Anda di halaman 1dari 9

REAKTUALISASI SISTEM JUAL BELI DAN PEMBAYARAN

DI ERA INDUSTRI 4.0


Mohammad Andre Aditya Rahman. Jessica Celinda Putri Arif. Sinta Ika
Adelia
123
Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
akunpribadi124@gmail.com1 sintaikaa02@gmail.com2 jessicelinda777@gmail.com3

ABSTRAK

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi, pola dan sistem pembayaran dalam
transaksi ekonomi yang selalu berubah. Kemajuan teknologi sistem pembayaran menggeser
peran kas (currency) sebagai sumber daya membayar dengan metode pembayaran yang lebih
efisien dan digital ekonomis.Dalam perkembangannya, berbagai negara dan menggunakan
produk pembayaran elektronik bernama Electronic Money (e-money).Keberadaan alat
pembayaran nontunai tersebut di atas,tidak hanya melalui inovasi di sektor perbankan tetapi
juga didorong oleh kebutuhan masyarakat akan metode pembayaran yang praktis yang dapat
memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi.Jurnal ini Hal ini bertujuan untuk
menganalisis dampak perkembangan sistem pembayaran digital tunai di era ekonomi digital.
Selain itu juga meminimalkan risiko yang mungkin timbul dari penggunaan sistem
pembayaran digital dan menghindari inflasi karena banyaknya uang yang tersedia untuk
menyebar. Metode yang digunakan dalam dokumen ini bersifat kualitatif yang menggunakan
artikel di internet. Hasil penelitian ini mencerminkan kemajuan tersebut teknologi memang
tidak mungkin dilakukan di era ekonomi digital (revolusi industri 4.0). dihindari, terutama
dalam pengembangan sistem pembayaran digital tumbuh begitu cepat. Sistem pembayaran
digital memiliki kelebihan dan kekurangan.Namun secara umum, manfaat sistem pembayaran
digital lebih besar daripada kekurangannya. Kehadiran sistem pembayaran digital ini tidak
ada gunanya mengeliminasi uang tunai. Menyediakan sistem pembayaran Digital ini juga
bisa meminimalisir inflasi karena banyak uang tersebar di masyarakat.Kajian penelitian ini
berfokus pada kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan bertujuan untuk
memberikan informasi dan gambaran tentang uang elektronik serta dampak yang ditimbulkan
dari kebijakan tersebut. Kajian ini juga menganalisis dampak yang terjadi ketika kebijakan
tersebut dikeluarkan dan menjelaskannya dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut
pandang masyarakat sebagai pengguna produk uang elektronik. Uang elektronik sendiri
merupakan hasil dari kebijakan ekonomi dalam sistem pembayaran yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar sehingga tingkat inflasi dapat dikendalikan oleh Bank
Indonesia. Sistem pembayaran uang elektronik merupakan proses modernisasi untuk sistem
pembayaran yang aman, nyaman dan mudah yang telah dikembangkan di berbagai negara di
dunia. (Sofyan, 2015)
Kata kunci: uang elektronik, pembayaran, evolusi industri
PENDAHULUAN
Bank Indonesia menjelaskan dalam websitenya bahwa sistem pembayaran muncul setelah
evolusi uang dengan tiga faktor pendorong, yaitu: inovasi teknologi dan model bisnis, tradisi
masyarakat dan kebijakan otoritas (“Tinjauan Sistem Pembayaran di Indonesia”, 2020).
Laman tersebut juga menyebutkan bahwa alat pembayaran di Indonesia berkembang dan
maju dengan sangat cepat. Dimulai dengan pengembangan alat pembayaran tunai menjadi
alat pembayaran non tunai seperti alat pembayaran berbasis kertas seperti cek dan giro yang
diproses dengan mekanisme kliring/settlement tanpa kertas seperti dana elektronik dan
transfer uang. instrumen menggunakan kartu ATM. , kartu kredit, kartu debit dan kartu
prabayar (berbasis kartu). Bank Indonesia mencatat itu satu dekade terakhir, (Karim et al.,
2022) Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan sistem pembayaran berbasis teknologi
telah secara signifikan mengubah arsitektur sistem pembayaran konvensional yang
mengandalkan uang fisik sebagai alat pembayaran. Meskipun uang fisik masih banyak
digunakan sebagai alat pembayaran oleh masyarakat dunia, namun sejalan dengan pesatnya
perkembangan teknologi sistem pembayaran. , pola pembayaran tunai (cash) berangsur-
angsur bergeser ke pembayaran nontunai (non tunai). Pembayaran pada era saat ini tidak
lepas dari perkembangan mata uang yang dimulai dari pembayaran tunai hingga pembayaran
elektronik yang bersifat non tunai atau dikenal dengan E-money (Electronic Payment
System). Menurut Listfield dan Montes-Negret, sistem pembayaran terdiri dari aturan, norma,
dan instrumen yang digunakan untuk menukar nilai finansial (financial value) antara kedua
pihak yang terlibat untuk menghindari kewajiban. (Choiril Anam, 2018) . Sedangkan menurut
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999, sistem pembayaran adalah suatu sistem
yang terdiri dari seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk
mentransfer dana guna memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem atau cara
yang digunakan untuk menciptakan transaksi yang lebih efisien dan dalam transaksi tersebut
terdapat seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme pemindahan dana dari satu pihak ke
pihak lain untuk memenuhi kewajiban dalam suatu kegiatan ekonomi.4 Seiring dengan
kemajuan teknologi, kehidupan manusia kini bergerak dengan sangat cepat, efektif dan
efisien. Dalam bisnis pun, penggunaan teknologi terutama internet sudah lumrah membuat
transaksi menjadi lebih cepat, mudah dan efektif. 5 Hal ini juga berlaku untuk transaksi
pembayaran di dunia perbankan.(al Qardh et al., 2019)
Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh peningkatan jumlah dan nilai
transaksi, peningkatan risiko, kompleksitas transaksi, dan perkembangan teknologi. Dengan
kemajuan zaman dan kemajuan teknologi, sistem pembayaran yang dimulai dengan hanya
koin atau disebut uang fisik kini semakin maju dan berkembang menjadi pembayaran tanpa
uang tunai yang disebut e-money atau e-money. Kecanggihan dan kemajuan teknologi tentu
berdampak pada perekonomian. Munculnya mata uang elektronik sebagai alat pembayaran
yang sah di sektor riil akan membawa dampak positif maupun negatif. Hal ini membuat ide
melihat uang elektronik menjadi rutin dilakukan. Hal ini jelas sejalan dengan ketentuan yang
diberikan oleh Bank Indonesia. Penggunaan uang elektronik saat ini sedang marak di
Indonesia. Dari muda hingga tua, mereka tertarik menggunakan uang elektronik. Di sisi lain,
dalam hal penggunaan uang elektronik yang semakin meluas, terdapat manfaat yang dapat
diperoleh dari penggunaan uang elektronik, walaupun masih banyak masyarakat yang tidak
tertarik dan belum mengetahui tentang penggunaan uang elektronik, masyarakat terkesan
dipaksakan. uang tanpa menggunakan uang. Banyak ragam keuntungan yang bisa didapatkan
dari transaksi cashless, salah satu hal yang menarik masyarakat untuk menggunakan transaksi
cashless adalah promo, diskon. Banyak sekali promo dan diskon yang ditawarkan saat Anda
bertransaksi menggunakan e-money. Hal ini tentunya berdampak pada jumlah transaksi yang
terjadi dan peningkatan konsumsi. Dengan promosi yang ditawarkan, semakin banyak orang
yang memilih untuk menggunakan transaksi nontunai dan hal ini dapat menyebabkan
semakin banyak orang yang membeli. (Rosanti et al., 2022)
Dalam transaksi sehari-hari, masyarakat tidak menggunakan uang asli, melainkan
uang digital. Dompet digital adalah jenis akun prabayar yang dilindungi kata sandi di mana
pengguna dapat menyimpan uang untuk setiap transaksi online seperti membayar makanan,
membeli barang secara online, dan tiket pesawat. Dompet digital dapat diunduh secara gratis
di smartphone siapa saja. Dompet digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
masyarakat, dimana dalam satu atau dua minggu pembayaran satu atau dua transaksi
mencapai 68%. Adanya dompet digital seperti OVO, Gopay, Dana, Linkaja membuat
masyarakat menjadi konsumen karena kemudahan layanan transaksi digital. Transaksi yang
paling banyak digunakan menurut hasil dari lembaga riset berbasis aplikasi Snapchart adalah
transaksi retail (28%), pemesanan transportasi online (27%) dan pemesanan makanan online
(20%). Sisanya untuk transaksi e-commerce (15%) dan pembayaran tagihan (7%). Untuk
segmen online delivery order dan transaksi online food delivery, data survei Snapcart
menunjukkan posisi Egg sebagai dompet digital untuk layanan Grab dan Grab Food,
menunjukkan bahwa 71% responden menggunakan Egg untuk transaksi tersebut.
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa e-money untuk transaksi sehari-hari seperti
transportasi, pesan antar makanan cepat saji dan belanja sangat populer di kalangan
konsumen Indonesia, khususnya di kalangan Milenial dan Generasi Muda milenium. Z, yang
dikenal karena penguasaan penggunaan saya. teknologi. Bagi generasi milenial, pembelian
atau transaksi cashless sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka terbiasa menggunakan alat
elektronik seperti kartu debit, kartu kredit atau uang elektronik. Meluasnya penggunaan
dompet digital di kalangan milenial membuat para peneliti fokus pada penggunaan teknologi
kontemporer (uang elektronik) dalam motivasi dan interaksi mereka. Untuk mengetahuinya,
peneliti menggunakan pendekatan interaksi simbolik.(Situmorang, 2021)
METODOLOGI PENULISAN
Metodologi penulisan merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan, teori,
tindakan dan produk tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. (sugiyono joko, 2011) Metodologi penulisan merupakan metode
yang digunakan pada penulisan artikel berikut untuk mendapatkan data yang dapat diulas
dalam artikel berikut. Metodologi penulisan artikel berikut menggunakan metodologi yang
disebut pendekatan kualitatif, dimana penulisan kualitatif, dimana penulisan kualitatif
merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penulisan yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode
penulisan kualitatif mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan
secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis yang
relevan dan diperoleh dari situasi yang alami. Dengan demikian, penulisan kualitatif tidak
hanya sebagai upaya mendeskripsikan data, tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan
data yang sah yang dipersyaratkan kualitatif. Pada penulisan ini menggunakan jenis deskriptif
dan objektif, jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis,faktual dan akurat
tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Sedangkan Objektif yang
dimaksud ialah objektif yang menjelaskan bahwa si peneliti dalam melakukan interpretasi
dan penarikan kesimpulan didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penelitian dan hasil
analisis data, bukan berdasarkan asumsi peneliti semata. Sehingga interpretasi dari hasil
penelitian tidak mungkin salah. Objektifitas merupakan hal yang sangat utama dalam
penelitian. Teknik analisis data kualitatif digunakan pada pengerjaan artikel berikut, dengan
mengolah, mengatur, dan menyimpulkan data dari berbagai sumber seperti artikel dan jurnal
melalui internet sehingga dapat ditampilkan secara sistematis dan menjadi rumusan penulisan
artikel berikut.(irmawartini nurhaedah, 2017)
HASIL PEMBAHASAN
Menurut Bank Indonesia Nomor: 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elekronik, Uang
Elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor
dahulu oleh pemegang kepada penerbit, yang tersimpan secara elektronik dalam suatu
media seperti server atau chip, dan nilai uang tersebut bukan merupakan simpanan serta
digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut. Alat Pembayaran Non Tunai (E-Payment) Electronic Payment
System atau lebih familiar dengan e-money dapat didefinisikan sebagai layanan perbankan
modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan
akurat,sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas. Perkembangan E-Payment
diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif alat pembayaran non tunai yang dapat
menjangkau masyarakat yang selama ini belum mempunyai akses kepada sistem perbankan.
E-Payment juga dapat didefinisikan sebagai alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur
tertentu yaitu diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit, nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip, digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit
uang elektronik tersebut, nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola
oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai perbankan. Dasar Hukum Penyelenggaraan Uang Elektronik telah
diatur dalan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009
tentang Uang Elektronik (ElectronicMoney), Surat Edaran Bank Indonesia No.11/11/DASP
tanggal 13 April 2009 perihal Uang Elektronik (Electronic Money).
Penggunaan Uang Elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan kemudahan
dan kecepatan dalam melakukan transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai.
Jenis Electronic Payment System menurut Anderson. E-Payment sistem diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yang pertama yaitu sistem pembayaran kartu kredit online. Sistem
pembayaran ini digunakan setelah ditemukannya small plastic card pada sistem tersebut.
Yang kedua Sistem Pembayaran E-Cheque. Sistem E-Cheque ini sengaja diciptakan untuk
mendukung dan memperluas fungsi belanja online. Yang ketiga Sistem Pembayaran E-Cash,
yang keempat sistem pembayaran elektronik berbasis smart-card. 1515Tri Suci
Gandawati,“Jurnal Analisis Proses Adopsi Electronic Payment System Dengan
Menggunakan Utaut Model ( Studi pada Sistem Jenis-jenis Transaksi dan Macam-Macam
Uang Elektronik (E-Money). Jenis-Jenis Transaksi Ada banyak jenis-jenis transaksi yang
dapat ditempuh dengan menggunakan uang elektronik, jenis-jenis transaksi tersebut antara
lain penerbitan dan pengisian ulang uang elektonik, sebelum penerbit menerbitkan uang
elektronik, penerbit akan mengisi nilai uang terlebih dulu ke dalam media elektronik yang
akan digunakan sebagai uang elektronik. Kemudian apabila nilai uang elektronik yang
dipegang oleh pemegang sudah habis, pemegang dapat melakukan pengisian uang(top up).
Kedua, transaksi pembayaran dengan uang elektronik pada prinsipnya dilakukan melalui
penukaran nilai uang yang ada di dalam uang elektronik dengan barang atau jasa antara
pemegang dan penjual dengan menggunakan protocol yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, transfer dalam fasilitas uang elektronik merupakan fasilitas pengiriman nilai uang
elektronik antar pemegang uang elektronik melalui terminal-terminal yang telah dilengkapi
perlengkapan khusus oleh penerbit. Keempat, tarik tunai yaitu fasilitas penarikan uang atas
nilai uang elektronik yang tercatat dalam media uang elektronik yang dimiliki pemegang
yang dapat dilakukakan setiap saat oleh pemegang Bank Indonesia, 2014). Kelima, refund
yakni penukaran kembali nilai uang elektronik kepada penerbit baik dilakukan pada saat
nilai uang elektronik tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang mengakhiri
penggunaan uang elektronik atau masa berlaku media uang elektronik telah berakhir (Bank
Indonesia, 2009), ataupun yang dilakukan oleh pedagang pada saat penukaran nilai uang
elektronik yang diperoleh pedagang dari pemegang atas transaksi jual beli barang.(Salao
Biantong & Krisnadi, n.d.)
Macam-Macam Uang Elektronik Berdasarkan media penyimpanannya, saat ini uang
elektronik dibedakan atas dua jenis yaitu Uang Elektronik yang Nilai Uang Elektroniknya
selain dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit juga dicatat pada media
elektronik yang dikelola oleh pemegang. Media elektronik yang dikelola oleh pemegang
dapat berupa chip yang tersimpan pada kartu, stiker, atau hard disk yang terdapat pada
personal computer milik pemegang. Hidayati, S., Nuryanti, I., Firmansyah, A.,Fadly, A., &
Darmawan, I. Y., h. 1120 Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009,
Tentang Uang Elektronik. Kedua uang elektronik yang nilai uang elektroniknya hanya dicatat
pada media elektronik yang dikelola oleh Penerbit. Dalam hal ini Pemegang diberi hak akses
oleh Penerbit terhadap penggunaan Nilai Uang Elektronik tersebut. Berdasarkan masa
berlaku medianya, uang elektronik dibedakan kedalam dua bentuk Pertama, Reloadable.
Uang elektronik dengan bentuk reloadable adalah uang elektronik yang dapat dilakukan
pengisian ulang, dengan kata lain, apabila masa berlakunya sudah habis dan atau nilai uang
elektroniknya sudah habis terpakai, maka media uang elektronik tersebut dapat digunakan
kembali untuk dilakukan pengisian ulang. Kedua, Disposable, uang dlektronik dengan
bentuk disposable adalah uang elektronik yang tidak dapat diisi ulang, apabila masa
berlakunya sudah habis atau nilai uang elektroniknya audah habis terpakai, maka media uang
elektronik tersebut tidak dapat digunakan kembali untuk dilakukan pengisian ulang.
Berdasarkan jangkauan penggunaannya, uang elektronik dibedakan menjadi dua, yang
pertama yaitu Single Purpose. Single purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari satu jenis transaksi ekonomi,
misalnya uang elektronik yang hanya dapat digunakan untuk pembayaran tol. Kedua, Multi
Purpose. Multi purpose adalah uang elektronik yang digunakan untuk melakukan berbagai
pembayaran atas kewajiban pemegang kartu terhadap berbagai hal yang dilakukannya.
Contohnya yaitu suatu uang elektronik yang dapat digunakan dalam beberapa jenis transaksi
seperti penggunaan uang elektronik untuk pembayaran tol, dapat juga digunakanuntuk
membayar telepon, jasa transportasi, pembayaran pada minimarket dan lain-lain cukup
menggunakan satu kartu.(Lestari & Nofriantika, 2018)
Berdasarkan Pencatatan DataIdentitas Pemegang, Uang Elektronik dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yang pertama uang elektronik yang data identitas pemegangnya
terdaftar dan tercatat pada Penerbit (registered) dan kedua, uang elektronik yang data
identitas pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada penerbit (unregistered). Prinsip-
prinsip Dasar Sistem Pembayaran. Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi dipengaruhi
oleh kepercayaan, sikap dan nilai-nilai pelanggan, serta berbagai faktor dalam lingkungan
sosial pelanggan. Menurut Samuelson pola konsumsi diartikan sebagai kegiatan, menurut
Veithal Rivai, Dkk, Bank And Financial Institution Management. Menghabiskan nilai guna
barang dan jasa. Konsumsi mempunyai pengertian yang luas yaitu barang dan jasa akhir yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud
adalah barang dan jasa yang sudah siap di konsumsi oleh konsumen. Proses keputusan
memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi di dalam diri
seseorang. Faktor eksternal yang memengaruhi keputusan belanja antara lain,banyak
keputusan belanja dibuat untuk produk yang dikonsumsi oleh keluarga secara keseluruhan.
Ritel harus memahami bagaimana suatu keluarga membuat keputusan belanja dan bagaimana
anggota keluarga lainnya memengaruhi keputusan ini. Kelompok yang dijadikan acuan satu
atau lebih orang-orang yang digunakan seseorang sebagai dasar perbandingan untuk
kepercayaan, perasaan, dan perilaku. Budaya adalah faktor yang mendasar dalam
pembentukan norma-norma yang dimiliki seseorang yang kemudian membentuk atau
mendorong keinginan dan perilakunya menjadi konsumen. Faktor pribadi atau internal
seseorang yang memengaruhi keputusan belanja antara lain, aspek pertama pribadi seorang
pelanggan akan mempunyai perbedaan dengan pelanggan yang lain karena faktor-faktor
pribadi yang berbeda misalnya, tahapan usia, kondisi keuangan, gaya hidup, kepribadian, dan
konsep diri.Aspek kedua adalah psikologis, faktor psikologi yang memengaruhi seseorang
dalam tindakan membeli suatu barang atau jasa ddasarkan pada motivasi, persepsi,
kepercayaan, dan perilaku serta proses belajar yang dilalui konsumen.(Karim et al., 2022)
Mekanisme Transaksi Uang Elektronik (E-Money) diatur secara khusus dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2016 tentang perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/12PBI/2009 tentang uang elektronik, mekanisme dan alur transaksi uang
elektronik secara umum ada tiga macam, yakni Single Issuer, Multi Issuer Single Operator,
dan Multi Issuer Multi Operator. Multi Issuer Single Operator, dan Multi Issuer Multi
Operator secara umum hampir sama pada mekanismenya menggunakan lebih dari satu issuer
yang menerbitkan uang elektronik namun perbedaanya terletak pada jumlah sistem operator
yang digunakan. Secara sederhana, transaksi uang elektronik dimulai ketika pemegang
menukarkan uang tunai kepada penerbit (Issuer), kemudian penerbit akan memberikan uang
elektronik kepada pemegang dengan nilai yang sama jumlahnya dengan uang yang disetorkan
oleh pemegang kepada penerbit. Setelah pemegang mendapatkan uang elektronik, pemegang
dapat menggunakanya untuk transaksi pembayaran kepada pedagang (Merchant) secara
langsung nilai uang elektronik pemegang akan berkurang setelah pemegang melakukan
transaksi pembayaran. Kemudian pedagang (Merchant) dapat menukarkan nilai uang
elektronik yang diperoleh dari pemegang kepada penerbit (Issuer). Tinjauan Prinsip Syariah
Terhadap E-Money: Penggunaan teknologi dalam Islam Teknologi adalah segala daya upaya
yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mendapat taraf hidup yang lebih baik.
Teknologi juga merupakan faktor pendorong dari fungsi produksi.
Implementasi E-payment pada Sektor Industri UMKM dengan pembayaran secara
umum bisa diartikan sebagai pemidahan sejumlah uang dari si pembayar ke penerima.
Pembayaran elektronik atau e-payment yang merupakan suatu proses yang sangat beresiko
dan tergolong tidak aman, kini sudah menjadi bagian yang sangat penting dari gaya hidup
bermasyarakat. Menurut Deni Trihasta (2008) Pembayaran elektronik atau yang lebih dikenal
sebagai e-payment merupakan pembayaran yang dilaksanakan secara elektronik. Di dalam
pembayaran elektronik uang dapat disimpan, diproses, serta dapat diterima dalam bentuk
informasi digital serta pemindahannya merupakan hasil inisialisasi melalui alat pembayaran
elektronik. Terdapat beberapa komponen – komponen utama dari sistem pembayaran
elektronik antara lain: aplikasi pemindahan uang, infrastruktur jaringan, perarturan dan
prosedur yang memerintah kegunaan dari sistem tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa
pemain utama dari sistem pembayaran elektronik ini adalah penjual dan pembeli.
Pembayaran elektronik atau e-payment bukanlah merupakan hal yang baru. Penggunaan
jaringan elektronik dalam berdagang telah berlaku sejak awal 1970an dalam sektor finansial.
Beberapa aplikasi pertamanya terlibat dalam sistem EFT (Electronics Fund Transfer). EFT ini
merupakan perpindahan uang antara institusi finansial melalui jaringan telekomunikasi.
Kemudian pada tahun 1980an alat transfer yang kemudian kita sebut sebagai ATM mulai
bermunculan, dan hal ini juga termasuk pembayaran elektronik. Sehingga setiap kali para
pelanggan menggunakan mesin ATM, hal ini pun bisa dikatakan melibatkan transaksi yang
diproses melalui jaringan computer. Seiring berjalannya waktu, evolusi pembayaran
elektronik semakin canggih dan semakin memudahkan masyarakat. Selain itu efisiensi
pembayaran yang ditawarkan sangat mengurangi biaya transaksi dan memperbolehkan
perdagangan baranag dan jasa dengan nilai yang sangat rendah. Kenyamanan dari
pembayaran dengan memperbolehkan transaksi-transaksi tersebut dilakukan secara cepat dan
lebih efisiensi/ praktis dari berbagai macam alat yang terhubung kepada jaringan global.
Masing-masing tipe pembayaran mempunyai proses transaksi yang berbeda-beda. Dewasa
ini, terdapat beberapa macam tipe pembayaran elektronik, seperti: e-wallet, e-cash, smart
card, dan pembayaran credit card yang selama ini kita kenal dengan (MOTO). Masing-
masing tipe pembayaran mempunyai proses transaksi pun berbeda-beda.(Anshori et al., 2013)
Bank Indonesia mencatat bahwa uang elektronik non-bank seperti OVO, Go-Pay,
Dana, dan ShopeePay peruntukannya lebih bervariasi, misalnya untuk belanja di gerai
daring, membeli makanan melalui aplikasi Android, membayar tagihan dan mengisi pulsa
telepon seluler. Uang elektronik bank lebih banyak digunakan untuk pembayaran biaya
tol dan ongkos transportasi seperti MRT atau bus kota. Dengan variasi pelayanan yang
ditawarkan serta kemudahan akses, peneliti berpendapat bahwa faktor manfaat dan
kemudahan memengaruhi tingkat penggunaan uang elektronik non-bank.Son dan Kim
(2018) sebagaimana yang dikutip oleh Jumba dan Wepukhulu (2019) berpendapat
bahwa pembeli bisa memilih bagaimana mereka bisa melakukan pembayaran dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kualitas seperti kenyamanan, keamanan, kecepatan serta
biaya. Masih menurut Son dan Kim, pengenalan sistem pembayaran non-tunai bertujuan
untuk menurunkan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola uang tunai, memperluas
efektifitas kerangka pembayaran dan mendorong pertimbangan moneter.Thomas danAngus
(2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa kombinasi antara karakteristik demografi
dan keuangan suatu daerah, faktor penawaran dan pengadopsian teknologi baru merupakan
bagian yang harus dianalisis jika ingin mengamati pembayaran non-tunai. Selain itu, Thomas
dan Angus juga bahwa dari sisi pelanggan, biaya transaksi yang timbul dari penggunaan
moda pembayaran non-tunai menjadi faktor penentu dalam pemilihan untuk menggunakan
pembayaran non-tunai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muiru (2014) mengenai
pengaruh inovasi keuanga terhadap kinerja keuangan pengusaha perdagangan, ditemukan
bahwa perusahaan-perusahaan yang menggunakan pembayaran seperti kartu kredit, mobile
bankingdan inovasi keuangan lainnya mengalami perubahan dalam kinerja keuangannya.
Muhriyanto dalam artikel yang dimuat di situs topsukses.id menyebutkan beberapa
sistem pembayaran elektronik yang menurutnya menjadi tujuh sistem pembayaran yang
kekinian, yaitu OVO, Gopay, Dana, Link Aja, Sakuku, Mandiri Online dan i-Saku.
Masing-masing sistem pembayaran tersebut dikatakan memiliki keuntungan tersendiri
yang menawarkan kemudahan dalam menyelesaikan transaksi keuangan untuk berbagai
keperluan mulai dari pembayaran tagihan, berbelanja bahkan melakukan transaksi
perbankan dengan menggunakan aplikasiyang dijalankan melalui gawai pintar.
(Fadhilah et al., 2021)
Saat ini transaksi nontunai sudah bisa dilakukan secara online di berbagai tempat mulai
dari beli pinjaman, mall hingga pasokan listrik dan air. Bank Indonesia sendiri telah
meluncurkan kampanye tentang penggunaan uang elektronik dalam beberapa tahun terakhir,
dan Salah satu tujuannya adalah “kebebasan finansial”. Itu berarti,sehingga lebih banyak
orang memiliki akses ke layanan keuangan dari Bank. Selain itu, munculnya perdagangan
elektronik atau e-commerce,Transaksi nonmoneter juga akan meningkatkan volume dan nilai
transaksi Uang elektronik juga sedang naik daun. Faktor 7ctor7 dan budaya juga
mempengaruhi interaksi social Penggunaan uang elektronik merata. Adat Indonesia yang
tidak terbiasa dengan masyarakat tanpa uang. Misalnya eksekusi Automated gate (GTO) di
seluruh gerbang tol di Indonesia yang berarti tidak ada uang tunai (uang elektronik) yang
digunakan untuk transaksi pembayaran. Selain kampanye, peran pemerintah juga diharapkan
di sini Dalam masyarakat tanpa uang, ada baiknya pemerintah juga memberikan pertolongan
pertama itu adalah mesin EDC untuk berbagai kelompok usaha yang ingin bergabung
menjadi pedagang mata uang elektronik. Jadi mereka adalah pedagang baru Tidak sulit untuk
membayar mesin EDC secara langsung mandiri. Ketika ini dilakukan oleh salah satu trader
baru, hal itu dilakukan secara otomatis itu akan langsung diikuti oleh 8ctor lain di
perusahaan. Jadi aksinya gratis Komunitas diadakan karena banyak pengusaha yang
berpartisipasi.Selain kemudahan dan keefektifan, uang elektronik juga memilikinya Beberapa
keunggulan dibandingkan kertas standar adalah kesalahan Salah satunya adalah dengan
mengurangi peredaran uang palsu untuk menekannya kejahatan karena tidak perlu membawa
uang tunai kemana-mana.Penggunaan uang elektronik pun tergolong ‘sehat’ jika
dibandingkan penggunaan uang, terutama uang kertas. Seperti diketahui Sebagai pengguna
uang kertas, orang jarang menyadari bahwa mereka berlebihan Bakteri meninggalkan uang
tunai, sementara Anda menggunakan uang tunai Elektronik jarang berpindah
tangan.(Tazkiyyaturrohmah & Uang Elektronik Sebagai Alat Transaksi, 2018)
KESIMPULAN
Setelah menyelidiki pengaruh persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan
terhadap niat untuk menggunakan berdasarkan pendekatan teoritis yang digunakan dan hasil
analisis data dan pengujian hipotesis, berikut ini dapat disimpulkan Utilitas yang dirasakan
berdampak langsung, positif dan material terhadap minat menggunakan layanan pembayaran
digital. Persepsi kemudahan penggunaan berdampak langsung, tidak langsung, positif dan
material terhadap niat menggunakan layanan pembayaran digital. Pengaturan sistem
pembayaran Indonesia Bank Indonesia di era perkembangan teknologi digital dilakukan
dengan mengacu pada lima visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (SPI 2025) dalam
Rencana Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025), yang diwujudkan dalam lima
inisiatif dengan 23 hasil utama. Pada tahun 2022, terdapat tiga milestone utama yang telah
dicapai Bank Indonesia berupa produk digitalisasi sistem pembayaran, yaitu QRIS, SNAP
dan BI-FAST. Bank Indonesia berkomitmen untuk membangun dan mengembangkan
ekonomi keuangan digital yang terintegrasi sejalan dengan Misi Ketiga Bank Indonesia dan
Visi BSPI 2025, tanpa tanggung jawab Bank Indonesia untuk memastikan stabilitas moneter,
stabilitas sistem keuangan dan memelihara sistem pembayaran yang baik menjadi tidak
berarti. Berbagai respon kebijakan Bank Indonesia dan produk digitalisasi sistem pembayaran
Bank Indonesia yang dihasilkan saat ini dan ke depan merupakan program strategis Bank
Indonesia yang tentunya akan selalu menjadi landasan bagi semua pihak dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan transaksi pembayaran. melakukan pemantauan dan
evaluasi (monev) terhadap setiap program strategis Bank Indonesia agar Bank Indonesia
sebagai otoritas sistem pembayaran Indonesia dapat senantiasa menjaga kualitas layanan
publiknya dan siap menghadapi berbagai tantangan di era perkembangan teknologi digital.
(Susila Atmaja & Hartono Paulus, 2022)

DAFTAR PUSTAKA
al Qardh, J., Tarantang, J., Awwaliyah, A., Astuti, M., & Munawaroh, M. (2019). PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN DIGITAL PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI INDONESIA. JURNAL AL-
QARDH, 4(1), 60–75. https://doi.org/10.23971/JAQ.V4I1.1442

Anshori, M. H., Samopa, F., & Suryotrisongko, H. (2013). Pengembangan Sistem Pembayaran
Elektronik Menggunakan Kode QR Berbasis Android. SESINDO 2013, 2013.

Choiril Anam, M. E. (2018). View of E-MONEY (UANG ELEKTRONIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM
SYARI’AH. View of E-MONEY (UANG ELEKTRONIK) DALAM PERSPEKTIF HUKUM SYARI’AH, 1–18.
https://jurnalfasya.iainkediri.ac.id/index.php/qawanin/article/view/24/18
Fadhilah, J., Aja Anis Layyinna, C., Khatami, R., Kunci, K., & Digital Pembayaran Alternatif Inovasi
Teknologi Keuangan Transaksi Online, D. (2021). Pemanfaatan Teknologi Digital Wallet Sebagai
Solusi Alternatif Pembayaran Modern: Literature Review. Journal of Computer Science and
Engineering (JCSE), 2(2), 89–97. https://doi.org/10.36596/jcse.v2i2.219

irmawartini nurhaedah. (2017). METODOLOGI PENELITIAN (irmawati nurhaedah, Ed.; kesehatan


lingkungan). pusat pendidikan sumber daya manusia kesehatan.
http://repository.stikeshb.ac.id/46/1/Metodologi-Penelitian_k1_restu_.pdf

Karim, N. K., Yang, F.-F., Penggunaan, M., Atikah, S., & Lenap, I. P. (2022). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PENGGUNAAN PEMBAYARAN ELEKTRONIK NON-BANK. Jurnal Aplikasi
Akuntansi, 7(1), 39–59. https://doi.org/10.29303/JAA.V7I1.147

Lestari, P., & Nofriantika, N. (2018). LITERASI UANG ELEKTRONIK DI KALANGAN MAHASISWA. Islamic
Review: Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman, VII(1), 1–16.
http://journal.ipmafa.ac.id/index.php/islamicreview

Rosanti, O., Maulida, S., Ekonomi dan Bisnis, F., Studi Ekonomi Pembangunan, P., Lambung
Mangkurat, U., Jl Brigjen Jalan Hasan Basri, B., Banjarmasin Utara, K., Banjarmasin, K., &
Selatan, K. (2022). Pengaruh Sistem Pembayaran Elektronik Terhadap Inflasi Di Indonesia.
ARBITRASE: Journal of Economics and Accounting , 3(1), 33–38.
https://doi.org/10.47065/ARBITRASE.V3I1.418

Salao Biantong, J., & Krisnadi, I. (n.d.). PENGARUH MANAJEMEN STRATEGI MENGENAI
PENGGUNAAN E-PAYMENTTERHADAP PENINGKATAN INTENSITAS TRANSAKSI PADA INDUSTRI
UMKM. PENGARUH MANAJEMEN STRATEGI MENGENAI PENGGUNAAN E-PAYMENTTERHADAP
PENINGKATAN INTENSITAS TRANSAKSI PADA INDUSTRI UMKM, 1–8.

Situmorang, M. K. (2021). Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Penggunaan Uang


Elektronik (Dompet Digital) Sebagai alat Pembayaran pada Masa Pandemi Covid – 19 di Kota
Medan. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 4(1), 123–130.
https://doi.org/10.30596/MANEGGIO.V4I1.6646

Sofyan, M. (2015). DAMPAK KEBIJAKAN E-MONEY DI INDONESIA SEBAGAI ALAT SISTEM


PEMBAYARAN BARU. DAMPAK KEBIJAKAN E-MONEY DI INDONESIA SEBAGAI ALAT SISTEM
PEMBAYARAN BARU, 3(2), 1–21. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
akuntansi/article/view/13212

sugiyono joko. (2011). METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi Penelitian, 1–4. https://repository.uin-


suska.ac.id/16276/8/8.%20BAB%20III_2018328KOM.pdf

Susila Atmaja, Y., & Hartono Paulus, D. (2022). PARTISIPASI BANK INDONESIA DALAM PENGATURAN
DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA 1. PARTISIPASI BANK INDONESIA DALAM
PENGATURAN DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA 1, 51(3), 1–16.

Tazkiyyaturrohmah, R., & Uang Elektronik Sebagai Alat Transaksi, E. (2018). Eksistensi Uang
Elektronik Sebagai Alat Transaksi Keuangan Modern. Muslim Heritage, 3(1), 23–44.
https://doi.org/10.21154/MUSLIMHERITAGE.V3I1.1240

Anda mungkin juga menyukai