Anda di halaman 1dari 14

Seminar Nasional dan Call For Paper

Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

ANALISIS PENGARUH KECENDERUNGAN


PERGESERAN SISTEM PEMBAYARAN DARI TUNAI KE
NON-TUNAI/ONLINE PAYMENT TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA
(Studi pada UMKM di Yogyakarta)

Evi Rosalina Widyayanti


STIE Widya Wiwaha, Yogyakarta
Email: evi@stieww.ac.id

Abstrak

Peran teknologi memang sangat besar dalam perkembangan peradaban sekarang ini yang
pada akhirnya semua orang menggunakan internet dalam menjalankan aktifitas hidup sehari-
hari dalam berkomunikasi, berbelanja, bekerja termasuk melakukan pembayaran melalui
internet. Dalam aktifitas belanja online yang semakin besar minat masyarakat menggunakannya
memang memberikan penawaran kemudahan dan banyak keuntungan yang bisa diperoleh
karena secara tidak langsung yang mempunyai kepentingan akan lancarnya transaksi e-
commerce bukan hanya konsumen tetapi juga produsen sebagai merchant pengguna fasilitas
aplikasi belanja online tersebut.Tantangan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
dalam menghadapi kemajuan teknologi termasuk di bidang keuangan yaitu hadirnya Financial
Technology (Fintech) dalam sistem pembayaran non tunai/ online payment. Beberapa
keuntungan pembayaran Non-Tunai yang bisa dirasakan bagi UMKM dalam peningkatan dan
perkembangan usaha adalah: 1.) Transaksi yang lebih cepat. 2.) Pencatatan transaki yang
lebih mudah dan sistematis. 3.) Databased permintaan pelanggan yang lebih akurat. Ketiga hal
diatas menjadi alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terhadap kemungkinana adaya
Peningkatan Pendapatan Usaha bagi Pelaku UMKM di kota Yogyakarta.
Dengan menggunakan wawancara mendalam sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan
data dari informan (sumber informasi) maka didapatkan hasil penelitian dimana prosentase
jawaban yang setuju/ Ya dari semua UMKM yang menjadi sumber data dan informasi dalam
penelitian ini.. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya mereka setuju dan nyaman
menggunakan sistem pembayaran non tunai/ online payment, dan menghasilkan kemungkinan
benar dalam peningkatan pendapatan usaha. Kesimpulan yang didapat dari analisa penelitian
ini adalah semua sumber informasi (UMKM) yang mengisi kuisioner dan diwawancarai
memberikan jawaban setuju/Ya sebesar 60% hingga 100%, artinya bahwa kecenderungan
perubahan sistem pembayaran dari tunai ke non tunai dirasakan memberikan pengaruh
terhadap peningkatan pendapatan usaha oleh pelaku UMKM di Yogyakarta.. .
Keywords: e-commerce, Financial Technology (FinTech), online payment

Pendahuluan

Krisis ekonomi yang dihadapi oleh Yunani memberikan dampak pada pengetatan ikat
pinggang yang harus dilakukan negara tersebut. Sementara itu krisis perbankan di Uni Eropa
membutuhkan uluran tangan dari Bank Sentral. Dana talangan (Bailout) perbankan memang
tidak akan menyelesaikan seluruh permasalahan di Uni Eropa namun paling tidak akan mampu
mengurangi akses permintaan terhadap pembayaran dalam jangka pendek. Sementara itu

187
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

sistem pembayaran akan terus berkembang dan berubah sesuai tuntutan pasar. Tamayo,
Jimenez, Flynn dan Bowes (2005) menyebutkan: “the payment system is transitioning in an
evolutionary fashion, not in a revolutionary one, and that some effect such as check decline, are
atributable primarily to causes other than the internet. While the internet remains a main driver
in the substitution of electronic payments for consumer checks and its longer-term effect will
most likely continue to be gradual”
Jadi dalam hal ini bisa bermakna bahwa trend pembayaran kedepan sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Pertumbuhan ekonomi memainkan peranan yang
sangat penting dalam mencetak kecenderungan dalam sistem pembayaran. Selain
pertumbuhan ekonomi tingkat pembangunan ekonomi juga sangat menentukan kecenderungan
tersebut.
Banyak faktor yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan tren sistem
pembayaran suatu negara. Setiap negara memiliki sistem pembayaran yang berbeda meskipun
sebuah negara memiliki tingkat ekonomi yang cenderung sama. Dalam hal ini teknologi
memberikan peran yang signifikan pada perubahan sistem pembayaran suatu negara.
Teknologi dalam sistem pembayaran akan memiliki sifat increasing return to scale dan teknologi
itu bersifat embodied dalam kapital dan sumber daya manusia. Sementara dari sisi permintaan
teknologi juga bersifat embodied dalam konsumen. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang dalam hal ini adalah konsumen maka akan semakin mampu
menggunakan teknologi seperti halnya komputer, internet dan smart phone. Konsumen
sekarang ini sangat cerdas dalam bertransaksi termasuk dalam menggunakan sistem
pembayaran non tunai dengan berbagai macam sistem yang ditawarkan di pasar, sehingga
willingness to pay konsumen sangat ditentukan oleh jenis dari sistem pembayaran yang ada
dan yang akan dipilih adalah yang paling cepat, aman dan mudah. Dalam hal ini peran
pemerintah sebagai regulator dan peran merchant sebagai pelaku usaha menjadi penyebab
bagaimana sistem pembayaran non tunai tersebut dapat dilakukan dengan cepat, aman dan
mudah. (okezone.com)
Peran teknologi memang sangat besar dalam perkembangan peradaban sekarang ini
yang pada akhirnya semua orang menggunakan internet dalam menjalankan aktifitas hidup
sehari-hari dalam berkomunikasi, berbelanja, bekerja termasuk melakukan pembayaran melalui
internet. Dalam aktifitas belanja online yang semakin besar minat masyarakat menggunakannya
memang memberikan penawaran kemudahan dan banyak keuntungan yang bisa diperoleh
karena secara tidak langsung yang mempunyai kepentingan akan lancarnya transaksi e-
commerce bukan hanya konsumen tetapi juga produsen sebagai merchant pengguna fasilitas
aplikasi belanja online tersebut. Kondisi ini didukung oleh semakin besarnya jumlah masyarakat
Indonesia yang menjadi pengguna internet secara aktif. Dari data Kementrian Komunikasi.dan
Informatika (Kominfo) menyebut hingga Juni 2019 tercatat sebanyak 171 juta pengguna internet
di Indonesia. Setiap tahun pengguna internet tumbuh 10,2 persen atau 27 juta jiwa, dan yang
menurut Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kementrian Kominfo 64,8 persn
jumlah itu adalah pengguna internet aktif yang mengakses konten hiburan seperti video dan film
(www.gatra.com, 2019). Salah satu penyumbang peningkatan jumlah pengguna internet adalah
pelaku usaha UMKM mereka menggunakannya terlebih untuk memberikn support terhadap
pemasaran usaha melalui berbagai media yang tersedia dalam layanan pemasaran yang bisa
diakses melaui internet.
Data bank Indonesia menunjukkan volume transaksi uang elektronik pada akhir 2018
melonjak 2019% menjadi 2,9 miliar transaksi dibandingkan tahun 2017 sebesar 943,3 juta
transaksi. Hingga juli 2019 volume transaksi uang elektronik telah mencapai 2,7 miliar transaksi
atau mendekati angka pada akhir 2018. Hal yang sama juga terjadi pada nilai transaksi uang

188
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

elektronik yang melonjak hingga 281,39%. Pada tahun 2018 nilai transaksi uang elektronik
mencapai Rp47,2 trilliun. Angka tersebut meningkat sebesar Rp34,8 triliun atau hampir 3 kali
lipat dibandingkan 2017 yang sebesar Rp12,4 trilliun. Hingga Juli 2019 nilai transaksi uang
elektronik sudah melampaui nilai transaksi pada 2018 yaitu sebesar Rp69 trilliun. Peningkatan
transaksi uang elektronik sejalan dengan program Gerakan Nasional non Tunai (GNNT) yang
dicanangkan oleh BI sejak 2014
Tantangan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam menghadapi
kemajuan teknologi termasuk di bidang keuangan yang sangat membutuhkan upaya keras
dalam menguasai berbagai aturan sistem yang menjanjikan keuntungan besar bagi
pengembangan ke depannya. Karena sebenarnya perkembangan financial technology (fintech)
ini salah satunya justru dapat membantu pelaku usaha untuk dapat melakukan pencatatan
keuangan yang jauh lebih rapi dan terorganisir dengan lebih baik, dimana biasanya hanya
dilakukan secara manual dan bahkan seingatnya saja yang mana ini sangat berbahaya dalam
jangka panjang karena akan banyak kesalahan, kekeliruan yang dampaknya dapat fatal pada
kerugian usaha. Sementara itu pencatatan keuangan yang tertata dengan baik dan jelas dapat
dibaca dengan baik oleh pihak lain sekalipun dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha
untuk menyerahkan catatan keuangan pada pihak yang terkait misalnya dalam hal ini adalah
bagi pemberi kredit untuk mendapatkan pinjaman usaha misalnya. Manfaat pembayaran Non-
Tunai bagi UMKM menjadi sangat penting bagi pengembangan usaha, karena sistem
pembayaran non-tunai hingga kini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu kontributor
terbesar industri Fintech di Indonesia saat ini. Beberapa keuntungan pembayaran Non-Tunai
yang bisa dirasakan bagi UMKM dalam peningkatan dan perkembangan usaha adalah:
1. Transaksi yang lebih cepat
Pembayaran Non-Tunai seperti melalui EDC, mobile wallet, e-money, online
payment point, e-banking dan lainnya dapat mempersingkat waktu transaksi bagi
pelanggan, sedangkan bagi pelaku usaha hal ini berarti antrian yang lebih pendek,
penghematan biaya layanan, dan pembagian kerja karyawan yang lebih efisien.
Kemudahan ini juga dapat memberikan kenyamanan bagi para pelanggan.
2. Pencatatan transaki yang lebih mudah dan sistematis
Sistem pembayaran Non-Tunai dapat dapat mencatat transaksi non-digital menjadi
digital, secara rinci semua transaksi akan terekam secara otomatis di salam sistem, mulai
dari tanggal transaksi dan waktu transaksi, jenis produk atau layanan, jumlah modal yang
dikeluarkan, serta jumlah pembayaran dari pelanggan.
3. Databased permintaan pelanggan yang lebih akurat
Pencatatan transasi digital menyediakan informasi mengenai permintaan
pelanggan. Hal ini bermanfaat bagi pelaku UMKM untuk memprediksi pembelian stok
barang maupun layanan dikemudian hari, berdasarkan minat dan kebutuhan pelanggan.
Pelaku usaha menjadi lebih efektif dan efisien dalam mengalokasikan modal yang
dimiliki, menghindari stok barang yang tidak laku terjual hingga mendapat celah untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar
Secara keseluruhan sistem pembayaran Non-Tunai menyediakan manfaat yang
berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor UMKM lewat efisiensi dan efektifitas kinerja
dan biaya. Layanan pembayaran Non-Tunai dapat terus dikembangkan untuk menjawab
kebutuhan UMKM dan masyarakat Indonesia secara lebih efektif. Inovasi dan layanan produk
fintech dipercaya dapat mendorong ekonomi digital sehingga mempercepat pencapaian inklusi
keuangan di Indonesia. Tidak mustahil nantinya pelanggan dapat dengan mudah merasakan
secara langsung pembayaran Non-Tunai di sektor UMKM termasuk warung tradisional di
seluruh Indonesia. (ekonomi.kompas.com)

189
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Kondisi diatas melatar belakangi penelitian ini dimana penulis mengangkat judul
“Analisis Pengaruh Kecenderungan Pergeseran Sistem Pembayaran dari Tunai ke Non
Tunai/ Online Payment Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha (Studi pada UMKM di
Yogyakarta)”
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan tentang permasalahan yang
sebenarnya dihadapi oleh UMKM apakah sudah sesuai dengan penggambaran akan beberapa
keuntungan yang akan diperoleh setelah pelaku usaha memanfaatkan fasilitas pembayaran
non-tunai dalam transaksi penjualan usahanya tersebut, maka rumusan masalahnya adalah: 1)
apakah pembayaran Non-Tunai berdampak pada transaksi menjadi lebih cepat?; 2) apakah
pembayaran Non-Tunai berdampak pada Pencatatan transaksi yang lebih cepat dan
sistematis?; 3) apakah Pembayaran Non-Tunai berdampak pada databased permintaan
pelanggan yang lebih akurat?; 4) apakah secara keseluruhan pembayaran Non Tunai
berdampak pada keuntungan usaha?.
Studi Pustaka

Penelitian Terdahulu
a. Nastiti Ninda Lintangsari, Nisaulfathona Hidayati, Yeni Purnamasari, dan Hilda Carolina
(Universitas Diponegoro) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Instrumen
Pembayaran Non-Tunai terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia” penulis ingin
mengetahui pengaruh instrumen pembayaran Non-Tunai yang salah satunya menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
- Pengaruh Instrumen Pembayaran Non-Tunai terhadaap jumlah uang beredar
1. Transaksi e-money berpengaruh signifikan secara statistik pada tingkat 0,05 (tingkat
kepercayaan 95%) terhadap jumlah uang beredar (M1)
2. Transaksi debit berpengaruh positif dan signifikan secara statistik pada tingkat 0,01
(tingkat kepercayaan 99%) positif terhadap jumlah uang beredar (M1)
3. Transaksi kartu kredit tidak berpengaruh signifikan eterhadap Jumlah Uang Beredar
(M1)
b. Didin Elok Parastiwi, Imam Muchlish, Agung Haryono Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang (studi pada uang elektronik BRIZZI). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
penggunaan BRIZZI oleh mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Negeri Malang masih
rendah. Rendahnya penggunaan BRIZZI disebabkan karena minat mahasiswa terhadap
penggunaan BRIZZI pun rendah. Faktor utama rendahnya penggunaan BRIZZI adalah
disebabkan kurangnya informasi mengenai produk BRIZZI dan tidak adak adanya sikap
terbuka dari mahaiswa, karena mahasiswa masih terlalu nyaman dengan uang tunai.
c. Diardo Luckandi dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pembayaran menggunakan
Fintech pada UMKM di Indonesia: Pendekatan Adabtive Strukturation Theory”
menghasilkan kesimpulan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu berupa faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan fintech pada UMKM dan pola penerapannya. Faktor-faktor
diperoleh dari penggunaan AST, sedangkan pola penerapannya diperoleh dengan cara
observasi pada saat melakukan wawancara kepada narasumber. Faktor-faktor yang
diperoleh dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor pendukung dan peghambat. Faktor
pendukung pelaku UMKM untuk menggunakan fintech adalah berupa kenyamanan,
keamanan, kesesuaian transaksi, kemudahan serta bisnis. Hal-hal yang berkaitan dengan
faktor-faktor pendukung ini secara nyata adalah berupa kemudahan pencatatan,
kemudahan proses transaksi serta peningkatan penjualan. Faktor penghambat pada
penggunaan layanan ini adalah implementasi teknologi, biaya, serta kesiapan infrastruktur.

190
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Landasan Teori

Pemasaran
Pemasaran (marketing) adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yag bernilai dengan pihak lain. (Kotler,
2000: 9). Seorang pemasar adalah seseorang yang mencari tanggapan (perhatian, pembelian,
pemberian suara, sumbangan) dari pihal lain yang disebut prospek. Jika dua pihak itu saling
berusaha untuk menjual sesuatu kepada yang lain kita menyebut keduanya pemasar
(marketer). Pemasar harus berupaya untuk memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan
pasar sasaran. Kebutuhan adalah menggambarkan tuntutan dasar manusia, keinginan dibentuk
oleh lingkungan masyarakat seseorang sedangkan permintaan adalah keinginan akan produk-
produk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk membayar.Orang memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk karena produk adalah setiap tawaran yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk atau tawaran akan berhasil jika
memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Pembeli akan memilih diantara
beragam tawaran yang dianggap memberikan nilai yang paling banyak. Nilai merupakan rasio
antara apa yang didapatkan dan apa yang diberikan pelanggan. Pelanggan mendapatkan
manfaat dan mengeluarkan biaya. Manfaat mencakup manfaat fungsional dan manfaat
emosional, biaya mencakup biaya moneter, biaya waktu, biaya emosi, biaya energi dan biaya
fisik. Pertukaran yang merupakan konsep inti dari pemasaran mencakup perolehan produk
yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya (Kotler, 2000)
Pemasaran di Era Industri 4.0 telah mengalami lompatan yang luar biasa dibansingkan
dengan 5-10 tahun sebelumnya . Hari ini manusia hidup di dunia yang seluruhnya baru.
Struktur kekuasaan yang selama ini dikenal mengalami perubahan drastis. Internet yang
membawa konektifitas dan transparansi pada kehidupan adalah hal utama yang menyebabkan
pergeseran kekuasaan ini. Pegeseran radikal ini memberikan perubahan dimana kekuatan
horizontal, inklusive dan sosial mengalahkan kekuatan vertikal, eklusive, dan individu,
komunitas pelanggan menjadi semakin kuat. Mereka kini menjadi lebih vokal, mereka tidak
takut pada perubahan-perubahan besar dan merek besar, mereka suka berbagi cerita baik dan
buruk tentang merek.Lebih jauh lagi semua terjadi karena munculnya kekuatan
konektivitas,yang mengubah permainan yang paling pentig dalam sejarah pemasaran. Bahkan
konektifitas dengan cepat mendisrupsi industri yang sudah lama mapan dengan rintangan
masuk yang tampak tinggi Mekipun konektifitas bergerak melalui perangkat ponsel-printing, ini
barulah level konektifitas yang paling dasar dimana internet hanya berfungsi sebagai
infrastruktur komunikasi. Level berikutnya adalah konektivitas berdasarkan pengalaman dimana
internet digunakan untuk memberikan pengalaman peanggan unggulan di titik sentuh antara
pelanggan dengan merek. Dengan demikian jelaslah bahwa pelanggan dimasa kini adalah
pelanggan yang paling berkuasa. Namun sebenarnya masa kini sangat tergantung pada
pendapat orang lain. Dalam banyak kasus kata-kata orang lain bahkan menjadi lebih penting
dari pada preferensi pribadi dan komunikasi pemasaran. Alasannya tak lain adalah konektifitas
itu sendiri. Konetifitas mengubah pola pikir pelanggan dimana mengakui masukan dari orang
asing mugkin lebih kredible dari pada rekomendasi penganjur merek dari kalangan selebritas.
(Kotler, Hermawan K, Iwan S, 2019)
Strategi Pemasaran
Secara teoritis kondisi yang terjadi di dunia pasar dapat menjelaskan bagaimana seorang
pelaku usaha mampu mengembangkan pemasaran di era industri pasar global yang sudah
sangat terkoneksi satu sama lain melalui internet yang sangat tidak bisa dikendalikan oleh
perusahaan. Kotler (2000) mendefinisikan industri global adalah industri dimana posisi strategis

191
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

para pesaing dalam pasar geografis atau pasar nasional utama pada dasarnya dipengaruhi
oleh posisi global mereka secara keseluruhan. Perusahaan global adalah suatu perusahaan
yang beroperasi di lebih dari satu negara serta memiliki keunggulan litbang, produk, logistik,
pemasaran dan keuangan dalam biaya dan reputasi perusahaan yang tidak dimiliki oleh
pesaing domestik murni.
Untuk mencapai pasar global di era sekarang ini bisa dibayangkan menjadi sesuatu yang
bukanlah hal yang sulit. Jarak geografis tidak menghalangi langkah usaha mencapai dunia luar
yang berjarak tempat karena semua dapat dilakukan dengan mudah melalui fasilitas yang
diberikan oleh internet. Akan tetapi apa yang disampaikan oleh Kotler tetaplah masih berlaku
dimana dunia hanya ingin menerima produk dengan preferensi global yang berlaku
internasional yang mana akan menjadi gambaran resiko perusahaan yaitu sbb:
1. Perusahaan harus memahami preferensi pelanggan luar negeri agar tidak gagal
menawarkan produk ke pasar global
2. Perusaahaan harus mampu menyesuaikan budaya negara asing agar produknya dapat
diterima sesuai selera negara tujuan
3. Perusahaan harus mampu mengenali peraturan hukum negara lain agar terhindar dari
biaya-biaya yang tidak terduga
4. Perusahaan harus memiliki manajer kelas internasional yang berpengalaman
5. Perusahaan harus berhati-hati dengan kebijakan luar negeri yang diterapkan negar
tujuan
Pemasaran global juga dapat dilakukan dan diterapkan oleh UMKM sebagai salah satu
strateginya dalam memasuki pasar ynglebih luas. Apa yang diterapkan oleh perusahaan besar
dapat diteapkan juga pada perusahaan dengan skala yang lebih kecil. UMKM dapat memilih
strategi peasaran tertentu yang lebih tepat dengan produk masing-masing. Pemilihan strategi
dapat melalui 4 P (bauran pemasaran) yaitu Produk (product), memilih produk yang tepat,
kemasan produk, foto produk, katalog produk dll. Harga (Price), harga sangat berkaitan dengan
tiga hal ini sebagai penentu yaitu berdasarkan pada cost based, value based ataukan
competition based, hal ini akan sangat menentukan keputusan pelanggan. Promosi (Promotion)
dapat dilakukan perusahaan melalui banyak pilihan mulai dari yang free memalui sosial media
sampai pada yang berbayar tergantung dari keputusan perusahaan menyesuaikan budget dari
usaha. Tempat (place/ distribusi, jalur tempat atau promosi memiliki pilihan yang sangat luas
dalam upaya menghantarkan produk sampai di tangan pelanggan dimana pilihan itu harus tetap
berpihak pada pelanggan.
Pemasaran Online
Dalam pemasaran melalui online (internet) pemasar dapat menjalankan pemasaran
online dengan menciptakan kehadiran secara elektronis pada internet, berpartisipasi dalam
forum newgroup dan buletin board, memasang iklan online, komunitas web, menggunakan
email dan webcasting. Istilah yang sering digunakan adalah perdagangan elektronik (e-
commerce), menggambakan satu varietas luas dari peringkat lunak atau sistem komputer
elektronik, seperti pengiriman pesanan pembelian kepada pemasok melalui electronic data
interchage (EDI), penggunaan faks dan email untuk melakukan transaksi, penggunaan ATM,
EFTIPOS, kartu smart untuk memudahkan pembayaran dan mendapatkan uang tunai secara
digital dan pengguna internet dan layanan online (Kotler, 2000: 755).
Ada dua fenomena yang melandasi bisnis elektronik yaitu digitalisasi dan konektivitas.
Digitalisasi terdiri dari mengubah teks, data, suara dan gambar ke dalam arus “bits” yang dapat
dikirim dengan kecepatan yang luar biasa dari satu lokasi ke lokasi lain. Konektivitas mencakup
membangun jaringan dan mengekspresikan fakta bahwa banyak bisnis dunia dilakukan melalui
jaringan yang menghubungkan orang dan perusahaan. Jaringan ini disebut intranet ketika

192
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

menghubungkan orang-orang di dalam perusahaan, ekstranet, ketika menghubungkan


pemasok dan pelanggannya, serta internet ketika menghubungkan pemakai dengan “jalur
informasi bebas hambatan ‘ yang sangat besar.
Menurut buku Computer Today (Donald H. Sanders): Komputer adalah system elektronik
untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya
secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan menghasilkan
output dibawah pengawasan suatu langkah-langkah instruksi-instruksi program yang tersimpan
di memori (stored program) Perkembangan perangkat lunak (software) telah tumbuh dengan
sangat pesatnya sejak beredarnya computer di pasaran. Dengan semakin murahnya computer
semakin banyak orang yang memilikinya dan pemakai computer membutuhkan bermacam-
macam perangkat lunak untuk lebih mendayagunakan komputernya. Secara kebetulan banyak
pabrik-pabrik perangkat lunak yang menangani permintaan ini. Telah ribuan macam perangkat
lunak yang tersedia dipasaran, terutama perangkat lunak paket (package software) yaitu
program jadi untuk aplikasi tertentu. (Jogiyanto 2005). Aplikasi perangkat lunak (software
application) adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan
komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna komputer.
Biasanya dibandingkan dengan perangkat lunak, sistem yang mengintegrasikan berbagai
kemampuan komputer, tetapi tidak secara langsung menerapkan kemampuan tersebut untuk
mengerjakan suatu tugas yang menguntungkan pengguna. Contoh utama perangkat lunak
aplikasi adalah pengolah kata, lembar kerja, dan pemutar media.
Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi suatu paket kadang disebut sebagai
suatu paket atau disebut suite aplikasi (application suite). Contohnya adalah Microsoft
office dan open.office.org, yang menggabungkan suatu aplikasi pengolah kata, lembar kerja,
serta beberapa aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya
memiliki antarmuka pegguna yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan pengguna untuk
mempelajari dan menggunakan tiap aplikasi. Sering kali, mereka memiliki kemampuan untuk
saling berinteraksi satu sama lain sehingga menguntungkan pengguna. Contohnya, suatu
lembar kerja dapat dibenamkan dalam suatu dokumen pengolah kata walaupun dibuat pada
aplikasi lembar kerja yang terpisah (Wikipedia.org).
Perkembangan teknologi computer sudah semakin pesat di era millennium sekarang ini
dimana semua kemampuan yang selama ini hanya bisa dilakukan oleh computer mampu
dioperasikan menggunakan telephon genggam (handphone) dengan teknolgi android
(smartphone). Berbagai perangkat lunak yang ada di computer mampu dioperasikan
smardphone android system, dengan demikian sangat mudah bagi pengguna untuk membawa
kemana saja dan kapan saja perangkat lunak ini akan diakses. Salah satu perkembangan
modern sekarang ini adalah android, andriod adalah system operasi berbasis linux yang
dirancang untuk perangkat bergerak layar sentuh seperti telephon pintar dan computer tablet.
Android adalah system operasi dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan pada android
memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para
pembuat perangkat operator nirkabel dan pengembang aplikasi. Kecanggihan teknologi ini
memungkinkan android digunakan oleh milyaran orang didunia, karena kecanggihannya dapat
membantu menyelesaikan banyak tugas manusia.
Penggunaan android semakin lengkap ketika muncul berbagai layanan bagi pengguna
dalam bentuk aplikasi yang bisa juga langsung dioperasikan melalui handphone seperti aplikasi
pemasaran yang sudah banyak digunakan sekarang ini seperti marketplace, travel Assistent,
internet banking, ojol (ojek online) dll. Semua bisa diakses hanya melalui handphone yang ada
dalam genggaman.

193
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Financial Technologi dalam Sistem pembayaran


Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan
mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi pembayar. Sistem pembayaran merupakan
sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilaiuang dari satu pihak ke pihak lain.
Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari
penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem yang
kompleks dan melibatkan berbagi lembaga berikut aturan mainnya. Kewenangan mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang
dituangkan dalam undang-undang Bank Indonesia. Dalam menjalankan mandat tersebut, Bank
Indonesia mengacu pada empat kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi,
kesetaraan akses dan perlindungan konsumen:
1. Aman, berarti segala resiko dalam sistem pembayaran seperti resiko likuiditas, resiko kredit,
resiko fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggaraan
sistem pembayaran
2. Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelengaraan sistem pembayaran harus dapat
digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah
karena meningkatnya skala ekonomi.
3. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia tidak
menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang dapat
menghambat pemain lain untuk masuk.
4. Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggaraant sistem pembayaran untuk
memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen
Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang,
kelancaran sistem pembayaran dijawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang
beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money
policy. Secara garis besar pembayaran dibagi menjadi dua jenis yaitu sistem pembayaran tunai
dan sistem pembayaran non tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran
tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai (cash based)
merupakan alat pembayaran paling konvensional instrumen yang digunakan berupa uang
kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik, uang kertas dan uang logam. Di Indonesia sendiri yang
berhak mencetak uang kartal adalah Bank Indonesia melalui UU Bank Sentral tahun 1968 pasal
26 ayat 1. Pembayaran menggunakan uang kartal dapat dikatakan paling meluas
penggunaannya dari semua kalangan dan semua usia yang sudah dapat melakukan
pembayaran dapat menggunakannya. Akan tetapi uang kartal juga memiliki kelemahan seperti
biaya cetak uang yang mahal serta proses transaksi menjadi lebih lama ketika diperlukan
penukaran atau kembalian. Sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai, adalah semua alat
pembayaran selain tunai. instrumen yang digunakan berupa alat pembayaran menggunakan
kartu (APMK), cek, bilyet, giro, nota debit, maupun uang elektronik. (Wikipedia)

Financial Technology (Fintech)


Dalam Finansial dan ekonomi, Fintech adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian
yang berhubungan dengan bidang teknologi dan bidang ekonomi agar pendanaan semakin
meningkat. Jika zaman dulu orang harus bertransaksi secara langsung bertemu yang tentunya
memakan waktu dan tenaga namun saat ini semuanya hampir bisa dilakukan dengan tangan
dan gadget dalam melakukan transaksi perbankan melalui mobile banking. Yang sedang
populer saat ini adalah Fintech (financial technology) yang merupakan penggabungan antara
teknologi dan akhisistem keuangan (wikipedia).

194
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Financial technology (Fintech) merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan
teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang
awalnya dalam membayar harus bertatap muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat
melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam
hitungan detik saja. Fintech muncul seiring perubahan gaya hidup yang serba cepat. Dengan
Fintech permasalahan dalam transaksi jual beli dan pembayaran seperti tidak sempat mencari
barang ke tempat perbelanjaan, ke bank/ATM untuk mentransfer dana. Keengganan
mengunjungi suatu tempat karena pelayanan yang kurang menyenangkan dapat diminimalkan.
Dengan kata lain Fintech membantu transaksi jual beli dan sistem pembayaran menjadi lebih
efisien dan ekonomis namun tetap efektif. Fintech telah mengubah sistem pembayaran di
masyarakat dan telah membantu perusahaan-perusahaan star-up dalam menekan biaya modal
dan biaya operasional yang tinggi di awal.
Dalam hal ini Fintech mampu menggantikan peran lembaga keuangan formal seperti
bank. Dalam hal sistem pembayaran Fintech berperan dalam:
1. Menyediakan pasar bagi pelaku usaha
2. Menjadi alat bantu untuk pembayaran penyelesaian/settlement dan kliring
3. Membantu pelaksanaan investasi yang lebih efisien
4. Mitigasi resiko dari sistem pembayaran yang konvensional
5. Membantu pihak yang membutuhkan untuk menabung, meminjam dana dan penyertaan
modal

Metode Penelitian

Metode Pengambilan Data dan Sampel


Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, adalah penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif (wikipedia). Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu landasan teori ini
juga bermanfaat untuk pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling purposif untuk menentukan responden (informan) yang akan digunakan dalam
penelitian. Sampling purposif (purposif sampling) peneliti menentukan kriteria mengenai data
informan mana saja yang dapat dipilih sebagai sumber untuk sampel. Dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah semua pelaku UMKM di Yogyakarta diambil sampel yang
menggunakan sistem pembayaran non tunai, kemudian dari yang menggunakan sistem
pembayaran non tunai diambil lagi pelaku UMKM yang menggunakan minimal 3 metode
pembayaran non tunai yang akhirnya diambil 30 pelaku UMKM yang memenuhi kriteria

Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Yogyakarta khususnya yang tinggal di kota Yogyakarta
dan pelaku usaha ber-KTP kota Yogyakarta dimana diduga pelaku usaha yang tinggal di kota
lebih terintegrasi dengan kemajuan teknologi dan di dukung oleh para konsumen yang juga
sudah lebih terkoneksi teknologi dan juga sudah benar-benar terbiasa menggunakan dalam
aktifitas berbelanja sehari-hari

Instrumen Penelitian

195
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Salah satu instrumen penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri sekaligus sebagai
pengumpul data penelitian. Sebagai instrumen penelitian selain manusia adalah dokumen yang
berbentuk angket, pedoman wawancara dan pedoman observasi dan sebagainya tetapi
fungsinya hanya sebagai pendukung saja yang mana instrumen kunci adalah tetap peneliti itu
sendiri. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah deep interview
(wawancara mendalam) maka instrumennya adalah pedoman wawancara terbuka/tidak
terstruktur (Ardiyanto, 2010)
Peneliti menggunakan intrumen wawancara mendalam (deep interview) kepada informan
dalam hal ini adalah UMKM. Hasil dari wawancara ini akan memberikan kesimpulan yang lebih
jelas dan tegas. Bentuk intrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dalam kuisioner yang
mengacu pada alat ukur yang telah ditentukan sebagai materi pertanyaan yaitu Transaksi
cepat, Pencatatan Mudah Sistematis, Databased akurat dan Peningkatan Pendapatan Usaha.
Selain instrumen wawancara langsung peneliti juga melakukan analisis melalui instrumen
data pustaka yang dilakukan melalui sumber-sumber eksternal dalam kaitannya dengan tema
yang sedang diteliti melalui data-data yang ada dari sumber pustaka dan internet melalui
website resmi pihak-pihak terkait yang dapat memberikan support pada hasil penelitian.

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menemui secara langsung pelaku UMKM (sebagai
informan utama) dan meminta mereka menjawab pertanyaan langsung (wawancara) dari
peneliti namun terlebih dulu akan diberikan penjelasan detail tentang bagaimana dan apa saja
yang harus dijawab dan diinformasikan terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan
penulis. Penulis juga akan memberikan gambaran tentang hak dan kebermanfaatan bagi
mereka setelah mereka memberikan informasi dalam wawancara tersebut. Selain itu tentu saja
peneliti akan memberikan ucapan terimakasih bagi pelaku usaha yang telah membantu
kelancaran proses penelitian ini agar terjalin hubungan yang baik antara peneliti dan informan
penelitian.

Teknik Analisa data


Dalam penelitian ini disusun daftar pertanyaan dalam wawancara dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Membagi pertanyaan dalam kelompok-kelompok yang mewakili masing-masing
kelompok pertanyaan tentang Transaksi cepat, Pencatatan Mudah Sistematis,
Databased akurat dan Peningkatan Pendapatan Usaha.
2. Mamberikan kode pada masing-masing kelompok pertanyaan Kelompok 1: Transaksi
cepat (TC), Kelompok 2: Pencatatan Mudah Sistematis (PM), Kelompok 3: Databased
akurat (DA) dan Kelompok: Peningkatan Pendapatan Usaha (PP)
3. Dalam setiap kelompok pertanyaan diwakili oleh 5 pertanyaan utama yang akan
kemudian disimpulkan jawabannya apakah cenderung setuju (YA) atau tidak setuju
(TIDAK) dengan tema penelitian ini.
4. Kemudian dari semua jawaban akan dilakukan penghitungan jumlah jawaban yang
cenderung setuju (YA) dengan jumlah jawaban yang cenderung tidak setuju (TIDAK)
dengan total secara keseluruhan adalah 5 pertanyaan x 4 kelompok pertanyaan.

196
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian
Peneliti terlebih dahulu melakukan survey terhadap pelaku usaha yang akan dijadikan
informan dan meminta kesediannya untuk dilakukan wawancara guna mendapatkan data
sebagai dasar informasi dalam penelitian ini. Setelah kesediaan diperoleh maka peneliti
meminta kesepakatan waktu untuk bertemu dam melakukan wawancara berikut data pelaku
usaha yang bersedia dilakukan wawancara, sesuai kesepakatan sebagian besar mereka
meminta identitas diri dan usahanya untuk disembunyikan, dan penelitipun setuju.

Tabel 1
Data Jenis UMKM Responden
No Nama Usaha Jenis Usaha Jenis Produk Alamat Usaha Jumlah
1 UMKM 1-5 Kuliner Makan berat Kota Yogyakarta 5
2 UMKM 6-11 Kuliner Camilan Kota Yogyakarta 6
3 UMKM 12-15 Kuliner Minuman Kota Yogyakarta 4
4 UMKM 16-19 Fashion Jilbab Kota Yogyakarta 4
5 UMKM 20-24 Fashiom Clothing Kota Yogyakarta 5
6 UMKM 25-27 Fashiom Batik Kota Yogyakarta 3
7 UMKM 28-30 Craft Tas Kota Yogyakarta 2
TOTAL 30
Data UMKM tersebut diatas adalah semua yang memberikan waktu dalam wawancara dan
memberikan informasi serta jawaban atas pertanyaan yang diberikan, data hasil wawancara
adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kesimpulan Hasil Wawancara
No Informan Cenderung Cenderung Tidak Terjawab Prosentase Jumlah
Setuju Tidak Kecenderungan Pertanyaan
(TA) Setuju Setuju (YA)
(TIDAK)
1 UMKM 1 17 2 1 85% 20
2 UMKM 2 19 1 0 95% 20
3 UMKM 3 15 5 0 75% 20
4 UMKM 4 17 3 0 85% 20
5 UMKM 5 18 2 0 90% 20
6 UMKM 6 19 1 0 95% 20
7 UMKM 7 18 2 0 90% 20
8 UMKM 8 18 0 2 90% 20
9 UMKM 9 16 4 0 80% 20
10 UMKM 10 15 5 0 75% 20
11 UMKM 11 12 8 0 60% 20
12 UMKM 12 16 4 0 80% 20
13 UMKM 13 18 2 0 90% 20
14 UMKM 14 16 4 0 80% 20
15 UMKM 15 15 5 0 75% 20
16 UMKM 16 16 3 1 80% 20
17 UMKM 17 18 2 0 90% 20
18 UMKM 18 19 1 0 95% 20
19 UMKM 19 20 0 0 100% 20
20 UMKM 20 13 5 2 65% 20

197
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

21 UMKM 21 14 6 0 70% 20
22 UMKM 22 16 3 1 80% 20
23 UMKM 23 18 2 0 80% 20
24 UMKM 24 15 4 1 75% 20
25 UMKM 25 17 3 0 85% 20
26 UMKM 26 18 2 0 90% 20
27 UMKM 27 19 1 0 95% 20
28 UMKM 28 15 3 2 75% 20
29 UMKM 29 16 4 0 80% 20
30 UMKM 30 17 3 0 85% 20

Kemudahan Perolehan data dan informasi dalam wawancara


Hal yang memberikan kemudaham dalam pengumpulam data dari wawancara
disebabkan beberapa faktor dibawah ini:
1. Sudah adanya kesepakatan
2. Transparansi dalam memberikan penggambaran terhadap apa yang akan dilakukan
penulis
3. Lokasi/ tempat penelitian yang dekat dan mudah dijangkau
4. Waktu yang fleksibel dari pemilik usaha
5. Bahasa yang digunakan dalam wawancara adalah bahasa yang mudah dipahami
sehingga pelaku UMKM mudah menangkap pertanyaan

Kesulitan atau Hal yang Menghambat


Beberapa hal yang dirasa memberikan hambatan dalam penelitian ini adalah;
1. Mencari UMKM yang bersedia
2. Pihak UMKM merubah jadwal yang sudah disepakati
3. Pihak UMKM mewakilkan pertemuan kepada karyawan
4. Kesibukan ditempat kerja yang membuat suasana wawancara kurang kondusif
Beberapa hambatan tersebut bisa diatasi dengan beberapa langkah solusi dalam
menyelesaikannya dan akhirnya dapat berjalan lancar

Pembahasan

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
1. Hasil Wawancara seperti yang diharapkan dan direncanakan penulis yaitu sebanyak 30
UMKM
2. Semua hasil wawancara tercatat dan dapat diterima serta dapat digunakan/mendukung
penelitian
3. Prosentase jawaban kecenderungan jawaban Setuju (YA) adalah sebesar 60%-100%
4. Kecenderungan jawaban setuju (YA) terendah adalah 60% yang mana itu adalah
UMKM kuliner camilan, alasan yang diberikan adalah seringkali masih banyak
pelanggan yang merasa nyaman membayar menggunakan uang tunai (belum berubah)
5. Prosentase 100% adalah UMKM Fashion jilbab, hal ini terjadi karena UMKM tersebut
sering memberikan fasilitas diskon untuk pengguna pembayaran non tunai sehingga
merangsang pelanggan menggunakannya

198
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini penulis dapat menarik sebuah kesimpulan besar bahwasanya
perubahan yang terjadi di era industri 4.0 mau tidak mau akan merubah perilaku bagi
konsumen dan produsen, dan dalam hal ini perubahan terjadi pada sistem pembayaran, yang
memberikan gambaran bahwa pelaku usaha memiliki kecenderungan pergeseran dalam sistem
transaksi pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai yang semakin
dirasakan kemudahan dan keuntungannya
Jika dilihat dari hasil penelitian dimana prosentase jawaban cenderung setuju (YA) dari
30 UMKM yang menjadi informan memberikan hasil 60% hingga 100%. Hal ini memberikan
gambaran bahwa pada dasarnya mereka setuju dan nyaman menggunakan sistem
pembayaran non tunai. Sehingga mampu meningkatkan penjualan dan pendapatan usaha.
Jadi kesimpulan yang bisa diambil adalah:
1. Transaksi cepat (TC), pergeseran pembayaran non tunai mampu meningkatkan
transaksi menjadi lebih cepat sehingga cenderung mendorong jumlah penjualan yang
lebih banyak sehingga mampu meningkatkan pendapatan usaha.
2. Pencatatan Mudah Sistematis (PM), pergeseran pembayaran non tunai yang terhubung
dengan aplikasi mampu memberikan bantuan dalam pencatatan menjadi lebih mudah
sehingga penjualanpun menjadi lebih lancar yang akhirnya mendorong pendapatan
usaha.
3. Databased akurat (DA), pergeseran pembayaran non tunai yang terhubung dengan
aplikasi mampu menyimpan database pelanggan dll yang memudahkan pelaku usaha
memberikan penawaran promo produk misalnya sehingga pembelian lebih sering dan
lebih banyak.
4. Peningkatan Pendapatan Usaha (PP), pergeseran pembayaran non tunai secara
keseluruhan memberikan gambaran bahwa transaksi menjadi lebih banyak dan lebih
sering sehingga mampu meningkatkan pendapatan usaha.

Daftar Pustaka

Ardianto, Alvinaro (2010), Metode Penelitian Untuk Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif,
Bandung: Simbiosa Rekaman Media
Gatra.com .(2019). Hingga Juni 2019 Pengguna Internet 171 Juta, from
https://www.gatra.com/detail/news/426059/teknologi/hingga-juni-2019-pengguna-
internet-indonesia-171-juta
Kotler. Philip (2000). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian. Indonesia: Salemba Empat-Prentice-Hall,
Kotler Philip (2014), Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Penerbit Salemba Empat-Prentice-Hall, Indonesia
Kotler, Hermawan, Iwan .(2019). Marketing 4.0, Jakarta: PT G ramedia Pustaka Utama
Sunarya Abas PO, Sudaryono, Saefulah Asep (2010), Kewirausahaan, Yogyakarta: Andi Offset,
Jogiyanto, Prof, Dr. (2005), Pengenalan Komputer, Yogyakarta: Andi, Indonesia
Maslow, Abraham. (2004). Psikologi Sains. Teraju:
Nugroho, Puguh Setyo & Cahyadin. Malik (2008).“Analisis Industri Kreatif”. Jurnal Ekonomi
Desember 2008.
Wiyono, Gendro (2011). Merancang Penelitian Bisnis, dengan alat analisis SPSS 17,0 dan
SmartPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wikipedia, Sistem Pembayaran https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran
---------------, Undang-Undang no 20 tahun 2008, Tentang “Usaha Kecil Mikro dan Menengah

199
Seminar Nasional dan Call For Paper
Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0

200

Anda mungkin juga menyukai