NPM : 188020108
Permasalahan kasus
1. Upaya untuk memahami perbedaan individu, sehingga dapat optimal dalam penempatan
karyawan
Perbedaan individu berpengaruh terhadap perilaku
Setiap individu unuk, karena setiap perbedaan akan mempengaruhi cara pandang
dan cara berinteraksi mereka
Faktor yang mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu, yaitu Dimensi
Primer (Demografi, Atribute fisik, Faktor Genetik) dan Dimensi Sekunder ( Latar
belakang pendidikan, status perkawinan, agama, pengalaman kerja dan latar
belakang lingkungan individu
Untuk memahami perbedaan individu, perlu melakukan observasi dan mengenali
berbagai perbedaan serta mempelajari hubungan diantara variable yang
mempengaruhi perilaku individu
Ada beberapa test yang diperlukan mengetahui kepribadian dan perilaku
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)
Adalah test kepribadian yang menggunakan empat karakteristik dan
mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian
Personality test
Dengan system scoring ,point test atau indikator penilaian yang digunakan
adalah beberapa personalitiy kebiasaan atau sifat kepribadian seseorang yang
terdiri atas 7 poin dengan skala penilaian satu sampai delapan , dan hasilnya akan
dicocokkan kemana tipe kepribadian yang ditunjukkan apakah tipe kepribadaian
A/A+/A-/B/B+/B-.
Personality-Job Fit Theory (Holland)
Mengidentifikasi enam jenis kepribadian dan mengusulkan kesesuaian antara
tipe kepribadian dengan lingkungan kerja yang menentukan kepuasan bekerja
Pemahaman kerja dapat diukur melalui suatu kuesioner yang menilai respons
pekerja terhadap 6 (enam) karakteristik: variasi, otonomi, interaksi yang diperlukan,
interaksi opsional, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, dan tanggung
jawab. Keenam indeks karakteristik ini dinamakan Requisite Task Attribute Index
(RTAI). RTAI telah dianalisis secara luas. Hackman dan Lawler telah menanalisis
RTAI dan merevisi enam karakteristik ini.
Sehingga untuk proses penempatan karyawan hal – hal diatas perlu diperhitungkan
agar menciptakan performa kerja yang baik
2. Respon sikap ketidakpuasan kerja (Job Dissatification)
Voice
- Voice adalah aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi yang ada.
Dalam hal ini karyawan menyarankan adanya perbaikan, berdiskusi dengan top
management dan sejumlah kegiatan dalam serikat pekerja
- Contoh : Pada suatu rapat yang mebicarakan suatu kebijakan baru, maka ‘voice’
akan secara aktif memberikan saran dan masukan untuk perbaikan terhadap
kebijakan baru tersebut
- Cara menanggapi : Dijadikan partner untuk berdiskusi mendengarkan
masukannya, dan diusahakan diskusi dengan cara non formal agar merasa lebi
nyamam
Loyalty
- Loyalty adalah Bersifat pasif namun optimis menanti perbaikan kondisi, mereka
sangat percaya pada organisasi dan langkah para top management yang
dianggapnya “pasti benar”
- Contoh : Saat diberikan suatu arahan dari atasan, maka ‘loyalty’ akan
menjalankan seluruh arahan tersebut dengan anggapan arahan tersebut
merupakan yang terbaik.
- Cara menanggapi : Harus dirangsang untuk memberikan masukan, karena pada
dasarnya loyalty adalah sikap konstruktif, namun pasif
Exit
- Merupakan langkah berani dengan keluar/meninggalkan perusahaan atau
berupaya untuk mencari perkerjaan baru di perusahaan lain.
- Contoh : seorang karyawan tidak merasa puas dan kecewa dengan perubahan
kebijakan di Rumah Sakit yang dirasa merugikan karyawan tersebut memutusan
untuk mengundurkan diri dari rumah sakit tersebut (walk out)
- Cara menanggapi :Orang dengan respon exit sebaiknya diberikan waktu dan
diamati, perlu diberikan pengertian dan bisa diajak berdiskusi bersama ‘voice’
atau ‘loyalty’ agar mendapat pengaruh positif dan mengubah sudut pandang
karyawan tersebut. Dan perlu dihindari jika bersama neglect karena akan
membawa dampak negative untuk suatu organisasi
Neglect
- Neglect (tidak peduli), merupakan tindakan yang sebenarnya sangat berbahaya,
dimana karyawan bersikap tidak peduli lagi dengan kondisi sekitar dan biasanya
akan bertingkah laku buruk dalam menyikapi kondisi yang buruk.
- Contoh : ketika ‘Neglect’ sudah mulai merasa ada ketidakpuasan kerja maka
performa kerja akan turun dengan sering dating terlambat, tidak mengerjakan
tugas bahkan ikut memprovokasi yang lainnya untuk melakukan hal yang sama
- Cara menanggapi : Jika ditemukan sikap seperti ini harus langsung di tangani,
dilakukan konseling untuk mendengarkan pendapatnya dan memberikan
penjelasan untuk mengubah persepsinya jika perlu diberikan skorsing
berdasarkan tingkat kesalahan yang dibuat
Goal atau Tujuan adalah target tertentu dimana individual berusaha untuk
mencapai tujuan adalah target (objek) dari suatu tindakan. Ketertarikan dalam
mengaplikasikan penetapan tujuan pada masalah organisasi dan issu telah tumbuh sejak
Locke menyajikan apa yang dipertimbangkan sebagai karya klasik pada tahun 1968. Suatu
tujuan adalah hasil dari seseorang, tim atau kelompok yang berusaha untuk mencapainya
melalui perilaku dan tindakan.
Menetapkan tujuan adalah proses yang termasuk atribut atau proses mental (kognitif)
dari penetapan tujuan. Atribut yang dijelaskan Locke adalah penetapan tujuan, kesulitan
tujuan dan intensitas tujuan. Spesifitas tujuan adalah tingkatan dari ketepatan kuantitatif
(kejelasan) dari tujuan. Kesulitan tujuan adalah tingkatan level kinerja atau kemampuan
yang diusahakan. Intensitas tujuan membahas proses dari penetapan tujuan atau
menentukan bagaimana untuk mencapainya. Hingga sekarang, intensitas tujuan belum
secara luas dipelajari, meskipun konsepnya berhubungan, komitmen tujuan, telah
dipertimbangkan dalam sejumlah studi. Komitmen tujuan adalah jumlah dari usaha
dilakukan untuk mencapai tujuan.
Model penetapan individual menggunakan penelitian teori yang ada, tetapi
mengilustrasikan kerangka kerja praktis yang manager bisa aplikasikan. Model penetapan
tujuan menekankan bahwa tujuan berfungsi sebagai motivator. Adalah penting dalam
tujuan manapun untuk menjadi jelas, berarti dan menantang. Ketika tujuan tidak tercapai,
individual menghadapi ketidakpuasan. Apakah ada hubungan antara tujuan dan kinerja
pekerjaan dikembangkan oleh sejumlah faktor, termasuk kemampuan, komitmen dan
umpan balik. Kemampuan seseorang bisa membatasi usaha dia untuk mencapai tujuan. Jika
seorang manajer menetapkan tujuan yang sulit dan seseorang kekurangan kemampuan
untuk mencapainya, maka tidak akan ada pencapaian.
Orang yang berkomitmen pada tujuan mempunyai gerakan, intensitas dan ketekunan
untuk bekerja keras. Komitmen menciptakan keinginan untuk mencapai tujuan dan
menyelesaikan masalah atau hambatan. Umpan balik memberikan data, informasi dan
fakta-fakta tentang kemajuan dalam pencapaian tujuan. Orang yang menggunakan umpan
balik untuk mengukur penyesuaian dalam usaha perlu dilakukan.
Tanpa umpan balik seseorang bekerja tanpa panduan atau informasi untuk
membuat koreksi sehingga tujuan dicapai tepat waktu dan pada level yang dianggarkan.
Ketika tujuan tercapai dan kinerjanya dievaluasi, imbalan diberikan. Jika imbalan
diinginkan, sebagaimana dibahas dalam teori harapan, para pegawai kemungkinan
menjadi terpuaskan dan termotivasi
Pengakuan, para karyawan harus dipuji dan diakui untuk prestasi mereka oleh
manajer
Reward, bagi karyawan yang melampaui pencapaian dan target dari tugas yang
diberikan, maka manajer memberikan reward bagi mereka.
Pertumbuhan dan ruang promosi, harus ada peluang pertumbuhan dan kemajuan
dalam sebuah organisasi guna memotivasi karyawan untuk memberikan kinerja
yang baik.
Tanggung jawab, karyawan harus di berikan bertanggung jawab lebih akan atas
tugas yang dimiliki, seperti mendapatkan delegasi tugas manjer agar karyawan
merasa lebih dipercaya atau dapat diandalkan.
Kebermaknaan pekerjaan, pekerjaan itu sendiri harus bermakna, menarik dan
menantang bagi karyawan untuk melakukan dan mendapatkan motivasi.
5. Perbandingan teori motivasi
Teori Isi dari motivasi fokus pada faktor-faktor didalam orang-orang yang perilakunya
berenergi, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan. Mereka berusaha untuk
menentukan kebutuhan khusus yang memotivasi orang – orang. Empat pendekatan penting
pada motivasi adalah (1) Hirarki kebutuhan Maslow, (2) Teori ERG Alderfer, (3) Teori dua
faktor Herzberg dan (4) Teori Kebutuhan Pembelajaran McClelland. Setiap dari empat
teori ini mempunyai dampak pada praktek manajerial dan akan dipertimbangkan dalam
paragraf berikutnya.
Dari seluruh penjelasan berbagai jenis teori, maka menurut saya yang tepat
digunakan untuk pendekatan untuk memotivasi pegawai di Rumah Sakit adalah Teori
Herzberg, dikarenakan dalam teori ini mempertimbangkan kondisi intrinsic yaitu kondisi
dari dalam diri sendiri dapat berupa kepribadian, perilaku, kebutuhan dan kondisi ekstrinsik
seperti gaji, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, kualitas supervisi
teknis dan kualitas dari hubungan interpersonal diantara rekan kerja, atasan dan bawahan
yang akan mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan kerja karyawan.
Analisa pekerjaan :
Analisa pekerjaan dokter IGD
Job Requirements adalah latar belakang pendidikan, skill, kompetensi dasar yang
dimiliki, syarat untuk mengemban suatu jabatan tertentu
Dokter IGD sebagai syarat dasar yang di butuhkan adalah S1 kedokteran,
memiliki pelatihan tentang kegawatdaruratan, atau riwayat bekerja sebelumnya
di IGD.
Job Context adalah sesuatu yang mendasari penempatan di suatu bidang Misalnya
kondisi fisik, akuntabilitas, tingkat ketelitian.
Dokter IGD tersebut harus memiliki fisik yang kuat karena akan bekerja shifting,
memiliki ketelitaian dan kecepatan dalam bekerja dan mengetahui resiko yang
mungkin terjadi di tempat kerja. Hali ini dapat di tentukan dari hasil MCU atau
wawancara tentang kepribadian.
Job Content adalah uraian tugas yang dikaitkan dengan kinerja kerja
Dokter IGD tersebut akan diberikan uraian tugas berdasarkan kebutuhan
pelayanan di IGD Rumah Sakit dan Job design yang sudah ditentukan untuk
dokter tersebut
Contoh
Job content
Job
Requierment
7. Resume
Jika job design yang diberikan sesuai maka akan memperngaruhi motivasi kerja yang
meningkat sehingga kinerja pun menjadi baik dan akan diberikan reward atas hasil
kerjanya. Sedangakan jika job design tidak sesuai akan memebuat karyawan kurang
termotivasi, menjadikan kinerja turun lalu terjadi ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan kerja
akan berefek menjadi individual stress dan misbehavior, hal ini harus disadari, diantisipasi
oleh atasan dan harus segera diperbaiki jika terjadi dengan cara redesign job dengan cara
cara rotasi atau penambahan tugas atau job enrichment