secara resmi dari hal-hal yang dianggap benar atau salah dalam bentuk peraturan-
peraturan yang berlaku dalam suatu masyarakat untuk masa tertentu.
Dalam dekade belakangan ini Profesi Akuntan di Amerika dan dunia disorot, karena
kedudukan akuntan dan lapangan akuntansi mengambil peran yang penting dalam masyarakat
yaitu memberikan jasa penyediaan laporan keuangan untuk Akuntan Internal dan fungsinya
sebagai Auditor (pemeriksa keuangan), dimana jasa-jasa mereka ini mengalami penurunan mutu
sampai kepada skandal-skandal yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dimana para
akuntan ataupun auditor terlibat didalamnya. Akuntan adalah suatu profesi yang unik, yang
mempunyai standar kompetensi yang diterima oleh profesi sebagai dasar untuk melakukan
pekerjaan dan menilai hasil pekerjaan, dan masyarakat pemakai pun menerima hal itu sebagai
suatu ketentuan yang mengikat. Standar kompetensi ini merupakan dasar atau pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan baik sekarang maupun masa depan. Ada beberapa dasar kompetensi
akuntan yang unik (grounding accounting’s unique competence) yang menjadi dasar pemakai
dapat memanfaat hasil pekerjaan Akuntan yaitu laporan keuangan untuk pengambilan keputusan,
yaitu: Stewardship, Control ,Fairness, Attestation, Relevance, Reliability, Representational
faithfulness, dan Accountability. Pekerjaan akuntansi yang paling penting adalah menyiapkan
laporan keuangan, untuk dipakai oleh yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, jika
kita lihat perumusan yang dibuat oleh True Blood Commite, Harahap,(2002), dalam perumusan
tujuan laporan keuangan, maka dapat kita lihat bahwa informasi yang dibutuhkan adalah untuk
Pengambilan Keputusan dan Pertanggung jawaban. Dengan berkembangnya tehnologi Informasi,
khususnya decision science dapat dilihat bahwa bahan dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan informasi kuwantitatip atau informasi
financial yang disupply oleh akuntansi. Bahkan dalam hal tertentu unsur non financial data lebih
penting dalam melahirkan keputusan yang tepat, Harahap, (1999). Oleh karena itu, orang tidak
lagi hanya berharap pada akuntansi, apalagi perkembangan Cybernetic, Expert System,
Information Technologi (IT), Artificial Intellegent(AI), dan lain sebagainya. Keadaan ini
mengarahkan akuntansi lebih baik pada bidang Accountability (Pertanggunggung Jawaban),
karena pertanggung jawaban merupakan dasar dari penyediaan informasi akuntansi dan juga
kompetensi.(Fahrizandi, 2020)
b. Kejahatan Komputer
Tahun 2004 di Indonesia juga dihebohkan jebolnya computer server Komisi Pemilihan
Umum yang dibobol oleh spyware berasal dari Indonesia bernama Dani Firmansyah,
yang akhirnya mengacaukan sistem yang ada di KPU. Mulanyaia mengetes system
sistem keamanan server www.tnp.kpu.go.idmelalui Cross Site Scripting(XSS) dan SQL
Injection di gedung PT Danareksa Jln. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat pada 17
April 2004. Usahanya sukses, selanjutnya ia berbuat iseng dengan mengubah nama –nama
partai dengan istilah –istilah yang lucu. Seperti Partai Kolor Ijo, Partai Jambu, Partai Nanas,
dan lain –lain. Pemerintah Indonesia baru saja mengatur masalah HaKI (Hak atas Kekayaan
Intelektual), Undang –UndangNomor 19 Tahun 2002. Namun undang –undang tersebut
berfokus pada persoalan perlindungan kekayaan intelektual saja. Ini terkait dengan
persoalan tingginya kasus pembajakan software di negeri ini. Kehadiran undang –undang
tersebut tentu tidak lepas dari desakan Negara –Negaradimana produsen softwareitu berasal.
Begitu juga dengan dikeluarkannya undang –undang hak paten yang diatur dalam Undang
–Undang Nomor 14 Tahun2001, yang mengatur hak eksklusif yang diberikanoleh Negara
kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya.(Kelamin & Pertama, 2020)
Kejahatan komputer yang banyak terjadi seperti menjadi “momok” bagi para pengguna.
Maka, untuk memperkecil angka kejahatan komputer dibutuhkan pengaturan hukum yang
berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Namun, hingga saat ini banyak negara
belum memiliki perundang-undangan khusus di bidang teknologi informasi, baik dalam aspek
pidana maupun perdatanya.Semakin meningkatnya Teknologi Informasi semakin banyak juga
dampak positif dan negatifnya. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend
perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Selain itu dampak
negatifnya dapat menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut dengan “CyberCrime” atau
kejahatan melalui jaringan Internet. Semakin maraknya tindakan kejahatan yang
berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis komputer dan jaringan
telekomunikasi ini semakin membuat para kalangan pengguna jaringan telekomunikasi menjadi
resah.
c. Privacy Issue
Privasi merupakan keleluasaan pribadi. Privasi melekat pada setiap manusia dan
patut untuk dihargai. Pada era teknologi informasi ini, data mengenai privasi seseorang
telah banyak tersebar pada internet. Tanpa disadari, banyak data mengenai privasi seseorang
yang telah bocor di internet. Data privasi yang tersebar bisa disebabkan oleh kelalaian kita
maupun penyedia layanan. Tidak salah jika ada pandangan yang mengatakan bahwa di era
teknologi informasi ini, masalah privasi bukanlah masalah yang besar. Tetapi kita perlu
tahu bahwa sebenarnya data privasi pada internet dapat menimbulkan ancaman kriminalitas
bagi diri kita maupun keluarga kita. Tujuan kami membuat paper ini adalah mengingatkan
masyarakat bahwa semakin berkembangnya teknologi informasi, maka data privasi kitajuga
akan semakin terbuka. Oleh karena itu, kami harapkan masyarakat dapat memilah data
apa dan kepada siapa data itu akan diberikan agar tidak menjadi penyalahgunaan. Selain
itu, masyarakat juga perlu mengerti dan mendukung hukum perundang-undangan tentang
privasi yang telah diatur oleh pemerintah agar tidak melewati batas privasi diri maupun
orang lain.
Suatu masalah yang terjadi pada facebook muncul karena dilanggarnya peraturan
mengenai komunikasi privasi antar pengguna facebook. Beberapa kasus pelanggaran privasi
telah terjadi karena komunikasi melalui facebook seperti, di tahun 2014 tepatnya di Bogor
terjadi pembunuhan dan perampasan seorang Pegawai Negeri Sipil. Korban dibunuh
karena terlalu mengumbar informasi di media sosial, akibatnya tersangka bisa dengan mudah
mengetahui aktivitas korban. Mirisnya terangka pembunuhan merupakan kenalannya di media
sosial facebook. Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk
memanajemen privasi dan menerapkan privasi dengan tepat. Penyebaran informasi dan
aktivitas pada media sosial bisa menjadi tembak bagi diri sendiri, maka dari itu perlu
dipertimbangkan lagi ketika kita ingin menuliskan identitas asli di media sosial.
Hukum Publik : Juridiksi, Etika Kegiatan Online, Perlindungan Konsumen, Anti Monopoli,
Persaingan Sehat, Perpajakan, Regulatory Body, Data Protection dan Cyber Crimes.
Hukum Privat : HAKI, ECommerce, Cyber Contract, Domain Name, Insurance. Penegakan
hukum tentang cyber crime terutama di Indonesia sangatlah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu
undang-undang, mentalitas aparat penegak hukum, perilaku masyarakat, sarana dan kultur.
Hukum tidak bisa tegak dengan sendirinya selalu melibatkan manusia didalamnya dan juga
melibatkan tingkah laku manusia didalamnya. Hukum juga tidak bisa tegak dengan sendirinya
tanpa adanya penegak hukum. Penegak hukum tidak hanya dituntut untuk profesional dan pintar
dalam menerapkan norma hukum tapi juga berhadapan dengan seseorang bahkan kelompok
masyarakat yang diduga melakukan kejahatan. (Napitupulu, 2017)
e. Tantangan- tantangan lain
Dunia digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi publik dan
kepentingan bisnis. Namun juga memberikan tantangan terhadap segala bidang kehidupan untuk
meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam kehidupan.Penggunaan bermacam teknologi memang
sangat memudahkan kehidupan, namun gaya hidup digital pun akan makin bergantung pada
penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita patut bersyukur semua teknologi ini makin
memudahkan, hanya saja tentunya setiap penggunaan mengharuskannya untuk mengontrol serta
mengendalikannya. Karena bila terlalu berlebihan dalam menggunakan teknologi ini kita sendiri
yang akan dirugikan, dan mungkin juga kita tak dapat memaksimalkannya. Perkembangan
teknologi yang begitu cepat hingga merasuk di seluruh lini kehidupan sosial masyarakat, ternyata
bukan saja mengubah tatanan kehidupan sosial, budaya masyarakat tetapi juga kehidupan politik.
Kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh manusia benar-benar dimanfaatkan oleh
para politisi yang ingin meraih simpati, dan empati dari masyarakat luas. Untuk menaikan
elektabilitas dan popularitas dapat dilakukan dengan fasilitas digital seperti salah satunya
smartphone sekarang dengan di sediakan fitur/aplikasi yang canggih yang berhubung langsung
ke jejaring sosial yang mampu menghubungkan antara individu yang satu dengan yang lainnya,
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya bahkan negara yang memberikan dampak besar
dalam politik moderen. Mekanisme elektronik juga telah mengubah aktivitas dalam pemilihan
seperti kampanye berbasis internet, website-website, email dan podcast. Hal ini menjadi fasilitas
bagi para kandidat dan partai-partai politik sebagaii sarana yang cepat dan murah untuk
mengirim pesan kepada audiens, yang memungkinkan mereka untuk merekrut para sukarelawan
kampanye dan menggalang danadana kampanye, penggunaan media digital Smartphone yang
tehubung dengan jejaring sosial sangat efektif terutama dalam menjangkau masyarakat muda,
yang sering kali merupakan segmen masyarakat yang paling sulit untuk dilibatkan melalui
strategi-strategi konvensioanal.
Sisi lain dari wajah baru dan kekuasaan politik di era digital juga untuk dimanfaatkan
sebagai alat penyebaran ideologis secara sistematis untuk mencari dukungan dan sekaligus
perkembagaan nilai-nilai ideologis itu, dan sisi lain sebagai alat untuk mesin-mesin propoganda,
bagaimana para politisi berusaha untuk mempertahankan kekuasaan dengan menampilkan citra
baik dan menyembunyikan citra negatif untuk mendapat dukungan dari publik.
Dalam bidang teknologi informasi sendiri, tantangan nyata pada era digital semakin
kompleks karena berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-pengaruh yang bisa membuat
perubahan di setiap sisi. Teknologi informasi merupakan bidang pengelolaan teknologi dan
mencakup berbagai bidang (tetapi tidak terbatas) seperti proses, perangkat lunak komputer,
sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi. Setiap data,
informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui setiap
mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari teknologi informasi. Teknologi
informasi memfasilitasi bisnis dalam empat set layanan inti untuk membantu menjalankan
strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, menghubungkan dengan
pelanggan, dan alat-alat produktivitas. Tantangan dalam bidang teknologi informasi sangat
banyak seperti memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam melakukan pekerjaan. (Setiawan, 2017)
F. Isu Kesehatan (Health Issue)
Berdasarkan data yang diperoleh dari situs portal resmi www.alodokter. com, bahwa
“alodokter.com” berniat untuk memberikan informasi kedokteran melalui penyampaian kata-kata
yang mudah dipahami oleh publik Indonesia. Alodokter menyediakan konten kesehatan
mengenai berbagai penyakit, obat-obatan, masalah kesejahteraan, dan masalah keluarga. Konten
“alodokter. com” hanya mendasarkan pada riset ilmiah dan disunting secara saksama oleh para
dokter. Alodokter juga menyediakan laman tanya-jawab secara online dengan dokter-dokter
Indonesia
G. Solusi Sosial
Kuper (2000: 156), memandang bahwa “Pada umumnya para ilmuwan sosial berusaha
memahami jenis konflik yang berlangsung dalam konteks hubungan saling tergantung dan
hubungan pertukaran yang melembaga.” Hubungan saling ketergantungan memerlukan
konsistensi berupa fenomena yang teratur yang memungkinkan untuk diprediksi. Konsistensi
tersebut menjadi dasar bagai pengembangan semua ilmu. Severin & James (2001 : 155)
menyatakan bahwa konsep umum tentang konsistensi mendasari semua ilmu. Konsep konsistensi
dalam perilaku manusia adalah perpanjangan dunia fisika ke dalam area perilaku manusia.
Banyak manusia berupaya untuk dapat konsisten dalam beberapa cara seperti dalam bersikap,
berperilaku, bahkan bersikap dan berperilaku dalam persepsi kita tentang dunia, tentang
seseorang, tentang ambisi, bahkan tentang perkembangan kepribadian. Manusia mengatur
dunianya dengan cara berkomunikasi yang menurutnya masuk akal dan bemakna.
Media sebagai penyebab konflik, terutama media massa sering menyebabkan
berkembanganya masalah-masalah sosial yang menyeret pada konflik, dan citra buruk pada
kognisi masyarakat juga terhadap media massa itu sendiri. Efek dari media massa membentuk
proses perubahan sosial. Bungin (2006: 91) memandang perubahan sosial sebagai perubahan
yang di alami oleh anggota masyarakat serta semua unsur budaya dan sistem sosial, pada semua
tingkat kehidupan, baik secara sukarela maupun dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal.
Kemudian meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, sistem sosial lama, dan menyesuaikan
diri atau menggunakan polapola kehidupan, budaya dan sistem sosial yang baru. Dalam proses
peralihan inilah sumber-sumber konflik mendapat penguatan potensial melalui komunikasi, baik
komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal.
Konflik sosial tampak pada ekspresi muka, kontak mata, mata molotot, posisi tubuh, gerak
isyarat (gesture) dan jarak antarpribadi. Sering terjadi kontak fisik disebabkan berkembangnya
konflik nonverbal. Bahkan, sering juga terjadi seseorang marah-marah hanya karena mencium
aroma tidak sedap dari orang yang ada di sebelahnya. Sebuah kasus pada acara makan bersama
di restoran seorang kepala sekolah memandangi seorang guru terusmenerus dan berlanjut kepada
pengalihan mata pelajaran terhadap guru lain, karena waktu makan memakai jaket kulit, yang
dipandang kepala sekolah kurang etis. Efek dari peristiwa itu terjadi konflik berkepanjangan
yang mengakibatkan guru tersebut pindah tempat bekerja. Dari kasus tersebut dapat di pahami
bahwa isyarat-isyarat nonverbal bisa dikatakan mengomunikasikan informasi mengenai emosi,
ucapan, perbedaan-perbedaan individual dan hubungan-hubungan antarpribadi. Kuper dkk.
(2000), memandang arti penting isyaratisyarat nonverbal dalam mengomunikasikan emosi
berasal dari observasi-observasi. Darwin (1872) berpendapat bahwa ekspresiekspresi emosi
melalui wajah merupakan bagian dari respons alamiah, adaptif, dan fisiologis. Pemikiran
mutakhir sangat dipengaruhi oleh model “neuro-kultural” dari Ekman. (Ekman (1972), Ekman
dan Friesen (1986) menyatakan, menurut model itu, emosi dasar yang memiliki ekspresi alamiah
bisa dimodifkasi melalui pembelajaran atas apa yang disebutnya sebagai kaidah pertunjukan
(display rules), yakni norma-norma yang mengatur ekspresi emosi dalam konteks sosial yang
beragam. Ekspresi alamiah melalui wajah bersifat alamiah sekaligus juga dapat dipelajari.(Amin,
2017)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. A. S. (2017). Komunikasi Sebagai Penyebab Dan Solusi Konflik Sosial. Jurnal
Common, 1(2). https://doi.org/10.34010/common.v1i2.573
ANDJARWATI, A. L., & BUDIADI, S. (2018). Etika Bisnis dan Perilaku Etis Manajer
Pengaruhnya terhadap Tanggung Jawab Perusahaan pada Lingkungan Sosial. BISMA
(Bisnis Dan Manajemen), 1(1), 1. https://doi.org/10.26740/bisma.v1n1.p1-13
Fahrizandi, F. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi di Perpustakaan. Tik Ilmeu : Jurnal
Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 4(1), 63. https://doi.org/10.29240/tik.v4i1.1160
Kelamin, J., & Pertama, M. (2020). Persepsi Mahasiswa tentang Konselor. 3(2), 13–55.
Napitupulu, D. (2017). Kajian Peran Cyber Law Dalam Memperkuat Keamanan Sistem
Informasi Nasional. Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 100–113.
Prasanti, D., Sri, D., & Indriani, S. 2018. (2002). Pengembangan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Dalam Sitem E-Health Alodokter.com Com the Use of Informationand
Communication Technology in E-Health System Alodokter.Com. Jurnal
Sosioteknologi,17(1),93103.http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/view/6294.
Setiawan, W. (2017). Era Digital dan Tantangannya. Seminar Nasional Pendidikan. Seminar
Nasional Pendidikan, 1–9.
Syamsuar, & Reflianto. (2018). Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 6(2), 1–13.