Anda di halaman 1dari 13

TEORI ORGANISASI

“BUDAYA ORGANISASI”

Dosen Pengampu :
Elvin Syamsul Ma’arif, SE, M.Si. Akt
Disusun oleh :
Poei Felin Vanensa (20.G1.0044)
Steffany Lovely Sutiono (20.G1.0066)
Veronika Dyna Novita (20.G1.0070)
David Sebastian (20.G1.0071)
Veronica Abigael (20.G1.0088)
Mayshinta Febiyana (20.G1.0109)
Vicky Okthalia (20.G1.0130)
Mayda Endsyana (20.G1.0131)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2022
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi keefektifan serta budaya dalam organisasi adalah hal yang penting untuk
diperhatikan. Melalui keefektifan manajemen dapat menilai performa serta kualitas dari suatu
organisasi. Jika keefektifan suatu organisasi tidak diperhatikan maka apa yang dihasilkan dari
suatu organisasi tidak akan berkualitas dan tidak akan dapat memenuhi tujuan organisasi. Begitu
juga dengan budaya dalam suatu organisasi, budaya dalam organisasi penting dikarenakan
melalui budaya dalam organisasi dapat terlihat bagaimana suatu organisasi itu dijalankan.
Budaya dalam organisasi juga mempengaruhi lingkungan dalam organisasi, mempengaruhi
kinerja karyawan serta bagaimana suatu organisasi dijalankan. Oleh karena itu, keefektifan
individu, kelompok & organisasi dan budaya suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan.
Dengan begitu suatu organisasi dijalankan kualitas dan mutu yang terbaik baik secara internal
atau eksternal.

PERSPEKTIF KEEFEKTIFAN

Tiga macam perspektif keefektifan dapat diidentifikasi. Tingkat yang paling dasar adalah
keefektifan individual dimana menekankan pelaksanaan tugas pekerja atau anggota dari
organisasi. Tugas yang harus dilaksanakan adalah bagian dari pekerjaan dalam organisasi yang
ada. Para manajer atau pemangku kepentingan dengan rutin akan menilai keefektifan individu
melalui proses evaluasi prestasi, dimana evaluasi ini menjadi dasar dalam menentukan kenaikan
gaji, promosi dan jenis imbalan lain yang akan diberikan oleh organisasi.

Perspektif lain juga harus ikut dipertimbangkan, yaitu keefektifan kelompok. Keefektifan
kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggotanya. Dimana keefektifan kelompok
melebihi jumlah sumbangan individual dalam mencapai suatu hal. Sebagai contoh bagian
perakitan, dimana produk jadi adalah hasil dari masing-masing indvidu yang ada dalam suatu
kelompok.

Perspektif yang ketiga adalah keefektifan organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan
kelompok, keefektifan organisasi adalah fungsi dari keefektifan individu dan kelompok. Oleh
karena itu keefektifan organisasi melebihi jumlah keefektifan individu dan kelompok.

Dalam hubungan antara ketiga keefektifan, keefektifan kelompok tergantung pada keefektifan
individu dan keefektifan organisasi tergantung pada keefektifan kelompok. Ketiga hubungan
perspektif tersebut bervariasi, tergantung pada berbagai faktor dalam organisasi. Tugas dari
manajemen adalah mengidentifikasi sebab-sebab keefektifan organisasi, kelompok dan individu.
Setiap keefektifan dapat dipandang sebagai variabel yang disebabkan oleh variabel lainnya, yang
dinamakan sebab-sebab keefektifan. Sumber keefektifan individual mencakup kemampuan,
keahlian, pengetahuan, sikap, motivasi dan stress. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan
dalam keefektifan individu. Dikarenakan ketiga keefektifan saling terhubung, maka perbedaan
dari keefektifan individu akan memberikan efek kepada keefektifan kelompok serta organisasi.
PENDEKATAN MENURUT TUJUAN

Pendekatan ini menekankan pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
Menurut pendekatan ini, sebuah organisasi didirikan untuk mencapai sebuah tujuan. Seorang
penulis manajemen dan perilaku organisasi menyatakan “Yang kita maksud dengan keefektifan
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan dengan usaha kerja sama”. Dinyatakan juga menurut
pendapat dengan pertimbangan yang luas, bahwa organisasi sebagaimana halnya individu dan
kelompok, harus dievaluasi menurut ukuran pencapaian tujuan.

Praktek manajemen berdasarkan sasaran (management by objectives) adalah salah satu praktek
manajemen yang digunakan para manajemen. Para manajer akan membuat terlebih dahulu
spesifikasi tujuan yang diharapkan akan dicapai oleh para bawahannya dan secara berkala akan
mengevaluasi tingkat pencapaian tersebut.

Beberapa kesulitan dalam praktek manajemen berdasarkan sasaran yang telah diakui secara luas,
adalah :

1. Pencapaian tujuan tidak dengan mudah dapat diukur bagi organisasi yang tidak
mempunyai produksi keluaran (out-put) yang nyata.
2. Setiap organisasi berusaha untuk mencapai lebih dari satu tujuan, dan pencapaian tujuan
yang satu sering menghalangi atau mengurangi pencapaian tujuan lainnya.
3. Kemungkinan adanya satu perangkat tujuan yang didukung oleh seluruh anggota, masih
sangat diragukan.

PENDEKATAN TEORI SISTEM

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya adaptasi terhadap tuntutan eksternal sebagai
kriteria penilaian keefektifan. Teori sistem membahas mengenai perilaku organisasi secara
internal dan eksternal. Secara internal, manajemen dapat melihat bagaimana dan mengapa orang
di dalam organisasi melaksanakan tugas individu dan kelompok. Secara eksternal, manajemen
dapat menghubungkan transaksi organisasi dengan organisasi atau lembaga lain. Para manajer
harus menghadapi aspek-aspek perilaku organisasi internal dan eksternal secara bersamaan.
Proses yang komplek ini dapat disederhanakan dengan menggunakan konsep dasar teori sistem
untuk tujuan analis.

Dalam teori sistem, organisasi dianggap sebagai satu elemen dari sejumlah elemen yang saling
bergantung satu dengan yang lain. Arus masukan dan keluaran adalah titik dasar permulaan
dalam menggambarkan organisasi. Dalam pengertian yang sederhana, organisasi mengambil
sumber daya masukan dari sistem yang lebih luas (lingkungan), sumber daya ini diproses dan
keluar dalam bentuk yang diubah (keluaran). Teori sistem juga dapat menjelaskan perilaku
individu dan kelompok. “Masukan” perilaku individu adalah “penyebab” yang timbul dari
tempat kerja.

● Teori Sistem dan Balikan


Konsep organisasi sebagai satu sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih luas
memperkenalkan pentingnya balikan (feedback). Ketergantungan organisasi atas
lingkungan tidak hanya dalam hal masukan, tetapi juga dapat diterimanya keluaran. Oleh
karena itu organisasi mengembangkan sarana untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan. Sarana penyesuaian tersebut adalah saluran komunikasi yang memungkinkan
organisasi dapat mengenali tuntutan-tuntutan yang ada. Balikan adalah informasi yang
mencerminkan hasil suatu tindakan atau serangkaian tindakan individu, kelompok atau
tindakan organisasi.

● Contoh-Contoh Sistem Masukan-Keluaran


Perusahaan bisnis mempunyai dua kategori masukan yang utama yaitu sumber daya
manusia dan sumber daya alam. Masukan manusia terdiri dari orang-orang yang bekerja
di perusahaan itu. Mereka menyumbangkan waktu dan tenaga mereka yang ditukar
dengan upah dan imbalan-imbalan nyata dan tidak nyata. Sumber daya alam terdiri dari
masukan bukan manusia untuk menyediakan atau menghasilkan sumber-sumber daya
lain.

Teori sistem menekankan dua pertimbangan yang penting yaitu kelangsungan hidup
organisasi yang pokok tergantung pada kemampuannya mengadaptasi lingkungannya dan
untuk memenuhi tuntutan ini siklus total dari masukan – proses – keluaran harus menjadi
perhatian utama manajerial. Pendekatan menurut sistem menunjukkan bukti bahwa
sumber daya harus dicurahkan terhadap kegiatan-kegiatan yang mempunyai sedikit
kaitan dengan pencapaian tujuan utama organisasi.

MODEL DIMENSI WAKTU UNTUK KEEFEKTIFAN ORGANISASI


Keefektifan organisasi merupakan sebuah konsep yang mencakup semua komponen serta
hubungan timbal balik komponen tersebut yang meliputi siklus proses input dan output serta
relasi antar organisasi dan lingkungan sekitar, didukung dengan adanya tugas manajerial yang
membantu untuk memelihara keseimbangan antar komponen.
Menurut teori sistem, organisasi terbentuk dari sumber daya. Kriteria pokok keefektifan
organisasi adalah kelangsungan hidup organisasi dengan adaptasi seiring dengan perkembangan
zaman. Ada indikator untuk menilai jangka waktu kelangsungan hidup organisasi atau
keefektifan organisasi yaitu mencakup produksi, efisiensi, dan kepuasan serta keadaptasian dan
perkembangan.
KRITERIA KEEFEKTIFAN
Kriteria keefektifan dinyatakan dalam ukuran : jangka waktu pendek, menengah dan panjang.
Jangka waktu pendek yakni kurang dari 1 tahun, jangka waktu menengah yakni misalnya 5
tahun, sedangkan jangka waktu panjang yakni waktu yang tidak terbatas.
Berikut merupakan kelima kategori umum kriteria keefektifan :
● Produksi
Produksi mengacu pada ukuran output utama organisasi yang mencerminkan kemampuan
organisasi dalam menghasilkan jumlah dan kualitas output yang dibutuhkan, nantinya
akan dikonsumsi oleh pelanggan dan rekan organisasi. Produksi memiliki ukuran yang
mencakup keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dan sebagainya.
● Efisiensi
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan keluaran terhadap masukan. Kriteria
jangka panjang ini fokus terhadap perhatian atas siklus keseluruhan dari masukan - proses
- keluaran. Efisiensi diukur berdasarkan rasio (perbandingan) dalam bentuk umum yaitu
rasio antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang dipergunakan.
● Kepuasan
Kepuasan dan moral adalah ukuran yang serupa untuk menunjukkan tingkat dimana
organisasi memenuhi kebutuhan karyawannya. Ukuran kepuasan mencakup sikap
karyawan, pergantian karyawan, keabsenan, kelambanan, dan keluhan.
● Keadaptasian
Adaptasi/fleksibilitas, yaitu kemampuan organisasi menanggapi perubahan dan
perkembangan tugas. Keadaptasian juga merupakan suatu ukuran ketanggapan organisasi
terhadap tuntutan perubahan.
● Pengembang
Perkembangan yaitu perkembangan atau kemajuan kemampuan organisasi mencapai
target hasil yang ditetapkan (perkembangan kinerja). Pengembangan juga mengukur
tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensi untuk berkembang.

SIFAT PEKERJAAN MANAJERIAL


Pekerjaan manajerial memiliki banyak macam dan terdiri dari berbagai fungsi yang berbeda
namun tetap berkaitan. manajemen harus diuraikan, dianalisis dan didefinisikan sesuai dengan
pekerjaan para manajer. Manajemen memiliki arti sebagai proses dengan tujuan untuk beberapa
sasaran tertentu. Manajemen juga harus menyetujui tentang proses yang dikerjakan oleh lebih
dari satu anggota dalam organisasi. Dasar dari pengertian manajemen adalah asumsi mengenai
kewajiban manajemen. Pekerjaan manajemen bersifat mengatur pekerjaan orang lain dengan 4
fungsi manajemen yang terdiri dari pengorganisasian, pengendalian, perencanaan, dan
pengarahan.
● Merencanakan Prestasi Kerja Yang Efektif
Merencanakan prestasi kerja memiliki fungsi untuk memilih sasaran yang ingin dicapai
dan menentukan sarana untuk mencapai sasaran tersebut. kegiatan perencanaan bertujuan
untuk mendapat kesepakatan pengertian tentang hal-hal yang perlu dicapai oleh
anggotanya. Kegiatan perencanaan harus menjelaskan tentang misi, tujuan dan sasaran.
sebagai fungsi manajemen, kegiatan perencanaan dianggap penting karena mengharuskan
untuk membuat pengertian yang sangat eksplisit.
- Misi (Mission)
misi merupakan kriteria perkiraan keefektifan jangka panjang organisasi. manajemen
dianggap efektif ketika misi organisasinya berada di ukuran yang dapat menjamin
kelangsungan hidup organisasi. pernyataan tentang misi tertulis dalam perundang-
undangan, pasal-pasal anggaran dasar perusahaan, dan sumber lainnya diluar organisasi
- Tujuan (Goals)
Tujuan adalah suatu keadaan di masa mendatang, yang membantu pencapaian misi
organisasi. tujuan bersifat lebih konkret dan khas dibandingkan misi. Tujuan dapat
berbentuk kepuasan, produksi, dan efisiensi.
- Sasaran (Objectives)
sasaran adalah rencana prestasi yang akan dicapai dalam jangka pendek (biasanya satu
tahun)
Misi, tujuan dan sasaran saling berhubungan logis menjelaskan arah kegiatan dan lingkup
organisasi. perencanaan tidak hanya menggunakan rincian namun juga pengoperasian organisasi.
Misi, tujuan, dan sasaran diperlukan untuk evaluasi dan alternatif setiap alternatif.

● Mengorganisasi Prestasi Pekerja Yang Efektif


Agar suatu organisasi dapat berjalan dengan efektif terdapat empat langkah-langkah yang
dapat dilakukan:
1. Mendefinisikan sifat dan isi pekerjaan dalam organisasi artinya kita dapat
mengetahui tugas masing-masing divisi maupun keterampilan pada setiap
individu sehingga dapat menempatkan individu tersebut di divisi yang sesuai.
2. Mengelompokkan pekerjaan artinya karena kita telah memahami keahlian
individu tersebut dan menempatkan individu tersebut ke dalam divisi yang sesuai,
maka pekerjaan yang ada diberikan kepada masing-masing divisi sesuai keahlian
mereka. Sehingga pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan efektif.
3. Menentukan ukuran kelompok artinya menyesuaikan banyaknya orang dalam
suatu kelompok. Contohnya pembuatan minuman membutuhkan 50 orang
pekerja dan membutuhkan 2 orang pengawas dalam satu ruangan.
4. Mendelegasikan wewenang kepada manajer yang ditugaskan artinya seorang
manajer dapat memutuskan dan melakukan hal tanpa adanya persetujuan atasan.
Wewenang yang telah diberikan tersebut, digunakan manajer untuk melaksanakan
penataan staf (staffing) supaya orang yang dipilih dan ditempatkan dalam suatu
kelompok atau divisi dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Walaupun manajer
tidak melakukan pekerjaan dalam divisi, manajer memiliki tanggung jawab atas
berjalannya suatu aktivitas dalam divisi tersebut.
● Memimpin Prestasi Yang Efektif
Memimpin merupakan interaksi yang terjadi antara manajer dengan individu dan
kelompok secara langsung. Memimpin sendiri memiliki sifat personal dan impersonal.
Dalam memimpin, manajer akan memantau setiap gerakan yang dilakukan individu dan
kelompok agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan efektif. Individu dan
kelompok akan melakukan pekerjaan yang ada sesuai petunjuk dan pengarahan yang
telah diberikan. Memimpin memiliki cakupan yang cukup luas yaitu berkomunikasi,
memantau pesaing, mengoordinasikan individu dan kelompok, meraih penghargaan, dll.
Sehingga memimpin dalam fungsi manajemen merupakan hal yang manusiawi.

● Mengendalikan Prestasi Yang Efektif


Terdapat cakupan kegiatan dari fungsi pengendalian yang harus ditangani agar dapat
menjamin hasil yang ingin dicapai dengan konsisten dari hasil yang direncanakan.
Terdapat tiga persyaratan dasar yang wajib dipenuhi dalam melaksanakan pengendalian
ini, yaitu :
1. Standar (Standards). Ini merupakan sebuah syarat supaya hasil dapat diterima,
maka kita harus menerapkan standar. Standar ini dapat mewakili dari sebuah
sasaran tujuan dan juga biasanya ditemukan dalam produksi, akuntansi,
keuangan, dokumen anggaran belanja dan juga pemasaran. Standar ini biasanya
sudah tertulis pada prosedur, kriteria prestasi, kaidah perilaku, etika profesional,
dan juga tercatat pada aturan-aturan kerja. Jadi standar ini sudah dapat menjadi
cermin pada tingkat pencapaian yang diharapkan.
2. Informasi (Information). Dari hasil nyata atau hasil yang sudah direncanakan ini
harus kita bandingkan dulu dengan cara menggunakan informasi dapat
dipercaya keberadaannya. Sekarang ini sudah banyak sekali organisasi telah
mengembangkan sistem informasi yang modern dan canggih yang dapat
menyediakan data pengendalian bagi para manajer. Contohnya seperti sistem
akuntansi biaya standar dan juga pada sistem pengendalian kualitas yang
digunakan secara luas oleh perusahaan pabrikan modern. Dalam hal lain,
sumber informasi ini terdiri dari hasil pengamatan manajer atas perilaku orang-
orang yang sudah ditugaskan pada bagiannya masing-masing.
3. Tindakan Korektif (Corrective Action). Manajer harus mengambil tindakan
korektif jika hasil nyatanya dirasa tidak efektif. Fungsi pengendalian tidak
mempunyai arti jika tanpa memiliki kemampuan untuk dapat mengambil
tindakan korektif, bagaikan latihan yang tidak memiliki isi. Tindakan korektif
dimungkinkan melalui fungsi pengorganisasian jika para manajer telah diberi
wewenang untuk mengambil tindakan tersebut. Manajer melaksanakan
pengendalian tersebut untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan sudah
tercapai, jika belum tercapai mengapa bisa terjadi seperti itu. Dari kegiatan
pengendalian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajer memiliki fungsi
perencanaan salah, atau fungsi pengorganisasian yang salah, ataupun keduanya.
Dengan hal itu maka pengendalian merupakan penyelesaian suatu urutan yang
logis. Aktivitas yang termasuk dalam pengendalian ini sudah mencakup seleksi
dan penempatan pegawai, inspeksi bahan baku, evaluasi prestasi, analisis
laporan keuangan dan teknik-teknik manajerial lain yang diakui. Penggambaran
manajemen dengan melihat hubungannya antara keempat fungsi perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian.

● Pekerjaan Manajerial dan Perilaku, Struktur, dan Proses Organisasi


Terdapat sebuah pekerjaan manajerial yang dapat diuraikan pada halaman terdahulu,
sekarang dapat digunakan sebagai sebuah perspektif. Para manajer memiliki tugas dalam
setiap organisasi ialah mencapai perilaku yang dikoordinasikan sehingga organisasi
tersebut memiliki nilai yang lebih efektif oleh mereka yang mengevaluasi hasilnya.
Mereka yang mengevaluasi organisasi tersebut bisa mengamati sejumlah kriteria khusus
atau umum dan ukuran keluaran, proses, dan masukan. Untuk dapat mencapai ke perilaku
yang terkoordinasi dan untuk memenuhi pihak yang mengadakan evaluasi, manajer
terikat dengan kegiatan yang diarahkan kepada perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, dan pengendalian perilaku. Faktor utama yang menentukan perilaku individu
dan kelompok adalah tugas dan hubungan wewenang organisasi untuk memudahkan
komunikasi di antara para pegawai. Hubungan antara manajemen, organisasi, dan
keefektifan sebaiknya bersifat terbuka. Individu dan kelompok yang efektif dan prestasi
organisasi harus bersumber dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian yang baik.

BUDAYA ORGANISASI

Kebudayaan adalah suatu sistem nilai, keyakinan dan norma-norma unik yang dimiliki secara
bersama oleh anggota suatu organisasi. Budaya dapat menjadi suatu penyebab penting bagi
keefektifan. Menurut Peters dan Waterman, organisasi yang efektif memiliki kebudayaan
internal yang memperkuat mutu yang sangat baik. Kebudayaan mempunyai arti yang bermacam-
macam. Nilai-nilai dan keyakinan berinteraksi menimbulkan norma. Setiap organisasi
mempunyai kebudayaan dan menurut Peters dan Waterman, kebudayaan itu dapat menjadi
kekuatan positif dan negatif dalam mencapai prestasi yang efektif. Definisi dari kebudayaan
dalam organisasi menurut para pakar adalah sebagai berikut :

1. Budaya organisasi adalah apa yang para karyawan rasakan dan bagaimana persepsi ini
menciptakan suatu pola keyakinan, nilai dan ekspektasi. (Gibson)
2. Budaya organisasi menunjukkan suatu sistem makna bersama yang dimiliki oleh anggota
yang membedakan organisasi dari organisasi lain. (Robin & Judge)

Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan suatu konsep yang
cukup kompleks. Budaya organisasi berkaitan dengan nilai dan keyakinan yang
ditumbuhkembangkan dalam organisasi yang bertujuan untuk menuntun perilaku dan Tindakan
anggota organisasi. Budaya organisasi didasarkan pada suatu konsep bangunan tiga tingkatan,
yaitu :

1. Tingkatan asumsi dasar (Basic Asumption)


2. Tingkatan nilai (Value)
3. Tingkatan artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan.

Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di
lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia. Hubungan itu sendiri, dalam hal ini
asumsi dasar bisa diartikan suatu filosofi, keyakinan yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata
tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya, nilai dalam hubungannya dengan
perbuatan atau tingkah laku dan karenanya nilai bisa diukur dengan adanya perubahan-
perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Tingkatan terakhir, artifact. Artifact adalah
sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk teknologi, seni atau
sesuatu yang bisa didengar.

Budaya menjalankan sejumlah fungsi dalam organisasi. Robbins & Judge mengemukakan lima
fungsi budaya dalam organisasi, yaitu :

1. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, budaya menciptakan


pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan lain.
2. Budaya memberikan rasa identitas ke anggota anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri pribadi seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan

Jika manajemen dapat menciptakan budaya organisasi, manajemen dapat mengubah budaya
tersebut dengan cara yang sama. Manajer juga harus dapat mempraktekkan perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang konsisten dengan keyakinan dan nilai
budaya yang dianutnya. Dengan contoh dan perilaku pribadi, manajer dapat mendemonstrasikan
bagaimana sesuatu harus dikerjakan, sehingga manajer yang menangani harus manajer yang
cakap dan disegani.

TIPE-TIPE BUDAYA

Beberapa organisasi memiliki tipe kebudayaan dominan yang berbeda satu organisasi dengan
organisasi lainnya. Budaya organisasi dapat bekerja secara bersamaan di tempat, departemen
bahkan projek yang berbeda. Tidak ada budaya yang lebih besar, lebih ideal atau budaya yang
tetap. Ada 4 macam tipe-tipe organisasi, yaitu :
 Bureucratic Culture
Organisasi menekankan aturan, ketentuan, prosedur, rantai perintah dan memusatkan
pengambilan keputusan.

 Clan Culture
Menjadi satu bagian dalam keluarga, mengikuti tradisi dan ritual, adanya kerjasama tim,
semangat, dapat menata diri dan memiliki pengaruh sosial adalah karakteristik dari clan
culture.

 Enterpreunerial Culture
Inovasi, kreativitas, berani mengambil resiko dan dengan agresif mencari kesempatan
atau peluang mengilustrasikan enterpreunerial culture.

 Market Culture
Menekankan pertumbuhan penjualan, meningkatkan saham, kestabilan ekonomi dan
keuntungan adalah ciri-ciri dari market culture

KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapatkan setelah membaca serta meringkas materi pada bab ini adalah
bahwa keefektifitas individu, kelompok serta organisasi sangat berperan penting dalam suatu
organisasi. Karena ketiga efektifitas tersebut saling berkaitan dan terhubung. Efektifitas juga
harus menggunakan pendekatan-pendekatan agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan,
sehingga memberikan feedback yang baik pada lingkungan.
Selain itu, budaya organisasi dalam sebuah perusahaan atau organisasi ternyata sangat penting
guna menanamkan nilai kepada para internal organisasi yang mana di dalamnya ada para
karyawan, manajemen serta pemangku kepentingan. Budaya dalam suatu organisasi ternyata
secara tidak langsung memberikan perasaan identitas anggota kepada para karyawan organisasi
yang membedakan dari organisasi lainnya. Budaya organisasi juga menjadi sebuah instrumen
yang dapat mempererat serta menyatukan suatu organisasi.
Sehingga, keefektifitasan serta budaya organisasi dalam sebuah perusahaan memiliki peran
penting dalam menerapkan sebuah nilai yang dapat membedakan satu organisasi dengan
organisasi lainnya.
ANALISIS KASUS COCA COLA
Berdasarkan Kontan, Coca Cola Indonesia meluncurkan pesan “Recycle Me” di seluruh label
kemasan brand. Pesan ini bertujuan untuk menghimbau para konsumen agar mendaur ulang
botol plastik dan kaleng bekas pakai mereka setelah selesai dikonsumsi. Coca Cola melibatkan
para konsumen dan menyadarkan mereka akan pentingnya proses pengumpulan dan daur ulang
kemasan bekas pakai merupakan bagian penting dari visi Coca-Cola dalam menciptakan “World
Without Waste”, yang salah satunya diwujudkan melalui pencapaian target zero waste pada
tahun 2030.
Program 'Recycle Me' adalah sebuah inisiatif yang berlangsung selama tiga bulan, mulai dari 28
Oktober hingga 31 Desember 2021. Melalui program ini, konsumen diajak untuk mengirimkan
enam botol plastik PET atau enam kaleng bekas pakai dari berbagai produk Coca-Cola ke 16
bank sampah yang tersedia di wilayah DKI Jakarta. 1.000 konsumen pertama yang berpartisipasi
akan mendapatkan subsidi ongkos kirim hingga maksimal Rp 25.000.

Selain itu, konsumen berkesempatan meraih poin reward yang dapat ditukarkan dengan pulsa
telepon, token listrik dan e-wallet senilai maksimal Rp 25.000 di beragam merchant yang
tersedia. Informasi lebih lanjut mengenai program ‘Recycle Me’ dapat dilihat di
https://recycleme.coca-cola.co.id/.

Melalui kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Coca Cola menggunakan kampanye “Recycle
Me” guna untuk meningkatkan efektifitas organisasinya dengan ikut serta dalam upaya
meminimalisir limbah plastik. Melalui hal ini dapat kita lihat bahwa Coca Cola menggunakan
pendekatan teori sistem dimana Coca Cola menerima masukan dari lingkungan sekitar sehingga
dapat memiliki keluaran yang dapat sesuai dengan masukan yang dari lingkungan sekitar.
Dimana Coca Cola menerima masukan mengenai limbah plastik dan menerima dorongan untuk
menjaga lingkungan, Coca Cola menerima masukan ini sehingga memunculkan gerakan
“Recycle Me”. Melalui gerakan ini efektifitas dari Coca Cola memiliki hasil yang positif, selain
ikut mengurangi limbah plastik, penjualan Coca Cola juga ikut meningkat. Karena dalam
kampanye “Recycle Me”, Coca Cola juga mengajak konsumen untuk mengumpulkan 6 buah
botol plastik atau 6 buah kaleng bekas coca cola yang mana nantinya dapat reward atau hadiah
dalam bentuk pulsa telepon, token listrik dan e-wallet senilai maksimal Rp 25.000. Hal ini
pastinya selain meningkatkan efektifitas organisasi, juga meningkatkan angka penjualannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Coca Cola menimbulkan timbal balik antara konsumen dengan
organisasi yang mana memberikan input serta output yang baik dari lingkungan sekitar.
Apa yang dilakukan oleh Coca Cola sudah memenuhi kriteria keefektifitasan dalam kriteria
produksi, efisiensi dan kepuasan. Dimana Coca Cola dapat memenuhi produksi dari gerakan
efektifitasnya serta apa yang dilakukan oleh Coca Cola efisien dan tingkat kepuasaannya tinggi
baik secara internal perusahaan maupun eksternal karena dinilai ikut dalam menjaga lingkungan
sekitar.

Budaya organisasi dalam Coca Cola dalam hal ini dapat tercermin melalui gerakan yang
dilakukannya, dimana dapat dilihat bahwa Coca Cola memiliki budaya dalam menjaga
lingkungan serta budaya yang dimiliki Coca Cola ini tidak hanya diberikan dalam internal
perusahaannya saja tetapi Coca Cola juga mengajak masyarakat luas untuk juga memiliki budaya
seperti yang dimiliki Coca Cola, yaitu budaya untuk menjaga serta melestarikan lingkungan.

Dari kasus ini kita dapat melihat bahwa Coca Cola selain meningkatkan keefektifitasan
organisasinya, Coca Cola juga menyebarkan budaya organisasinya dengan harapan masyarakat
memiliki budaya menjaga lingkungan. Gerakan yang dilakukan Coca Cola secara tidak langsung
mencerminkan budaya internal organisasi baik para karyawan atau manajemennya.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
5th edition, McGraw Hill, USA, 2003
Gibson, Ivancevich, Donelly, dan Konopaske, Organizations: Behavior Structure and Processes
14th edition, McGraw Hill, USA, 2012
Bernhard, Adolfina, Merinda, Hendra, Perilaku Organisasi, Bandung, 2017
https://pressrelease.kontan.co.id/release/coca-cola-indonesia-luncurkan-pesan-recycle-me-di-
seluruh-label-kemasan-brand?page=all

Anda mungkin juga menyukai