar dunia yang menyatakan pandangan
individualnya tentang kenyataan.”

Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau


penafsiran stimulus yang diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
pembentukan sikap. Orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan
keadaannya sendiri. Beberapa contoh yang menunjukan bagaimana persepsi mempengaruhi
perilaku :

1. Manajer yakin bahwa pegawai telah diberi kesempatan menggunakan keputusannya


tentang bagaimana melakukan pekerjaan, sedangkan pegawai bersangkutan merasa tidak
sama sekali mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusan.
2. Bawahan menanggapi permintaan atasannya didasarkan atas pemikiran apa yang dia
dengar dari atasannya, bukan atas apa yang sebenarnya diminta.
3. Manajer beranggapan hasil produksi yang dijual mempunyai kualitas tinggi, tetapi
konsumen mengeluh karena barang tersebut pembuatannya sangat buruk.
4. Seorang pekerja dinilai oleh rekan kerjanya sebagai orang yang bekerja keras dan
berusaha sungguh-sungguh dan rekan kerja yang lain menilainya sebagai pekerja yang
malas yang tidak mau berusaha.
5. Wiraniaga memandang kenaikan upahnya sebagai tidak adil, sedangkan manajer
memandang kenaikan tersebut suatu kenaikan yang wajar.
6. Seorang pegawai memandang kondisi kerja yang ada sangat buruk, rekan sekerja di
seberangnya menganggap kondisi kerja menyenangkan.

● Persepsi tentang organisasi

Salah satu elemen yang paling penting dari prinsip organisasi tentang persepsi adalah
kecenderungan mempolakan stimulus dalam hubungan gambar dan latar belakang. Faktor
yang menjadi pusat perhatian dinamakan gambar. Gambar yang dialami dan di luar
perhatian disebut latar belakang. Dalam setiap Tindakan yang berpersepsi, berlaku
prinsip hubungan gambar dan latar belakang.

Sifat pengorganisasian persepsi juga nyata jika stimulus yang serupa dikelompokan
bersama dan jika stimulus yang berkaitan dikelompokan. Prinsip pengelompokan lain
yang membentuk persepsi tentang organisasi disebut penutupan. Penutupan ini
menunjukan kecenderungan ingin menutup suatu bagian yang hilang.

● Stereotip
Suatu perangkat keyakinan, tentang karakteristik orang dari suatu kelompok yang
disamaratakan terhadap semua anggota kelompok itu. Istilah stereotip dipakai untuk
melukiskan pertimbangan yang dibuat tentang orang-orang atas dasar keanggotaan
mereka dalam kelompok etnis.

● Persepsi yang selektif


Konsep persepsi yang selektif sangat penting bagi manajer, karena mereka sering kali
menerima sejumlah besar data dan informasi. Orang cenderung mengabaikan informasi
atau petunjuk yang dapat membuat dia merasa tidak senang. Seorang manajer yang
terlatih mungkin hanya mengutamakan perhatian atas keluaran atau hasil akhir pegawai.
Manajer tersebut memisahkan gambaran atau petunjuk yang negative dan memberi
peringkat kepada karyawan atas dasar hasil kerjanya. Ini adalah bentuk persepsi selektif.

● Ciri khas manajer


Manajer dalam melakukan riset terlebih dahulu memahami dirinya sendiri. Mengenal diri
sendiri, menerima diri sendiri serta ciri khas diri mempengaruhi cara pandang diri kita
dalam menilai bawahan dari kinerja mereka. Sebagai contoh seorang perfeksionis
menghendaki kesempurnaan dari bawahannya, sedangkan orang yang cepat tanggap akan
menghendaki kemampuan bawahannya dalam bekerja.

● Faktor situasi
Ketelitian persepsi dipengaruhi oleh tekanan waktu, sikap kooperatif antar manajer dan
faktor situasi lainnya. Manajer yang dipengaruhi tekanan waktu (dikejar deadline) akan
mengabaikan beberapa rincian dan terburu-buru melakukan kegiatan tertentu, seperti
permintaan dari manajer lain atau atasan.

● Kebutuhan dan persepsi


Pegawai, manajer, wakil direktur utama, dan direktur melihat apa yang ingin mereka lihat
saja, penglihatan masing-masing orang dapat berubah-ubah tergantung apa kebutuhan
mereka dan apa yang mereka inginkan. Misalnya saja ada 2 orang yang melihat sebuah
gambar, satu orang dalam keadaan lapar, satu lainnya dalam keadaan kenyang. Maka,
orang yang lapar tersebut melihat sebuah gambar tersebut seperti makanan, sedangkan
orang yang sudah kenyang melihat sebuah gambar itu sejatinya dari gambar tersebut.
Maka dari itu, persepsi dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan.

● Emosi dan persepsi


Keadaan emosi seseorang dapat mempengaruhi persepsi. Emosi yang kuat dapat
menyebabkan seseorang menganggap semua kebijakan dan peraturan perusahaan
sangat buruk. Namun demikian, manajer perlu memperhatikan masalah atau
praktek yang menggerakkan emosi yang kuat.

● Sikap
Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiapsiagaan mental yang dipelajari
dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap
cara seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya.
Definisi tersebut memiliki implementasi:
1. Sikap dipelajari
2. Sikap menentukan kecenderungan orang terhadap segi tertentu dari dunia ini.
3. Sikap memberikan dasar emosional bagi hubungan antarpribadi seseorang dan
pengenalannya terhadap orang lain.
4. Sikap di organisasi dan dekat dengan inti kepribadian.

Sikap adalah bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Namun, sejumlah teori mencoba
memperhitungkan pembentukan dan perubahan sikap. Teori itu mengasumsikan bahwa
orang mempunyai sikap yang berstruktur yang tersusun dari komponen afektif dan
kognitif. Jika komponen ini tidak sesuai atau melampaui “tingkat toleransi” orang yang
bersangkutan, maka akan timbul ketidakstabilan. Ketidakstabilan itu dapat dikoreksi oleh
(1) pengingkaran dari pesan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap,
(2) pemecahan sikap,
(3) penerimaan ketidakkonsistenan sehingga terbentuk sikap baru.

Komponen kognitif, sikap terdiri atas persepsi, pendapat, dan keyakinan seseorang. hal
itu menunjukkan proses berpikir dengan penekanan khusus pada rasionalitas dan logika.
Komponen perilaku, sikap berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan seperti desain
pekerjaan, kebijaksanaan perusahaan, dan tunjangan.

Istilah dissonance kognitif (cognitive dissonance) menjelaskan suatu situasi apabila


terjadi ketidaksesuaian antara komponen kognitif dan komponen perilaku dan sikap.
Disonansi kognitif mempunyai pengaruh penting dalam organisasi. Pertama, disonansi
kognitif membantu menjelaskan pilihan yang diambil oleh seseorang apabila komponen
itu tidak konsisten. Misalnya jika unsur-unsur yang mendasari disonansi itu tidak
seberapa penting, maka orang itu tidak akan (merasa) tertekan untuk mengurangi
disonansi. Kedua, teori disonansi kognitif dapat membantu meramalkan kecenderungan
(propensity) orang mengubah sikapnya. Misalnya, jika seseorang diharuskan oleh
pekerjaan atau jabatannya untuk mengatakan atau melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan sikap pribadinya, maka orang tersebut akan mengubah sikapnya supaya lebih
sesuai dengan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.

● Mengubah sikap (Changing Attitude)


Banyak variabel yang dapat mempengaruhi perubahan sikap, semuanya dapat diuraikan
menurut tiga kategori umum - percaya pada pengirim pesan, isi pesan itu sendiri, dan
situasi. jika karyawan tidak mempercayai manajer, mereka tidak akan menerima pesan
manajernya atau mengubah sikap. Demikian juga, jika pesan itu tidak meyakinkan, maka
tidak ada tekanan untuk perubahan. Semakin besar kewibawaan komunikator, semakin
besar perubahan sikap yang dihasilkan.

● Sikap dan nilai


Nilai (values) merupakan kumpulan perasaan senang dan tidak senang, pandangan,
keharusan, kecenderungan dalam diri seseorang, pendapat rasional maupun tidak
rasional, prasangka, dan pola asosiasi yang akan menentukan pandangan seseorang
tentang dunia. Nilai sendiri memiliki hubungan erat dengan sikap yang artinya nilai
digunakan untuk mengkoordinasi sejumlah sikap. Nilai dapat mempengaruhi segala
aspek dan nilai sendiri biasanya digunakan sebagai evaluasi prestasi yang telah dicapai
pada sebuah organisasi sebagai pengaruh bagi organisasi tersebut untuk melakukan hal
yang lebih baik di kemudian hari.

● Sikap dan kepuasan kerja


Kepuasan kerja merupakan sikap yang dilakukan oleh seseorang terhadap pekerjaan
mereka artinya seseorang akan melakukan pekerjaan mereka dan mendapatkan kepuasan
setelah kerja dalam bentuk seperti upah, kesempatan promosi, dan lain-lain. Kepuasan
tersebut tidak hanya dari aspek kerja saja, tetapi juga dapat dari faktor lingkungan kerja
seperti kebijaksanaan dan prosedur, keanggotaan yang bekerja sama, tunjangan, dan
sebagainya. Kepuasan kerja memiliki lima dimensi:
1) Upah merupakan jumlah upah wajar yang diterima.
2) Pekerjaan adalah tugas yang dilaksanakan oleh karyawan, dianggap menarik,
memberikan kesempatan untuk belajar, dan bertanggung jawab.
3) Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk maju.
4) Penyelia merupakan kemampuan untuk menunjukkan minat dan perhatian terhadap
karyawan.
5) Rekan sekerja yaitu keadaan yang menunjukkan sifat persahabatan dan mendorong
antar rekan kerja.

Kelima dimensi tersebut telah diukur dalam beberapa penelitian menggunakan Indeks
Uraian Pekerjaan (Job Descriptive Index — JDI). Sikap (attitude surveys) dapat
menentukan tingkat kepuasan kerja karyawan karena survey tersebut dapat menunjukkan
secara umum perasaan puas para karyawan dengan pekerjaan mereka.

● Kepuasan dan prestasi kerja


Ada tiga pandangan yang sering diperdebatkan dalam penelitian kepuasan kerja:
1) Kepuasan yang dapat menimbulkan prestasi.
2) Prestasi yang dapat menimbulkan kepuasan.
3) Terdapat imbalan, tetapi tidak ada hubungan yang erat.
Pada pandangan pertama dan kedua, mereka tidak memiliki dukungan kuat dari riset
karena karyawan yang merasa puas belum tentu karyawan yang berprestasi tinggi dan
karyawan yang memiliki prestasi belum tentu memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Pandangan ketiga menjelaskan bahwa imbalan merupakan jembatan hubung bagi prestasi
dan kepuasan yang didasarkan oleh hasil penemuan riset. Artinya sudut pandang praktis,
sering digunakan banyak manajer supaya karyawan merasa puas dan produktif. Oleh
sebab itu, perlu usaha dan keputusan yang jelas dari manajer organisasi itu sendiri.

KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah pola perilaku dan proses mental yang unik serta mencirikan seseorang.
hubungan antara perilaku dengan kepribadian merupakan yang paling rumit yang harus dipahami
manajer. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan sosial. Prinsip-prinsip yang
mendefinisikan kepribadian yaitu :
● Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi.
● Kepribadian keliatannya diorganisasi dalam pola tertentu yang dapat diamati dan diukur.
● Perkembangan khusus dari kepribadian adalah hasil dari lingkungan sosial dan
kebudayaan.
● Kepribadian memiliki berbagai segi yang dangkal.
● Kepribadian mencakup ciri-ciri yang umum dan khas.
Dari kelima prinsip tersebut kepribadian adalah seperangkat karakteristik yang relatif baik,
kecenderungan dan sifat yang dibentuk oleh faktor keturunan, sosial, kebudayaan dan
lingkungan. Variabel ini menentukan persamaan dan perbedaan perilaku tiap individu.

Teori Kepribadian (Theories of Personality) memiliki 3 pendekatan teoritis untuk memahami


kepribadian, yaitu: Pendekatan Ciri, Pendekatan Psikodinamis, dan Pendekatan Humanistik
.
1. Pendekatan Ciri
Pendekatan ciri (Trait Theories) ialah klasifikasi yang membantu dalam pengorganisasian
keanekaragaman dan mengurangi yang banyak menjadi sedikit. Ciri ialah bagian yang
membentuk kepribadian , petunjuk serta sumber keunikan individu. Definisi dari ciri
adalah sebagai kecenderungan yang dapat diduga dan mengarahkan perilaku individu
dengan konsisten dan khas. Teori ciri dianggap bukan bagian dari teori nyata dan tidak
dapat menjelaskan bagaimana penentuan perilaku. Pendekatan ciri juga dianggap belum
berhasil dalam meramalkan perilaku dalam berbagai macam situasi yang disebabkan oleh
kurang memperhatikan situasi.

2. Teori Psikodinamis
Teori Psikodinamik (Psychodynamic Theories) adalah sifat kepribadian yang dinamis.
Kepribadian memiliki 2 bagian yang bertentangan, yaitu id dan superego yang diperlukan
oleh ego.
❖ Id adalah bagian dari kepribadian primitif dan tidak sadar. Bagian ini adalah
sumber dari rangsangan pokok yang bekerja secara tidak rasional dan impulsif.
❖ Superego adalah sumber dari nilai-nilai individu. Contoh dari superego adalah
sikap moral dan sering disamakan dengan hati nurani.
❖ Ego adalah gambaran seseorang terkait kenyataan fisik dan sosial, suatu
gambaran tentang hal-hal yang mungkin dialami.

3. Teori Humanistik
Pandangan humanistik tentang pemahaman kepribadian dicirikan oleh penekanannya atas
perkembangan dan perwujudan diri individu. Teori ini menekankan pentingnya cara
orang berpersepsi terhadap dunia mereka dan semua kekuatan yang mempengaruhinya.
Mungkin ada gunanya untuk mempertimbangkan, bagaimana masing-masing pendekatan
teoritis tersebut meningkatkan pemahaman kita tentang kepribadian. Setiap pendekatan
teoritis berusaha menerangkan sifat khas individu yang mempengaruhi pola perilakunya.
Tes kepribadian mengukur karakteristik emosional, motivasi antara pribadi, dan
karakteristik sikap. Tes proyektif juga digunakan untuk menilai kepribadian. Tes ini
menilai tanggapan individu atas sebuah gambar, noda tinta, dan sebuah cerita. Untuk
mendorong orang yang bersangkutan menjawab secara benar, hanya diberi instruksi
umum dan singkat. Alasannya ialah supaya individu yang bersangkutan menanggapi dan
menafsirkan bahan tes dengan cara yang akan memproyeksikan sikap, kebutuhan,
kegelisahan, dan konflik.

THE BIG FIVE MODEL


Model Lima Besar Seperti yang ditunjukkan oleh tinjauan literatur, ada banyak dimensi
kepribadian yang berbeda yang dapat digunakan untuk menggambarkan orang. Selama dua
dekade terakhir, sebuah konsensus telah muncul bahwa lima dimensi atau faktor dapat digunakan
untuk menggambarkan sejumlah besar kepribadian manusia. Peneliti organisasi telah melabeli
faktor-faktor ini sebagai dimensi kepribadian "Lima Besar"

● Kesadaran
Perilaku seseorang yang pekerja keras, rajin, terorganisir, dapat diandalkan, dan gigih.
Skor rendah pada dimensi ini menggambarkan orang yang malas, tidak teratur, dan tidak
dapat diandalkan. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki skor tinggi
dalam kehati-hatian cenderung memiliki tingkat motivasi yang tinggi dan berkinerja baik
di beberapa jenis pekerjaan yang berbeda.

● Ekstraversi - Introversi
Tingkat di mana seseorang mudah bergaul, suka berteman, dan tegas versus pendiam,
pendiam, dan pemalu. Penelitian telah dilaporkan bahwa orang-orang ekstrovert
cenderung berkinerja baik dalam pekerjaan penjualan dan manajemen, lebih baik dalam
program pelatihan, dan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi secara
keseluruhan.

● Kesesuaian
Tingkat bekerja dengan baik dengan orang lain dengan berbagi kepercayaan, kehangatan,
dan kerja sama. Orang yang memiliki skor rendah pada dimensi ini bersifat dingin, tidak
sensitif, dan antagonis. Orang yang memiliki keramahan yang tinggi cenderung menjadi
pemain tim yang lebih baik dan bergaul.

● Stabilitas Emosional
Kemampuan yang ditunjukkan seseorang dalam menangani stres dengan tetap tenang,
fokus, dan percaya diri, sebagai lawan dari rasa tidak aman, cemas, dan depresi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat stabilitas
emosional dan kesadaran yang tinggi (yaitu, kepribadian yang "bersemangat") cenderung
memiliki tingkat kinerja yang lebih tinggi dan lebih mungkin untuk bertahan dalam
organisasi.

● Keterbukaan Terhadap Pengalaman


Ketertarikan seseorang terhadap hal-hal baru. Orang yang terbuka adalah orang yang
kreatif, ingin tahu dan sensitif secara artistik, dibandingkan dengan berpikiran tertutup.
Orang yang memiliki keterbukaan tinggi cenderung berkembang dalam pekerjaan dan
pekerjaan di mana perubahan terus menerus dan dimana inovasi diperlukan. Misalnya,
orang yang menciptakan efek khusus yang spektakuler untuk film aksi beranggaran besar
(misalnya : Avatar) membutuhkan dimensi kepribadian tingkat tinggi ini.
KEPRIBADIAN DAN PERILAKU
Masalah yang menarik bagi para ahli perilaku dan peneliti ialah, apakah faktor-faktor
kepribadian yang diukur dengan daftar pertanyaan seperti MMPI atau kuesioner 16PF, atau tes
proyektif, dapat meramalkan perilaku atau prestasi dalam organisasi. Penggunaan daftar
pertanyaan total untuk mengkaji apakah kepribadian itu merupakan suatu faktor dalam
menjelaskan sesuatu, jarang sekali dilakukan dalam riset suatu organisasi.
● TEMPAT PENGENDALIAN
Tempat pengendalian individu menentukan kadar sejauh mana mereka percaya bahwa
perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi terhadap mereka. Mereka beranggapan
bahwa pengendalian kehidupan mereka berasal dari dalam diri mereka sendiri. Rotter
menamakan orang-orang seperti ini sebagai orang-orang yang dikendalikan oleh
kekuatan dalam diri mereka sendiri. Rotter juga mengemukakan bahwa banyak orang
yang memandang diri mereka sebagai budak nasib, yang tak berdaya yang dikendalikan
oleh kekuatan luar di mana hanya sedikit, jika ada, yang dapat dihindari. Suatu penelitian
terhadap 900 orang karyawan perusahaan pekerja umum menunjukkan bahwa karyawan
yang dikendalikan dari dalam lebih puas dengan pekerjaan mereka, lebih mungkin untuk
menduduki jabatan manajerial, dan lebih puas dengan gaya manajemen partisipatif,
dibandingkan dengan karyawan yang merasa dirinya dikendalikan dari luar. Di samping
itu, perilaku yang berorientasi pada pekerjaan dari mereka yang dikendalikan oleh
kekuatan sendiri diasosiasikan dengan prestasi yang lebih baik.
● KREATIVITAS
Memandang kreativitas seseorang memiliki beberapa cara. Pertama, orang yang kreatif
memiliki ego yang tinggi dan dapat mengatasi suatu masalah dengan cara konstruktif.
Kedua, orang yang kreatif terkadang tidak memiliki hubungan dari seni kreativitasnya,
kreativitas yang dimaksud ini yaitu suatu tindakan yang mistik. Ketiga, seorang yang
kreatif tidak semuanya cerdas, ada yang memang cerdas dan juga yang lainnya tidak.
Keempat, orang yang kreatif memiliki ekspresi kepribadian yang dapat dikembangkan,
atau kata lainnya bisa memiliki sifat yang terbuka bagi semua orang. Tingkat kreativitas
seseorang dapat ditentukan dari riwayat hidup, karakteristik seseorang, dan juga sebuah
tes yang akan diteliti.
Sebuah organisasi bisa melakukan beberapa hal untuk membuat perkembangan
kreativitas dengan cara:
1. Penyanggan (Buffering). Manajer bisa mencari cara untuk dapat menyerap risiko
keputusan yang kreatif.
2. Waktu senggang Organisasi (Organizational time-out). Bisa dengan memberikan
seseorang waktu yang cukup senggang dari pekerjaannya tersebut untuk menangani
sebuah masalah, lalu biarkan mereka yang memikirkan masalah yang sedang dihadapinya
dengan serius dan menyeluruh
3. Intuisi (Intuition). Memberi sebuah kesempatan untuk ide yang setengah matang.
4. Sikap Pembaharuan (Innovative Attitude). Mendorong setiap orang untuk dapat
memikirkan cara untuk memecahkan sebuah masalah.
5. Struktur organisasi yang inovatif. . Membiarkan para karyawan bertemu dan
berhubungan dengan para manajer dan pembimbing atau mentor

● MACHIAVELLIANISM
Machiavellianisme ini merupakan sebuah konsep yang bersumber dari tulisan Niccolo
Machiavelli. Machiavellianisme adalah sebuah corak tentang perilaku yang bersifat manipulatif
dan juga sinis terhadap orang lain. Penjelasan secara dalamnya, Machiavelli ini sendiri
membahas bagaimana cara untuk memanipulasi orang lain dan juga orientasi dan taktik yang
digunakan oleh manipulator dibandingkan dengan yang bukan manipulator. Satu skala
Machiavellianism ini disusun sebuah daftar pertanyaan dari sekelompok keyakinan tentang
teknik, orang, dan juga moralitas. Membedakan skala MACH antara Machiavellian yang tinggi
dan juga rendah ini atas dasar seberapa jauh seseorang menerapkan kaidah tingkah laku. Bila
menggunakan pembagian uang sebagai contohnya, maka orang yang mendapatkan bagian
terbesar itulah yang nilai skalanya tinggi. Lalu mereka yang mendapatkan nilai MACH yang
rendah maka mereka yang mendapat nilai kecil dibawah yang sudah diharapkan, yaitu sekitar
sepertiga bagiannya.
● ANDROGINI
Androgini merupakan sebuah sifat dan karakteristik campuran antara laki-laki dengan
perempuan. Dalam konsep androgini ini memiliki hubungan dengan adanya perpaduan antara
perilaku dengan adanya ciri kepribadian secara sistem tradisional yang berhubungan dengan
jenis kelamin satu ataupun dengan kelamin yang lain. Orang androginus memiliki dua sifat, laki-
laki atau perempuan bisa menanggapi setiap situasinya dengan perilaku yang efektif. Orang
androginus bisa menjadi lemah lembut dan juga menjadi halus dalam satu situasi dan juga dapat
menjadi seseorang yang keras kepala dan juga agresif pada situasi yang lainnya. Jadi androgini
ini memiliki arti kepribadian yang bisa disesuaikan.
Bam Sex Role Inventory atau BSRI yang dicetus oleh Bam ini mempelopori suatu rangkain yang
terdiri dari 60 sifat untuk dapat mengukur pola androgini, BSRI ini sendiri menjelaskan cakupan
20 sifat jantan, yaitu contohnya memiliki sifat ambisi, percaya diri sendiri. Lalu ada juga 20 sifat
wanita, yaitu contoh nya penuh kasih sayang, dan juga lemah lembut. Dan juga ada 20 sifat
netral, yaitu contohnya jujur, dan bahagia. Penelitian yang menggunakan BSRI ini menunjukan
bahwa orang androginus ini lebih bebas, serta lebih baik memelihara dirinya, dan juga senang
dalam membantu jika dibandingkan dengan mereka yang nilainya tinggi dalam skala kejantanan
ataupun hanya dalam skala kewanitaannya saja. Orang androginus memiliki kelebihan yaitu
harga diri yang lebih tinggi, lalu kecakapan bergaul, serta memiliki orientasi prestasi yang tinggi
bila dibandingkan dengan orang yang bukan androginus, mau itu perempuan ataupun laki-laki.

TEORI HARAPAN
Teori harapan atau teori ekspektasi (expectancy theory of motivation) dikemukakan oleh Victor
Vroom pada tahun 1964. Vroom lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes), ketimbang
kebutuhan (needs) seperti yang dikemukakan oleh Maslow and Herzberg. Teori ini menyatakan
bahwa intensitas kecenderungan melakukan dengan cara tertentu tergantung pada intensitas
harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik dari hasil kepada
individu.
Vroom mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu
guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan yang mereka lakukan akan
mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Terdapat 3 asumsi pokok Vroom dalam teori
harapan, yaitu :
1. Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan
memperoleh hal tertentu, Ini disebut harapan hasil sebagai penilaian subjektif seseorang
atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
2. Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Disebut valensi sebagai
nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.
3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil
tersebut ini disebut harapan usaha sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan
menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Teori harapan ini didasarkan pada :
● Harapan (Expectancy)
Suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku atau suatu penilaian bahwa
kemungkinan sebuah upaya akan menyebabkan kinerja yang diharapkan.
● Nilai (Valence)
Akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu bagi setiap individu yang
bersangkutan. Dengan kata lain, Valence merupakan hasil dari seberapa jauh seseorang
menginginkan imbalan/ signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang
diharapkan.
● Pertautan (Instrumentality)
Persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama ekspektansi merupakan sesuatu yang
ada dalam diri individu yang terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai hasil sesuai
dengan tujuan atau keyakinan bahwa kinerja akan mengakibatkan penghargaan.

KESIMPULAN
Peran perilaku individu dalam organisasi ternyata sangat besar dalam keberlangsungan serta
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Mulai dari faktor perilaku,
kepribadian, kemampuan serta keterampilan harus diperhatikan oleh manajer dalam sebuah
organisasi agar dapat membuat lingkungan pekerjaan yang dapat menopang perilaku individu
yang nantinya dapat meningkatkan kualitas pekerjaan individu. Manajer harus dapat mengatur
serta mengenali perilaku individu dalam organisasi. Dalam mengukur dan mengenali perilaku
serta kepribadian individu, manajer dapat menggunakan ukuran aspek kepribadian, sehingga
manajer dapat menyaring individu-individu sehingga nantinya dapat mendapatkan individu yang
memiliki perilaku dan kepribadian yang baik.
ANALISIS KASUS
Dilansir melalui kompas.com, pada awal tahun 2022 di bulan Januari beredar sebuah video yang
menjadi viral twitter, menampilkan seorang petugas maskapai Lion Air yang sedang melempar
serta menggelindingkan barang yang diduga sebagai koper dari kabin pesawat menuju mobil
bagasi. Namun Corporate Communications Strategic of Lion Air Group yaitu Danang Mandala
Prihantoro menegaskan bahwa hal ini masih dalam proses investigasi, karena belum dapat
dipastikan apakah koper tersebut milik penumpang atau bukan.
Dari kasus ini dapat kita lihat bahwa perilaku individu dari seorang petugas Lion Air dapat
merusak citra serta nama baik perusahaan. Kesalahan yang dilakukan oleh satu orang petugas
memiliki dampak yang sangat besar bagi kelangsungan perusahaan Lion Air.
Faktor situasi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab petugas Lion Air tersebut memiliki
perilaku tersebut. Bisa jadi dikarenakan adanya faktor situasi yang menyebabkan petugas
tersebut bekerja dibawah tekanan waktu. Sehingga perilaku yang timbul menjadi perilaku yang
merugikan bagi organisasi.
Sehingga memunculkan persepsi petugas terhadap organisasi yang mempengaruhi kinerja dan
perilaku yang kurang menyenangkan dari petugas tersebut. Persepsi yang muncul juga
memunculkan sebuah emosi yang semakin menguatkan tindakan yang akan dilakukan. Dalam
hal ini, petugas melempar barang-barang yang seharusnya tidak diperlakukan seperti itu.
Dari faktor diatas akhirnya menimbulkan ketidakpuasan kerja sehingga perilaku yang keluar dari
individu tersebut adalah perilaku yang merugikan bagi organisasi. Individu tersebut sudah tidak
peduli lagi tentang cara bekerjanya dan bagaimana orang-orang menilai organisasi yang
tercermin dari perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
5th edition, McGraw Hill, USA, 2003
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
5th edition, McGraw Hill, USA, 2014
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-harapan-expectancy-theory/9037
https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/29/212950165/viral-video-petugas-lempar-barang-
dari-atas-pesawat-ini-kata-lion-air?page=all

Anda mungkin juga menyukai