Anda di halaman 1dari 11

Penggunaan Mobile Banking Oleh Konsumen Bank Central Asia Di Jakarta

Dengan Mengadopsi Technology Acceptance Model (TAM)

Tugas Mata Kuliah


Seminar Manajemen

Oleh: Kelompok 3
Nama:
Aprilia 20190101288
Afifah 20180101424
Hamidah 20180101327
Sholekhatun Nisa 20180101066
Samuel Situmeang 20200101300

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
2023
Abstrak

Penelitian tentang penggunaan mobile banking di latar belakangi oleh


perkembangan teknologi informasi dan internet yang terus berkembang serta
banyaknya pengguna mobile. Hal tersebut mempengaruhi pelayanan perbankan
khususnya BCA lewat tersedianya layanan elektronik perbankan, yaitu mobile
banking. Jakarta merupakan kota yang paling aware terhadap teknologi mobile
banking. BCA Mobile meraih peringkat pertama dalam beberapa award diantara
perbankan lainnya yang menyediakan layanan sejenis. Melalui penelitian ini akan
mengevaluasi pengaruh variabel Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use,
Perceived Credibility, Computer Self-Efficacy terhadap Behavioral Intention pada
BCA Mobile dengan menggunakan konsep Technology Acceptance Model (TAM).
Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan secara online kepada 400
nasabah BCA di Jakarta yang menggunakan fasilitas BCA Mobile dan teknik
analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil evaluasi
pengaruh dari konstruk dari Technology Acceptance Model (TAM) diperoleh hasil
bahwa Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Perceived Credibility,
Computer Self-Efficacy memiliki pengaruh terhadap Behavioral Intention.
I. Pendahuluan

Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi terutama


pada internet sangatlah berkembang pesat dan cepat. Dengan adanya internet
segalanya menjadi mudah dan cepat. Perkembangan teknologi internet
sekarang ini telah banyak mengubah berbagai aspek kehidupan manusia karena
pada saat ini internet telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok oleh sebagian
besar masyarakat terutama masyarakat di daerah perkotaan. Kegunaan internet
sekarang ini tidak hanya sebatas untuk media komunikasi dan jaringan sosial
tetapi juga untuk bermain game online, memesan tiket transportasi, membeli
barang, berbisnis, dan juga untuk melakukan transaksi perbankan. Transaksi
perbankan banyak dilakukan oleh masyarakat pada era globalisasi ini. Mereka
lebih cenderung menggunakan layanan perbankan yang telah banyak
ditawarkan oleh bank-bank di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi membuat industri perbankan bersaing ketat dalam inovasi
produk dan layanan elektronik perbankan. Kemampuan manajemen dalam
mengadopsi teknologi baru sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam
pengembangan inovasi layanan (Gan, 2006). Terdapat banyak jenis e-banking
yang terdapat di Indonesia yaitu SMS banking, phone banking, mobile banking,
dan internet banking. E-banking jenis mobile banking sangat berkembang pesat
di Indonesia. Mobile banking merupakan salah satu inovasi yang
dikembangkan untuk melakukan transaksi keuangan perbankan melalui
smartphone mulai dari cek saldo, transfer dana, informasi dan layanan
perbankan lainnya yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun (Ensor, 2012).
Industri perbankan mulai memaksimalkan pemanfaatan smartphone terhadap
layanan mobile banking sebagai layanan yang menggunakan teknologi tinggi
(Suoranta, 2004).
Menurut eMarketer selama periode perkiraan tahun 2022 Indonesia akan
melewati 200 juta pengguna smartphone, yang ditetapkan sebagai populasi
pengguna smartphone terbesar keempat. Dalam perkembangan mobile banking
yang dapat dibilang paling cepat daripada digital banking lainnya, maka
dibutuhkan layanan yang maksimal untuk mewujudkan kepuasan nasabah.
Oleh sebab itu, industri perbankan di Indonesia mulai memaksimalkan
pemanfaatan smartphone terhadap layanan mobile banking sebagai layanan
yang menggunakan teknologi tinggi (Suoranta, 2004). Pelayanan yang
sempurna (service exellent) dalam layanan perbankan elektronik adalah peran
penting untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Terdapat banyak Bank
mengadopsi Mobile Banking, salah satunya adalah Bank Central Asia.
Bank Central Asia (BCA) didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama
Bank Central Asia NV. Bank ini adalah bank swasta terbesar di Indonesia
dengan lebih dari 1.241 kantor cabang, 18.050 ATM dan lebih dari 29 juta
rekening yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat BCA kini berada di
Menara BCA yang terletak di atas pusat perbelanjaan Grand Indonesia. BCA
menawarkan beragam solusi perbankan yang menjawab kebutuhan finansial
nasabah dari berbagai kalangan. Melalui beragam produk dan layanan, adanya
solusi finansial BCA ini mendukung perencanaan keuangan pribadi dan
perkembangan nasabah bisnis. Selain itu, keberadaan layanan Bank BCA
didukung oleh kekuatan jaringan antar cabang, luasnya jaringan ATM, serta
jaringan perbankan elektronik lainnya. Salah satu layanan produk BCA adalah
BCA Mobile.
Mobile Banking BCA adalah aplikasi mobile banking pertama di Indonesia
yang berfungsi untuk memanjakan nasabahnya dalam melakukan kegiatan
perbankan melalui smartphone. Aplikasi BCA Mobile dirilis pada tahun 2011
yang dikelola oleh PT Bank Central Asia Tbk.Pada awalnya aplikasi BCA
Mobile hanya dapat digunakan oleh pengguna BlackBerry, namun pada tahun
2012 aplikasi BCA Mobile dapat digunakan juga oleh pengguna Android dan
iOS. BCA Mobile merupakan salah satu aplikasi mobile banking terlengkap
dibandingkan dengan yang lainnya. Layanan yang tersedia pada BCA Mobile
awalnya hanya transaksi mobile banking (m-BCA), internet banking (KlikBCA
versi smartphone), info BCA yang berisi beragam informasi menarik dari Bank
BCA, dan info saldo Flazz yang berfungsi untuk cek saldo serta informasi 10
transaksi terakhir dari kartu Flazz. Namun seiring berkembangnya teknologi,
BCA Mobile memberikan fitur terbaru bagi nasabahnya yaitu transaksi tarik
tunai tanpa kartu di ATM BCA pada tahun 2017. BCA Mobile merupakan
pelopor fitur transaksi tarik tunai tanpa kartu di Indonesia yang kemudian
diikuti oleh BNI Mobile Banking dan Bukopin Wooke. BCA Mobile juga
mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat melakukan transaksi pada pukul
21.00 sampai dengan pukul 00.00.
Bank BCA dari tahun ke tahun selalu mengembangkan inovasi teknologinya
hingga saat ini. Tampilan layout dan menu BCA Mobile yang sangat user
friendly sangat mudah digunakan oleh berbagai masyarakat. Sudah sejak lama,
Bank BCA kerap tercatat sebagai yang paling awal menggunakan inovasi
teknologi perbankan di Indonesia. Bahkan, Bank BCA dinobatkan sebagai The
World’s Best Bank 2019 versi Forbes karena Bank BCA berkomitmen untuk
terus melakukan inovasi dan mengembangkan berbagai terobosan serta inisiatif
baru dalam rangka memberikan keamanan, kenyamanan, dan kemudahan
layanan perbankan bagi nasabahnya. Sejauh ini BCA Mobile belum pernah
dijebol sistem keamanannya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
tingkat penerimaan dari Penggunaan Teknologi Mobile Banking BCA oleh
konsumen di Jakarta.

II. Landasan Teori


2.1. Technology Acceptance Model (TAM)
Salah satu model yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat
penggunaan teknologi informasi yaitu Technology Acceptance Model (TAM).
Alasan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) antara lain karena
TAM menawarkan suatu penjelasan yang kuat dan sederhana untuk penerimaan
teknologi dan perilaku penggunanya (Vankatesh dan Moris, 2000). Selain itu,
menurut Chuttur (2009:17), TAM merupakan model yang sangat popular dan
sering digunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan dan memperkirakan
penggunaan suatu sistem. Mathieson et al. (Jeong dan Yoon, 2013:34)
menjelaskan bahwa salah satu alasan utama untuk penerimaan luas dari TAM
adalah karena pendekatan khusus untuk mengatasi faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan sistem informasi sementara TRA adalah teori umum
perilaku manusia. Banyak penelitian yang mengadopsi TAM, yaitu pada
penelitian Jalal et al. (2011), Alsamydai (2014), Govender dan Sihlali (2014),
dan Engwanda (2014). TAM bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan (acceptance) pengguna terhadap
suatu teknologi. Pada Gu et al, (2009), penelitian menggunakan model TAM
untuk menjelaskan penerimaan teknologi informasi dan membuktikan bahwa
penerimaan individu berdasarkan konstruk perceived usefulness (PU) dan
perceived ease of use (PEOU), serta pada Jeong dan Yoon (2013), menambahkan
perceived credibility (PC), computer self-efficacy (CSE), dan perceived financial
cost (PFC) sebagai kunci konstruk lainnya yang mempengaruhi behavioral
intention (BI), dilihat dari perluasan Technology Acceptance Model (TAM).

2.2. Manajemen Operasi


Manajemen Operasi cara yang dilakukan perusahaan atau individu untuk
menghasilkan nilai dengan merubah input menjadi output. Sepuluh keputusan
strategi menurut Heizer and Render adalah perancangan barang dan jasa,
kualitas perancangan proses, pemilihan lokasi, perancangan tata letak, sumber
daya manusia dan rancangan pekerjaan, manajemen rantai pasokan, persediaan,
penjadwalan, serta pemeliharaan. Diferensiasi, biaya rendah dan respon yang
cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam sepuluh
wilayah manajemen operasi, keputusan ini dikenal sebagai keputusan operasi.

2.3. Manajemen Teknologi


Menurut Nazaruddin (2008:3), “manejemen teknologi merupakan disiplin
yang menjembatani bidang engineering dan science dengan bidang manajemen
yang ditujukan untuk perencanaan (planning), pengembangan (development),
dan implementasi (implementation) teknologi dalam rangka pencapaian sasaran
strategic dan operasional suatu organisasi.” Manajemen teknologi bertujuan
untuk menciptakan dan/atau menambah nilai bagi perusahaan melalui
teknologi, baik yang diciptakan sendiri maupun yang diperoleh dari luar
perusahaan (Nazaruddin, 2008:7).

III. Metode Penelitian


Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif kausal, dengan
pengamatan secara cross sectional. Objek penelitian ini adalah mobile banking
BCA. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dengan menggunakan metode
Likert dengan 5 skala. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nasabah BCA di Jakarta yang menggunakan BCA Mobile, dimana jumlah
populasi pengguna BCA Mobile tidak diketahui dengan pasti jumlahnya.
Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling, jenis sampling yang digunakan adalah judgement sampling dengan
menggunakan rumus Bernouli dan didapat sampel sebesar 389 dibulatkan
menjadi 400 responden.
Validitas membuktikan bahwa instrumen, teknik, atau proses yang
digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur konsep yang
dimaksudkan. Apabila validitas setiap jawaban yang diperoleh ketika
memberikan daftar pertanyaan lebih besar dari 0,279 maka butir pertanyaan
dianggap sudah valid. Realibilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik, dan
apabila lebih besar dari 0,6 dan mendekati angka 1 berarti reliabilitas instrumen
adalah baik. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji asumsi
klasik untuk menentukan apakah hasil dari uji asumsi klasik layak atau
tidaknya di lanjutkan pada analisis regresi berganda.

IV. Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan SPSS versi 23, menunjukan
bahwa nilai R sebesar 0.868, menunjukan bahwa adanya hubungan (korelasi)
yang tinggi antara variabel dependen (Y) yaitu behavioral intention dengan
variabel independen (X) yaitu, perceived usefulness, perceived ease of use,
perceived credibility, computer self-efficacy, dan perceived financial cost.
Angka 0.868 menurut Indrawati bernilai tinggi. Nilai R2 diperoleh 0.753, hal
ini menunjukan bahwa persentase pengaruh variabel perceived usefulness
(X1), perceived ease of use (X2), perceived credibility (X3), computer self-
efficacy (X4), dan perceived financial cost (X5) terhadap behavioral intention
(Y) dalam model regresei sebesar 75.3%, sedangkan sisanya sebesar 24.7%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan peneliti dalam penelitian ini.
Hasil Adjusted R Squere diartikan sebagai bentuk nilai R2 yang telah
disesuaikan yaitu sebesar 0.750 atau sebesar 75%.
Dari hasil uji-t dan uji-F menyatakan diterima, serta pengaruh tertinggi
technology acceptance model (TAM) adalah dimensi perceived financial cost
dengan memperolehan konstanta t sebesar 7.676, sedangkan hasil regresi
berganda yang menyatakan bahwa konstanta computer self-efficacy memiliki
pengaruh sebesar 0.365.

V. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menuliskan beberapa
kesimpulan, diantaranya yaitu:
a. Perceived Usefulness (PU) memiliki pengaruh signifikan terhadap
behavioral intention (BI) pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
Setiap kenaikan 1 unit nilai dari Perceived Usefulness (PU), maka akan
meningkatkan nilai Behavioral Intention sebesar 0,144. Dengan kata lain,
kepercayaan pengguna BCA Mobile bahwa sistem berguna bagi pekerjaan
mereka dapat mempengaruhi behavioral intention mereka terhadap sistem
tersebut.
b. Perceived ease of use (PEOU) memiliki pengaruh signifikan terhadap
behavioral intention (BI) pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
Setiap kenaikan 1 unit nilai dari Perceived ease of use (PEOU) maka akan
meningkatkan nilai Behavioral Intention sebesar 0,127. Dengan kata lain,
kepercayaan pengguna BCA Mobile bahwa sistem mudah digunakan dapat
mempengaruhi behavioral intention mereka terhadap sistem tersebut.
c. Perceived credibility (PC) memiliki pengaruh signifikan terhadap
behavioral intention (BI) pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
Setiap kenaikan 1 unit nilai dari Perceived credibility (PC) maka akan
meningkatkan nilai Behavioral Intention sebesar 0,133. Dengan kata lain,
kepercayaan pengguna BCA Mobile bahwa keamanan sistem dapat
mempengaruhi behavioral intention mereka terhadap sistem tersebut. Hal
ini juga menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
dapat diterima.
d. Computer self-efficacy (CSE) memiliki pengaruh signifikan terhadap
behavioral intention (BI) pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
Setiap kenaikan 1 unit nilai dari Computer self-efficacy (CSE) maka akan
meningkatkan nilai Behavioral Intention sebesar 0,365. Dengan kata lain,
kepercayaan pengguna BCA Mobile bahwa kemampuan atau pengetahuan
mereka dapat mempengaruhi behavioral intention mereka terhadap sistem
tersebut.
e. Perceived financial cost (PFC) memiliki pengaruh signifikan terhadap
behavioral intention (BI) pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
Setiap kenaikan 1 unit nilai dari Perceived financial cost (PFC) maka akan
meningkatkan nilai Behavioral Intention sebesar 0,273. Dengan kata lain,
kepercayaan pengguna BCA Mobile bahwa mempunyai sumber daya
keuangan yang diperlukan dapat mempengaruhi behavioral intention
mereka terhadap sistem tersebut.
f. Perceived usefulness (PU), perceived ease of use (PEOU), perceived
credibility (PC), computer selfefficacy (CSE), dan perceived financial cost
(PFC) memiliki pengaruh signifikan terhadap behavioral intention (BI)
pada pengguna aplikasi BCA Mobile di Jakarta.
VI. Saran
Berdasarkan hasil uji regresi berganda, variabel perceived ease of use
adalah yang paling rendah dalam mempengaruhi behavioral intention
pengguna dibanding variabel lainnya, yaitu dengan nilai konstanta 0.127,
dimana pengguna BCA Mobile tidak terlalu percaya bahwa BCA Mobile
mudah dipahami dan digunakan. Untuk itu, aplikasi BCA Mobile dapat lebih
mudah untuk dioperasikan, dibuat lebih sederhana, serta memudahkan
pengguna mendapatkan informasi mengenai cara penggunaan BCA Mobile.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu:
a. Penelitian ini berfokus pada kota Jakarta sebagai objek utama penelitian
dengan latar belakang kota Jakarta memiliki presentase yang tertinggi
dalam kesadaran akan mobile banking tetapi presentase kepemilikan akun
mobile banking berada di posisi ketiga, mengingat penggunakan aplikasi
berbasis mobile akan semakin berkembang, alangkah baiknya untuk
penelitian selanjutnya dapat melalukan penelitian pada beberapa kota besar
lainnya di Indonesia.
b. Penelitian kali ini berfokus pada aplikasi BCA Mobile sebagai latar
belakang penyedia mobile banking terbaik, jika akan ada penelitian
berikutnya diharapkan dapat meneliti aplikasi mobile banking secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Alsamydai, Y., Dajani, A., dan Alqirem. (2014). The factors influencing customer
usage of mobile banking services in jordan. International Journal of Business
Management & Research (IJBMR), Vol. 4, Issue 2, 63-78.
Chuttur, Mohammad. (2009). Overview of the Technology Acceptance Model:
Origins, Developments and Future Directions. (Journal International).
Engwanda, Michel N. (2014). Factors Affecting Mobile Banking Adoption in the
United States. (Journal International).
Gan, C. C. (2006). A logit Analysis of Electronic Banking in New Zealand.
International Journal of Bank Marketing, Vol. 24, No. 6, hal. 360-383.
Govender, I. dan Sihlali, W. (2014). “A Study of Mobile Banking Adoption
amongUniversity Students Using an Extended TAM”. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 5(7), 451–459.
Gu, Ja-Chul, Lee, Sang-Chul, dan Suh, Yung-Ho. (2009). Determinants of
Behavioral Intention to Mobile Banking. (Journal International).
Jalal et al. (2011). “Impact of Job Satisfaction and Organizational Commitment on
Employee Performance, Evidence from Pakistan”. Interdiciplinary Journal
of Contemporary Research in Business, Vol.3 No.4.
Jeong, Bong-Keun dan Yoon, Tom E. (2013). An Empirical Investigation on
Customer Acceptance of Mobile Banking Services. (Journal International).
Nazaruddin. (2008). Manajemen Teknologi (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suoranta, M. A. (2004). Mobile banking and customer behavior:New insights into
the diffusion pattern. Journal of Financial Services Marketing, Vol. 8 No. 4,
pp. 354-366.
Venkatesh, V., dan Moris, M. G. (2000), “Why Don’t Men Ever Stop to Ask for
Directions? Gender, Social Influence, and Their Role in Technology
Acceptance and Usage Behavior”. MIS Quarterly, 24/1.

Anda mungkin juga menyukai