Anda di halaman 1dari 8

Bank Dan Lembaga Keuangan

KELAS AA
“PERKEMBANGAN KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN”

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

1. Zilvia Safitri Desi ( 2020210028 )


2. Lailatun Nisvia ( 202201021014 )
3. Rachmat Hidayah ( 202201021057 )
4. M. Alex Davidson ( 202201021077 )

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS SURABAYA
2023

PAGE \* MERGEFORMAT 3
Apa Itu Sistem Pembayaran?
Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga,
dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana, guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem
Pembayaran lahir bersamaan dengan lahirnya konsep 'uang' sebagai media
pertukaran (medium of change) atau intermediary dalam transaksi barang, jasa
dan keuangan. Pada prinsipnya, sistem pembayaran memiliki 3 tahap pemrosesan
yaitu otorisasi, kliring, dan penyelesaian akhir (settlement).
Teknologi canggih yang ada saat ini memberi kemudahan dalam melakukan
transaksi. Anda punya kesempatan untuk bertransaksi dengan orang yang ada di
kota ataupun negara lain. Selanjutnya, Anda tinggal memilih jenis pembayaran
yang ingin dipakai. Anda ingin bayar tunai atau non-tunai? Banyak pilihannya.
Kenyamanan bertransaksi yang Anda rasakan saat ini tidak muncul secara tiba-
tiba. Ada proses perkembangan yang berlangsung secara bertahap, mulai dari era
kemerdekaan sampai zaman serba digital seperti sekarang. Biar Anda jadi lebih

PAGE \* MERGEFORMAT 3
tahu, yuk ikuti sejarah perkembangan sistem pembayaran di Indonesia sebagai
berikut.
Pelaksanaan Sistem Kliring di Indonesia
Pada masa pendudukan Belanda, Jepang, serta awal-awal kemerdekaan,
masyarakat Indonesia sudah mengenal 2 jenis sistem pembayaran, tunai dan non
tunai. Pembayaran tunai dilakukan menggunakan uang kertas dan logam.
Sementara itu, pelaksanaan pembayaran non tunai memakai sistem kliring.

Ada beberapa tahapan pelaksanaan sistem kliring di Indonesia, yaitu:

1. Sistem Kliring Manual


Sistem kliring manual telah berlangsung sejak tahun 1908 secara terbatas di
wilayah Jakarta. Nilai transaksi non tunai dalam sistem kliring manual saat itu
masih bernilai kecil. Oleh karena itu, proses pertukaran warkat dapat dicatat
dengan sistem manual.
2. Sistem Semiotomasi Kliring
Ada pula sistem kliring semiotomasi yang penyelenggaraannya melibatkan Kantor
Bank Indonesia, beberapa bank peserta, serta warkat yang lebih banyak. Sistem
ini dikenal dengan istilah Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau SOKL. Sistem
ini digunakan pada rentang antara tahun 1980 sampai 1990-an.
3. Sistem Otomasi Kliring
Setelah masa penggunaan SOKL, BI menggunakan skema otomasi kliring. Dalam
pelaksanaannya, sistem otomasi kliring menggunakan bantuan mesin. Selain itu,
sistem otomasi kliring melibatkan bank peserta serta jumlah warkat yang jauh
lebih banyak.
4. Sistem Kliring Elektronik
BI kemudian menciptakan sistem kliring yang lebih efisien, dikenal dengan istilah
Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ). Proses pelaksanaannya jauh lebih
efektif, karena perhitungan, rekapitulasi, serta penyusunan laporan kliring dapat
dibuat melalui terminal elektronik yang ada di bank peserta.
Dengan sistem yang jauh lebih praktis, sistem kliring elektronik mampu
memproses warkat dengan jumlah lebih banyak. Selain itu, proses kliring bisa
diselesaikan secara cepat, aman, dan akurat. Penerapan SKEJ berlangsung secara

PAGE \* MERGEFORMAT 3
parsial di wilayah Jakarta pada rentang 1998 sampai 2000. Pada 2001,
penggunaan SKEJ meluas tidak hanya di wilayah Jakarta.
Tahun 2005, sistem kliring elektronik berlaku secara nasional, dikenal sebagai
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Dalam skema SKNBI, proses
transfer dana berlangsung secara elektronik dan penyelesaiannya dilakukan pada
tingkat nasional.

Sistem Pembayaran RTGS di Indonesia


Bersamaan dengan sistem kliring, ada pula layanan pembayaran nontunai yang
disebut real time gross settlement (RTGS). Layanan ini berguna untuk memproses
transfer dana dengan nominal besar, melebihi Rp100 juta. Proses transfer dengan
metode RTGS berlangsung antara 3-4 jam. BI mengembangkan sistem BI-RTGS
pada tahun 2000 dan masih digunakan sampai sekarang.
Mesin ATM di Indonesia
Penggunaan ATM saat ini sudah sangat menjamur. Keberadaannya sangat
membantu masyarakat dalam melakukan berbagai jenis pembayaran. Anda tidak
perlu antre ketika sekadar ingin menarik atau transfer uang. Cukup menggunakan
mesin ATM yang saat ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai titik
keramaian.
Di Indonesia, sejarah penggunaan ATM pertama kali dilakukan oleh Bank
Dagang Bali (DBD) pada kisaran 1984/1985. Saat itu, DBD melakukan kerja
sama dengan Chase Manhattan Bank. Dikutip dari Historia, penggunaan mesin
ATM tersebut disertai dengan kartu khusus yang dikenal sebagai cash point card.
Banyak orang yang meragukan pemakaian ATM saat melakukan penarikan atau
pengiriman. Seiring waktu, masyarakat mulai mengenal mesin ini dengan baik.
Bank-bank besar di Indonesia pun mulai menyediakannya, diawali oleh Citibank
Indonesia dan Bank Niaga (1985). Setelah itu, ada BCA (1988) yang saat ini
dikenal sebagai bank paling inovatif dalam pemanfaatan ATM.
Sistem Pembayaran Modern di Era Digital
Seiring perkembangan teknologi, muncul lembaga finansial baru yang
menawarkan kecanggihan sistem pembayaran. Era fintech yang dimulai pada
tahun 2017 membuat transaksi jual beli jadi lebih praktis. Masyarakat pun bisa
memilih beragam metode pembayaran secara lebih fleksibel.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
Kecanggihan teknologi, membuat fintech mampu menyediakan layanan
pembayaran nontunai dengan nyaman. Beberapa pilihan sistem pembayaran
nontunai tersebut di antaranya adalah:
1. Uang Elektronik
Pembayaran menggunakan kartu tidak hanya kartu debet dan kartu kredit. Ada
pula pilihan sarana pembayaran berupa uang elektronik atau kerap disebut sebagai
e-money. Contoh e-money di antaranya adalah Flazz BCA, Brizzi BRI, Mega
Cash, Tap Cash BNI, dan semacamnya.
2. Dompet Digital
Selain e-money, ada pula sistem pembayaran menggunakan dompet digital atau e-
wallet. Dalam pemakaiannya, dompet digital Anda gunakan melalui aplikasi di
smartphone dan koneksi internet. Contohnya adalah Gopay, Shopeepay, OVO,
DANA, dan lain sebagainya.
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025
Sistem pembayaran di Indonesia akan terus berkembang seiring perkembangan
teknologi. BI pun telah menyusun blueprint sistem pembayaran di Indonesia tahun
2025. Terdapat 5 inisiatif utama yang terangkum dalam blueprint tersebut, yaitu:
1. Open Banking
Open banking merupakan sistem perbankan yang dijalankan dengan
memanfaatkan application program interface (API) yang terbuka dan bisa
dimanfaatkan secara luas.
2. Sistem Pembayaran Ritel
BI berupaya mendorong adanya modernisasi infrastruktur berkaitan dengan sistem
pembayaran ritel. Harapannya, konfigurasi sistem pembayaran ritel bekerja secara
lebih optimal selama 24 jam seminggu.
3. Infrastruktur Pasar Keuangan
Upaya dalam peningkatan kualitas infrastruktur pasar keuangan di Indonesia
sangat terbuka. Banyak aspek yang perlu diperbaiki, termasuk di antaranya adalah
mitigasi risiko operasional serta risiko siber.
4. Data
BI menempatkan pengelolaan data sebagai aspek penting dalam blueprint sistem
pembayaran Indonesia. Harapannya, infrastruktur yang ada dapat menjamin
keterbukaan akses serta perlindungan terhadap data konsumen.

PAGE \* MERGEFORMAT 3
5. Pengaturan Perizinan Pengawasan
Aspek terakhir berkaitan dengan penataan ulang kerangka sistem pembayaran
sehingga menjadi lebih terstruktur, proporsional, agile, serta forward looking.
Dengan begitu, keberadaannya dapat mengakomodasi kebutuhan para pelaku
industri di masa depan.
Berkaitan dengan penggunaan sistem pembayaran, Anda perlu mengedepankan
layanan yang hemat, efisien, dan efektif. Apalagi, kalau pemanfaatannya
ditujukan untuk aktivitas bisnis.
SISTEM PEMBAYARAN YANG AKAN DATANGPADA TAHUN 2025

Kebijakan Sistem Pembayaran Indonesia


Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025: Menavigasi Sistem Pembayaran

Nasional di Era Digital


Arus digitalisasi masuk secara deras ke Indonesia, demikian pula potensinya di
masa depan. Tren digitalisasi tersebut mempengaruhi sendi-sendi perekonomian,
mengubah pola transaksi masyarakat, baik individu maupun korporasi, dan
mendisrupsi fungsi-fungsi konvensional, tidak terkecuali di sektor keuangan.
Dengan gambaran tersebut, tren digitalisasi ekonomi dan keuangan di Indonesia
memberikan peluang sekaligus risiko. Perkembangan teknologi digital dan inovasi

PAGE \* MERGEFORMAT 3
telah memungkinkan perkembangan sistem pembayaran yang nyaman, cepat, dan
efisien serta membuka lebar peluang inklusivitas ekonomi-keuangan. Namun
demikian, kemajuan tersebut muncul bukan tanpa risiko, risiko cyber security,
AML-CFT dan proteksi terhadap pemanfaatan data. Selain itu, tendensi
penguasaan ekosistem digital rentan terhadap penguasaan pasar dan
penyalahgunaan data yang mengganggu stabilitas sistem keuangan. Risiko
penting lainnya adalah potensi hilangnya peran konvensional perbankan dan
menguatnya shadow banking yang berujung pada terganggunya efektivitas
kebijakan moneter.
Tantangan kebijakan bagi otoritas ekonomi dan keuangan di era digital,
khususnya Bank Indonesia adalah mencari titik keseimbangan yang tepat antara
upaya mengoptimalkan peluang yang diusung oleh inovasi digital dengan upaya
untuk memitigasi risiko.
Untuk itu, hadirnya Visi Sistem Pembayaran Indonesia dan BlueprintSistem
Pembayaran Indonesia 2025 diharapkan dapat memberikan arah yang jelas, guna
memperoleh manfaat digitalisasi dengan tetap menjamin terlaksananya mandat
Bank Indonesia dalam pengedaran uang, moneter, dan stabilitas sistem keuangan.
Lima Visi SPI 2025 adalah Pertama, mendukung integrasi ekonomi-keuangan
digital nasional sehingga menjamin fungsi bank sentral dalam proses peredaran
uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendukung inklusi
keuangan. Kedua, mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama
dalam ekonomi-keuangan digital melalui open-banking maupun pemanfaatan
teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan. Ketiga, menjamin interlink
antara Fintech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow
bankingmelalui pengaturan teknologi digital (seperti Application Programming
Interface-API), kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan. Keempat,
menjamin keseimbangan antara inovasi dengan perlindungan konsumen, integritas
dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat melalui penerapan Know Your
Customer (KYC) & Anti-Money Laundering /Combating the Financing of
Terrorism (AML/CFT), kewajiban keterbukaan untuk data/informasi/bisnis
publik, dan penerapan reg-tech dansup-techdalam kewajiban pelaporan, regulasi
dan pengawasan. Kelima,menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-
keuangan digital antar negara melalui kewajiban pemrosesan semua transaksi
domestik di dalam negeri dan kerjasama penyelenggara asing dengan domestik,
dengan memperhatikan prinsip resiprokalitas
Kelima visi SPI 2025 ini akan diwujudkan dalam lima inisiatif, baik yang akan
diimplementasikan langsung oleh Bank Indonesia maupun melalui kolaborasi dan
koordinasi dengan otoritas terkait dan industri. Inisiatif pertama adalah open

PAGE \* MERGEFORMAT 3
banking dan interlink bank-fintech yang terwujud melalui standarisasi open API
yang memungkinkan keterbukaan informasi keuangan bank dan fintech kepada
pihak ketiga secara aman.
Inisiatif kedua adalah pengembangan retail payment yang mengarah kepada
penyelenggaraan secara real time 24/7 dengan keamanan dan tingkat efisiensi
yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan melalui fast payment, optimalisasi Gerbang
Pembayaran Nasional (GPN) dan pengembangan unified payment interface.
Inisiatif ketiga merupakan pengembangan wholesale payment dan financial
market infrastructure. Cakupan ini meliputi beberapa pengembangan yang salah
satunya adalah pengembangan RTGS. Inisiatif keempat berbicara mengenai data,
dalam hal ini melakukan pengembangan data nasional yang kolaboratif dan
terintegrasi sehingga dapat dioptimalkan pemanfaatannya.Inisiatif terakhir adalah
melakukan pengaturan, pengawasan, perizinan, dan pelaporan untuk percepatan
Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
Dengan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, diyakini bahwa inovasi
digital akan sanggup membuka akses 83,1 juta populasi unbankeddan 62,9 juta
UMKM pada ekonomi dan keuangan formal secara sustainable. Dengan demikian,
semua upaya yang dilakukan diarahkan untuk masa depan Indonesia yang lebih
kuat dan merata.

PAGE \* MERGEFORMAT 3

Anda mungkin juga menyukai