Anda di halaman 1dari 7

Leadership dan Presenteeism

Leadership (kepemimpinan) adalah unsur yang sangat penting dalam mengelola suatu
organisasi atau tim kerja. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membimbing dan
mempengaruhi orang lain menuju pencapaian tujuan atau visi bersama. Ini melibatkan
pengambilan keputusan, menetapkan arah, menginspirasi dan memotivasi orang lain, dan
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif (A Leader’s Framework for
Decision Making). Pemimpin yang memiliki kemampuan memimpin yang baik dapat
menggerakan dan mempengaruhi orang lain, dimana tidak hanya memengaruhi produktivitas,
tetapi juga berdampak pada kesejahteraan anggotanya. Setiap orang sebenarnya memiliki
potensi untuk menjadi pemimpin yang baik. Untuk membentuk karakteristik pemimpin yang
baik, diperlukan komitmen untuk membentuk self-awarness dan kepribadian pemimpin yang
baik. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sifat
kepemimpinan yang baik yaitu (Discovering authentic leadership):

1. Melakukan Refleksi diri: Luangkan waktu untuk memahami nilai, kekuatan, dan
kelemahan diri sendiri. Renungkan pengalaman masa lalu dan identifikasi kelemahan
yang perlu ditingkatkan
2. Kemauan untuk belajar secara terus menerus: Carilah peluang untuk belajar dan
mengembangkan keterampilan baru. Hal ini dapat dilakukan melalui membaca buku,
mengikuti lokakarya atau seminar, atau mengikuti kursus.
3. Mencari umpan balik: Secara aktif mencari umpan balik dari orang lain, termasuk
rekan kerja, mentor, dan penyelia. Umpan balik ini dapat membantu Anda
mengidentifikasi titik-titik buta dan area yang perlu ditingkatkan.
4. Latih kesadaran diri: Waspadai emosi, pikiran, dan perilaku Anda. Pahami bagaimana
hal tersebut memengaruhi interaksi Anda dengan orang lain dan berupayalah
mengembangkan kecerdasan emosional. [2]
5. Tetapkan tujuan: Tetapkan tujuan yang jelas dan dapat dicapai untuk pengembangan
pribadi dan profesional Anda. Tinjau dan nilai kemajuan Anda menuju tujuan ini
secara teratur. [2]
6. Bangun hubungan: Kembangkan hubungan yang kuat dengan kolega, rekan kerja, dan
mentor. Mencari peluang untuk berkolaborasi dan belajar dari orang lain. [2]
7. Ambil inisiatif: Carilah peluang untuk mengambil peran atau proyek kepemimpinan.
Ini dapat membantu Anda mendapatkan pengalaman dan menunjukkan kemampuan
kepemimpinan Anda. [2]
8. Memimpin dengan memberi contoh: Contohkan perilaku dan nilai-nilai yang ingin
Anda lihat pada orang lain. Tunjukkan integritas, empati, dan akuntabilitas dalam
tindakan Anda. [2]
9. Kemampuan beradaptasi: Terbuka terhadap perubahan dan bersedia menyesuaikan
gaya kepemimpinan Anda dengan situasi dan individu yang berbeda. [2]
10. Latih ketahanan: Kepemimpinan bisa jadi menantang, jadi kembangkan ketahanan
untuk mengatasi hambatan dan kemunduran. Belajar dari kegagalan dan gunakan itu
sebagai peluang untuk berkembang.

Dalam konteks perusahaan, kepemimpinan merupakan kunci untuk melakukan perubahan


dan membentuk budaya organisasi perusahaan yang solid. Namun, seringkali perubahan ini
tidak dapat dicapai karena sulitnya untuk merubah kebiasaan lama dan adanya pertentangan
dari internal perusahaan itu sendiri. Salah satu masalah yang dapat mengganggu di tempat
kerja, salah satunya adalah presenteeism.

Presenteeism merujuk pada keadaan ketika karyawan hadir di tempat kerja meskipun
mereka sedang sakit atau tidak dalam kondisi yang optimal untuk bekerja. Ini dapat
disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk tekanan untuk memenuhi tenggat waktu, perasaan
berkewajiban, atau ketidakpastian pekerjaan. Presenteeisme dapat menimbulkan konsekuensi
negatif baik bagi individu maupun organisasi, karena dapat menyebabkan penurunan
produktivitas, peningkatan kesalahan, dan dampak negatif terhadap kesehatan dan
kesejahteraan karyawan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aronsson et.al tahun 2000,
presenteeism dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tuntutan pekerjaan, budaya
organisasi, dan karakteristik individu. Karyawan mungkin merasakan tekanan untuk hadir di
tempat kerja karena beban kerja yang tinggi, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, atau
ekspektasi yang dirasakan dari atasan atau rekan kerja mereka. Hal ini dapat mengakibatkan
karyawan mengalami penyakit atau masalah pribadi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
penurunan kinerja dan peningkatan risiko kelelahan ( Sick but yet at work. An
empirical study of sickness presenteeism).
Kepemimpinan yang bijaksana dan peduli dapat membantu mengatasi masalah
presenteeism. Pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan anggota tim mereka dapat
menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa lebih nyaman untuk mengambil cuti
ketika mereka sakit dan merasa dihargai. Selain itu, pemimpin yang mendorong
keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat membantu mengurangi stres
yang dapat menyebabkan presenteeism. Dalam rangka menciptakan tempat kerja yang sehat
dan produktif, penting bagi para pemimpin untuk memahami dampak presenteeism dan
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menguranginya. Ini melibatkan
komunikasi yang terbuka dan pengembangan budaya organisasi yang mendukung
kesejahteraan karyawan.

Dalam mengatasi dinamika perusahaan termasuk adanya permasalahan presenteesim,


seorang pemimpin harus jeli dalam menemukan sumber permasalahan tersebut hingga dapat
memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik harus menilai
situasi dan identifikasi masalah terlebih dahulu, mengategorikan jenis masalahnya, dan
kemudian mengambil tindakan penyelesaian masalah. Tindakan yang perlu diambil biasanya
bergantung pada suatu proses/prosedur perusahaan Untuk membantu mengidentifikasi
permasalahan di dalam organisasi perusahaan, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan metode The cynefin framework. The cynefin framework adalah
sebuah metode pendekatan yang dapat membantu pembuatan keputusan untuk penyelesaian
masalah dengan memahami situasi yang dihadapi. Cynefin diambil dari kata Welsh yang
artinya “tempat” atau “habitat” dan menggambarkan berbagai faktor eksternal yang
memengaruhi cara kita berpikir dan mengambil keputusan. Berdasarkan metode the cynefin
network, masalah dalam dikategorikan ke dalam 5 situasi yang ditentukan oleh hubungan
sebab-akibat yaitu: Simple, Chaotic, Complicated, Complex dan Disorder (A Leader’s
Framework for Decision Making").

Kategori pertama yaitu simple (diketahui) yang merupakan situasi di mana akar
permasalahan dapat diidentifikasi karena hubungan sebab dan akibat sudah jelas dan mudah
dipahami. Dalam situasi ini, pendekatan pengambilan penyelesaian masalah yang dapat
dilakukan yaitu berdasarkan pada SOP (Standar Operasional Prosedut) yang sudah ada. Gaya
kepemimpinan manajemen perintah dan kontrol efektif dalam situasi ini yaitu dengan
melakukan sense, categorize, respond. Kategori kedua yaitu complicated (dapat diketahui)
yang merupakan situasi dimana hubungan antara sebab dan akibat cukup jelas, tetapi tidak
dapat dipahami karena masalahnya rumit. Masalah yang termasuk “rumit” ini mungkin
memiliki beberapa “solusi” yang perlu diterapkan. Solusi ini mungkin melibatkan berbagai
perspektif dan keahlian dari para ahli lainnya di bidang masing-masing. Bertanya kepada para
ahli memainkan peran penting dalam mencari solusi dengan berbagai pendekatan. Sebagai
pemimpin yang baik diperlukan pengetahuan dan wawasan yang luas untuk menyelesaikan
situasi ini. Pendekatan pengambilan keputusan di situasi ini adalah dengan melakukan sense,
analyze, respond. Dengan kata lain, sebagai pemimpin, perlu untuk menilai situasi,
melakukan analisis dengan melibatkan bantuan para ahli pengambilan keputusan, dan
menentukan tindakan penyelesaian masalah.

Kategori ketiga berdasarkan model the cynefin frramework adalah complex (tidak
diketahui). Hubungan sebab akibat tidak dapat ditentukan dalam kategori ini. Selain itu, tidak
ada satu solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah sehingga pendekatan
terbaik adalah probe, sense, respond. Dalam hal ini, pemimpin disarankan untuk tidak
berusaha mengendalikan situasi yang ada, tetapi melakukan eksperimen untuk mencari pola
dalam pemecahan masalah. Kepemipinan yang mampu beradaptasi dan fleksibel dibutuhkan
untuk menghadapi situasi ini. Kategori keempat yaitu.chaotic (tidak jelas). Kondisi ini
merupakan situasi yang tidak stabil dan memerlukan pengambilan tindakan secepatnya
sehingga tidak ada waktu bereksperimen atau menyelidiki masalah. Situasi ini merupakan
situasi krisis dan membutuhkan keputusan yang cepat karena seringkali melibatkan pihak
ketiga atau berhubungan dengan hukum. Pendekatan pengambilan keputusan di situasi ini
adalah act, sense and response. Sebagai pemimpin, perlu bertindak tegas untuk mengatasi
masalah yang paling mendesak, menganalisis kestabilan masing-masing masalah, kemudian
menenangkan situasi dengan membangun stabilitas dan keteraturan dalam masalah tersebut.
Kategori kelima atau terakhir di dalam model ini yaitu disorder (tidak dapat ditentukan).
Kategori ini disebut sebagai situasi yang tidak dapat dikategorisasikan dalam empat situasi
lainnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, sebagai seorang pemimpin yang baik perlu
untuk mengumpulkan lebih banyak informasi sehingga dapat mengategorikan situasi tersebut
dan mampu mengambil tindakan penyelesaian masalah yang efektif.

Kepemimpinan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara kontinu. Setiap


pemimpin yang baik harus mau untuk belajar dan melakukan perbaikan diri secara terus
menerus. Kepemimpinan sejati atau otentik ditandai dengan kesadaran diri, personal growth,
dan kepemimpinan dengan integritas. Karaktteristik dari seorang pemimpin sejati antara lain
jujur ​ ​ pada diri sendiri, mampu membangun hubungan yang bermakna, dan
memberdayakan orang lain. Pemimpin sejati memprioritaskan keberhasilan organisasi di atas
keuntungan pribadi dan berusaha menciptakan budaya organisasi yang positif. Menurut Jim
Collins, setidaknya terdapat 5 tingkatan kepemipinan (level leadership) yang perlu dicapai
agar mampu melakukan perubahan organisasi secara komprehensif yaitu (Jimmy collins 5
level leadership) :

a. Level 1: Individu dengan kemampuan yang tinggi – Pada tingkat ini mengacu
pada individu yang mampu memberikan kontribusi secara produktif melalui bakat,
pengetahuan, dan keterampilannya di dalam organisasi perusahaan.
b. Level 2: Anggota tim yang mampu berkontribusi - Pada tingkat ini, individu
mampu bekerja secara efektif dengan orang lain dalam tim dan berkontribusi pada
pencapaian tujuan tim tersebut.
c. Level 3: Manajer yang berkompeten – Pada tingkat ini, seorang pemimpin mampu
terlibat dalam pengorganisasian orang dan sumber daya untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
d. Level 4: Pemimpin yang efektif - Pemimpin pada tingkat ini mampu untuk
mengkatalisasi komitmen dan dengan penuh semangat mengejar visi yang jelas
dan menarik, melakukan stimulasi kelompok untuk mencapai standar kinerja yang
tinggi.
e. Level 5: Eksekutif – Tingkatan ini merupakan tingkat kepemimpinan tertinggi,
yang ditandai dengan kombinasi kerendahan hati pribadi dan kemauan profesional.
Pemimpin pada tingkat ini harus mampu untuk mempertahankan kinerja yang
sangat baik dalam jangka waktu yang lama melalui kualitas. Tingkat
kepemimpinan ini mewakili kemajuan dari kemampuan individu hingga
kontribusi tim, kompetensi manajerial, kepemimpinan yang efektif, dan pada
akhirnya, tingkat kepemimpinan eksekutif tertinggi yang ditandai dengan
kerendahan hati dan tekad yang kuat.

Pemimpin yang baik harus mampu mendengarkan dan merespons kebutuhan


karyawan, serta memberikan dukungan ketika diperlukan. Mereka juga harus memberikan
contoh perilaku sehat dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga
karyawan merasa didukung dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dalam era
di mana kesejahteraan karyawan semakin menjadi perhatian utama, para pemimpin perlu
memahami bahwa investasi dalam kesejahteraan karyawan dapat menghasilkan keuntungan
jangka panjang. Ketika karyawan merasa didengar dan diberi perhatian oleh pemimpin
mereka, mereka cenderung lebih berkomitmen dan bersemangat dalam pekerjaan mereka.
Pemimpin yang membantu karyawan mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi juga dapat mengurangi stres dan kelelahan, yang pada gilirannya dapat
mengurangi tingkat presenteeism. Menurut studi yang dilakukan oleh James et.al tahun 2011,
setidaknya terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada meningkatnya presenteesim yaitu
kesehatan emosional dan fisik, kondisi kesehatan dan perilaku kronis dan kondisi kehidupan.
Kesehatan fisik salah satunya keadaan gizi dimana orang dengan BMI (Body Mass Index)
yang berlebihan maupun kurang berperan dalam meningkatnya risiko presenteeisme pada
karyawan (Preseenstism WBP).

Kesimpulannya, kepemimpinan merupakan kunci dari sebuah organisasi.


Kepemimpinan yang baik berfokus pada kesejahteraan karyawan dan menciptakan budaya
kerja yang mendukung keseimbangan dapat mengurangi presenteeism dan meningkatkan
produktivitas serta kepuasan kerja. Inilah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang
sehat, berkelanjutan, dan berhasil. Selain itu, pemimpin yang menunjukkan perhatian pada
kesejahteraan karyawan dapat menciptakan budaya di mana karyawan merasa diberdayakan
untuk merawat diri mereka sendiri. Dengan mendorong perilaku sehat dan memberikan
sumber daya yang diperlukan, pemimpin dapat membantu karyawan mengatasi masalah
kesehatan dan mengurangi risiko presenteeism. Untuk menjadi pemimpin yang baik,
diperlukan proses belajar terus menerus dan kemampuan untuk menganalisa masalah dengan
baik, salah satunya dengan menggunakan The cynefin framework. Dalam lingkungan kerja
yang didukung oleh kepemimpinan yang peduli, karyawan cenderung merasa lebih puas dan
terhubung dengan pekerjaan mereka. Mereka juga lebih mungkin untuk tetap produktif dan
berkontribusi pada kesuksesan organisasi. Oleh karena itu, investasi dalam kepemimpinan
yang peduli terhadap kesejahteraan karyawan adalah investasi yang sangat berharga bagi
organisasi. Untuk mengatasi presenteeism dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, para
pemimpin perlu berfokus pada kesejahteraan karyawan. Ini termasuk mendengarkan
kebutuhan karyawan, menciptakan budaya yang mendukung keseimbangan, dan memberikan
sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian, kepemimpinan yang peduli dapat menjadi
solusi untuk mengurangi presenteeism dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih
produktif dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai