Anda di halaman 1dari 9

Analisis Pengaruh Financial Technology Peer to Peer Lending dan Digital Payment

Terhadap Perbankan di Indonesia (Studi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Tahun 2017 -
2021)
Husna I’zaty
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Perbanas Institute Jakarta, Indonesia
Email : husnaizaty8@gmail.com

1. Pendahuluan Dalam CNBC Indonesia VIP Forum bertajuk


Perkembangan teknologi di era globalisasi “Banking & Fintech: Inovasi dan Peran
4.0 saat ini menunjukkan setiap orang Digital Dorong Inklusi Keuangan”,
maupun kumpulan suatu organisasi dan menjelaskan keberadaan fintech membawa
perusahaan dituntut untuk memanfaatkan komunitas baru bagi perbankan. Fintech
kondisi tersebut salah satunya adalah jenis P2P atau peer to peer lending
sektor perbankan yang dituntut untuk berhubungan langsung dengan operasional
menggunakan teknologi yang akan bank yang mengharuskan memiliki akun
berdampak pada profitabilitas perbankan bank dalam segala bentuk pencairan dana.
dapat ditingkatkan. Menurut (Lintangsari et Berdasarkan data dari CNBC Indonesia
al., 2018) perkembangan teknologi serta pada tahun 2018, Fintech di Indonesia
pergeseran paradigma gaya hidup sebagian besar atau mayoritas didominasi
masyarakat memicu peningkatan oleh payment / aplikasi pembayaran
perkembangan transaksi non tunai dari sebesar 39% dan disusul lending sebesar
tahun ke tahun. 24% seperti terlihat pada gambar 1. Sejak
OJK meluncurkan aturan P2P Lending
Pemanfaatan teknologi bertujuan dalam pertumbuhannya meningkat pesat, dimana
rangka efisiensi kinerja perusahaan yang pada 2016 tumbuh sebesar 16% (Franedya
dapat mengurangi biaya operasional and Bosnia, 2018).
dengan cara sentralisasi dan otomatisasi. Gambar 1. Fintech di Indonesia
Industri teknologi finansial merupakan suatu
bentuk layanan jasa keuangan yang
berkembang di kalangan milenial. Terjadi
fenomena di Indonesia yang masyarakatnya
memiliki potensi besar dalam menggunakan
layanan teknologi finansial ini. Menurut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
pembayaran dalam menggunakan Fintech
di Indonesia adalah yang terbesar (42,22%)
(Otoritas Jasa Keuangan, 2019).

Fenomena disrupsi atau perubahan cara


dan fundamental bisnis kini yang melanda
perbankan Indonesia, salah satunya adalah
revolusi teknologi digital melalui hadirnya Sumber: www.cnbcindonesia.com
perusahaan financial technologi (fintech).
Memasuki era digitalisasi perbankan, Bank manfaat atau kegunaan yang diterima dari
BRI menciptakan inovasi berupa layanan teknologi tersebut yang disebut persepsi
proses pengajuan kredit mikro dari proses manfaat (perceived usefulness), selanjutnya
input manual menjadi full digital melalui bagaimana persepsi individu mengenai
BRISPOT. BRISPOT merupakan aplikasi kemudahan dalam memakai teknologi
berbasis Android yang menggunakan tersebut yang disebut persepsi kemudahan
koneksi internet sehingga memungkinkan (perceived ease of use), serta
putusan pinjaman prakarsa pinjaman turun bagaimanakan individu memiliki
dari 3 (tiga) hari untuk pinjaman baru kertertarikan dalam menggunakan teknologi
menjadi 2 (dua) hari, sedangkan untuk tersebut yang disebut minat menggunakan
nasabah eksisting, pinjaman baru bisa (behavioral intention to use). Untuk
diputuskan dihari yang sama. mengkur atau meneliti tentang penerimaan
teknologi Infirmasi, maka dapat
Aplikasi terbaru dari layanan Perbankan menggunakan TAM (Technology
yang dikeluarkan oleh Bank BRI adalah Acceptance Model). TAM berorientasi pada
BRImo. Aplikasi ini memiliki basis data bagaimana sikap individu pengguna
melalui internet yang dapat memudahkan teknologi berdasarkan faktor penyebab
nasabahnya untuk bertransaksi secara diatas, daintaranya manfaat penggunaan
online. Fitur dari aplikasi inipun cukup teknologi informasi (perceived usefulness)
lengkap, dengan memiliki beberapa sumber dengan pertimbangan dari kemudahan
dana dalam transaksi, halaman utama yang dalam menggunakan teknologi informasi
simpel serta dilengkapi system transfer atau tersebut (perceived ease of use)
pembayaran menggunakan QR Code. (Latupeirissa et al., 2020). Technology
Dengan pergeseran habit masyarakat Acceptance Model (TAM) adalah model
dalam melakukan aktivitas perbankan mulai yang direkomendasikan beberapa peneliti
dari ATM, SMS banking lalu terciptalah yang mengidentifikasi kesiapan suatu
model bisnis baru dari pengembangan populasi dalam menerapkan teknologi
tersebut yaitu Mobile Banking ini. Untuk informasi, baik itu berbasis aplikasi maupun
Mendapatakan Aplikasi BRImo ini cukup program computer dalam menungjang
download aplikasi tersebut di Appstore atau pekerjaanya. Model ini memiliki implikasi
Google Play dan sudah menjadi nasabah yang tinggi dalam memonitoring
BRI terlebih dahulu. (Bank Rakyat implementasi dari teknologi informasi.
Indonesia, 2019). (Taherdoost, 2018).

Menurut (F. D. Davis et al., 1989) bahwa Kemudahan yang telah dihadirkan pada
penerimaan atau penolakan teknologi serta fitur-fitur yang disediakan pada mobile
prilaku penggunanya dapat dijelaskan banking, membuat minat masyarakat
dalam Technology Acceptance Model atau semakin bertambah dalam penggunaan
yang lebih dikenal dengan TAM. Perilaku aplikasi mobile banking. Perilaku seseorang
tersebut menjelasakan menganai penyebab pada dasarnya mengikuti keadaan yang
mengapa seorang individu mau sebenarnya untuk menggunakan mobile
menggunakan teknologi informasi. banking (Actual Behavior of using), dimana
Beberapa sebab tersebut adalah orang tersebut cenderung memiliki minat
bagaimana persepsi pengguna tentang untuk mendapatkan keuntungan yang
secara langsung dapat dirasakan 2.2. Peer To Peer Lending (P2P)
(Perceived Advantage). Sikap nasabah Peer To Peer Lending (P2P),
yang semakin bertambah dalam merupakan kategori Fintech jenis P2P
menggunakan aplikasi M-Banking (Attitude) adalah menjembatani antara investor
berasal dari sejauh mana M-Banking (lender) dengan peminjam (borrower) yang
tersebut memberikan manfaat yang efektif dipertemukan melalui satu online platform,
serta efisien (Self Efficacy), yang sesuai dimana para investor akan mendapatkan
pada layanan transaksi perbankan keuntungan berupa bunga dari dana yang
(Compatibility). Apabila fungsi yang dipinjamkan. Contohnya, KoinWorks,
disediakan oleh MBanking tersebut tidak Modalku, dan Amartha.
sesuai dengan harapan nasabah, maka
masyarakat tidak akan ada hasrat untuk 2.3. Technology Acceptance Model
menggunakan aplikasi mobile banking Technology Acceptance Model (TAM)
tersebut dan memilih untuk transaksi adalah salah satu model untuk menganalisis
langsung ke bank Ahmadi Danyali, (2018) serta memahami berbagai faktor yang
mempengaruhi penggunaan computer
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini technology agar bisa diterima (Budi Santoso
bertujuan mengkaji lebih lanjut mengenai and Edwin Zusrony, 2020). TAM memiliki
dampak Financial Technology Peer to Peer tujuan untuk memprediksi acceptance dari
Lending dan Digital Payment pada pengguna terhadap suatu sistem informasi,
perusahaan perbankan BRI yang akan serta menyediakan teoritic base untuk
menujukan seberapa jauh perkembangan mengetahui berbagai faktor yang
Fintech dikalangan masyarakat dan dampak mempengaruhi acceptance suatu teknologi
terhadap perusahaannya sendiri. dalam suatu organisasi, dengan
menjelaskan sebuah hubungan antara
2. Teori dan Hipotesis benefit beliefs (keyakinan manfaat),
2.1. Financial Tehcnology kemudahan dalam penggunaan, dan
Fintech adalah sebuah inovasi pada perilaku, serta penggunaan aktual dari
industri financial service yang pengguna sistem informasi (Budi Santoso
menggunakan pemanfatan teknologi. and Edwin Zusrony, 2020).
Produk dalam Fintech biasanya berupa 2.4. Konsep Minat Nasabah dalam
suatu sistem yang dirancang/dibangun agar Menggunakan Peer to Peer Lending
bisa menjalankan mekanisme transaksi dan Financial Technology
keuangan yang lebih spesifik (Tobing and Davis et al. (1989) menjelaskan bahwa
Adrian, 2020). minat perilaku didefinisikan sebagai tingkat
Financial Technology adalah hasil dari seberapa kuat minat seseorang untuk
penggabungan antara financial service melakukan perilaku tertentu. Thompson et
dengan teknologi yang mengubah business al (1991) menyatakan bahwa keyakinan
model dari konvensional menjadi moderat, seseorang akan kegunaan teknologi
dimana awalnya dalam membayar harus informasi akan meningkatkan minat mereka
face to face (bertatap muka) dan membawa dan pada akhirnya individu tersebut akan
sejumlah uang tunai, sekarang dapat menggunakan teknologi informasi dalam
melakukan transaksi jarak jauh (Tobing and pekerjaannya maupun kegiatan sehari –
Adrian, 2020). hari.
a. Pengembangan Hipotesis kinerjanya (Davis, 1989). Berdasarkan studi
Kepercayaan yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti
Berdasarkan teori TAM, kepercayaan merumuskan hipotesis alternatif sebagai
merupakan faktor eksternal yang berikut :
memengaruhi persepsi kemudahan dan 𝐇𝟑 : Persepsi Kegunaan (Perceived
kegunaan dalam proses adopsi inovasi Usefulness) berpengaruh positif
teknologi. Kepercayaan merupakan faktor terhadap minat menggunakan layanan
penting dalam aktivitas transaksi yang Financial Technology.
dilakukan secara online. Berdasarkan studi d. Pengembangan Hipotesis Kualitas
yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti Pelayanan
merumuskan hipotesis alternative sebagai Kualitas Pelayanan merupakan
berikut: tingkatan kondisi baik buruknya layanan
𝐇𝟏 : Kepercayaan (Trust) berpengaruh yang diberikan dalam mewujudkan
positif terhadap minat penggunaan pemenuhan keinginan dan kebutuhan
layanan Financial Technology. konsumen, ketepatan dalam penyampaian
b. Pengembangan Hipotesis dan sesuai dengan ekspektasi konsumen
Kemudahan (Yuniarti, V, 2019). Pelayanan yang baik
Dalam teori TAM, faktor persepsi sangat diperlukan untuk menarik keinginan
terhadap kemudahan untuk menggunakan konsumen. Penyedia jasa online yang
teknologi berhubungan dengan konsumen harus
berhubungan dengan sikap seseorang pada memberikan daya tanggap yang baik,
penggunaan teknologi tersebut. Persepsi respon yang ramah untuk mendapatkan
kemudahan merujuk pada keyakinan kepercayaan dari kosumen untuk
individu bahwa sistem teknologi informasi melakukan transaksi online. Berdasarkan
yang akan digunakan tidak merepotkan atau studi yang telah diuraikan tersebut, maka
tidak membutuhkan usaha yang besar pada peneliti merumuskan hipotesis alternatif
saat digunakan. Berdasarkan studi yang sebagai berikut :
telah diuraikan tersebut, maka peneliti 𝐇𝟒 : Kualitas pelayanan (Quality of
merumuskan hipotesis alternatif sebagai Services) berpengaruh positif terhadap
berikut : minat penggunaan layanan Financial
𝐇𝟐 : Kemudahan penggunaan (Ease of Technology.
Use) berpengaruh positif terhadap minat e. Pengembangan Hipotesis
menggunakan layanan Financial Kesesuaian
Technology Kesesuaian merupakan sejauhmana
c. Pengembangan Hipotesis Kegunaan sebuah inovasi dipersepsikan konsisten
Dalam teori TAM, persepsi terhadap dengan nilai – nilai, kebutuhan dan
kegunaan merupakan suatu ukuran dimana pengalaman dari potential adopters
jika seseorang percaya bahwa dengan (Rogers, 1983). Seseorang cenderung akan
menggunakan suatu teknologi maka akan mengimplementasikan inovasi baru tersebut
meningkatkan kinerja pekerjaannya. apabila inovasi tersebut sesuai dengan
Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) gaya hidup, kebutuhan, kebudayaan atau
merupakan suatu keadaan yang mana dengan kebiasaannya. Berdasarkan studi
individu percaya bahwa penggunaan suatu yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti
teknologi tertentu akan meningkatkan
merumuskan hipotesis alternatif sebagai kajian pemikiran yang ilmiah.
berikut : Pendekatan kuantitatif ini juga
𝐇𝟓 : Kesesuaian (Compatibility)
memetingkan kedudukan teori
berpengaruh positif terhadap minat
penggunakan layanan Financial dalam membangun kerangka pikir
Technology. dan hipotesis, berfokus pada
f. Pengembangan Hipotesis
jawaban mengenai ada atau
Keunggulan Relatif
Keunggulan relatif (Relative Advantage) tidaknya hubungan antar variable
adalah sejauhmana inovasi dipersepsikan serta menggunakan data dan alat
lebih baik dibandingkan sebelumnya
analisis kuantitatif.
(Rogers, 1983). Semakin baik keunggulan
relatif maka minat dalam menggunakan 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
teknologi baru akan semakin meningkat. Populasi dan sampel yang akan
Berdasarkan studi yang telah diuraikan
dibahas dalam penelitian ini
tersebut, maka peneliti merumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut : bertujuan untuk mengetahui siapa
𝐇𝟔 : Keunggulan Relatif (Relative dan berapa responden yang akan
Advantage) berpengaruh positif terhadap
digunakan dalam penelitian ini.
minat menggunakan layanan Financial
Technology Populasi dalam penelitian ini
g. Pengembangan Hipotesis Risiko
Risiko yaitu suatu keadaan adalah individu nasabah yang
ketidakpastian yang dipertimbangkan menggunakan layanan Financial
seseorang untuk memutuskan iya atau tidak Technology Peer to Peer Lending
melakukan transaksi secara oline.
BRI.
Berdasarkan studi yang telah diuraikan
tersebut, maka peneliti merumuskan
Peneliti menggunakan sampel
hipotesis alternatif sebagai berikut :
𝐇𝟕 : Persepsi Risiko (Perceived Risk) pengguna layanan Financial
berpengaruh negatif terhadap minat Technology Peer to Peer Lending
penggunakan layanan Financial karena ingin mengetahun potensial
Technology
pengguna layanan Financial
3. Metode Penelitian Technology Peer to Peer Lending
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian untuk melakukan transaksi secara
Penelitian ini menggunakan
online.
pendekatan kuantitatif. Menurut
Suriasumantri (dikutin oleh Yuniarti, 3.3. Data Penelitian dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
V, 2019) menyatakan bahwa
penelitian ini adalah data primer. Sumber
penelitian kuantitatif sebagai dari data primer yang digunakan dalam
penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini meliputi data yang
berhubungan dengan pernyataan
responden terhadap penggunaan layanan
Finanacial Technology Peer to Peer
Lending. Data yang diperoleh dalam
penelitian bersumber dari para responden
dengan menyebar kuesioner. Data
penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan instrument penelitian yang
terdiri dari:
a. Pertanyaan Saringan
Pada bagian ini responden dipilih khusus
nasabah BRI yang memenuhi kriteria yang
ditentukan. Kriteria responden dalam
penelitian ini yaitu nasabah yang
menggunakan layanan Financial Technologi
Peer to Peer Lending.
b. Profil Responden
Bagian ini memberikan informasi
latar belakang responden terbagi
atas dua karakteristik berdasarkan
identitas responden dan karakteristik
berdasarkan pengalaman responden
dalam menggunakan layanan
Financial Technologiu Peer to Peer
Lending yang terdiri dari nama,
domisili, jenis kelamin, usia,
pekerjaaan, pernah atau tidaknya
menggunakan layanan Financial
Technology dan jenis platform yang
digunakan.
c. Profil Responden
Bagian ini berisi pertanyaan responden
yang terdiri dari beberapa pertanyaan.
Menurut Ghozali (2016) Skala Likert adalah
skala biasa digunakan dalam menyusun
kuesioner. Skala Likert menggunakan lima
tingkatan jawaban dari sangat positif
sampai sangat negative dengan skala skor
1 – 5 yang dapat dilihat pada table berikut:
Tabel Skala LIkert
No Keterangan Skor Positif
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Netral (N) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: : Ghozali (2016)
N
Variabel Item Pertanyaan SS S N TS STS
O
Saya merasa bahwa layanan P2P lending dapat
1 Kepercayaan (Trust)
diandalkan
Saya merasa bahwa layanan P2P lending dapat
dipercaya sebagai media transaksi untuk pinjam
meminjam secara online.
Saya merasa bahwa penyedia layanan P2P lending
jujur kepada para peminjam
Saya merasa bahwa layanan P2P lending memiliki
fasilitas yang memadai untuk melakukan transaksi
pinjam meminjam secara online.
Kemudahan (Ease Saya merasa baha layanan P2P lending mudah untuk
2
of Use) dipelajari
Saya merasa bahwa layanan P2P lending
memberikan informasi yang jelasn dan mudah
dipahami
Saya merasa bahwa layanan P2P lending fleksibel
saat digunakan.
Saya merasa bahwa layanan P2P lending mudah
untuk digunakan.
Kegunaaan Saya merasa bahwa menggunakan layanan P2P
3 (Perceived lending memungkinkan saya untuk menghemat
Usefulness) waktu.
Saya merasa bahwa menggunakan layanan P2P
lending memungkinkan saya untuk mendapatkan
pinjaman dengan cepat.
Saya merasa bahwa menggunakan layanan P2P
lending akan meningkatkan efisiensi dalam
melakukan transaksi pinjam meminjam.
Saya merasa bahwa menggunakan layanan P2P
lending sangat bermanfaat dalam melakukan
transaksi pinjam meminjam secara online.
Saya merasa bahwa penedia layanan P2P Lending
Kualitas Pelayanan memberikan
4
(Quality of Services) informasi yang jelas mengenai transaksi pinjam
meminjam secara online.
Saya merasa bahwa layanan P2P Lending memiliki
standar pelayananyang jelas.
Saya merasa bahwa penyedia layanan P2P Lending
melakukan pelayanan dan memberikan tanggapan
yang cepat dan tepat kepada para peminjam.
Saya merasa bahwa layanan P2P Lending
memberikan jaminan legalitas dalam pelayanannya.
Saya merasa bahwa penyedia layanan P2P Lending
memiliki kesungguhan dalam merespon permintaan
para peminjam.
Kesesuaian Saya merasa bahwa dengan menggunakan layanan
5
(Comaptibility) P2P Lending sesuai dengan gaya hidup saya.
Saya merasa bahwa dengan menggunakan layanan
P2P Lending sesuai dengan kebiasaan saya dalam
mencari informasi mengenai transaksi pinjam
meminjam secara online melalui internet.
Saya merasa bahwa dengan menggunakan layanan
P2P Lending cocok sebagai sarana untuk melakukan
transaksi pinjam - meminjam secara online.
Keunggulan Relatif Saya merasa bahwa dengan menggunakan layanan
6 (Relative P2P Lending dapat meningkatkan efektivitas
Advantege) pekerjaan saya.
Saya merasa bahwa dengan menggunakan layanan
P2P Lending membuat saya lebih mudah dalam
mendapatkan pinjaman yang saya perlukan.
Saya merasa bahwa saya lebih bisa mengontrol
keuangan saya dengan menggunakan layanan P2P
Lending
Saya merasa ragu - ragu mengenai tingkat keamanan
Persepsi Risiko saat melakukan
7
(Perceived Risk) transaksi pinjam meminjam dengan menggunakan
layanan P2P Lending.
DAFTAR PUSTAKA Rogers, Everett M. (1983). Diffusion Of
Innovation (3 𝑟𝑑 ed). New York: The
Ahmadi Danyali, A. (2018). Factors Free Press
influencing customers’ change of Taherdoost, H. (2018). A review of
behaviors from online banking to mobile technology acceptance and adoption
banking in Tejarat Bank, Iran. Journal models and theories. Procedia
of Organizational Change Manufacturing, 22, 960–967. https
Management, 31(6), 1226–1233. ://doi.org/10.1016/j.promfg.2018.03.137
https://doi.org/10.1108/JOCM-07-2017- Thompson, R. L., Higgins, C. A. and Howell,
0269 J. M. (1991) „Personal computing:
Bank Rakyat Indonesia. (2019). BRImo - Toward a conceptual model of
Bank BRI | Melayani Dengan Setulus utilization‟, MIS Quarterly: Management
Hati. Https://Bri.Co.Id/. Information Systems, 15(1), pp. 125–
https://bri.co.id/brimo 142. doi: 10.2307/249443.
Davis, F. D., Bagozzi, R. P., & Warshaw, P. Tobing, E. H. H. and Adrian (2020) „Fintech
R. (1989). User Acceptance of and Government Regulation‟, Jurnal
Computer Technology: A Comparison Manajemen dan Bisnis Jayakarta, 1(2),
of Two Theoretical Models. pp. 121–126. doi: 10.1016/b978-0-12-
Management Science, 35(8), 982– 813497-9.00015-9.
1003. https://doi.org/10.1287/ Yuniarti, Veronica (2019) Faktor – Faktor
mnsc.35.8.982 Yang Memengaruhi Minat Penggunaan
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Financial Technology Peer To Peer
Multivariate dengan Program IBM Lending. Sarjana thesis, Universitas
SPSS 19 (8th ed.). Semarang: Badan Brawijaya.
Penerbit Universitas Dipenogoro. https://www.cnbcindonesia.com/tech/
Lintangsari, N. N., Hidayati, N., 20190509155534-37-71505/berkah-
Purnamasari, Y., Carolina, H., & atau-ancaman-ini-kata-wadirut-bca-
Febranto, W. (2018). Analisis pengaruh soal-fintech
instrumen pembayaran non- tunai
terhadap stabilitas sistem keuangan di
indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan, 1(1), 47–62.
https://doi.org/10.14710/jdep.1.1.47-62
Otoritas Jasa Keuangan. (2019).
Perkembangan Fintech
Lending(Pendanaan Gotong Royong
on-Line). Otoritas Jasa Keuangan,
(28), 2014–2017. Retrieved from
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/siaran-pers/Documents/
Pages/Siaran-Pers-Satgas-Kembali-
Temukan-182-Fintech-Peer-To-Peer-
Lending-Tanpa-Izin.

Anda mungkin juga menyukai