Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN MANFAAT DALAM

PENGGUNAAN FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH) PADA


MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH

ASIF BARQIAN

(2201101010158)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN, FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS,

UNIVERSITAS SYIAH KULA

PENGARANG : email:asif@mhs.usk.ac.id

ABSTRAK

Financial Technology (Fintech) adalah teknologi sistem keuangan. GO-PAY,DANA


DAN OVO merupakan Fintech jenis pembayaran yang menduduki peringkat pertama kedua
dan ketiga di Indonesia maupun di Banda Aceh. Berdasarkan teori TAM (Theory Acceptance
Model), persepsi kegunaan dan kemudahan merupakan konstruk utama dalam penggunaan
suatu teknologi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan cross-sectional
survey. Dari hasil penelitian, didapatkan 71% responden masuk dalam kategori sangat baik
pada persepsi kegunaan dan 70,25% masuk dalam kategori sangat baik pada persepsi
kemudahan. Peranan perkembangan teknologi juga tidak luput dirasakan pada aspek layanan
financial. Layanan finansial sudah bertransformasi ke arah digitalisasi layanan, yang mana
kemudahan bertransaksi merupakan value added yang ditawarkan kepada konsumen. Seperti
layanan OVO, Dana dan Go-Pay yang menawarkan pembayaran dan penyimpanan uang
secara digital. Perkembangan inovasi teknologi berpengaruh meningkatkan produksi pada
masyarakat dan membuat manusia menjadi lebih modern (Haqiqi, Lasiyono, & Prabowo,
2020).

Kata Kunci: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Financial Technology


1. PERKENALAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan inovasi teknologi memudahkan segala transaksi manusia. Dengan adanya


perkembangan teknologi segala kegiatan menjadi lebih mudah dan efektif seperti
memanfaatkan cloud computing guna mengelola data dan dapat digunakan dimanapun,
kapanpun, dengan platform apapun. Penggunaan layanan Gojek dan Grab yang digunakan
untuk moda transportasi dan logistik serta mempermudah kegiatan harian lainnya. Kegiatan
belanja yang juga dapat dengan mudah dan instan dilakukan secara digital baik melalui
TokoPedia, Shopee, Zalora, dan lainnya. tingkat regional dalam proses pembangunan untuk
mencapai deflasi, reformasi, dan lainnya. perkembangan teknologi berpengaruh kepada
perilaku masyarakat, seperti hampir semua kalangan masyarakat menggunaan internet dan
smartphone. Dilansir dari laporan we are social (2023) pengguna internet tahun 2023
mengalami peningkatan sebesar 77% (276,4 juta jiwa). Penggunaan internet dan smartphone
dari semua kalangan juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
pelayanan suatu perusahaan yang berbasis teknologi digital. Misalnya berbelanja, masyarakat
tidak perlu lagi ke pasar untuk membeli barang, melainkan dapat membeli melalui took
online kemudian barang dapat langsung diantar oleh jasa pengantar. Artinya perkembangan
teknologi digital merambah seluruh aspek, termasuk ke dalam perekonomian. Sektor
keuangan juga tidak luput dari pengaruh perkembangan teknologi yaitu adanya pembayaran
non-tunai. Masyarakat dahulunya menggunakan alat pembayaran tunai kini telah beralih
menggunakan sistem yang lebih mudah dan modern dalam melakukan berbagai aktivitas
transaksi pembayaran, hal ini merupakan perkembangan bisnis melaui teknologi digital
(Marcheline & Pratiwi, 2018). Sistem pembayaran online menjadi salah satu perkembangan
transaksi digital financial technology yang sudah berkembang saat ini.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dari itu penulis
membuat rumusan masalah yaitu:
1.Apakah persepsi kemudahan berpengaruh terhadap minat menggunakan
financial technology (fintech) pada masyarakat Kota Banda Aceh?
2.Apakah manfaat berpengaruh terhadap minat menggunakan financial
technology (fintech) pada masyarakat Kota Banda Aceh?
3.Apakah persepsi kemudahan, manfaat dan risiko secara bersama-sama
berpengaruh terhadap minat menggunakan financial technology (fintech)
pada masyarakat Kota Banda Aceh?
1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas maka tujuan penelitian


adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan terhadap minat masyarakat
bertransaksi menggunakan financial technology (fintech) pada masyarakat
Kota Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui pengaruh manfaat terhadap minat menggunakan financial
technology (fintech) pada masyarakat Kota Banda Aceh.
3. Untuk mengetahui pengaruh risiko terhadap minat menggunakan financial
technology (fintech) pada masyarakat Kota Banda Aceh.
4. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan, manfaat dan risiko secara
bersama-sama terhadap minat menggunakan financial technology (fintech)
pada masyarakat Kota Banda Aceh.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu:


1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil peenelitian ini akan memberikan saran dan diharapkan
dapat berguna untuk melengkapi kajian teoritis penelitian yang akan datang
bekaitan mengenai financial technology (fintech).
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi perusahaan.
Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan lebih menggiatkan dan
mengoptimalkan dalam penyelenggaraan fintech di berbagai sektor.
b. Bagi pembaca. Bagi pembaca sebagai salah satu bahan untuk menambah
referensi dan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi penulis.
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dalam bangku
perkuliahan dan membandingkannya dengan praktek di lapangan.

II. TINJAUAN LITERATUR

2.1 LANDASAN TEORI

2.1 Financial technology (fintech)

Finanancial Technology (FinTech) merupakan hasil gabungan antara jasa


keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari
konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap
muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak
jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan
detik saja.
1 Pengertian lain dari FinTech menurut The National Digital Resreach Centre
(NDRC) di Dublin, Irlandia, mendefinisikan FinTech sebagai “inovarion in
financial services” atau inovasi dalam layanan keuangan yang merupakan
inovasi pada sektor financial yang mendapat sentuhan teknologi modern.
2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan Fintech sebagai sebuah
inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan
teknologi. Produk FinTech biasanya berupa suatu sistem yang dibangun guna
menjalankan mekanisme keuanganyang spesifik.
3 Sedangkan menurut surat edaran Bank Indonesia No.18/22/DKSP tentang
Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital (LKD) menjelaskan bahwa
kegiatan layanan keuangan digital penggunaan teknologi berbasia mobile
ataupun berbasis web dalam layanan kegiatan layanan sistem pembayaran dan
keuangan yang dilakukan dengan kerja dengan pihak ketiga dalam rangka
keuangan inklusif.
Dari beberapa pengertian yang sudah dijabarkan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa FinTech adalah sebuah inovasi layanan digital yang
menyediakan produk-produk keuangan serta memanfaatkan kemajuan
teknologi yang ada.

2.2 Jenis-Jenis layanan fintech

Terdapat ada 7 layanan fintech yang dapat ditulis dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Pembayaran (Payment gateway)
Pembayaran (Payment gateway) dalam layanan Financial Technology relatif
lebih mudah dibandingkan dengan produk dan layanan teknologi finansial
lainnya. Dua pasar pembayaran fintech adalah pembayaran konsumen dan ritel
dan pembayaran grosir dan perusahaan. Pembayaran adalah salah satu layanan
keuangan ritel yang paling sering digunakan sehari-hari, serta salah satu
layanan keuangan yang paling tidak diatur (Lee dan Shin, 2017:1-85). Menurut
bnymellon.com (2015), fintech pembayaran konsumen dan ritel termasuk
mobile wallets, peer-to-peer (P2P) mobile payments, pertukaran mata uang
asing dan pengiriman uang, real-time payments, dan solusi mata uang digital.
Layanan ini meningkatkan pengalaman bagi pelanggan yang mencari
pengalaman pembayaran yang efisien dalam hal kecepatan dan kenyamanan.
Penggunaan fintech dalam transaksi pembayaran (payment gateway) selalu
berhubungan dengan uang elektronik. Pembayaran (payment gateway)
menggunakan uang elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
pembayaran menggunakan uang elektronik menurut Ajeng (2018:20)
diantaranya lebih cepat dan nyaman dibandingkan uang tunai, waktu transaksi
yang diperlukan lebih singkat dan jumlah uang yang dapat diisi ulang melalui
berbagai sarana yang telah disediakan. Adapun kelemahannya yaitu
penggunaan instrumen uang elektronik oleh satu penerbit tidak bisa digunakan
untuk pembayaran di merchant penerbit lainnya.
Adapun Contoh fintech jenis payment gateway di Indonesia diantaranya
OVO dan GO-PAY. OVO dan GO-PAY merupakan aplikasi fintech yang
berfungsi sebagai uang elektronik.Dengan menggunakan OVO dan GO-PAY
pembayaran dapat dilakukan kapanpun selama merchant tempat berbelanja
mendukung aplikasi OVO dan GO-PAY. Pembayaran menggunakan OVO dan
GO-PAY hanya khusus pada pembelian produk atau pembayaran jasa saja.

2.Pinjaman (Lending)
Pinjaman konsumen (Peer-to-Peer Consumer Lending) dan pinjaman bisnis
(Peer-toPeer Bussines Lending) adalah tren besar lainnya dalam fintech.
Fintech dalam pinjaman (Peer-toPeer lending) memungkinkan individu dan
bisnis untuk meminjam antara satu sama lain. Dengan strukturnya yang
efisien, layanan fintech pinjaman (peer-to-peer lending) mampu menawarkan
suku bunga rendah dan proses peminjaman yang lebih baik bagi pemberi
pinjaman dan peminjam. perbedaan yang sama tetapi signifikan dari bank
adalah bahwa fintech secara teknis tidak terlibat dalam peminjaman, karena
mereka hanya menghubungkan antara pemberi pinjaman dengan peminjam,
dan mengumpulkan biaya dari pengguna (Lee dan Shin, 2017:1-85).

3.Asuransi (Insurance)
Dalam model bisnis asuransi fintech, fintech bekerja untuk memungkinkan
hubungan yang lebih mudah antara perusahaan asuransi dan pelanggan.
Mereka menggunakan analitis data untuk menghitung dan menyesuaikan
risiko, dan ketika kelompok pelanggan potensial bertambah, pelanggan
ditawarkan produk untuk memenuhi kebutuhan mereka (misalnya, asuransi
mobil, asuransi jiwa, asuransi kesehatan). Mereka juga mempermudah proses
penagihan kesehatan. Model bisnis fintech asuransi tampaknya menjadi yang
paling digunakan oleh penyedia asuransi tradisional. Teknologi ini
memungkinkan perusahaan asuransi untuk memperluas pengumpulan data
mereka ke sumber-sumber penyedia asuransi nontradisional untuk melengkapi
model tradisional mereka, dan meningkatkan analisis risiko mereka (Lee dan
Shin, 2017:1-85).

4.Crowdfunding
Crowdfunding dalam layanan fintech berperan sebagai pemberdayaan jaringan
individu untuk mengawasi pembuatan produk baru, media, dan ide dan
mengumpulkan dana untuk amal atau modal usaha. Crowdfunding melibatkan
tiga pihak yaitu pemrakarsa proyek atau pengusaha yangmembutuhkan
pendanaan, kontributor yang mungkin tertarik untuk mendukung penyebab
atau proyek, dan organisasi moderator yang memfasilitasi keterlibatan antara
para kontributor dan inisiator. Organisasi moderator memungkinkan para
kontributor untuk mengakses informasi tentang berbagai inisiatif dan peluang
pendanaan untuk pengembangan produk/ jasa (Lee dan Shin, 2017:1- 85).

5.Manajemen Investasi (Investment Management)


Manajemen investasi dalam layanan fintech berperan sebagai penyedia
jaringan individu untuk mengelola beragam sekuritas atau surat berharga
seperti saham, obligasi dan aset lainnya dengan tujuan untuk mencapai target
investasi yang menguntungkan bagi investor. Layanan dalam bidang ini dapat
mempermudah investor dalam mengamati dan mendiskusikan strategi
investasi atau portofolio dengan anggota lain dari jejaring sosial. Perdagangan
saham dalam layanan fintech memungkinkan investor dan pedagang untuk
terhubung satu sama lain untuk mendiskusikan dan berbagi pengetahuan,
membeli dan menjual komoditas saham dan memantau risiko secara real-time.
Pengguna dapat melihat harga saham ecara langsung dan mengirim atau
menerima dana dalam berbagai mata uang secara aman melalui perangkat
seluler yang digunakan. Dengan layanan fintech, pengguna dapat bertransaksi
dengan biaya yang jauh lebih rendah, melalui metode pembayaran yang jauh
lebih mudah bagi individu atau bisnis.
6.Microfinancing
Bank Indonesia menjelaskan bahwa microfinancing adalah sistem pembiayaan yang diberikan
pada pebisnis usaha kecil yang memiliki penghasilan maksimal 100 juta per tahun.

Asian development bank pun menjelaskan bahwa microfinancing adalah lembaga keuangan
yang ditujukan untuk setiap pengusaha kecil dalam kegiatan deposit, kredit, pembayaran
transaksi jasa dan juga kegiatan transfer uang.Biasanya, jumlah uang yang diberikan sebagai
biaya pinjaman dalam microfinancing ini mulai dari 50 juta rupiah hingga 500 juta
rupiah.Berdasarkan OJK, penentuan jumlah uang pinjaman ini berdasarkan usaha tersebut
didirikan. Sebesar 50 juta rupiah untuk wilayah di desa atau kelurahan, 100 juta untuk
wilayah usaha di kecamatan, dan 500 juta rupiah untuk di wilayah kota atau kabupaten.Jumlah
pinjaman yang bisa diberikan memang tidak terlalu besar, karena sistem pembiayaan ini lebih
menargetkan masyarakat kelas bawah dan pebisnis UMKM. Sehingga, berbagai
persyaratannya berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.

7.Fintech Aggregator
Fintech aggregator adalah Situs Web atau Aplikasi yang membantu masyarakat/konsumen
(nasabah) untuk memperoleh informasi mengenai produk dan layanan jasa keuangan dengan
menghimpun informasi, menyaring dan memperbandingkan produk dan layanan antar
Lembaga Jasa Keuangan (LJK) secara digital. Konsumen dapat menggunakan layanan
aggregator untuk mengetahui informasi mengenai produk-produk LJK seperti KPR, kartu
kredit, jenis-jenis tabungan, produk asuransi, produk pembiayaan lainnya.Jadi dapat
disimpulkan, kelebihan aggregator adalah, Sobat tidak harus mengakses ke
beberapa website atau mendatangi beberapa kantor cabang lembaga keuangan untuk melihat
atau membandingkan ikhtisar suatu produk atau jasa keuangan. Melalui Aggregator, Sobat
hanya perlu masuk ke satu website, atau membuka satu aplikasi dan langsung mendapatkan
gambaran dari masing-masing produk/layanan jasa keuangan.

2.3 Dasar hukum fintech di indonesia

Muncul industri Fintech di Indonesia telah diatur oleh lembaga-lembaga yang berwenang
dengan tujuan untuk melindungi konsumen yang menggunakan produk fintech. lembaga-
lembaga yang berhak membuat peraturan mengenai fintech adalah Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bank Indonesia (BI), Kementrian Informasi dan Informatika Republik Indonesia
(KOMINFO) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adapun peraturan-peraturan yang dibuat
oleh lembaga tersebut adalah:

1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan


Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(PJOK) ini mengatur tentang Peer to Peer Lending (P2P Lending) yang merupakan salah
satu jenis fintech yang berkembangan di Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).

2) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 18/SEOJK.02/2017 tentang Tata
Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi Pada Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi (Otoritas Jasa Keuangan, 2017)

3) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik (PBI E-
Money). Pada Peraturan Bank Indonesia E-money bukan hanya mengatur tentang uang
digital (E-Money) tetapi juga mengatur tentang Layanan Keuangan Digital (Bank Indonesia,
2018).
4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial (Bank Indonesia, 2017) .

5) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016
tentang Sistem Manajemen Pengamanan Informasi (KOMINFO, 2016).

6) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016
tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik (KOMINFO, 2016).

7) Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No: 116/DSN-MUI/IX/2017


tentang Uang Elektronik Syariah (DSN-MUI, 2017) 8) Fatwa Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia No : 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis
Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah (DSN-MUI, 2018).

2.4 Persepsi kemudahan

Perceived ease of use (persepsi kemudahan) adalah perpsepsi seseorang bahwa menggunakan
teknologi hanya memerlukan sedikit usaha atau tidak mengalami kesulitan ketika
menggunakan teknologi tersebut sehingga dapat meringankan pekerjaan (Monisa, 2013).
Sedangkan menurut Adriyanto dalam (Nurdin et al., 2020) kemudahan berarti kepercayaan
seseorang bahwa menggunakan teknologi tidak akan menyusahkan dan memerlukan usaha
yang besar pada saat digunakan. Menurut Hadi et al., dalam (Bagastia, 2018) persepsi
kemudahan memberikan petunjuk bahwa suatu sistem dibuat bukan untuk memberikan
kesulitan bagi penggunanya, akan tetapi memberikan kemudahan bagi seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan. Dengan kata lain, seseorang yang bekerja menggunakan sistem
dapat menyelesaikan pekerjaanya dengan mudah dibanding dengan seseorang yang bekerja
tidak menggunakan sistem atau bekerja secara manual. Berdasarkan beberapa definisi
kemudahan yang dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang
mengaplikasikan sistem teknologi dalam pekerjaan maka akan menghemat waktu dalam
menyelesaikan pekerjaanya, kemudian sistem teknologi dirancang untuk mempermudah
penggunanya bukan untuk mempersulit penggunanya.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah penelitian dilihat dari persentase yang akan dilakukan dengan persentase terhadap
objek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data
terhadap objek penelitian penulis menggunakan instrumen penelitian dengan melihat
persentase penggunaan fintech di banda aceh. Responden pada penelitian ini adalah orang
pengguna fintech di banda aceh yang bertransaksi menggunakan financial technology
maupun yang tidak menggunakan financial technology.

Adapun Jenis penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif


adalah penelitian yang pengumpulan informasi serta penafsirannya banyak menggunakan
angka yang
ukurannya dapat ditetapkan (Seabeni, 2017).Penelitian ini juga akan menganalisis pengaruh
persepsi kemudahan, keamanan, dan efektivitas terhadap minat orang bertransaksi
menggunakan financial technology. bekerja menggunakan sistem dapat menyelesaikan
pekerjaanya dengan mudah dibanding dengan seseorang yang bekerja tidak menggunakan
sistem atau bekerja secara manual. Berdasarkan beberapa definisi kemudahan yang
dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mengaplikasikan sistem
teknologi dalam pekerjaan maka akan menghemat waktu dalam menyelesaikan pekerjaanya,
kemudian sistem teknologi dirancang untuk mempermudah penggunanya bukan untuk
mempersulit penggunanya.

IV. Kesimpulan dan saran

4.1 Kesimpulan
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kegunaan dalam
penggunaan Financial Technology (Fintech) pada masyarakat Kota
Banda Aceh sangat baik. Hal ini terbukti dari 400 masyarakat yang
menjadi responden, 284 diantaranya (71%) termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Fintech memiliki
kegunaan yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari
sehingga saat ini terlihat penggunaan Fintech sering ditemukan pada
masyarakatKota Banda Aceh.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan dalam
penggunaan Financial Technology (Fintech) pada masyarakat Kota
Banda Aceh sangat baik. Hal ini terbukti dari 400 masyarakat yang
menjadiresponden, 281 diantaranya (70,25%) termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Fintech memiliki
kemudahan dalam menggunakannya. Oleh karena hal tersebut,
penggunaan Fintech semakin sering ditemukan pada masyarakat Kota
Banda Aceh.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Kota Banda Aceh dalam
menggunakan sistem informasi Financial Technology (Fintech) adalah
sangat baik.
4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, makapenulis dapat memberi saran

saran sebagai berikut:


Bagi pemerintah
Memberikan dukungan dan kebijakan kepada industri Financial
Technology (Fintech) agar mendorong pertumbuhan industri tersebut karena
persepsi masyarakat terhadap Fintech sangat baik khususnya masyarakat Kota
Banda Aceh.
Bagi penyedia layanan Fintech
Semakin meningkatkan kegunaan dan kemudahan dalam menggunakan layanannya
untuk semua kalangan

DAFTAR PUSTAKA

Andryanto, Reza. (2016). Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Manfaat, dan Persepsi


Kemudahan Penggunaan Terhadap Minat Beli di Toko Online. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta
Badan Pusat Statistik Aceh. (2020). Jumlah Penduduk Provinsi Acehmenurut
Kabupaten/Kota Tahun 2017-2019. Diakses pada 2Maret 2020, dari
https://aceh.bps.go.id/statictable/2020/02/24/247/jumlah- penduduk-provinsi-
aceh-menurut-kabupaten-kota-tahun-2017- 2019-.html
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (2020). Jumlah Penduduk,Rata-Rata
Kepadatan Penduduk per Desa, dan Rata-rataKepadatan Penduduk per Km
Kota Banda Aceh PertengahanTahun 2014. Diakses pada 2 Maret
2020, dari
https://bandaacehkota.bps.go.id/dynamictable/2015/12/03/3/ju mlah-penduduk-
rata-rata-kepadatan-penduduk-per-desa-dan- rata-rata-kepadatan-penduduk-
per-km-2-kota-banda-aceh- pertengahan-tahun-2014.html
Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (2020). Penduduk Miskin diKota Banda Aceh
2010-2013. Diakses pada 2 Maret 2020, dari
https://bandaacehkota.bps.go.id/dynamictable/2015/12/04/4/pe nduduk-miskin-
di-kota-banda-aceh-2010-2013.html
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta
Bnymellon.com (2015). Innovation in Payments: The Future isFintech.
Diakses pada 20 Desember 2019, dari https://www.bnymellon.com/us/en/our-
thinking/innovation-in-payments-the-future-is-fintech.jsp
Chuang, Li-Min. (2016). The Adoption of Fintech Service: TAM perspective.
Taiwan: International Journal of Management andAdministrative Sciences
Dorfleitner dan Weber. (2017). Fintech In Germany. Berlin: Springer
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit UniversitasDiponegoro
Harwantiyoko. (1997). MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma
Jogiyanto, Hartono. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan.
Yogyakarta: CV. ANDI Offset
Katadata.co.id. (2019). LinkAja, OVO, atau Go-Pay: Mana yangAnda
Pilih?. Diakses pada 27 Desember 2019, dari
https://katadata.co.id/infografik/2019/07/16/linkaja-ovo-atau- go-pay-mana-
yang-anda-pilih
King, Laura A. (2012). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. (Alih
bahasa: BrianMarwensdy).Jakarta:Sal

Anda mungkin juga menyukai