Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IAS 1 – PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

Disusun Oleh :

HUSNA I’ZATY
NIM 2111070307

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS JAKARTA
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2023
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN...................................................................................................................3

2. TUJUAN..................................................................................................................................5

3. PERANGKAT LAPORAN KEUANGAN YANG LENGKAP..........................................6

4. KETENTUAN UMUM..........................................................................................................6

a. Penyajian Secara Wajar.....................................................................................................6

b. Disusun atas Dasar Keberlangsungan Usaha...................................................................7

c. Disusun dengan Menggunakan Dasar Akrual.................................................................7

d. Materialitas dan Penggabungan........................................................................................7

e. Tidak Memperkenankan Saling Hpuas antara Aset dan Liablitas...............................8

f. Disajikan Minimal Secara Tahunan.................................................................................8

g. Informasi Komparatif dengan Periode Laporan Keuangan Sebelumnya....................8

h. Disajikan Secara Konsisten pada Setiap Periode............................................................8

5. LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF.....................................................................8

6. PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI..............................................................9

7. LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN PT. HEXINDO ADIPERKASA TBK.............11


1. PENDAHULUAN
International Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian LaporanKeuangan adalah standar
pelaporan keuangan internasional yang diadopsi olehDewan Standar Akuntansi Internasional (IASB).
Yang menjabarkan pedoman penyajian laporan keuangan dan menetapkan persyaratan minimum
dalammenyusun laporan keuangan. Yang berlaku untuk semua laporan keuangan secaraumum yang
didasarkan pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
IAS 1 awalnya dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1997,
menggantikan tiga standar pengungkapan dan penyajian persyaratan, dan merupakan standar
akuntansi komprehensif pertama untuk menangani penyajian standar keuangan.
Pada tahun 2001 hal ini diadopsi oleh IASB, dan pada tahun 2012 standar terakhir diubah pada
bulan Juni 2011, perubahan tersebut efektif mulai tanggal 1Juli 2012.
Di dalam IAS 1 dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai penyediaan informasi
yang berguna tentang posisi keuangan, kinerja keuangandan arus kas dari suatu entitas, dan
mengkategorikan informasi yang diberikanmenjadi aset, kewajiban, pendapatan dan pengeluaran,
kontribusi oleh dandistribusi kepada pemilik, dan arus kas.
Dalam IAS 1 menguraikan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu:
1.) Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK;
2.) Disusun atas dasar kelangsungan usaha;
3.) Disusun dengan menggunakan dasar akrual;
4.) Materialitas dan Penggabungan;
5.) Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
6.) Disajikan minimal secara tahunan
7.) Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
8.) Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode

Selain itu, entitas juga menyajikan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, seperti
perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, atau ketika entitas mereklasifikasi item dalam laooran
keuangan. Entitas juga mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi dan pajak penghasilan yang terkait
dengan setiap komponen other comprehensive income, menyajikan dividen yang diakui sebagai
distribusi kepada pemilik dan jumlah yang terkait per saham dalam laporan perubahan ekuitas atau
pada catatan atas laporan keuangan.

IAS 1 merincikan isi minimum yang harus disajikan dalam laporan keuangan, seperti
mengharuskan kewajiban lancar terdaftar secara terpisah dan rincian tentang kapan harus
diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar atau tidak lancar. Di dalam IAS 1 juga menetapkan
persyaratan mengenai catatan atas laporan keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
dan informasi asumsi yang digunakan.

IAS 1 diubah pada tahun 2007 untuk menggambarkan perubahan dalam istilah yang berdampak
pada standar akuntansi lainnya. Perubahan tersebut meliputi :

Term Before Amendment Term After Amendment


Balance Sheet Statement of Financial Position
Cash Flow Statement Statement of Cash Flows
Income Statement Statement of Comprehensive Income
Di Indonesia sendiri, IAS 1 dikonvergensi kedalam PSAK 1. Namun di dalam konfergensi itu
sendiri, tidak semua hal di dalam IAS di masukkan kedalam PSAK. Berikut adalah yang menjadi
pembeda antara IAS 1 dan PSAK 1:

1. IAS 1 paragraf 1 yang menjadi PSAK 1 par. 01 tentang tujuan dengan menambahkan
kalimat... yang selanjutnya disebut “Laporan Keuangan”.
2. IAS 1 par. 02 yang menjadi PSAK 1 par. 02 tentang ruang lingkup dengan penambahan
kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak berlaku untuk entitas syariah, karena
penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
3. IAS 1 par. 07 yang menjadi PSAK 1 par. 07 tentang definisi Standar Akuntansi Keuangan
dengan menambahkan peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya, karena untuk sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan di pasar
modal.
4. IAS 1 par. 10 yang menjadi PSAK 1 par. 10 dengan menghilangkan kalimat yang
memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk komponen laporan keuangan, supaya
menciptakan keseragaman untuk judul komponen laporan keuangan.
5. Tambahan par. 14a tentang tanggung jawab atas laporan keuangan, karena peraturan
perundang-undangan tidak mengatur pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan
untuk seluruh entitas, tetapi hanya untuk sebagian entitas.
6. Catatan kaki pada IAS 1 par. 15 yang terkait tentang Kerangka Dasar Penyusunan Laporan
Keuangan tidak diadopsi karena belum direvisi.
7. IAS 1 par. 19-22 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar Akuntansi Keuangan
tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks di Indonesia. Pengaturan IAS par. 23-24
diadopsi menjadi PSAK 1 paragraf 23-24 mengenai pegungkapannya, tetapi dengan
menghilangkan kalimat “but the relevant regulatory framework prohibits departure from the
requirement” dalam IAS 1 par. 23
8. Catatan kaki pada IAS 1 par. 07, 15, 28, dan 89 yang terkait dengan Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan tidak diadopsi karena belum di revisi.
9. IAS 1 par. 54 (f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41 Agriculture belum
diadopsi
10. IAS 1 par. 139 yang menjadi PSAK 1 par. 139 tentang tanggal efektif dengan meniadakan
penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya akan dapat dilakukan dengan tepat jika
seluruh pengaturan dalam IFRS diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS
menjadi SAK di Indonesia dilakukan secara bertahap.
11. IAS 1 par. 139A – 139L tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak relevan.
Adopsi IAS 1 menjadi PSAK 1 telah menggunakan IAS 1 yang telah mengakomodir
amandemen tersebut.
12. IAS 1 par. IG5A tidak diadopsi karena IFRS 9 belum diadopsi.
13. Pedoman Implementasi dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan posisi keuangan
disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan yang selama ini berlaku di Indonesia.
Pedoman Implementasi tersebut menyajikan laporan posisi keuangan sebagai berikut:
Aset Ekuitas
Aset Tidak Lancar Ekuitas yang dapat didistribusikann ke pemilik entitas induk
Aset Lancar Kepentingan non-pengendali
Liablitas
Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas Jangka Pendek

Sementara Pedoman Implementasi dari PSAK 1 menyajikan laporan posisi keuangan sebagai
berikut:

Aset Liablitas
Aset Tidak Lancar Liabilitas Jangka Panjang
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Ekuitas
Ekuitas yang dapat didistribusikann ke pemilik entitas induk
Kepentingan non-pengendali

2. TUJUAN
Tujuan dari IAS 1 adalah memberikan panduan tentang penyajian laporan keuangan secara jelas
dan konsisten sehingga pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi yang disajikan
dengan mudah. IAS 1 juga bertujuan untuk mempromosikan transparansi dan akuntabilitas di dalam
organisasi.

Selain memberikan pedoman tentang penyajian laporan keuangan, IAS 1 juga memiliki beberapa
tujuan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan, yaitu:

1.) Memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan kepada para pengguna laporan
keuangan, seperti investor, kreditor, dan pemerintah.
2.) Menyajikan informasi yang jelas dan mudah dipahami, sehingga pengguna laporan keuangan
dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi tersebut.
3.) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di dalam organisasi dengan mengungkapkan
informasi yang relevan dan akurat mengenai kinerja keuangan perusahaan.
4.) Membantu dalam memperbaiki standar akuntansi internasional yang berlaku secara global,
sehingga perbandingan antara perusahaanperusahaan di seluruh dunia menjadi lebih mudah
dilakukan.
5.) Mendorong pengembangan praktik akuntansi yang lebih baik dan meningkatkan kualitas laporan
keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan.

IAS 1 menetapkan persyaratan keseluruhan untuk penyajian laporan keuangan, pedoman untuk
struktur dan persyaratan minimum untuk konten laporan keuangan. Standar untuk mengenali,
mengukur, dan mengungkapkan transaksi tertentu dibahas dalam standar lain dan interpretasi (IAS
1.3).
Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan
dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya perusahaan yang dipercayakan pengelolaannya kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas meliputi:

1.) Aset
2.) Liabilitas
3.) Ekuitas
4.) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5.) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik
6.) Arus kas

Dalam rangka menyusun laporan keuangan yang berkualitas memadai, maka IAS 1 ini juga
menyediakan batasan – batasan mengenai komponen –komponen laporan keuangan, yakni:

 Pengaturan persyaratan minimum untuk penyajian laporan utama


 Pengaturan persyaratan minimum untuk catatan atas laporan keuangan
 Membutuhkan kepatuhan penuh dengan semua standar yang berlaku dan interpretasi, kecuali
dalam kasus yang sangat jarang
 Menyediakan panduan praktis mengenai isu-isu seperti kelangsungan usaha, konsistensi,
materialitas dan informasi komparatif.

Dengan mencapai tujuan-tujuan tersebut, IAS 1 diharapkan dapat membantu para pengguna
laporan keuangan dalam mengambil keputusan yang lebih baik dan memberikan kepercayaan yang
lebih besar kepada suatu perusahaan. Selain itu, IAS 1 juga dapat membantu perusahaan dalam
meningkatkan kinerja keuangannya dan memperbaiki standar akuntansi internasional yang berlaku
secara global.

3. PERANGKAT LAPORAN KEUANGAN YANG LENGKAP

Perangkat Laporan Keuangan yang Lengkap menurut IAS 1 terdiri dari:

a.) Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode);


b.) Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode;
c.) Laporan Perubahan Ekuitas selama periode;
d.) Laporan Arus Kas selama periode;
e.) Catatan atas Laporan Keuangan berisi informasi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informsi penjelasan lain.
f.) Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali
pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam IAS 1. Entitas
menyajikan semua komponen laporan keuangan lengkap dengan keutamaan yang sama.

4. KETENTUAN UMUM
IAS 1 mengatur beberapa ketentuan umum, yakni:
a. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus
kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari
transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika
diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap IFRS membuat pernyataan secara
eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap IFRS dalam catatan atas laporan
keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap
IFRS kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang disyaratkan dalam
IFRS.

b. Disusun atas Dasar Keberlangsungan Usaha


Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi
entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lain yang realistis
selain melakukannya.
Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya
ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat
menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas
menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan alasan mengapa entitas dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat
menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

c. Disusun dengan Menggunakan Dasar Akrual


Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos - pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

d. Materialitas dan Penggabungan


Entitas menyajikan secara terpisah setiap kelompok pos serupa yang material. Entitas
menyajikan secara terpisah pos yang memiliki sifat atau fungsi yang tidak serupa kecuali pos
tersebut tidak material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa
lain yang digabungkan ke dalam kelas-kelas sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari
proses pengabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian data yang telah diringkas dan
diklasifikasikan yang membentuk pos-pos dalam laporan keuangan. Jika suatu pos secara
individual tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain di dalam laporan
keuangan atau di dalam catatan atas laporan keuangan. Pos yang tidak cukup material untuk
disajikan terpisah dalam laporan keuangan mungkin cukup material untuk disajikan terpisah
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak perlu menyediakan pengungkapan yang
spesifik yang disyaratkan oleh suatu standar jika informasi tersebut tidak material.

e. Tidak Memperkenankan Saling Hpuas antara Aset dan Liablitas


Entitas tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan dan beban,
kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu standar. Entitas melaporkan secara terpisah aset
dan liabilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain atau laporan posisi keuangan mengurangi kemampuan
pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa, atau kejadian lain
yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling
hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah
dikurangi penyisihan penilaian (sebagai contoh, penyisihan keusangan atas persediaaan dan
penyisihan piutang tak tertagih) bukan termasuk kategori saling hapus

f. Disajikan Minimal Secara Tahunan


Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)
setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari pada
periode saru tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka
entitas mengungkapkan:
 Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek;
 Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat dibandingkan
secara keseluruhan

g. Informasi Komparatif dengan Periode Laporan Keuangan Sebelumnya


Untuk kuantitatif maupun naratif. Jika terdapat penerapan retrospektif atau reklasifikasi,
maka laporan posisi keuangan permulaan periode komparasi terawal harus disajikan.
Informasi komparatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk
seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan
lain oleh IFRS. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan
keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan
keuangan periode berjalan

h. Disajikan Secara Konsisten pada Setiap Periode


Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara
konsisten kecuali:
 Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau mengkaji
ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian
yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi.
 Perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK

5. LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF


Laporan laba rugi komprehensif mencakup pendapatan komprehensif lain yang berisipos-pos
pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laporan laba rugi yaitu:
1.) Perubahan dalam surplus revaluasi
2.) Keuntungan/kerugian aktuarial dalam manfaat pasti
3.) Keuntungan dan Kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing
4.) Keuntungan dan Kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk dijual
5.) Bagian Efektif dari keuntungan dan Kerugian Instrumen Lindung nilai dalam rangka lindung
nilai arus kas

Perusahaan mempunyai pilihan untuk menyajikan pos pendapatan dan beban dalam bentuk:

1. Dua laporan yang terpisah antara:


a. Laporan laba rugi yang menunjukkan komponen laba rugi terpisah dan;
b. Laporan pendapatan komprehensif yang dimulai dengan laba rugi dan pendapatan
komprehensif lain.
2. Satu laporan laba rugi komprehensif (gabungan dua laporan terpisah di atas)

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif harus disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya

Dalam laporan laba rugi komprehensif, perusahaan mengungkapkan pos-pos berikut sebagai
alokasi laba rugi dalam periode:

1. Laba rugi periode berjalan dari kepentingan non-pengendali dan pemilik entitas induk.
2. Laba rugi komprehensif dari kepentingan non-pengendali dan pemilik entitas induk.

Kepentingan non pengendali (hak minoritas) disajikan sebagai bagian dari ekuitas. Pajak
penghasilan terkait dengan masing-masing komponen pendapatan komprehensif lain harus
diungkapkan dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.

6. PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI


Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai
bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan
keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian handal jika laporan keuangan tidak
mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan. Keanekaragaman kebijakan akuntansi dan pengungkapan tugas interpretasi laporan
keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan berbagai kebijakan beberapa bidang (akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen, dan lain-lain) atau wilayah akuntansi yang berbeda (wilayah
akuntansi per negara, kumpulan negara dan lain-lain) Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal
kebijakan akuntansi yang dapat digunakan bersama-sama, sehingga para pemakai dapat memilih dari
daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan
kondisi yang serupa. Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan
akuntansi dan karena itu diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansinya sebagai berikut:
1. Kebijakan konsolidasi
2. Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan kerugian
pertukaran
3. Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai penggantian
Peristiwa setelah tanggal neraca Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bunga
Pajak Kontrak jangka panjang Franchise atau waralaba Aktiva Piutang Persediaan
(persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok penjualannya Aktiva dapat
disusutkan dan penyusutan Tanaman belum menghasilkan Tanah yang dimiliki untuk
pembangunan dan biaya pembangunan Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam
perusahaan asosiasi dan investasi lain Penelitian dan pengembangan Paten dan merek dagang
Goodwill Kewajiban dan Penyisihan Jaminan Komitmen dan kontinjensi Biaya pensiun dan
tunjangan hari tua Pesangon dan uang penggantian Keuntungan dan kerugian Metode
pengakuan pendapatan Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan
penambahan (improvement) Untung-rugi penjualan aktiva Akuntansi Dana, wajib atau tak
wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung ke perkiraan surplus.

Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh diungkapkan
dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam bentuk, kejelasan dan
kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan
akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi
yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak
diungkapkan. Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan
akuntansi penting, tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode
pengungkapan.

Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan internasional


telah memperbesar kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati batas negara. Laporan
keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika
perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan perlu diungkapkan,
dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak
mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh
secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang. Pengungkapan kebijakan akuntansi
penting terpilih digunakan harus merupakan bagian integral laporan keuangan. Kumpulan
kebijakan-kebijakan tersebut lazimnya diungkapkan pada suatu tempat tertentu dalam Laporan
Keuangan. Perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material periode sekarang atau dapat
berpengaruh material periode yang akan datang harus diungkapkan bersama alasannya. Pengaruh
perubahan, jika material, harus diungkapkan secara kuantitatif.
7. LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN PT. HEXINDO ADIPERKASA TBK

Anda mungkin juga menyukai