Anda di halaman 1dari 3

Aktualisasiperan pemerintah,pengusaha,dan akademisi dalammenghadapitantangan ekonomi digital di

era disruptif.

Dengan memasuki era digital ini setiap negara dituntut untuk menjadi lebih kreatif dalam
menciptakan inovasi baru bagi setiap negaranya. Indonesia sebagai negara berkembang juga harus
dapat mengimbangi perkembaan era digital ini walaupun memiliki banyak sekali permasalahan
ekonomi didalamnya. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan instrumen
pembayaran dalam transaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam
instrumen pembayaran menggeser peranan uang tunai sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk
pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis. Pembayaran non tunai umumnya dilakukan
dengan cara mentransfer antar bank maupun transfer intra bank melalui jaringan internal bank sendiri.
Selain itu pembayaran non tunai dilakukan dengan kartu sebagai alat pembayaran seperti kartu ATM,
kartu debit dan kartu kredit.

Sistem Cashless

Dalam perkembangannya, sistem pembayaran secara elektronik atau bisa disebut non tunai atau
cashless. kata cashless berarti tanpa uang tunai. Sistem cashless dapat diartikan sebagai suatu sistem
di mana segala transaksi tidak lagi menggunakan uang tunai/fisik, tapi melalui media elektronik
seperti kartu debit dan dompet virtual. sangat dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan teknologi
dan perubahan pola hidup masyarakat. Saat ini perkembangan instrumen pembayaran non tunai
berjalan sangat pesatseiring dengan perkembangan teknologi sistem pembayaran yang pada akhir-
akhir ini telah membawa dampak yang besar terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam sistem
pembayaran tersebut. Dengan dukungan teknologi yang semakin maju, masyarakat pengguna maupun
penyedia jasa sistem pembayaran non tunai secara terus menerus mencari alternatif instrumen
pembayaran non tunai yang lebih efisien dan aman. Selain itu, perubahan pola hidup masyarakat yang
disertai peningkatan efisiensi pola hidup menuntut tersedianya sarana telekomunikasi dan trasportasi
yang demikian cepat sehingga hambatan jarak dan waktu dapat dikurangi. Perkembangan
telekomunikasi dan transportasi ini juga memberikan pengaruh yang besar terhadap transaksi
keuangan terutama terkait dengan cara antar pihak melakukan pembayaran.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, salah satu wewenang
Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran adalah
menetapkan penggunaan alat pembayaran. Penetapan penggunaan alat pembayaran ini dimaksudkan
agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan dan
efisiensi bagi penggunanya. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi memberi
dampak terhadap munculnya inovasi-inovasi baru dalam pembayaran elektronis (Electronic Payment).
E-Money merupakan alternatif alat pembayaran non tunai khususnya untuk pembayaran mikro sampai
dengan ritel dalam perdagangan.

Munculnya E-Money dilatar belakangi oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009
sebagai salah satu pendukung agenda Bank Indonesia untuk menciptakan less cash society di
Republik Indonesia. E-Money sendiri bertujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan segala
macam transaksi ekonomi di kehidupannya terutama untuk transaksi berskala mikro. Perkembangan
uang elektronik sangat pesat, pertama kali terbit April tahun 2007 hanya sebanyak 165.193 instrumen,
dan terus meningkat sampai tahun 2013 sebanyak 36.225.373, tetapi awal tahun 2014 mengalami
penurunan 4% dari jumlah akhir tahun 2013. Sedangkan pertengahan tahun 2015 pada bulan
September sampaiakhir tahun 2017 selalu meningkat hal ini dapat di sebabkan karena adanya faktor
perdagangan bebas.

b. Cashless menjadi solusi untuk redenominasi

pemerintah sedang berencana untuk melakukan redenominasi dalam jangka waktu yang
secepatnya. Redenominasi sendiri adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang
menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata
uang tersebut. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga
daya beli masyarakat tidak berubah. Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap
sama. Selain itu redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan
nyaman dalam melakuan transaksi. Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi suatu
negara dengan negara regional. Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena
hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan. Redenominasi juga
biasanya dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil.

Dan pada saat melakukan redenominasi ini banyak sekali pengeluaran yang harus dibayarkan oleh
pemerintah. Redenominasi perlu persiapan yang sangat matang, perlu biaya yang tinggi untuk:

Sosialisasi yang masif kepada masyarakat agar tidak terjadi kebingungan dan keresahan

Mencetak uang baru untuk beredar bersama uang lama dalam masa transisi selama bertahun-tahun

Melakukan penarikan uang di seluruh Indonesia baik uang kertas ataupun logam

Berkaca dari kegagalan berbagai negara yang pernah melakukan redenominasi, perlu persiapan
matang untuk mewujudkannya. Redenominasi bisa dilakukan pada saat keadaan politik
dan ekonominegara stabil dengan inflasi yang terkendali. Kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah juga sangat diperlukan, jangan sampai masyarakat tidak percaya terhadap program
redenominasi, sehingga perlu sosialisasi yang masif.

Terkait redenominasi yang digadang bisa menaikkan harga diri Rupiah dalam hal ini juga harga diri
bangsa sebenarnya tidak relevan. Yang sesungguhnya harga diri bangsa bisa dilihat dari PDB atau
pertumbuhan ekonominya, pendapatan per kapita warga negaranya, ketahanan nasional negara, indeks
persepsi korupsi, indeks pembangunan manusia, penguasaan Iptek, prestasi olahraga sampai dengan
kehandalan diplomasi di kancah internasional.

Alasan lain untuk melakukan redenominasi yaitu agar masyarakat Indonesia semakin menghargai
Rupiah, dalam hal ini khususnya terhadap uang receh. Jika alasan redenominasi agar masyarakat lebih
menghargai uang receh, maka ada cara lain yang lebih efektif dan lebih murah, yaitu dengan
menggalakkan transaksi non tunai dengan kata lain membentuk cashless society. Cashless society bisa
menghargai rupiah sampai ke satuan terkecilnya yaitu Rp1,-.Dengan transaksi non tunai, penjual pun
tidak akan kesulitan untuk mencari uang kembalian. Para penjual bisa lebih kompetitif dalam
menetapkan harga sampai dengan pecahan satuan Rupiah. Ketika para penjual menaikkan harga, juga
akan lebih proporsional dan fair. Jadi secara tidak langsung cashless society bisa mereduksi potensi
inflasi yang tidak seharusnya terjadi hanya gara-gara langkanya dan penghargaan yang rendah
terhadap uang receh sehingga dilakukan pembulatan ke atas dalam menaikkan harga barang.
Redenominasi juga membawa potensi yang tidak dikendaki, salah satunyayaitu dapat mengakibatkan
Rupiah semakin volatile daripada sebelumnya.

c. peran pemerintah dan generasi muda pada sistem cashless

d. penutups

Anda mungkin juga menyukai