Ella Rudi Sefyawati, Adelia Rizky Novita Sari, Fanny Novarinta Herlanda
fanifani.2511@gmail.com
ABSTRAK
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja mengenai
perkembangan serta penggunaan uang elektronik ( electronic money ) yang memiliki dampak
positif maupun negatif bagi masyarakat. Seiring teknologi yang semakin maju dalam instrumen
pembayaran menyebabkan teralihnya peran uang tunai sebagai alat pembayaran beralih menuju
bentuk pembayaran non-tunai yang lebih efisien dan ekonomis. Alat pembayaran tunai
tergantikan oleh adanya alat pembayaran non-tunai seperti kartu ataupun berbentuk aplikasi,
dengan pengamatan tersebut perilaku masyarakat terhadap isu mengenai cashless society dalam
pelaksanaan transaksi yang masih rendah, hanya kaum “milenial” yang dianggap mampu
melaksanakan. Berdasarkan pengamatan terhadap kecenderungan gaya kehidupan diperoleh
hasil bahwa setiap individu masyarakat dapat berbelanja secara online karena merasa tergiur
dengan tawaran potongan harga maupun pengembalian uang namun masih didominasi kaum
milenial yang tergolong masih belum memiliki siklus perekonomian yang stabil. Hal ini
menunjukkan terhadap pengaruh penggunaan cashless society masih kurang merata terhadap
berbagai lapisan masyarakat dan dirasa penerapannya kurang terdukung dengan kondisi terkini.
Beberapa tahun terakhir di belahan dunia lain, terdapat sejumlah negara yang telah
memulai kreatifitas untuk menciptakan peluang dalam mengembangkan transaksi non tunai
guna mengambil alih kebiasaan masyarakat yang telah nyaman bertransaksi secara tunai. Salah
satu negara yang telah berhasil dalam menerapkan masyarakat nirtunai ( cashless society ) yaitu
Swedia. Dilansir paperblog.id dari Pemerintah Swedia mendukung secara penuh masyarakat
untuk meninggalkan transaksi tunai dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman untuk
bertransaksi non tunai. Tercatat disepanjang tahun 2018, negara Swedia hanya sekitar 1%
transaksi masih dilakukan dengan uang kartal (tunai) dan berani mengatakan jika akan
melakukan cashless 100% ditahun 2023.
Salah satu hal yang memegang peranan penting pada perilaku terhadap cashless society
dalam masyarakat adalah adanya peranan efisien dan ekonomis dari sistem cashless society.
Pemahaman akan hal praktis dan aman dalam menggunakan teknologi akan memberi dampak
yang positif bagi masyarakat terutama dalam memudahkan pembayaran dengan jumlah yang
tepat serta mengurangi kehilangan uang secara tunai. Deputi Departemen Kebijakan dan Sistem
Pembayaran Bank Indonesia ( BI ) Riky Satria mengatakan transaksi non-tunai lebih praktis
dan menguntungkan bila dibandingkan dengan transaksi tunai. Uang elektronik yang beredar
di negara ini sudah mencapai 113 juta instrument, baik yang berbentuk e-money ( berbasis
server ) maupun e-wallet ( berbasis chip ). Banyaknya instrument uang elektronik ini juga
pastinya dipengaruhi makin banyaknya orang yang lebih memilih menggunakan uang
elektronik daripada membawa uang tunai kemana-mana.
Tawaran yang diberikan oleh uang elektronik inipun juga mengiurkan bagi kalangan
masyarakat. Pemberian potongan harga ( discount ) maupun pengembalian uang ( cashback )
mampu ditawarkan oleh beberapa platform sehingga memberikan daya tarik tersendiri. Kadang
kemudahan dalam pinjaman uang juga diberikan tatkala masyarakat membutuhkan dana dalam
waktu cepat. Kemudahan dalam bertansaksi online telah ditunjang oleh uang elektonik yang
bisa dirasakan berbagai pengguna fitur berbelanja online hingga menjadi kebiasaan untuk
bertransaksi secara online. Salah satu pengguna aktif belanja online masih didominasi kaum
muda atau yang sering disebut milenial. Selain itu, generasi milenial yang mendominasi
masyarakat saat ini memiliki financial planing yang begitu buruk. Hal ini didukung oleh sebuah
survei oleh David Low, General Manager Asia Tenggara Luno bertema "The Future of Money"
yang menunjukkan bahwa 69% dai generasi milenial Indonesia tidak memiliki rencana
keuangan.
Transaksi non tunai memberikan berbagai manfaat bagi Pemerintah, yakni berpengaruh
pada ekonomi makronya dan juga pada tingkat biayanya. Pada pertumbuhan makro ekonomi
yaitu transisi pembayaran ke sistem elektronik menurunkan biaya 1% GDP (Praktek di Brazil,
2007). Peningkatan 10% pembayaran elektronik meningkatkan 0,5% spending; pembayaran
elektronik meningkatkan pertumbuhan (Global Insight, 2003). Sedangkan penurunan biaya
berpengaruh pada pembayaran elektronik antara rumah tangga & pemerintah dapat menghemat
8% total pembayaran, sementara penerimaan pemerintah meningkat hampir 80% (McKinsey,
2010). Konversi dari tunai kepada elektronik secara umum menurunkan biaya > 50% (Bold,
Porteus, & Rotman, 2012). Berikut merupakan grafik dari adanya manfaat non tunai.
Grafik 2. Presentase Penggunaan Uang Tunai untuk Aktivitas Ekonomi di suatu Negara
Selain itu dari beberapa instansi pemerintah an mengencangkan gerakan Non Tunai atau
biasa disebut dengan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dicanangkan pada 14 Agustus 2014
untuk mendorong masyarakat menggunakan sistem pembayaran dan instrumen pembayaran
non tunai dalam melakukan pembayaran. Didalam gerakan ini juga GNNT 2014 : BI bersama
Pemerintah mencanangkan GNNT pada 14 Agustus 2014 dalam rangka mendorong
penggunaan sistem dan instrumen pembayaran non tunai untuk menciptakan less cash society.
Bank Indonesia ( BI ) juga mempunyai strategi dalam pelaksanaan non tunai ini
Program Strategis (2015 s.d 2018) : Fasilitasi dalam rangka Elektronifikasi Transaksi Pemda
termasuk implementasi di 10 Pemerintahan daerah sebagai tindak lanjut SE Mendagri. Dimana
SE Mendagri ini mengimplementasikan pada beberapa pemerintahan provinsi dan
pemerintahan kota paling lambat 1 Januari 2018.
Sebenarnya dalam hal pemerintah sudah berencana dalam penerpaan non tunai hanya
saja dalam hal ekesekusinya masih belum bisa terlaksana secara benar dikarenakan adanya
kelemahan kelemahan yang belum dapat terselesaikan.
Adapun rumusan masalah yang diajukan, yaitu : (1) Bagaimana pelaksanaan cashless
society ?, (2) Bagaimana pengaruh pelaksanaan non tunai untuk masyarakat dan sektor
pemerintahan ?.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis melakuan penelitian dengan metode kualitatif. Sumber
data yang digunakan untuk keperluan penyusunan laporan dengan menggunakan teknik
penelitian observasi khususnya wilayah Jombang. Dengan teknik pengamatan yang diambil
berupa observasi akan menghasilkan studi terhadap penggunaan sistem cashless yang
diterapkan guna menentukan metode pembayaran yang mampu digunkaan pada daerah-daerah.
Melalui deskripsi pendapat dari hasil pengamatan lapangan ditujukan untuk mengetahui kondisi
yang menjadi kecenderungan untuk diberlakukan suatu kebijakan.
Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan studi lapangan dengan melihat tren pada
penggunaan alat pembayaran dalam wilayah Jombang. Pembahasan penelitian ini mengacu
pada rumusan masalah yang diajukan. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan cashless
society, penelitian menggunakan metode identifikasi perilaku masyarakat. Dari hasil
identifikasi diperoleh kecenderungan terhadap perilaku masyarakat yang senang adanya
kemajuan teknologi uang elektronik namun disisi lain juga Masyarakat masih banyak yang
belum melakukan ataupun menerapkan transaksi secara teknologi seperti yang sudah dijelaskan
diatas.
Selain berguna bagi masyarakat, non tunai juga sangat berguna disektor pemerintahan,
dimana terdapat beberapa manfaat seperti lebih efisien, transparansi transaksi, efisiensi nilai
rupiah, perencanaan ekonomi lebih akurat. Telah dijelaskan dalam cash society maupun non
tunai diatur oleh Bank Indonesia diatur dalam UU Bank Indonesia Nomor 23 tahun 1999 yang
telah diubah terakhir dengan UU No. 6 tahun 2009. Dimana non tunai diatur dalam pasal 18
yang berbunyi " BI menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pemerintah antar bank ".
Saat ini Indonesia beberapa sudah menerapkan sistem non tunai walaupun belum semua
daerah termasuk sektor pemerintahan, salah satu contoh nyata dalam sektor pemerintahan
melakukan elektronifikasi pada jalan tol yang dapat kami ketahui dari data yang diperoleh yakni
pada 31 Oktober 2018 yang menyatakan Indonesia telah melakukan pembayaran non tunai
sehingga mendorong penetrasi non tunai dari 20% menjadi 97%. Didalam sektor publik
terdapat beberapa kegiatan ataupun transaksi yang kemungkinan besar akan berubah menjadi
secara non tunai :
Adanya kendala-kendala yang melekat di negara senantiasa harus kita hadapi. Kendala
ini dapat berasal dari bidang pembangunan maupun kondisi setiap masyarakat. Berdasarkan
kebijakan dari Bank Indonesia ( BI ) yaitu QRIS (Quick Response Code Indonesian Strandard)
yang tercantum dalam Peraturan Dewan Anggota Gubernur No. 21/18/PDAG/2019 tentang
Implementasi Standar Nasional Quick Response Code untuk pembayaran. Hal ini
memunculkan harapan agar negara mampu menjadi negara yang berbasis pada cashless society
dikemudian hari. Profesor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Drazen Prelec
mengungkapkan bahwa pembayaran non tunai cukup berbahaya dikarenakan akan membuat
konsumen tidak lagi merasakan kehilangan atau “sakit” saat membayar. Secara psikologis,
ketika menggunakan uang secara tunai atau fisik mampu memiliki ikatan emosional dan akan
berhati-hati dalam penggunaannya. Maka cara penggunaan sistem cashless yang paling efektif
adalah dengan perubahan perilaku dan pola pikir setiap individu yang memberikan perhatian
lebih terhadap risiko penggunaannya.
Tak hanya tentang bagaimana pemahaman mengenai pelaksanaan cashless society, terdapat
juga pembahasan perihal pengaruh pelaksanaan non tunai untuk masyarakat dan sektor
pemerintahan. Pengaruh pada masyarakat akan pelaksanaan non tunai yaitu adanya
kecenderungan perilaku konsumtif, cenderung boros karena kemudahan dalam bertransaksi,
dan berpengaruh terhadap ikatan emosional sebab uang fisik berwujud sehingga pengguna akan
bijak dalam penggunaannya. Selain itu juga rentan akan cyber crime dimana transaksi non tunai
tergolong praktis dan cepat akan tetapi memiliki risiko seperti kekhawatiran akan keamanan
data pribadi sampai kehilangan uang akibat ulah hacker dan phishing. Peningkatan taraf
ekonomi masyarakat pun juga bisa berpengaruh dengan adanya bantuan sosial non tunai oleh
Dinas Sosial Kabupaten Jombang kepada para keluarga penerima manfaat ( KPM ) dan para
agen e-Warong sebagai penyalur bantuan pangan non tunai ( BPNT ) yang tujuannya agar dapat
meningkatkan kesadaran akan menabung.
Pada sektor pemerintahan pun juga memiliki pengaruh akan pelaksanaan non tunai
termasuk meminimalisir penghematan uang kartal. Disisi lain juga untuk meningkatkan
kesadaran pentingnya tabungan untuk pembangunan nasional.
1. LAMPUNG
9 dari 15 Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung telah mengimplementasikan SKPD
(SIMBADA, SIKU, Sistem Informasi PAD, dan SIMDA) dan telah menerbitkan
peraturan terkait transaksi non tunai
Elektronifikasi Pengeluaran (Belanja Modal, Belanja Pegawai dan Belanja Bansos) dan
Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah serta penerimaan daerah lainnya dan kampanye
elektronifikasi jalan tol menuju ke Banten
Kanal pembayaran yang digunakan adalah Teller dan ATM
2. BENGKULU
Kabupaten Bengkulu Tengah adalah 1 dari 10 Kota/Kabupaten di Provinsi
Bengkulu yang telah mengimplementasikan SKPD (SIMDA) dan telah
menerbitkan peraturan terkait transaksi non tunai.
Pengeluaran (Belanja Barang dan Jasa, Belanja Pegawai dan Belanja Bansos) dan
untuk Penerimaan belum diimplementasikan serta implementasi Pembayaran PBB-
P2 Online
pembayaran yang digunakan adalah Teller
Dimana walaupun suatu wilayah berada pada satu kesatuan pulau tetapi penyebaran yang
terjadi dalam pemanfaatan non tunai sangatlah jauh dimana dapat kita lihat bahwa hanya
terdapat beberapa kota ataupun kabupaten yang melaksanakan gerakan non tunai ini. Selain itu
kami mendapatkan data tentang pontianak yang akan melakukan non tunai pada 2020 pada
pembelian SPBU yang mana sudah diterapkan sejak Oktober 2019 yang mana dalam setiap
pembelian SPBU mereka akan mengunakam sebuah card dalam pembelian tetapi nyatanya saat
pelaksanaan uji coba banyak sekali hal yang perlu dikoreksi lagi seperti banyak masyarakat
yang masih belum menyadari manfaat dari adanya transaksi non tunai ini. Sehingga membuat
gerakan ini tidak bisa berjalan dengan baik tetapi sampai saat ini masih digalang kan. Dimana
dalam transaksi non tunai setiap transaksi yang dilakukan akan terekam dengan jelas dan akurat
sehingga dapat membuat kita semakin bisa melakukan perencanaan ekonomi dengan akurat
dalam anggaran sektor publik maupun dalam realisasinya.
KESIMPULAN
Insight, G. (2003).
McKinsey. (2010).
Nastiti Ninda Lintangsari, Nisaulfathona Hidayati, dkk. (2018). ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN
PEMBAYARAN NON-TUNAI TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA.
https://m-kumparan-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/kumparanbisnis/pemerintah-dan-bi-sepakati-
12-program-transaksi-nontunai-
1rARZjcS29y?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15754675415531&_ct
=1575467561287&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&
ampshare=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fkumparanbisnis%2Fpemerintah-dan-bi-sepakati-12-
program-transaksi-nontunai-1rARZjcS29y
https://www.beritasatu.com/ekonomi/390283/bi-transaksi-nontunai-praktis-dan-menguntungkan