“BUDAYA ORGANISASI”
Dosen Pengampu :
Elvin Syamsul Ma’arif, SE, M.Si. Akt
Disusun oleh :
Poei Felin Vanensa (20.G1.0044)
Steffany Lovely Sutiono (20.G1.0066)
Veronika Dyna Novita (20.G1.0070)
David Sebastian (20.G1.0071)
Veronica Abigael (20.G1.0088)
Mayshinta Febiyana (20.G1.0109)
Vicky Okthalia (20.G1.0130)
Mayda Endsyana (20.G1.0131)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2022
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi keefektifan serta budaya dalam organisasi adalah hal yang penting untuk
diperhatikan. Melalui keefektifan manajemen dapat menilai performa serta kualitas dari suatu
organisasi. Jika keefektifan suatu organisasi tidak diperhatikan maka apa yang dihasilkan dari
suatu organisasi tidak akan berkualitas dan tidak akan dapat memenuhi tujuan organisasi. Begitu
juga dengan budaya dalam suatu organisasi, budaya dalam organisasi penting dikarenakan
melalui budaya dalam organisasi dapat terlihat bagaimana suatu organisasi itu dijalankan.
Budaya dalam organisasi juga mempengaruhi lingkungan dalam organisasi, mempengaruhi
kinerja karyawan serta bagaimana suatu organisasi dijalankan. Oleh karena itu, keefektifan
individu, kelompok & organisasi dan budaya suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan.
Dengan begitu suatu organisasi dijalankan kualitas dan mutu yang terbaik baik secara internal
atau eksternal.
PERSPEKTIF KEEFEKTIFAN
Tiga macam perspektif keefektifan dapat diidentifikasi. Tingkat yang paling dasar adalah
keefektifan individual dimana menekankan pelaksanaan tugas pekerja atau anggota dari
organisasi. Tugas yang harus dilaksanakan adalah bagian dari pekerjaan dalam organisasi yang
ada. Para manajer atau pemangku kepentingan dengan rutin akan menilai keefektifan individu
melalui proses evaluasi prestasi, dimana evaluasi ini menjadi dasar dalam menentukan kenaikan
gaji, promosi dan jenis imbalan lain yang akan diberikan oleh organisasi.
Perspektif lain juga harus ikut dipertimbangkan, yaitu keefektifan kelompok. Keefektifan
kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggotanya. Dimana keefektifan kelompok
melebihi jumlah sumbangan individual dalam mencapai suatu hal. Sebagai contoh bagian
perakitan, dimana produk jadi adalah hasil dari masing-masing indvidu yang ada dalam suatu
kelompok.
Perspektif yang ketiga adalah keefektifan organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan
kelompok, keefektifan organisasi adalah fungsi dari keefektifan individu dan kelompok. Oleh
karena itu keefektifan organisasi melebihi jumlah keefektifan individu dan kelompok.
Dalam hubungan antara ketiga keefektifan, keefektifan kelompok tergantung pada keefektifan
individu dan keefektifan organisasi tergantung pada keefektifan kelompok. Ketiga hubungan
perspektif tersebut bervariasi, tergantung pada berbagai faktor dalam organisasi. Tugas dari
manajemen adalah mengidentifikasi sebab-sebab keefektifan organisasi, kelompok dan individu.
Setiap keefektifan dapat dipandang sebagai variabel yang disebabkan oleh variabel lainnya, yang
dinamakan sebab-sebab keefektifan. Sumber keefektifan individual mencakup kemampuan,
keahlian, pengetahuan, sikap, motivasi dan stress. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan
dalam keefektifan individu. Dikarenakan ketiga keefektifan saling terhubung, maka perbedaan
dari keefektifan individu akan memberikan efek kepada keefektifan kelompok serta organisasi.
PENDEKATAN MENURUT TUJUAN
Pendekatan ini menekankan pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
Menurut pendekatan ini, sebuah organisasi didirikan untuk mencapai sebuah tujuan. Seorang
penulis manajemen dan perilaku organisasi menyatakan “Yang kita maksud dengan keefektifan
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan dengan usaha kerja sama”. Dinyatakan juga menurut
pendapat dengan pertimbangan yang luas, bahwa organisasi sebagaimana halnya individu dan
kelompok, harus dievaluasi menurut ukuran pencapaian tujuan.
Praktek manajemen berdasarkan sasaran (management by objectives) adalah salah satu praktek
manajemen yang digunakan para manajemen. Para manajer akan membuat terlebih dahulu
spesifikasi tujuan yang diharapkan akan dicapai oleh para bawahannya dan secara berkala akan
mengevaluasi tingkat pencapaian tersebut.
Beberapa kesulitan dalam praktek manajemen berdasarkan sasaran yang telah diakui secara luas,
adalah :
1. Pencapaian tujuan tidak dengan mudah dapat diukur bagi organisasi yang tidak
mempunyai produksi keluaran (out-put) yang nyata.
2. Setiap organisasi berusaha untuk mencapai lebih dari satu tujuan, dan pencapaian tujuan
yang satu sering menghalangi atau mengurangi pencapaian tujuan lainnya.
3. Kemungkinan adanya satu perangkat tujuan yang didukung oleh seluruh anggota, masih
sangat diragukan.
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya adaptasi terhadap tuntutan eksternal sebagai
kriteria penilaian keefektifan. Teori sistem membahas mengenai perilaku organisasi secara
internal dan eksternal. Secara internal, manajemen dapat melihat bagaimana dan mengapa orang
di dalam organisasi melaksanakan tugas individu dan kelompok. Secara eksternal, manajemen
dapat menghubungkan transaksi organisasi dengan organisasi atau lembaga lain. Para manajer
harus menghadapi aspek-aspek perilaku organisasi internal dan eksternal secara bersamaan.
Proses yang komplek ini dapat disederhanakan dengan menggunakan konsep dasar teori sistem
untuk tujuan analis.
Dalam teori sistem, organisasi dianggap sebagai satu elemen dari sejumlah elemen yang saling
bergantung satu dengan yang lain. Arus masukan dan keluaran adalah titik dasar permulaan
dalam menggambarkan organisasi. Dalam pengertian yang sederhana, organisasi mengambil
sumber daya masukan dari sistem yang lebih luas (lingkungan), sumber daya ini diproses dan
keluar dalam bentuk yang diubah (keluaran). Teori sistem juga dapat menjelaskan perilaku
individu dan kelompok. “Masukan” perilaku individu adalah “penyebab” yang timbul dari
tempat kerja.
Teori sistem menekankan dua pertimbangan yang penting yaitu kelangsungan hidup
organisasi yang pokok tergantung pada kemampuannya mengadaptasi lingkungannya dan
untuk memenuhi tuntutan ini siklus total dari masukan – proses – keluaran harus menjadi
perhatian utama manajerial. Pendekatan menurut sistem menunjukkan bukti bahwa
sumber daya harus dicurahkan terhadap kegiatan-kegiatan yang mempunyai sedikit
kaitan dengan pencapaian tujuan utama organisasi.
BUDAYA ORGANISASI
Kebudayaan adalah suatu sistem nilai, keyakinan dan norma-norma unik yang dimiliki secara
bersama oleh anggota suatu organisasi. Budaya dapat menjadi suatu penyebab penting bagi
keefektifan. Menurut Peters dan Waterman, organisasi yang efektif memiliki kebudayaan
internal yang memperkuat mutu yang sangat baik. Kebudayaan mempunyai arti yang bermacam-
macam. Nilai-nilai dan keyakinan berinteraksi menimbulkan norma. Setiap organisasi
mempunyai kebudayaan dan menurut Peters dan Waterman, kebudayaan itu dapat menjadi
kekuatan positif dan negatif dalam mencapai prestasi yang efektif. Definisi dari kebudayaan
dalam organisasi menurut para pakar adalah sebagai berikut :
1. Budaya organisasi adalah apa yang para karyawan rasakan dan bagaimana persepsi ini
menciptakan suatu pola keyakinan, nilai dan ekspektasi. (Gibson)
2. Budaya organisasi menunjukkan suatu sistem makna bersama yang dimiliki oleh anggota
yang membedakan organisasi dari organisasi lain. (Robin & Judge)
Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan suatu konsep yang
cukup kompleks. Budaya organisasi berkaitan dengan nilai dan keyakinan yang
ditumbuhkembangkan dalam organisasi yang bertujuan untuk menuntun perilaku dan Tindakan
anggota organisasi. Budaya organisasi didasarkan pada suatu konsep bangunan tiga tingkatan,
yaitu :
Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di
lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia. Hubungan itu sendiri, dalam hal ini
asumsi dasar bisa diartikan suatu filosofi, keyakinan yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata
tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya, nilai dalam hubungannya dengan
perbuatan atau tingkah laku dan karenanya nilai bisa diukur dengan adanya perubahan-
perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Tingkatan terakhir, artifact. Artifact adalah
sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk teknologi, seni atau
sesuatu yang bisa didengar.
Budaya menjalankan sejumlah fungsi dalam organisasi. Robbins & Judge mengemukakan lima
fungsi budaya dalam organisasi, yaitu :
Jika manajemen dapat menciptakan budaya organisasi, manajemen dapat mengubah budaya
tersebut dengan cara yang sama. Manajer juga harus dapat mempraktekkan perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang konsisten dengan keyakinan dan nilai
budaya yang dianutnya. Dengan contoh dan perilaku pribadi, manajer dapat mendemonstrasikan
bagaimana sesuatu harus dikerjakan, sehingga manajer yang menangani harus manajer yang
cakap dan disegani.
TIPE-TIPE BUDAYA
Beberapa organisasi memiliki tipe kebudayaan dominan yang berbeda satu organisasi dengan
organisasi lainnya. Budaya organisasi dapat bekerja secara bersamaan di tempat, departemen
bahkan projek yang berbeda. Tidak ada budaya yang lebih besar, lebih ideal atau budaya yang
tetap. Ada 4 macam tipe-tipe organisasi, yaitu :
Bureucratic Culture
Organisasi menekankan aturan, ketentuan, prosedur, rantai perintah dan memusatkan
pengambilan keputusan.
Clan Culture
Menjadi satu bagian dalam keluarga, mengikuti tradisi dan ritual, adanya kerjasama tim,
semangat, dapat menata diri dan memiliki pengaruh sosial adalah karakteristik dari clan
culture.
Enterpreunerial Culture
Inovasi, kreativitas, berani mengambil resiko dan dengan agresif mencari kesempatan
atau peluang mengilustrasikan enterpreunerial culture.
Market Culture
Menekankan pertumbuhan penjualan, meningkatkan saham, kestabilan ekonomi dan
keuntungan adalah ciri-ciri dari market culture
KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan setelah membaca serta meringkas materi pada bab ini adalah
bahwa keefektifitas individu, kelompok serta organisasi sangat berperan penting dalam suatu
organisasi. Karena ketiga efektifitas tersebut saling berkaitan dan terhubung. Efektifitas juga
harus menggunakan pendekatan-pendekatan agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan,
sehingga memberikan feedback yang baik pada lingkungan.
Selain itu, budaya organisasi dalam sebuah perusahaan atau organisasi ternyata sangat penting
guna menanamkan nilai kepada para internal organisasi yang mana di dalamnya ada para
karyawan, manajemen serta pemangku kepentingan. Budaya dalam suatu organisasi ternyata
secara tidak langsung memberikan perasaan identitas anggota kepada para karyawan organisasi
yang membedakan dari organisasi lainnya. Budaya organisasi juga menjadi sebuah instrumen
yang dapat mempererat serta menyatukan suatu organisasi.
Sehingga, keefektifitasan serta budaya organisasi dalam sebuah perusahaan memiliki peran
penting dalam menerapkan sebuah nilai yang dapat membedakan satu organisasi dengan
organisasi lainnya.
ANALISIS KASUS COCA COLA
Berdasarkan Kontan, Coca Cola Indonesia meluncurkan pesan “Recycle Me” di seluruh label
kemasan brand. Pesan ini bertujuan untuk menghimbau para konsumen agar mendaur ulang
botol plastik dan kaleng bekas pakai mereka setelah selesai dikonsumsi. Coca Cola melibatkan
para konsumen dan menyadarkan mereka akan pentingnya proses pengumpulan dan daur ulang
kemasan bekas pakai merupakan bagian penting dari visi Coca-Cola dalam menciptakan “World
Without Waste”, yang salah satunya diwujudkan melalui pencapaian target zero waste pada
tahun 2030.
Program 'Recycle Me' adalah sebuah inisiatif yang berlangsung selama tiga bulan, mulai dari 28
Oktober hingga 31 Desember 2021. Melalui program ini, konsumen diajak untuk mengirimkan
enam botol plastik PET atau enam kaleng bekas pakai dari berbagai produk Coca-Cola ke 16
bank sampah yang tersedia di wilayah DKI Jakarta. 1.000 konsumen pertama yang berpartisipasi
akan mendapatkan subsidi ongkos kirim hingga maksimal Rp 25.000.
Selain itu, konsumen berkesempatan meraih poin reward yang dapat ditukarkan dengan pulsa
telepon, token listrik dan e-wallet senilai maksimal Rp 25.000 di beragam merchant yang
tersedia. Informasi lebih lanjut mengenai program ‘Recycle Me’ dapat dilihat di
https://recycleme.coca-cola.co.id/.
Melalui kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Coca Cola menggunakan kampanye “Recycle
Me” guna untuk meningkatkan efektifitas organisasinya dengan ikut serta dalam upaya
meminimalisir limbah plastik. Melalui hal ini dapat kita lihat bahwa Coca Cola menggunakan
pendekatan teori sistem dimana Coca Cola menerima masukan dari lingkungan sekitar sehingga
dapat memiliki keluaran yang dapat sesuai dengan masukan yang dari lingkungan sekitar.
Dimana Coca Cola menerima masukan mengenai limbah plastik dan menerima dorongan untuk
menjaga lingkungan, Coca Cola menerima masukan ini sehingga memunculkan gerakan
“Recycle Me”. Melalui gerakan ini efektifitas dari Coca Cola memiliki hasil yang positif, selain
ikut mengurangi limbah plastik, penjualan Coca Cola juga ikut meningkat. Karena dalam
kampanye “Recycle Me”, Coca Cola juga mengajak konsumen untuk mengumpulkan 6 buah
botol plastik atau 6 buah kaleng bekas coca cola yang mana nantinya dapat reward atau hadiah
dalam bentuk pulsa telepon, token listrik dan e-wallet senilai maksimal Rp 25.000. Hal ini
pastinya selain meningkatkan efektifitas organisasi, juga meningkatkan angka penjualannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Coca Cola menimbulkan timbal balik antara konsumen dengan
organisasi yang mana memberikan input serta output yang baik dari lingkungan sekitar.
Apa yang dilakukan oleh Coca Cola sudah memenuhi kriteria keefektifitasan dalam kriteria
produksi, efisiensi dan kepuasan. Dimana Coca Cola dapat memenuhi produksi dari gerakan
efektifitasnya serta apa yang dilakukan oleh Coca Cola efisien dan tingkat kepuasaannya tinggi
baik secara internal perusahaan maupun eksternal karena dinilai ikut dalam menjaga lingkungan
sekitar.
Budaya organisasi dalam Coca Cola dalam hal ini dapat tercermin melalui gerakan yang
dilakukannya, dimana dapat dilihat bahwa Coca Cola memiliki budaya dalam menjaga
lingkungan serta budaya yang dimiliki Coca Cola ini tidak hanya diberikan dalam internal
perusahaannya saja tetapi Coca Cola juga mengajak masyarakat luas untuk juga memiliki budaya
seperti yang dimiliki Coca Cola, yaitu budaya untuk menjaga serta melestarikan lingkungan.
Dari kasus ini kita dapat melihat bahwa Coca Cola selain meningkatkan keefektifitasan
organisasinya, Coca Cola juga menyebarkan budaya organisasinya dengan harapan masyarakat
memiliki budaya menjaga lingkungan. Gerakan yang dilakukan Coca Cola secara tidak langsung
mencerminkan budaya internal organisasi baik para karyawan atau manajemennya.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
5th edition, McGraw Hill, USA, 2003
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
14th edition, McGraw Hill, USA, 2012
Bernhard, Adolfina, Merinda, Hendra, Perilaku Organisasi, Bandung, 2017
https://pressrelease.kontan.co.id/release/coca-cola-indonesia-luncurkan-pesan-recycle-me-di-
seluruh-label-kemasan-brand?page=all