PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Falanisa Zahra Kusputri
1706972745
Nama Dosen:
Shahnaz Natasya Arina, S.E., M.Sc.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Uang merupakan alat pembayaran yang sah dalam melakukan transaksi.
Sebelum mengenal uang, manusia terlebih dahulu melakukan barter. Akan tetapi,
karena banyaknya transaksi yang dibutuhkan oleh manusia, mereka membutuhkan
suatu komoditas yang mudah digunakan. Oleh karena itu, diciptakanlah uang untuk
mempermudah kegiatan perekonomian. Dengan terciptanya uang, kegiatan
perdagangan semakin mudah dilakukan. Bahkan, dalam beberapa dekade terakhir,
transaksi antarnegara semakin meluas, terlebih dengan adanya perdagangan bebas.
Meskipun demikian, penggunaan uang secara fisik juga memiliki kerugiannya
tersendiri, seperti mahalnya infrastruktur ATM, tingginya risiko pencucian uang,
penggelapan pajak, dan pendanaan teroris. Karena alasan-alasan tersebut, kini
penggunaan transaksi tanpa uang tunai (cashless) semakin meningkat karena
dianggap lebih aman. Kini, bank sentral di seluruh dunia sedang mencari cara untuk
membuat transisi dari masyarakat biasa menjadi masyarakat tanpa uang tunai semakin
cepat.
Pergeseran masyarakat menuju cashless society dapat menguntungkan
berbagai pihak, seperti masyarakat, bisnis, dan pemerintah. Dalam skala makro,
pergeseran ini dapat meningkatkan efisiensi dalam perekonomian, kebijakan fiskal
dan moneter, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain dalam skala makro,
pergeseran ini juga menguntungkan bagi sektor finansial dan bank karena dapat
mengurangi biaya pencetakan uang oleh bank sentral yang dapat memberikan dampak
positif bagi transaksi finansial. Selanjutnya, kejahatan dalam bidang finansial juga
dapat dikurangi karena transaksi secara digital dapat meningkatkan kemampuan
dalam memantau dan mengawasi transaksi keuangan. Transaksi tanpa tunai juga
menguntungkan bagi konsumen karena dinilai lebih aman, terlebih dengan adanya
mobile payment. Cara ini dinilai lebih aman karena beberapa hal, salah satunya karena
pencurian uang menjadi lebih sulit dikarenakan adanya kode verifikasi yang
dikirimkan langsung ke telepon genggam pengguna.
Grafik di atas merupakan data dari databooks.co.id mengenai nilai transaksi
elektronik yang dilakukan oleh masyarakat indonesia pada tahun 2010-2017 yang
dihitung berdasarkan rupiah (ditunjukkan melalui garis) dan jumlah kartu
(ditunjukkan melalui batang) yang digunakan. Berdasarkan data tersebut, nilai
transaksi elektronik cenderung terus meningkat. Dari grafik garis di atas, dapat
terlihat bahwa sejak peraturan BI dikeluarkan pada tahun 2009, terjadi transaksi
elektronik sebesar 1 triliun pada tahun 2010 yang terus meningkat hingga mencapai
Rp4,1 triliun pada tahun 2013. Akan tetapi, nilai transaksi mengalami sedikit
penurunan pada tahun 2014 sebesar sekira Rp0,1 triliun. Setelah tahun 2014, yaitu
setelah GNNT dicanangkan oleh BI, nilai transaksi elektronik kembali meningkat
hingga Oktober 2017. Kenaikan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2017, yaitu
meningkat sekira Rp3 triliun. Selain nilai transaksi elektronik, banyaknya kartu yang
digunakan juga terus meningkat. Kenaikan paling signifikan terjadi setelah GNNT
dicanangkan, yaitu pada tahun 2015 dengan kenaikan sebesar 20 juta kartu. Lalu,
disusul pada tahun 2017 dengan kenaikan sekira 15 juta kartu.
Kenaikan yang signifikan pada tahun 2017, baik dari sisi nilai transaksi
elektronik maupun jumlah kartu yang digunakan, dapat disebabkan oleh banyaknya
kebijakan baru mengenai transaksi elektronik pada tahun tersebut. Contohnya adalah
pembayaran gerbang tol elektronik yang secara otomatis akan membuat orang
beramai-ramai membeli e-cash. Selain itu, tingginya permintaan akan transportasi
online pada tahun tersebut, seperti GoJek, Grab, dan Uber juga turut memiliki peran
yang cukup signifikan dalam naiknya nilai transaksi elektronik. Hal tersebut
dikarenakan mereka menyediakan sarana pembayaran melalui gopay (GoJek),
grabpay (Grab), dan credit card (Uber).
Meskipun perekonomian tanpa uang tunai dinilai lebih efektif dan efisien
secara bisnis dan teknologi, sebagian orang menilai bahwa hal tersebut dapat
merugikan masyarakat yang miskin, terlebih bagi mereka yang tidak memiliki
tabungan di bank. Contohnya seperti yang terjadi di India. Warga India yang tidak
memiliki rekening di bank banyak yang bergantung pada rentenir sehinnga akhirnya
merugikan mereka. Tanpa adanya tabungan dan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, cashless society sulit untuk terwujud, terutama di negara-negara
berkembang. Menurut Fung Global Retail & Technology, sembilan dari lima belas
negara yang paling siap dalam menerapkan perekonomian tanpa uang tunai terletak di
Eropa, di mana sebagian besar negara-negara maju berada. Artinya, banyak negara-
negara yang belum siap untuk perubahan teknologi ini. Hal tersebut dikarenakan
perlunya persiapan yang matang agar kesenjangan ekonomi tidak semakin melebar
ketika pergeseran terjadi.
Referensi
Asmara, Chandra Gian. 2018. BI: Indonesia Akan Menuju Cashless Society dalam
Waktu Dekat. Diambil 21 Oktober 2018 dari:
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180208165650-37-3875/bi-
indonesia-akan-menuju-cashless-society-dalam-waktu-dekat
Fintechnews Indonesia. 2018. Despite Much Support, Cashless Indonesia Faces
Many Obstacles. Diambil 25 Oktober 2018 dari:
http://fintechnews.sg/22095/indonesia/cashless-indonesia-e-money-card/
Forrest, Adam. 2017. The Rise Of The Cashless City: There Is This Real Danger Of
Exclusion. Diambil 24 September 2018 dari:
https://www.theguardian.com/cities/2017/jan/09/rise-cashless-city-contactless-
payments-exclusion-cashfree-society
Gjerding, Kristian. 2017. The Cashless Economy: Why And Where It’s Evolving And
What Business Can Do Now To Prepare. Forbes. Diambil 24 September 2018
dari: https://www.forbes.com/sites/forbesfinancecouncil/2017/10/24/the-
cashless-economy-why-and-where-its-evolving-and-what-businesses-can-do-
now-to-prepare/#3544e7b3e11a
Kamila, Nur. 2016. Pentingnya Uang Bagi Kehidupan. Diambil 24 September 2018
dari:
https://www.kompasiana.com/nurkamila/5858d377937e619750994cb2/pentin
gnya-uang-bagi-kehidupan
Katadata.co.id. 2017. 2017, Transaksi Uang Elektronik Tumbuh 60 Persen. Diambil
21 Oktober 2018 dari:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/07/2017-transaksi-uang-
elektronik-tumbuh-60-persen
Kornberg, Dana. 2017. Why A ‘Cashless’ Society Would Hurt The Poor – A Lesson
From India. Diambil 24 September 2018 dari: https://phys.org/news/2017-06-
cashless-society-poora-lesson-india.html
The Federation of Egyptian Industries & The Federation of Egyptian Banks. 2016.
Making The Transition To A Cashless Economy In Egypt. Diambil 24
September 2018 dari:z https://www.cipe-
arabia.org/files/pdf/Democratic_Governance/Cashless_Economy_Paper_EN.p
df
Peraturan BI. 2009. Uang Elektronik. Diambil 21 Oktober 2018 dari:
https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/pbi_111209.aspx
Rogoff, Kenneth S. 2016. A Less-Cash Society, Not a Cashless One. Bloomberg L.P.
Diambil 24 September 2018 dari:
https://scholar.harvard.edu/files/rogoff/files/a_less-cash_society.pdf
Smart Payment Association. 2017. Transitioning to A Cashless World – The Current
State of Play. Diambil 24 September 2018 dari:
https://www.smartpaymentassociation.com/index.php/liste-documents/public-
resources/position-papers/564-transitioning-to-a-cashless-world-the-current-
state-of-play-an-spa-paper-january-2017/file.