Anda di halaman 1dari 9

PERGESERAN MENUJU CASHLESS SOCIETY DAN

PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Falanisa Zahra Kusputri
1706972745

Nama Dosen:
Shahnaz Natasya Arina, S.E., M.Sc.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2018
Statement of Authorship

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menyatakan menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama : Falanisa Zahra Kusputri


NPM : 1706972745
Tanda tangan :

Mata ajaran : Pengantar Komunikasi Bisnis dan Teknis Penulisan


Ilmiah
Judul makalah/tugas : Pergeseran Menuju Cashless Society dan
Perkembangannya di Indonesia
Tanggal : 26 Oktober 2018
Dosen : Shahnaz Natasya Arina, S.E., M.Sc.


Uang merupakan alat pembayaran yang sah dalam melakukan transaksi.
Sebelum mengenal uang, manusia terlebih dahulu melakukan barter. Akan tetapi,
karena banyaknya transaksi yang dibutuhkan oleh manusia, mereka membutuhkan
suatu komoditas yang mudah digunakan. Oleh karena itu, diciptakanlah uang untuk
mempermudah kegiatan perekonomian. Dengan terciptanya uang, kegiatan
perdagangan semakin mudah dilakukan. Bahkan, dalam beberapa dekade terakhir,
transaksi antarnegara semakin meluas, terlebih dengan adanya perdagangan bebas.
Meskipun demikian, penggunaan uang secara fisik juga memiliki kerugiannya
tersendiri, seperti mahalnya infrastruktur ATM, tingginya risiko pencucian uang,
penggelapan pajak, dan pendanaan teroris. Karena alasan-alasan tersebut, kini
penggunaan transaksi tanpa uang tunai (cashless) semakin meningkat karena
dianggap lebih aman. Kini, bank sentral di seluruh dunia sedang mencari cara untuk
membuat transisi dari masyarakat biasa menjadi masyarakat tanpa uang tunai semakin
cepat.

Perekonomian tanpa uang tunai merupakan kondisi ekonomi di mana transaksi


yang terjadi antara pihak-pihak yang berkepentingan tidak menggunakan uang dalam
bentuk fisik, baik kertas maupun koin, melainkan menggunakan transfer informasi
digital. Konsep tersebut telah marak dibicarakan akhir-akhir ini, terutama karena
semakin cepatnya kemajuan teknologi yang ikut mempengaruhi pencatatan,
pengelolaan, dan pertukaran uang di kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah dengan
meningkatnya penggunaan kartu dalam bertransaksi, seperti kartu debit atau kartu
kredit, PayPal, bitcoin, atau Apple Pay. Hal tersebut mengakibatkan pergeseran secara
bertahap dari cash-based society menjadi cashless society.

Pergeseran dari cash-based society menjadi cashless society telah dimulai


sejak lama, yaitu sejak tahun 1960-an. Awalnya, transaksi tanpa uang tunai dimulai
dari Amerika Serikat dengan substitusi utamanya adalah kartu kredit. Pada tahun
2010, metode transaksi nontunai mulai berkembang pesat. Pada tahun tersebut,
pembayaran secara digital mulai dioperasikan secara luas di berbagai negara. Saat ini,
metode cashless menjadi metode utama dalam melakukan transaksi di Amerika
Serikat dan beberapa negara maju. Menurut European Central Bank, 66% dari seluruh
transaksi yang terjadi di Eropa Barat merupakan transaksi nontunai dengan Swedia
sebagai pemeran utamanya. Sementara itu, menurut MasterCard, sekira 35% dari
seluruh transaksi di Australia terjadi secara nontunai.


Pergeseran masyarakat menuju cashless society dapat menguntungkan
berbagai pihak, seperti masyarakat, bisnis, dan pemerintah. Dalam skala makro,
pergeseran ini dapat meningkatkan efisiensi dalam perekonomian, kebijakan fiskal
dan moneter, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain dalam skala makro,
pergeseran ini juga menguntungkan bagi sektor finansial dan bank karena dapat
mengurangi biaya pencetakan uang oleh bank sentral yang dapat memberikan dampak
positif bagi transaksi finansial. Selanjutnya, kejahatan dalam bidang finansial juga
dapat dikurangi karena transaksi secara digital dapat meningkatkan kemampuan
dalam memantau dan mengawasi transaksi keuangan. Transaksi tanpa tunai juga
menguntungkan bagi konsumen karena dinilai lebih aman, terlebih dengan adanya
mobile payment. Cara ini dinilai lebih aman karena beberapa hal, salah satunya karena
pencurian uang menjadi lebih sulit dikarenakan adanya kode verifikasi yang
dikirimkan langsung ke telepon genggam pengguna.

Terlepas dari berbagai keuntungan dari melakukan transaksi nontunai, banyak


negara yang membatasi penggunaan metode tersebut. Hal ini karena transaksi dengan
metode tersebut dapat memberikan beberapa kerugian bagi para penggunanya. Ketika
transaksi dilakukan secara elektronik, semua pembayaran yang dilakukan oleh
konsumen akan dapat dilacak sehingga banyak institusi yang dapat mengakses data-
data tersebut. Akibatnya, privasi konsumen terganggu. Selain itu, pergeseran untuk
mengaplikasikan transaksi tanpa tunai bagi seluruh masyarakat juga akan menyulitkan
generasi tua untuk beradaptasi.

Di Indonesia, perubahan cara bertransaksi masyarakat, dari cash-based


menuju cashless sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini didukung oleh
peraturan dari Bank Indonesia yang dikeluarkan pada 13 April 2009 tentang uang
elektronik, yaitu No. 11/12/PBI/2009. Atas dasar peraturan itu pula Bank Indonesia
mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tahun 2014. Gerakan ini
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, para pelaku bisnis,
dan pemerintah untuk menggunakan sarana transaksi nontunai. Impementasinya dapat
dirasakan pada cara pembayaran bus Transjakarta, Commuter Line, dan jalan tol.


Grafik di atas merupakan data dari databooks.co.id mengenai nilai transaksi
elektronik yang dilakukan oleh masyarakat indonesia pada tahun 2010-2017 yang
dihitung berdasarkan rupiah (ditunjukkan melalui garis) dan jumlah kartu
(ditunjukkan melalui batang) yang digunakan. Berdasarkan data tersebut, nilai
transaksi elektronik cenderung terus meningkat. Dari grafik garis di atas, dapat
terlihat bahwa sejak peraturan BI dikeluarkan pada tahun 2009, terjadi transaksi
elektronik sebesar 1 triliun pada tahun 2010 yang terus meningkat hingga mencapai
Rp4,1 triliun pada tahun 2013. Akan tetapi, nilai transaksi mengalami sedikit
penurunan pada tahun 2014 sebesar sekira Rp0,1 triliun. Setelah tahun 2014, yaitu
setelah GNNT dicanangkan oleh BI, nilai transaksi elektronik kembali meningkat
hingga Oktober 2017. Kenaikan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2017, yaitu
meningkat sekira Rp3 triliun. Selain nilai transaksi elektronik, banyaknya kartu yang
digunakan juga terus meningkat. Kenaikan paling signifikan terjadi setelah GNNT
dicanangkan, yaitu pada tahun 2015 dengan kenaikan sebesar 20 juta kartu. Lalu,
disusul pada tahun 2017 dengan kenaikan sekira 15 juta kartu.

Kenaikan yang signifikan pada tahun 2017, baik dari sisi nilai transaksi
elektronik maupun jumlah kartu yang digunakan, dapat disebabkan oleh banyaknya
kebijakan baru mengenai transaksi elektronik pada tahun tersebut. Contohnya adalah
pembayaran gerbang tol elektronik yang secara otomatis akan membuat orang
beramai-ramai membeli e-cash. Selain itu, tingginya permintaan akan transportasi
online pada tahun tersebut, seperti GoJek, Grab, dan Uber juga turut memiliki peran
yang cukup signifikan dalam naiknya nilai transaksi elektronik. Hal tersebut


dikarenakan mereka menyediakan sarana pembayaran melalui gopay (GoJek),
grabpay (Grab), dan credit card (Uber).

Dengan perkembangan transaksi elektronik yang begitu cepat di Indonesia,


beberapa pengamat industri percaya bahwa Indonesia tidak lama lagi dapat berpotensi
menjadi negara tanpa uang tunai. Akan tetapi, kenyataannya adalah meskipun
terdapat banyak dukungan dari berbagai pihak, sebagian besar masyarakat Indonesia
ternyata belum menggunakan transaksi elektronik. Menurut data dari World Bank,
pada tahun 2017, dari seluruh transaksi yang terjadi di Indonesia, hanya 27% yang
terjadi secara elektronik dan kepemilikan kartu debit hanya mencapai 31% dari
seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, 61% masyarakat Indonesia
menyatakan mereka lebih memilih untuk melakukan transaksi secara elektronik.
Rendahnya persentase transaksi elektronik yang terjadi di Indonesia dapat terjadi
karena tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan pemenuhan yang seimbang
karena beberapa hal. Contohnya adalah meskipun bagi pelanggan membayar secara
elektronik lebih praktis, toko-toko memerlukan biaya untuk memasang mesin EDC
(Electronic Draft Capture). Hal ini menjadi beban tersendiri bagi bisnis-bisnis,
terutama UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang belum memiliki modal yang
cukup. Akibatnya, pelanggan terpaksa menggunakan uang tunai ketika bertransaksi.

Penerapan perekonomian tanpa uang tunai memang sangat rumit secara


politik, terlebih di negara berkembang. Meskipun demikian, dari perspektif bisnis dan
teknologi, hal tersebut jauh lebih efektif dan efisien. Tak dapat dipungkiri bahwa saat
ini, industri-industri besar, seperti industri pada sektor pariwisata, mulai didorong
oleh para konsumen dan inovator untuk melakukan transaksi tanpa tunai. Contoh dari
hal tersebut dapat terlihat dari uber effect. Uber merupakan salah satu pelopor dari
perekonomian tanpa uang tunai. Model bisnis yang memungkinkan bertransaksi tanpa
uang tunai itu memungkinkan uber untuk memperluas layanan yang dapat ditawarkan.
Akibatnya, ekspektasi konsumen terhadap sistem transaksi nontunai akan naik.
Contoh lainnya adalah mobile ticketing dan mobile payments. Karena dinilai lebih
mudah dan hemat biaya, kedua hal tersebut dapat meningkatkan pelayanan dan
memberikan pengalaman yang mulus bagi wisatawan.

Meskipun perekonomian tanpa uang tunai dinilai lebih efektif dan efisien
secara bisnis dan teknologi, sebagian orang menilai bahwa hal tersebut dapat
merugikan masyarakat yang miskin, terlebih bagi mereka yang tidak memiliki
tabungan di bank. Contohnya seperti yang terjadi di India. Warga India yang tidak


memiliki rekening di bank banyak yang bergantung pada rentenir sehinnga akhirnya
merugikan mereka. Tanpa adanya tabungan dan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, cashless society sulit untuk terwujud, terutama di negara-negara
berkembang. Menurut Fung Global Retail & Technology, sembilan dari lima belas
negara yang paling siap dalam menerapkan perekonomian tanpa uang tunai terletak di
Eropa, di mana sebagian besar negara-negara maju berada. Artinya, banyak negara-
negara yang belum siap untuk perubahan teknologi ini. Hal tersebut dikarenakan
perlunya persiapan yang matang agar kesenjangan ekonomi tidak semakin melebar
ketika pergeseran terjadi.

Karena penerapan perekonomian tanpa uang tunai cukup rumit, pemerintah


perlu mempertimbangkan beberapa peraturan agar tidak terjadi kekacauan ketika
pergeseran secara penuh terjadi. Peraturan-peraturan tersebut sebaiknya mencakup
tiga bidang, yaitu bidang finansial bukan bank, pendapatan negara, dan kebijakan
perekonomian. Peraturan-peraturan tersebut haruslah mendorong masyarakat untuk
beralih untuk melakukan transaksi secara digital secara bertahap. Dalam bidang
finansial bukan bank, pemerintah dapat melarang masyarakat untuk menggunakan
uang tunai dalam transaksi sekuritas dan pembayaran premi asuransi, atau
mengharuskan menggunakan pembayaran elektronik dalam menanggung dana
investasi. Dalam bidang pendapatan negara, pemerintah dapat memerintahkan wajib
pajak untuk membayar pajak yang melebihi jumlah tertentu secara elektronik.
Terakhir, dalam bidang kebijakan perekonomian, pemerintah dapat memperluas ruang
lingkup hukum untuk peraturan terkait pergeseran menuju perekonomian tanpa uang
tunai.


Referensi

Asmara, Chandra Gian. 2018. BI: Indonesia Akan Menuju Cashless Society dalam
Waktu Dekat. Diambil 21 Oktober 2018 dari:
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180208165650-37-3875/bi-
indonesia-akan-menuju-cashless-society-dalam-waktu-dekat
Fintechnews Indonesia. 2018. Despite Much Support, Cashless Indonesia Faces
Many Obstacles. Diambil 25 Oktober 2018 dari:
http://fintechnews.sg/22095/indonesia/cashless-indonesia-e-money-card/
Forrest, Adam. 2017. The Rise Of The Cashless City: There Is This Real Danger Of
Exclusion. Diambil 24 September 2018 dari:
https://www.theguardian.com/cities/2017/jan/09/rise-cashless-city-contactless-
payments-exclusion-cashfree-society
Gjerding, Kristian. 2017. The Cashless Economy: Why And Where It’s Evolving And
What Business Can Do Now To Prepare. Forbes. Diambil 24 September 2018
dari: https://www.forbes.com/sites/forbesfinancecouncil/2017/10/24/the-
cashless-economy-why-and-where-its-evolving-and-what-businesses-can-do-
now-to-prepare/#3544e7b3e11a
Kamila, Nur. 2016. Pentingnya Uang Bagi Kehidupan. Diambil 24 September 2018
dari:
https://www.kompasiana.com/nurkamila/5858d377937e619750994cb2/pentin
gnya-uang-bagi-kehidupan
Katadata.co.id. 2017. 2017, Transaksi Uang Elektronik Tumbuh 60 Persen. Diambil
21 Oktober 2018 dari:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/07/2017-transaksi-uang-
elektronik-tumbuh-60-persen
Kornberg, Dana. 2017. Why A ‘Cashless’ Society Would Hurt The Poor – A Lesson
From India. Diambil 24 September 2018 dari: https://phys.org/news/2017-06-
cashless-society-poora-lesson-india.html
The Federation of Egyptian Industries & The Federation of Egyptian Banks. 2016.
Making The Transition To A Cashless Economy In Egypt. Diambil 24
September 2018 dari:z https://www.cipe-
arabia.org/files/pdf/Democratic_Governance/Cashless_Economy_Paper_EN.p
df


Peraturan BI. 2009. Uang Elektronik. Diambil 21 Oktober 2018 dari:
https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/pbi_111209.aspx
Rogoff, Kenneth S. 2016. A Less-Cash Society, Not a Cashless One. Bloomberg L.P.
Diambil 24 September 2018 dari:
https://scholar.harvard.edu/files/rogoff/files/a_less-cash_society.pdf
Smart Payment Association. 2017. Transitioning to A Cashless World – The Current
State of Play. Diambil 24 September 2018 dari:
https://www.smartpaymentassociation.com/index.php/liste-documents/public-
resources/position-papers/564-transitioning-to-a-cashless-world-the-current-
state-of-play-an-spa-paper-january-2017/file.

Anda mungkin juga menyukai