Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DIGITAL ECONOMY

Shifting pada Industri Keuangan dan Perbankan


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Ekonomi Islam Digital dan Fintech
Dosen Pengampu: Hj. Cory Vidiati, S.H., M.M.

Dibuat oleh
Kelompok 5:
1. Neni Yulianti (2021.2.10.1.01926)
2. Nike Nur’aini (2021.2.10.1.01929)
3. Ika Siti Masitoh (2021.2.10.1.01876)
4. Fitri (2021.2.10.1.01862)

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Shifting
pada Industri Keuangan dan Perbankan.” Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Perilaku
Organisasi Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
makalah ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada Ibu H.
Chory Vidiati, S.H,M.M selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Islam
Digital dan Fintech yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Cirebon, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Shifting pada industri keuangan dan perbankan merupakan usaha untuk merubah
secara signifikan dalam cara mengoperasikan industri, melayani customer dan
pelanggan, serta menggunakan teknologi baru. Industri keuangan dan perbankan
telah mengalami banyak perubahan selama beberapa dekade terakhir, dan
beberapa perubahan utama yang telah terjadi atau dapat diharapkan termasuk:

Teknologi Digital merupakan kemajuan teknologi yang mengubah cara transaksi


keuangan seperti perbankan online, internet banking, mobile banking, dan layanan
keuangan digital lainnya telah menjadi norma dan kebiasaan. Blockchain dan
teknologi terkait seperti cryptocurrency juga telah memengaruhi cara transaksi
dan sistem pembayaran beroperasi.

Fintech merupakan perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang tumbuh pesat


dan menjadi pesaing bagi lembaga keuangan tradisional. Di dalam Fintech
terdapat berbagai layanan, seperti pinjaman peer-to-peer, manajemen keuangan
pribadi, dan investasi online.

Regulasi merupakan pergeseran dalam regulasi industri keuangan yang terjadi


setelah krisis keuangan global tahun 2008. Di dalam Regulasi terdapat lebih
banyak aturan dan peraturan diberlakukan untuk meningkatkan stabilitas dan
transparansi.

Keamanan merupakan keamanan dan perlindungan data yang dijadikan perhatian


utama dalam industri. Dengan adanya peningkatan ancaman keamanan siber,
perbankan dan lembaga keuangan harus melibatkan sumber daya yang signifikan
untuk melindungi data pelanggan dan transaksi.

Kemudahan Akses merupakan layanan keuangan agar transaksi keuangan lebih


mudah diakses oleh individu di seluruh dunia. Bank-bank digital dan layanan
keuangan online telah menyediakan akses ke rekening dan layanan tanpa perlu
mengunjungi cabang fisik.

Kolaborasi merupakan usaha banyak bank dan lembaga keuangan yang mulai
berkolaborasi dengan fintech dan perusahaan teknologi lainnya untuk
memanfaatkan kekuatan teknologi baru guna meningkatkan layanan mereka.

Pendidikan Keuangan merupakan peningkatan kesadaran akan literasi keuangan


yang berfokus dengan banyak lembaga dan organisasi dengan berusaha
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manajemen keuangan dan
investasi.

Kepatuhan dan Anti-Pencucian Uang merupakan kepatuhan terhadap peraturan


anti-pencucian uang (AML). Upaya yang dilakukan adalah peningkatan ketat
dalam pemantauan transaksi keuangan.

Pergeseran Menuju Layanan Berbasis Nilai merupakan perubahan pada


lembaga keuangan yang berfokus pada pemberian nilai tambah kepada pelanggan
mereka, termasuk layanan konsultasi keuangan, perencanaan keuangan, dan
manajemen investasi yang lebih holistik.

Kemampuan Analisis Data merupakan upaya perbankan dan lembaga keuangan


dengan mengandalkan analisis data yang lebih canggih guna mempelajari
perilaku pelanggan, mengidentifikasi peluang bisnis, dan mengelola risiko.

Perubahan-perubahan ini menghasilkan tantangan baru dan peluang bagi industri


keuangan dan perbankan. Lembaga-lembaga dalam industri ini harus dilakukan
dengan cepat dan adaptasi yang tepat agar tetap relevan dan berkompetisi di era
digital yang terus berkembang pesat.

1.1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana proses shifting pada industri dan perbankan?
1.1.3 TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui proses shifting pada industri dan perbankan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Sejarah Shifting pada Industri dan Perbankan


Menurut catatan OJK total aset yang dimiliki Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah Rp765,36 triliun pada
Januari 2023 kemudian turun 2,14% dibandingkan pada bulan sebelumnya
yang sebesar Rp782,1 triliun. Data ini merupakan gambaran perlunya
dorongan untuk terus memacu dan melakukan perbaikan serta pergeseran
dalam peningkatan layanan perbankan syariah secara masif. Investasi
modal di bidang tekhnologi digital prosesnya dipercepat oleh pelaku bisnis
perbankan syariah demi mengejar peluang pasar yang lebih di dominasi
oleh bank konvensional (Dwi, 2019).
Menurut (Taufiq et al., 2022) perkembangan economy digital terus
berpacu dalam usaha merebut pangsa pasar di mana semua sektor tanpa
terkecuali bank syariah yang sedang berkembang dan merebut pangsa
pasar yang sudah lebih dahulu di dominasi oleh bank konvensional dengan
adanya Friendly apps, easy to use, fast, practice and integration adalah
asumsi aplikasi digital yang diharapkan oleh pelaku dan peminat layanan
perbankan syariah ke depannya. Transformasi digital banking menjadi isu
penting dalam industri perbankan saat ini. Disrupsi digital ini telah
mengubah cara orang melakukan bisnis dan bertransaksi. Nasabah lebih
mendapatkan kemudahan akan kelancaran dan kenyamanan produk dan
layanan, menerima informasi tentang produk dan layanan secara efektif
melalui smartphone. Memahami nilai pergeseran ke digital, bank
komersial tidak lagi mewujudkan model tradisional yang beroperasi
melalui cabang (Nguyen, 2020).
Penyebaran dan pemanfaatan internet dan seluler di seluruh dunia
telah berdampak pada transformasi bentuk baru perbankan dan sector
keuangan yang mengarah pada pembentukan perbankan digital. Perbankan
digital mengacu pada pemanfaatan teknologi untuk melakukan transaksi
perbankan dengan cara yang lancar dan nyaman (Sardana & Singhania,
2018). Teknologi digital akan terus mengubah lanskap perbankan di
Indonesia. Survey terhadap pelanggan layanan keuangan di Indonesia
menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar dalam penerapan internet
dan mobile banking yang menunjukkan bahwa channel digital akan
menjadi semakin penting dalam membangun loyalitas dan menghasilkan
pertumbuhan bagi lembaga keuangan. Perbankan digital yang awalnya
merupakan aplikasi dengan fitur transaksi standar, kini telah berubah
menjadi aplikasi dengan beragam fungsi, mulai dari pembukaan rekening
tabungan dan investasi, penarikan tanpa kartu, penyelesaian bruto real-
time, penukaran poin, belanja, dan beberapa jenis transaksi lainnya. Bank
melakukan digitalisasi dengan tujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Kepuasan nasabah merupakan hal penting di dalam industri perbankan
yang merupakan sektor jasa. Nasabah akan berpindah dari satu bank ke
bank lain apabila tidak mendapatkan apa yang diharapkan (Mawarni,
2021). Oleh karena itu, bank syariah harus mampu mengikuti laju
perkembangan teknologi dalam menyediakan layanan berbasis digital.
Transformasi digital akan menjadi tantangan bagi industri perbankan
untuk tetap bertahan dalam bisnis di sektor keuangan.
Dalam penelitian yang dilakukan Mckinsey (2020) mengatakan
bahwa industri perbankan merupakan sektor yang paling tertinggal dalam
transformasi digital dibandingkan dengan sektor-sektor industri lainnya.
Pada saat pandemi Covid-19 mendorong lebih cepat inovasi di industri
perbankan syariah untuk menciptakan produk digital dan semua layanan
digital yang mampu meminimalkan kontak fisik antar manusia saat
diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PKM) untuk menekan virus Covid-19. Adanya
layanan perbankan berbasis digital bisa membantu dan mempermudah
nasabah dalam melakukan transaksi perbankan seperti transfer,
pembayaran tagihan bulanan, bayar belanja online, pembukaan atau
penutupan rekening. Layanan ini dapat diakses dengan mudah tanpa
batasan waktu dan tempat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
operasional dan mutu pelayanan bank untuk memberikan kepuasan kepada
nasabah. Bank digital secara konvensional berkembang secara pesat,
sedangkan secara syariah masih saat terbatas karena memang masih
banyak ketentuan syariah yang diikuti walaupun sudah ada Fatwa (DSN-
MUI, 2018) tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Berdasarkan Prinsip Syariah. Fatwa ini hanya mengatur terkait layanan
pembiayaan saja yang berbasis teknologi sedangkan aspek layanan lainnya
belum dijelaskan secara rinci sementara dalam bank digital mencakup
berbagai layanan sehingga ini perlu mendapatkan perhatian oleh pihak
terkait dalam hal ini kaedah fiqih berlaku selama tidak ada larangan maka
diperbolehkan. Dengan demikian, perkembangan perbankan syariah yang
menyediakan layanan berbasis digital cukup berkembang dengan pesat.
Hampir semua Bank Umum Syariah sudah menyediakan berbagai layanan
digital, seperti pembukaan rekening, pembayaran transaksi online,
pembayaran berbagai macam tagihan, pengajuan pembiayaan serta juga
menyediakan layanan social fund seperti halnya zakat, infak, sedekah,
wakaf (ZISWAF). Sehingga bisa membantu nasabah melakukan kegiatan
sosial lebih mudah, aman, dan nyaman. Layanan digital tetap harus
memperhatikan prinsip kewaspadaan (Husni Shabri, 2022).

2.1.2 Pengertian Shifting pada Industri dan Perbankan Ekonomi


Islam Digital
Shifting pada Industri dan Perbankan Ekonomi Islam Digital
adalah suatu perpindahan dari praktik keuangan dan perbankan yang
awalnya didominasi oleh sistem konvensional menjadi sistem berbasis
digital dan dengan memperhatikan prinsip syariah. Prinsip syariah tersebut
meliputi, yakni: larangan riba dalam bentuk bunga dan transaksi valuta
asing (riba dhamanah), larangan judi (maisir), dan kegiatan yang
mengandung ketidakpastian (gharar).

2.1.3 Implementasi Shifting pada Industri Keuangan dan Perbankan


pada Ekonomi Digital Islam
Dalam pelaksanaan shifting pada industri keuangan dan perbankan
pada ekonomi digital Islam memerlukan implementasi yang teliti dan
penuh tantangan. Contoh dalam implementasi yang diperlukan yaitu
seperti pengembangan aplikasi dan platform digital yang memenuhi
persyaratan syariah. Hal ini mencakup penggunaan teknologi informasi,
seperti blockchain; untuk memastikan transparansi dan keamanan dalam
proses transaksi. Ada juga, penciptaan produk-produk keuangan dan
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah termasuk menjadi tantangan
lainnya. Produk-produk tersebut seharusnya diatur semaksimal mungkin
sehingga tetap mendapatkan keuntungan dan bisa bersaing dengan produk
konvensional, akan tetapi masih sesuai dalam batasan hukum Islam. Oleh
karena itu, diperlukannya perhatian lebih baik mengenai pemahaman yang
mendasar tentang prinsip-prinsip syariah dan kreativitas dalam
pengembangan produk.
Ada beberapa manfaat yang didapatkan dari mengimplementasikan
shifting pada industri keuangan dan perbankan dalam ekonomi digital
Islam, yakni:
1. Dengan memanfaatkan fitur-fitur cerdas seperti kecerdasan buatan dan
analitik data, industri ini dapat memberikan layanan yang lebih
personal kepada nasabah dengan menyesuaikan produk dan layanan
berdasarkan kebutuhan individu.
2. Dengan menerapkan teknologi digital, transaksi dalam sistem
perbankan dan keuangan lebih cepat dan efisien guna meningkatkan
produktivitas dan memperkecil biaya operasional.
3. Dengan menghadirkan produk-produk keuangan berbasis syariah yang
mudah diakses melalui platform digital, industri ini dapat menjangkau
lebih banyak kalangan dan juga meningkatkan inklusi keuangan.

Hanya saja, dalam mengimplementasikan shifting ini tentu tidak mudah.


Salah satu kendala yang dihadapi adalah keamanan dan privasi data. Data
di dalam ekonomi digital, bagian dari komoditas yang berharga dan sering
kali menjadi target bagi pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena
itu, industri keuangan dan perbankan harus memastikan implementasi
shifting ini melibatkan langkah-langkah pengamanan data yang kuat dan
mematuhi peraturan yang berlaku. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
digital yang pesat juga menjadi faktor penggerak utama dalam shifting ini.
Ekonomi digital memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat
terhadap produk dan layanan keuangan syariah dibandingkan sebelumnya
yang masih sulit dijangkau. Platform digital juga memungkinkan
pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman, serta mendapatkan
informasi tentang produk dan layanan syariah yang tersedia.
Namun, walaupun ada banyak kendala yang dihadapi dalam
implementasi shifting pada industri keuangan dan perbankan pada
ekonomi digital Islam seperti adanya digital divide di masyarakat; tidak
semua orang memiliki akses dan pemahaman yang cukup terhadap
teknologi; bagi yang tidak terbiasa dengan teknologi digital maka
pergeseran ini dapat terasa rumit dan memprihatinkan. Dengan demikian,
diperlukan usaha untuk memberikan edukasi dan akses yang lebih luas
terhadap teknologi, terutama kepada masyarakat yang belum terjangkau.
Oleh karena itu, dukungan untuk beralih terus meningkat dan lebih banyak
pihak yang mulai menyadari pentingnya keuangan dan perbankan syariah.
Peningkatan kesadaran ini didorong oleh faktor-faktor keadilan,
transparansi, kebebasan dari bunga berlebihan, dan keamanan dalam
bertransaksi. Tantangan lainnya yakni adanya pergeseran regulasi dan
kebijakan. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan di pasar,
regulasi dan kebijakan perlu disesuaikan agar dapat mendukung
pergeseran ini. Regulasi yang menghambat inovasi dan perkembangan
dalam industri keuangan dan perbankan terhadap implementasi shifting
ini. Oleh karena itu. Stakeholder terkait keharusan secara terus menerus
berkolaborasi guna memastikan adanya kebijakan yang kondusif untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, shifting pada industri
keuangan dan perbankan dalam ekonomi digital Islam merupakan
tantangan dan peluang yang harus dihadapi dengan bijak. Dengan
melakukan perubahan ini akan memberikan manfaat besar bagi industri
tersebut. Namun, tidak terlepas dari kendala yang perlu diperhatikan
seperti halnya keamanan data, digital divide, pergeseran regulasi, dan
menjaga prinsip syariah. Hal tersebut beberapa kendala yang perlu diatasi
dengan kolaborasi dan inovasi. Dalam ekonomi digital yang semakin
maju, pergeseran ini menjadi suatu keharusan agar industri keuangan dan
perbankan bisa terus relevan dan berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas.

2.1.4 Proses Shifting pada Industri Keuangan dan Perbankan


BAB III
PENUTUP

3.1.1 Simpulan
Shifting pada Industri dan Perbankan Ekonomi Islam Digital adalah
suatu perpindahan dari praktik keuangan dan perbankan yang awalnya
didominasi oleh sistem konvensional menjadi sistem berbasis digital dan
dengan memperhatikan prinsip syariah. Prinsip syariah tersebut meliputi,
yakni: larangan riba dalam bentuk bunga dan transaksi valuta asing (riba
dhamanah), larangan judi (maisir), dan kegiatan yang mengandung
ketidakpastian (gharar). Dalam pelaksanaan shifting pada industri
keuangan dan perbankan pada ekonomi digital Islam memerlukan
implementasi yang teliti dan penuh tantangan. Contoh dalam implementasi
yang diperlukan yaitu seperti pengembangan aplikasi dan platform digital
yang memenuhi persyaratan syariah. Hanya saja, dalam
mengimplementasikan shifting ini tentu tidak mudah. Salah satu kendala
yang dihadapi adalah keamanan dan privasi data. Dengan demikian,
shifting pada industri keuangan dan perbankan dalam ekonomi digital
Islam merupakan tantangan dan peluang yang harus dihadapi dengan
bijak. Dengan melakukan perubahan ini akan memberikan manfaat besar
bagi industri tersebut.

3.1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, D. R. (2019). Stabilitas Bank: Sebuah Pengujian Berdasarkan Teori
Resource Based View. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 10(2), 187–196.
https://doi.org/10.17509/jimb.v10i2.19193
Husni Shabri. (2022). Transformasi Digital Industri Perbankan Syariah Indonesia.
El-Kahfi | Journal of Islamic Economics, 3(02), 1–7.
https://doi.org/10.58958/elkahfi.v3i02.88
Taufiq, M., Negeri, I., & Djamil, S. M. (2022). Kerangka Maqashid Syariah. 2(3),
115–128.

Anda mungkin juga menyukai