Anda di halaman 1dari 38

TUGAS

MEDIASI TRANSFORMASI DIGITAL PADA ANTESEDEN TAM


TERHADAP PENYERAPAN DANA PIHAK KETIGA
DI BNI WILAYAH SUMUT

Kelompok Judul 1

Oleh:

Reza Syahputra / 218115015


Januardin / 218115011

Dosen :Dr. Beby Karina F Sembiring, MM

Matakuliah : Seminar Isu-Isu Terkini Dalam Pemasaran

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sektor industri keuangan merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam

perekonomian. Sebagai salah satu bank BUMN yang menjalankan aktivitas bisnis di

Indonesia maka Bank BNI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang

ada pada masa era digital ini penerapan teknologi informasi. Sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia No.19/12/PBI/2017 tentang penyelenggaraan teknologi finansial. Industri

keuangan telah sangat dipengaruhi oleh digitalisasi dalam beberapa tahun ini yang tercermin

oleh munculnya perusahaan Financial Technology (FinTech). Kemudahan fintech tersebut

dapat membawa ancaman bagi Bank BNI, proses funding bank memberikan ketentuan

khusus pada nasabahnya dan proses administrasi perbankan yang terkenal kaku yang

membuat masyarakat lebih tertarik terhadap perusahaan fintech yang lebih cepat dan

fleksibel. Kebutuhan transformasi sangat penting dan telah menjadi prioritas utama bagi

perusahaan agar bisa lebih cepat dalam waktu dan mengembangkan pasar.

Di era digital seperti saat ini, kebutuhan akan transformasi digital di berbagai

industri menjadi sebuah fenomena penting yang tidak dapat dihindari. Terlebih seperti

setahun belakangan ini, saat seluruh dunia menghadapi pandemi COVID-19 yang

mengharuskan terjadi perubahan besar terhadap gaya hidup dan cara perusahaan bekerja.

Transformasi digital adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi bisnis saat ini

(Saarikko et al., 2020). Transformasi digital mencakup perubahan besar yang terjadi dalam

masyarakat dan industri melalui penggunaan teknologi digital (Agarwal et al., 2010;

Majchrzak et al., 2016). Di tingkat organisasi, ada pendapat bahwa perusahaan harus

menemukan cara untuk berinovasi dengan teknologi ini dengan merancang suatu “strategi
yang merangkul implikasi transformasi digital dan mendorong kinerja operasional yang lebih

baik” (Hess et al., 2016).

Tuntutan digitalisasi perbankan diperkuat oleh pergeseran kepemilikan bisnis,

yang saat ini didominasi oleh generasi milenial, yang lebih menyukai kenyamanan

transaksi online melalui platform digital. Jumlah pengguna internet di Indonesia,

mencapai 54,68 % dari total populasi 262 Juta penduduk, dimana 87 % nya merupakan

pengguna aktif aplikasi chat dan 74.84 % merupakan pengguna aktif aplikasi media sosial.

Data ini menggambarkan satu ceruk yang menjanjikan bagi bank untuk mengubah

strategi pemasaran dari konvensional menjadi digital, sehingga mendorong peningkatan

literasi layanan perbankan digital. Urgensi proses transformasi perbankan juga didorong

oleh bermunculannya pesaing baru, yaitu perusahaan penyedia jasa keuangan non

perbankan, atau biasa disebut fintech. Bisnis fintech mulai menggerus layanan

perbankan karena berbagai kemudahan yang ditawarkan tanpa birokrasi yang rumit.

Data dari Capgemini memberikan gambaran bahwa secara global lebih dari 63 %

pelanggan perbankan juga menggunakan jasa layanan perusahaan fintech. Di

Indonesia sendiri bisnis fintech menjadi booming ditahun 2018 sampai saat ini dengan

kemudahan pembayaran digital lintas platform. Bahkan beberapa perusahan start up

seperti Gojek, mulai melirik bisnis ini karena prospek dan pangsa pasar yang terus

berkembang. Maraknya penggunaan aplikasi pembayaran dan uang digital,

mengakibatkan penurunan permintaan uang kertas PT Peruri sebesar 19 % pada tahun

2018 dan penurunan pertumbuhan pengguna kartu kredit.

Transformasi digital adalah istilah komprehensif yang menggambarkan

kemampuan organisasi untuk memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas operasi internal dan penawaran pasar eksternal (Vial, 2019). Transformasi

digital juga mendorong inovasi di luar batas organisasi ke dalam jaringan inovasi eksternal
(Prince et al., 2014; Westergren et al., 2019). Transformasi digital ditandai dengan perubahan

dan transformasi yang digerakkan dan dibangun di atas fondasi teknologi (Nwankpa &

Roumani, 2016). Dalam suatu perusahaan, transformasi digital didefinisikan sebagai

pergeseran organisasi ke platform data besar, analitik, cloud, seluler, dan media sosial.

Lingkungan bisnis saat ini menyaksikan perubahan radikal lanskap bisnis yang dipicu oleh

kemunculan inovasi dan peluang digital. Berbagai perusahaan semakin mengadopsi berbagai

peluang seperti analitik, data besar, cloud, media sosial, dan platform seluler dalam upaya

membangun strategi bisnis digital yang kompetitif. Ada peningkatan fokus pada peluang dan

strategi bisnis digital dengan praktisi dan akademisi yang bertujuan untuk memahami

bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan peluang digital dan mendorong inovasi serta

transformasi di seluruh perusahaan (Markus & Loebbecke, 2013; Westerman et al., 2014).

Industri keuangan terutama perbankan menjadi salah satu industri yang bergerak

cepat dengan terus memperbaiki layanan dengan memanfaatkan teknologi digital agar terus

dapat bertransformasi secara digital. Transformasi digital dalam industri jasa keuangan

merupakan sektor riset yang akan memiliki potensi signifikan di tahun-tahun mendatang

karena semakin banyak wirausaha dan semakin banyak perusahaan yang terlibat di dalamnya

(Karagiannaki et al., 2017). Dalam beberapa tahun terakhir, program pengurangan biaya

besar-besaran telah dilakukan oleh industri perbankan. Tetapi kesuksesan jangka panjang

tidak dapat dicapai tanpa pengembangan ide bisnis baru, produk dan layanan inovatif, dan

fokus intensif pada retensi pelanggan (Heckl & Moormann, 2007). Beberapa ahli berpendapat

bahwa, inovasi teknologi dan keuangan sangat berkorelasi dan pertumbuhan ekonomi akan

menurun secara bertahap kecuali pemodal berinovasi (Laeven et al., 2015). Interferensi antara

inovasi keuangan dan teknologi ini semakin meningkat karena teknologi informasi (TI) telah

memungkinkan terciptanya skala ekonomi (Sironi, 2016). Dengan melakukan transformasi


digital diharapkan industri perbankan dapat terus melakukan inovasi-inovasi yang akhirnya

dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

Inovasi digital menunjukkan bahwa beberapa tantangan manajerial terkait dengan

inovasi dan transformasi digital. Pengenalan teknologi digital dapat membawa restrukturisasi

proses bisnis, perubahan arsitektur sistem, masalah framing masalah, dan interaksi antara

mitra rantai nilai (Abrell et al., 2016). Penelitian dari (Nwankpa & Roumani, 2016)

mengungkapkan bahwa transformasi digital memainkan peran yang lebih bernuansa dengan

memediasi pengaruh kapabilitas TI dan kinerja perusahaan. Perusahaan harus menyadari

pentingnya transformasi digital dan bagaimana memanfaatkan pengaruh kapabilitas TI dalam

menciptakan dan mendorong kinerja perusahaan. Penelitian terbaru dari (Henfridsson et al.,

2018) dan (Nambisan et al., 2017) telah menyoroti bagaimana sifat unik dari teknologi digital

memungkinkan jenis baru inovasi dan kewirausahaan yang berbeda dari proses analog

industri. Hasil dari penelitian (Karagiannaki et al., 2017) mengungkapkan bahwa inovasi

merupakan factor yang sangat penting yang mendorong kelangsungan hidup perusahaan.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian terdahulu dan fenomena yang telah dijabarkan

sebelumnya, menarik untuk diteliti terkait bagaimana transformasi digital dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan pada Bank BJB sebagai peraih penghargaan IT award

tahun 2020.

Menurut penelitian Liu, et al, (2011) Implementasi proyek e-banking menyoroti

pentingnya transformasi digital bagi organisasi kontemporer untuk bertahan dan mencapai

keunggulan kompetitif dalam ekonomi digital. Studi ini menggambarkan proses

pengembangan transformasi digital melalui proyek e-banking berdasarkan konsep resource

fit. Kerangka sumber daya yang sesuai untuk transformasi digital dibangun untuk

memberikan wawasan baru di luar literatur. Melalui pemeriksaan kasus empiris aktual dari

kerangka sumber daya yang sesuai, penelitian ini mengeksplorasi delapan faktor penting yang
diperlukan untuk implementasi proyek e-banking yang sukses. Studi ini juga menunjukkan

bahwa mengelola transformasi digital dapat menjadi tantangan. Temuan penelitian ini adalah

banyak penelitian yang terkait dengan e-banking lebih berfokus pada teori berbasis sumber

daya atau perspektif kecocokan strategis, tetapi tidak pada keduanya.

Menurut penelitian Schlegel dan Kraus (2021) menemukan pentingnya keterampilan

dan kompetensi khusus secara umum untuk transformasi digital dan menunjukkan

kesenjangan antara keterampilan yang tersedia dan keterampilan yang dibutuhkan. Selain itu,

disimpulkan bahwa melatih kembali tenaga kerja yang ada mungkin sulit. Banyak posisi yang

muncul dapat ditemukan di sektor konsultasi, yang menimbulkan pertanyaan tentang sifat

persyaratan yang permanen vs sementara, serta kesulitan untuk memperoleh pengetahuan

yang diperlukan. Penelitian ini berkontribusi pada pengetahuan dengan memberikan temuan

empiris baru dan perspektif baru untuk diskusi yang sedang berlangsung tentang

keterampilan digital, efek pekerjaan, dan tuntutan keterampilan ulang dari tenaga kerja yang

ada karena perkembangan teknologi terkini dan otomatisasi dalam konteks keseluruhan

transformasi digital.

Menurut penelitian margiono (2019) teknologi digital, termasuk sosial, seluler,

cloud, dan Internet of Things, telah membawa gangguan ke banyak industri, mendorong

perusahaan untuk mengadaptasi transformasi digital untuk bertahan atau mempertahankan

dominasi di pasar. Hal ini terutama berlaku di Asia Pasifik, di mana ekonomi digital tumbuh

dan perusahaan rintisan mengganggu organisasi yang ada. Sebagai contoh, pemimpin pasar

dan penyedia layanan taksi terkemuka di Indonesia, Blue Bird (www.bluebirdgroup.com),

ditantang oleh munculnya perusahaan rintisan ride-sharing Uber dan Gojek (perusahaan

ridesharing “decacorn” yang didukung oleh Silicon-valley). Blue Bird merespons dengan

memperkenalkan aplikasi seluler yang memungkinkan pengguna memesan dan membayar


taksi secara online dan dengan menerapkan sistem antrian digital di beberapa pusat

perbelanjaan.

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas

merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur

keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana

ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang

dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung kemudian disalurkan

kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank berasal dari sumber sumber dana

dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank

mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang

lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang

dihitung dengan rasio ROA. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Firmansyah (2013)

bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Pemodalan menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengawasi serta

mengontrol risiko yang terjadi, yang bisa mempengaruhi besarnya modal bank

(Prastiyaningtyas, 2010). Bank apabila mempunyai modal yang memadai maka dapat

melakukan kegiatan operasionalnya dengan efisien, dan akan memberikan keuntungan pada

bank tersebut. Kecukupan modal pada tercermin pada Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR

di atas 8% menunjukkan usaha bank yang semakin stabil, karena adanya kepercayaan

masyarakat yang besar. Hal ini disebabkan karena bank akan mampu menanggung risiko dari

aset yang berisiko. Secara teori bank yang mempunyai CAR di atas 8% sangat baik karena

bank mampu menanggung risiko yang timbul (Armelia, 2011). Dapat disimpulkan bahwa

kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap porofitabilitas. Seperti hasil penelitian

Ogboi (2013), Faturrahman (2012), Tjiptowati (2011), Anggita (2012) kecukupan modal

(CAR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas.


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK)

2. Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK)

3. Bagaimana pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK)

4. Bagaimana pengaruh Behavioral Intention to Use (BIU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK)

5. Bagaimana pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga

(DPK)

6. Bagaimana pengaruh Transformasi Digital terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga

(DPK)

7. Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Transformasi Digital

8. Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Transformasi Digital

9. Bagaimana pengaruh Toward Using (ATU) terhadap Transformasi Digital

10. Bagaimana pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Transformasi

Digital

11. Bagaimana pengaruh System Usage (ASU) terhadap Transformasi Digital

12. Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

13. Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

14. Bagaimana pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital


15. Bagaimana pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

16. Bagaimana pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak mediasi dari

transformasi digital perbankan pada antesedent model TAM terhadap penyerapan dana pihak

ketiga di BNI wilayah SUMUT.


BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Istilah grand teori menurut Charles Wright Mills pada tahun 1959. Grand teori

menekankan pada konsep keseimbangan, pengambilan keputusan, sistem, dan bentuk

komunikasi sebagai sarana dasar untuk mengkaji hubungan internasional. Adapun grand teori

dari penelitian ini adalah Signal, midlle range teorinya adalah Investasi, dan applied teorinya

adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Transformasi Digital, dan Antesedent TAM (Perceived

Ease of Use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral

Intention to Use (ITU), dan Actual System Usage (ASU)

2.1 Signal

Teori siyal pertama kali dikembangkan oleh Spence (1973) untuk menjelaskan

perilaku di pasar tenaga kerja (Labor market). Menurut Ghozali (2020) teori siyal

menjelaskan perilaku dua pihak ketika mereka mengakses informasi yang berbeda dan

menjelaskan tindakan yang diambil oleh pemberi siyal (Signaler) untuk mempengaruhi

perilaku penerima siyal. Teori siyal secara luas digunakan dalam studi-studi akuntansi,

auditing, dan manajemen keuangan yang menjelaskan bahwa manajemen memberikan siyal

tentang perusahaan lewat berbagai aspek pengungkapan informasi keuangan yang dapat

dilihat sebagai sinyal oleh investor.

Secara umum siyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan

(manajer) kepada pihak luar (investor). Apapun bentuk atau jenis dari sinyal yang

dikeluarkan, semua dimaksudkan untuk mengisyaratkan sesuatu dengan harapan pasar atau

pihak eksternal akan melakukan perubahan penilaian atas perusahaan, artinya siyal yang

dipilih harus mengandung kekuatan informasi (information content) untuk dapat merubah

penilaian pihak eksternal perusahaan.


Teori ini digunakan karena teori ini melihat bahwa antara pihak bank sebagai

pemilik dana dengan pengelola dana dibutuhkan rasa saling percaya agar tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai, yakni meningkatkan kesejahteraan hidup. Pemilik dana

memercayakan pihak yang mengelola dana untuk mengolah dana pada suatu kegiatan yang

menghasilkan keuntungan. Dilain pihak pengelola dana harus mempunyai sifat yang dapat

dipercaya dan bertanggung jawab, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan pihak bank

akan termotivasi untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan disalurkan

kembali dalam bentuk Pembiayaan.

Informasi yang telah disampaikan oleh perusahaan dan diterima oleh investor, akan

dinterpretasikan dan dianalisis terlebih dahulu apakah informasi tersebut dianggap sebagai

sinyal positif (berita baik) atau sinyal negatif (berita buruk) (Jogiyanto, 2010). Jika informasi

tersebut bernilai positif berarti investor akan merespon secara positif dan mampu

membedakan antara perusahaan yang berkualitas dengan yang tidak, sehingga harga saham

akan semakin tinggi dan nilai perusahaan meningkat.

Menurut Brigham dan Houston (2011) téori sinyal menjelaskan tentang persepsi

manajemen terhadap pertumbuhan perusahaan di masa depan, dimana akan mempengaruh

respon calon investor terhadap perusahaan. Sinyal tersebut berupa informasi yang

menjelaskan tentang upaya manajemen dalam mewujudkan keinginan pemilik.

2.2 Investasi

Menurut James C. Van Horn (1981) investasi sebagai kegiatan yang dilangsungkan

dengan memanfaatkan kas pada masa sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan barang di

masa yang akan datang. Investasi adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan

memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut (MG Wriot.

B.Com, 1985) . investasi sebagai pengeluaran menyeluruh yang meliputi pembelian bahan

baku atau material, mesin, peralatan pabrik dan modal lainnya yang diperlukan untuk proses
produksi, keperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan, bangunan

konstruksi serta perubahan nilai stok atau barang cadangan yang diakibatkan oleh perubahan

jumlah dan harga Deliarnov, 1995. Investasi adalah pengeluaran barang yang tidak

dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi terbagi menjadi tiga

diantaranya adalah investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka

panjang (Lipsey, 1997). investasi adalah penanaman uang dengan harapn mendapat hasil dan

nilai tambah (Webster, 1999). investasi sebagai penempatan uang atau dana dengan harapan

untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut

Kamarudin, 2004). Suatu penanaman modal dalam sebuah kegiatan yang memiliki periode

relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi adalah penanaman modal tersebut

berupa proyek tertentu yang bersifat fisik atau non fisik (Kasmir dan Jakfar,2012). Investasi

sebagai penundaan konsumsi saat ini untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode

waktu yang tertentu di masa mendatang (Joyiganto, 2015).

2.3 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 dijelaskan bahwa Dana

Pihak Ketiga bank atau disingkat dengan DPK yaitu kewajiban bank terhadap nasabah yaitu

berupa rupiah dan valuta asing. Biasanya dana yang kumpulkan oleh perbankan dari nasabah

akan dikelola dengan baik. Rivai (2007) menyebutkan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga)

adalah dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, dalam hal ini masyarakat kepada bank

sesuai perjanjian penyimpanan dana,seperti dalam bentuk deposito, giro dan lain sebagainya.

Ismail (2010) menyebutkan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga) disebut juga dengan dana

masyarakat, yakni dana yang dihimpun dari masyarakat dalam arti luas baik secara

perorangan maupun dalam bentuk badan usaha oleh pihak bank. DPK (Dana Pihak Ketiga)

atau dana masyarakat merupakan sumber dana yang paling penting bagi bank.
Menurut Muljono (2006:153) mendefinisikan bahwa : “Dana pihak ketiga adalah

dana yang dihimpundari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui

penyaluran kredit. Dana pihak ketiga ini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk

dana yang ditawarkan padamasyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang

bersangkutan untukmenyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo

dengan imbalan bungamaupun capital gain dari bank tersebut”. Dana masyarakat atau dana

pihak ketiga adalah danadana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan

usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang

dimiliki oleh bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:140).

2.3.1 Simpanan Giro

Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat atau pihak

ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan

bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. Menurut Undang-

Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 giro adalah simpanan yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

2.3.2 Tabungan

Tabungan adala Jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya

dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Menurut

Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi

tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan

itu.
2.3.3 Deposito

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpan dengan bank. Jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan

jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dan nasabah. Jenis-jenis deposito dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam Rupiah

maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan

bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposit on call yang jangka

waktunya relatif lebih singkat dan dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan

sebelumnya.

b. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito merupakan simpanan berjangka yang diterbitkan

dengan menggunakan sertofikat sebagai bukti kepemilikian oleh pemegang haknya.

Disamping itu, sertifikat deposito dapat dipindah tangankan, diperjualbelikan dan dapat

dijadikan jaminan (agunan) bagi permohonan kredit pada bank. Dana-dana masyarakat

berupa dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank merupakan sumber dana terbesar

yang paling diandalkan bank.

2.3.4 Indikator

Menurut Kasmir (2014:72) dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan, menyatakan

bahwa : “Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari

masyarakat luas, yang terdiri dari simpanan giro (deman deposit), simpanan tabungan (saving

deposit) dan simpanan deposito (time deposit)”.


2.4 Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun

untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya

penggunaan teknologi komputer. TAM merupakan hasil pengembangan dari Theory of

Reasoned Action (TRA) yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada

1980.

TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance)

pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam

suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat

suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan dan

penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem informasi.

Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action)

yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang

terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi

pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan

terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi

pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang

beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat

manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai

tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.

2.4.1 Perceived Ease of Use (PEOU)

Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu

ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan

digunakan (Davis, Fred, 1989).


Indikator

indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: a. Komputer sangat mudah

dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c.

Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna d. Komputer sangat

mudah untuk dioperasikan

2.4.2 Perceived Usefulness (PU)

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu

teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya (Davis,

Fred, 1989).

Indikator

Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi: a. Kegunaan, meliputi dimensi:

menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas b. Efektivitas,

meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan

2.4.3 Attitude Toward Using (ATU)

Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem

yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan

suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, Fred, 1989).

Indikator

Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang

mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang

(cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku

(behavioral components) (Nasution, 2006).


2.4.4 Behavioral Intention to Use (ITU)

avioral Intention to Use (ITU) Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku

untuk tetap menggunakan suatu teknologi.

Indikator

Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap

perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral

pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna

lain (Davis, Fred, 1989). Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk

menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual Usage Malhotra dan

Galetta, 1999).

2.4.5 Actual System Usage (ASU)

Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk

pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, Fred, 1989).

Indikator

Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut

mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi

nyata penggunaan (Tangke, 2004).

2.6 Transformasi Digital

Menurut Lee (2001) transformasi didital merupakan proses konversi dari bentuk

analog ke bentuk digital. Menurut Menurut Eun Hee Kwon & Min Jae Park, (2017)

Transformasi Digital memiliki banyak definisi, tetapi secara ringkas dapat dikatakan bahwa
'Digitalisasi semua jenis perubahan', yang disebabkan oleh semua hal digital, didasarkan pada

strategi digital, organisasi, proses, model bisnis, budaya, Strategi manajemen yang berubah

secara fundamental”

Transformasi digital mencakup proses digitalisasi dengan fokus pada efisiensi, dan

inovasi digital dengan fokus pada peningkatan produk fisik yang ada dengan kemampuan

digital (Yoo, Jr, Lyytinen, & Majchrzak, 2010). Meningkatnya proliferasi teknologi digital

telah menjadi katalis penting untuk transformasi organisasi dalam beberapa dekade terakhir

(Yoo, Jr, et al., 2010), memungkinkan organisasi untuk mengeksploitasi kasus penggunaan

baru (Matt et al., 2015), mengintegrasikan teknologi digital dan proses bisnis (Liu, Chen, &

Chou, 2011), dan berpotensi memfasilitasi peningkatan bisnis utama (Fitzgerald, Kruschwitz,

Bonnet, & Welch, 2013). Istilah transformasi mengacu pada perubahan mendasar dalam

organisasi, yang berdampak besar pada strategi dan struktur organisasi (Matt et al., 2015).

Transformasi digital adalah perubahan yang disebabkan oleh teknologi di banyak tingkatan

dalam organisasi yang mencakup eksploitasi teknologi digital untuk meningkatkan proses

yang ada, dan eksplorasi inovasi digital, yang berpotensi mengubah model bisnis. Inovasi

digital, yang didefinisikan sebagai kombinasi ulang teknologi digital dan komponen fisik

untuk menciptakan produk digital baru (Yoo, Henfridsson, & Lyytinen, 2010).

Transformasi digital adalah proses sosiokultural dalam mengadaptasi perusahaan

dengan bentuk organisasi baru dan keahlian yang dibutuhkan agar tetap dapat bertahan dan

relevan dalam lanskap digital. Ini melampaui konsepsi sebelumnya seperti perubahan yang

dimungkinkan melalui teknologi informasi (TI) (Benjamin & Levinson, 1993) atau melalui

rekayasa ulang proses bisnis (Grover et al., 1995), yang berusaha untuk memperbaiki proses

yang ada. Sebaliknya, transformasi digital dapat digambarkan sebagai "proses yang bertujuan

untuk meningkatkan entitas dengan memicu perubahan signifikan pada propertinya melalui

kombinasi teknologi informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas" (Vial, 2019).


Transformasi digital mengacu pada perubahan dan transformasi yang didorong dan dibangun

di atas fondasi teknologi digital. Dalam suatu perusahaan, transformasi digital didefinisikan

sebagai pergeseran organisasi ke platform data besar, analitik, cloud, seluler, dan media

sosial. Sementara organisasi terus berubah dan berkembang dalam menanggapi lanskap bisnis

yang berubah, transformasi digital adalah perubahan yang dibangun di atas fondasi teknologi

digital, mengantarkan perubahan unik dalam operasi bisnis, proses bisnis dan penciptaan nilai

(Libert et al., 2016). Misalnya, Libert et al. (2016) membedakan antara peningkatan digital,

yaitu penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses

bisnis perusahaan, dan transformasi digital, yang terjadi ketika teknologi digital digunakan

untuk secara radikal mengubah keseluruhan operasi bisnis, penciptaan nilai dan dalam

beberapa hal. Melalui transformasi digital, organisasi dapat mengintegrasikan teknologi

digital dalam banyak aspek operasi mereka dan juga mampu melibatkan pelanggan dengan

inovasi digital yang muncul (Aral & Weill, 2007). Memiliki kemampuan IT tradisional

menyiratkan kemampuan untuk beralih ke transformasi digital yang muncul (Anand et al.,

2010).

Transformasi digital dapat didefinisikan sebagai “suatu proses yang bertujuan untuk

meningkatkan suatu entitas dengan memicu perubahan signifikan pada propertinya melalui

kombinasi teknologi informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas” (Botol, 2019). Ini

mengubah lanskap bisnis, industri, dan masyarakat dengan cepat. Di tingkat korporat,

perubahan strategi perusahaan, struktur organisasi dan proses serta budaya untuk

memposisikan perusahaan lebih baik untuk bertahan menghadapi tantangan dari pendatang

baru di pasar. Di tingkat industri, transformasi digital membedakan perusahaan inovatif dari

yang lain. Di tingkat masyarakat, itu mengubah cara orang berinteraksi dan menjalani hidup

mereka.
Transformasi digital menggabungkan berbagai teknologi dan proses untuk

memastikan penciptaan nilai yang lebih baik untuk kepentingan pelanggan dan perusahaan.

Misalnya, Netflix, layanan streaming film internet terkemuka, membukukan pendapatan $16

miliar pada tahun 2018, mengikuti transformasi digital yang dimulai pada tahun 2000

(Friedman, 2019).

2.6.1 Indikator

Adapun indikator transformasi digital adalah sebagai berikut ini :

a. Keberadaan aktif online, ciri utama dari transformasi digital adalah terjadinya

perubahan saluran pemasaran dari offline menjadi online atau hybrid.

b. Penjualan terkoordinasi, proses penjualan dari mulai menemukan prospek,

memeliharanya, dan terjadi transaksi yang awalnya dilakukan secara manual berubah

menjadi berbasis digital dan jauh lebih terkoordinasi dan efisien.

c. Kolaboratif, media digital membuat kita dapat terhubung setiap saat dimana hal tersebut

berdampak positif terhadap peningkatan kolaborasi dalam menyelesaikan pekerjaan.

d. Penyederhanaan operasi, pola kerja dan kegiatan operasional bisnis yang awalnya

manual akan berubah menjadi lebih sederhana dengan berbasis digital. Targetnya

adalah peningkatan pelayanan dan akurasi. Pelayanan dan akurasi faktor kunci

keberhasilan UMKM.

e. Kapitalisasi dan penggunaan data, digitalisasi menciptakan database yang selanjutnya

akan digunakan untuk pengambilan berbagai keputusan mulai dari pemetaan pasar,

penentuan produk serta layanan, dan lainya.

f. Bertahan selama masa pandemi karena go online, transformasi digital tidak sebatas

berubah menjadi online, akan tetapi bagaimana melalui transformasi digital membawa

bisnis berkembang dan mempertahankan eksistensinya.


g. Proses pemanfaatan teknologi digital yang ada untuk berubah, seperti pemanfaatan

teknologi virtualisasi, komputasi bergerak, cloud computing, integrasi semua sistem

yang ada di organisasi menjadi sesuatu yang baru atau bernilai baru, seperti:

kemudahan bertransaksi, berbelanja, berkomunikasi dan lainnya. (Chaniago, 2020)

(Raharjo, 2019) (Decker, 2020) dan (Chaniago, 2020).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

H16

H13 H15
H12 H14

Perceived Ease of Use H7 Transformasi


(PEU) (X1) Digital (Z)
H6
H8
Perceived Usefulness H1
(PU) (X2)
H2
H9
Attitude Toward
Using (ATU) (X3) H3
Dana Pihak
H10 Ketiga (DPK) (Y)
H4
Behavioral Intention
to Use (BIU) (X4)
H5
H11
Actual System Usage
(ASU) (X5)

Gambar 1: Kerangka Konseptual

Hipotesis

Pengaruh Lansung

H1 = Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK)

H2 = Ada pengaruh positif Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK)

H3 = Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK)
H4 = Ada pengaruh positif Behavioral Intention to Use (BIU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK)

H5 = Ada pengaruh Actual System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK)

H6 = Ada pengaruh positif Transformasi Digital terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK)

H7 = Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Transformasi Digital

H8 = Ada pengaruh positif Perceived Usefulness (PU) terhadap Transformasi Digital

H9 = Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Transformasi Digital

H10=Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Transformasi Digital

H11=Ada pengaruh Actual System Usage (ASU) terhadap Transformasi Digital

H12= Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

H13=Ada pengaruh positif Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

H14=Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

H15=Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

H16= Ada pengaruh Actual System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penelitian

dilakukan di Bank BNI Wilayah SUMUT, yang dilakukan selama 7 minggu, dari tanggal 19

Maret 2022 – 26 Maret 2022.

4.2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2010),

penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau mengambarkan

tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian. Lebih lanjut adalah

penelitian kuantitatif dihasilkan dari pengolahan data kuesioner yang diisi oleh responden.

4.3 Teknik Pengumpulan Sampel

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Kuesioner, dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden (Nasabah

Bank BNI Wilayah SUMUT), yang dibuat dalam bentuk Google Form.

2. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-

dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber informasi melalui media cetak, media

elektronik, buku-buku, jurnal-jurnal dan sumber lainnya yang terkait dengan variabel

penelitian.

4.3.1 Populasi

Adapun pupulasi dari penelitian ini adalah nasabah Bank BNI Wilayah SUMUT,

yaitu sebanyak 20 responden. Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria khusus yang dijadikan sumber

data penelitian (Cozby & Bates, 2011). Adapun sampel penelitian ini ditentukan dengan

teknik sampel jenuh. Menurut sugiyono (2017:85) pengertian dari sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.

4.3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari:

1. Data primer yaitu data langsung yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari

berbagai sumber informasi melalui media cetak, media elektronik, buku-buku, jurnal-

jurnal dan sumber lainnya yang terkait dengan variabel penelitia

4.4 Defenisi Operational

No Defenisi Variabel Dimensi Indikator

Perceived Persepsi tentang kemudahan a. fleksibilitas a. Sistem sangat mudah


Ease of Use penggunaan sebuah teknologi b.kemudahan untuk dipelajari
(x1) didefinisikan sebagai suatu ukuran dipelajari b.Sistem mengerjakan
dimana seseorang percaya bahwa /dipahami dengan mudah apa
komputer dapat dengan mudah c.kemudahan untuk yang diinginkan
dipahami dan digunakan(Davis, digunakan oleh pengguna
Fred, 1989) d. kemudahan untuk c. Sistem sangat
berinteraksi mudah untuk
meningkatkan
keterampilan
pengguna
d. Sistem sangat
mudah untuk
dioperasikan
Perceived suatu ukuran dimana penggunaan a. mempertinggi a. Sistem efektif dan
Usefulness suatu teknologi dipercaya akan efektifitas efisien digunakan
(x2) mendatangkan manfaat bagi orang b. menjawab b. Sistem menjawab
yang menggunakannya (Davis, kebutuhan kebutuhan
Fred, 1989) c. informasi c. Kinerja meningkat
meningkatan
kinerja
d. meningkatkan
efisiensi
Attitude sikap terhadap penggunaan sistem a. rasa menerima a. Menerima system
Toward yang berbentuk penerimaan atau b. rasa penolakan b. Menolak yang lain
Using (x3) penolakan sebagai dampak bila c. perasaan (afektif) c. Merasa efek ketika
seseorang menggunakan suatu digunakan
teknologi dalam pekerjaannya
(Davis, Fred, 1989)
Behavioral kecenderungan perilaku untuk a. penambahan a. Adanya
Intention to tetap menggunakan suatu software penambahan
Use (x4) teknologi (Davis, Fred, 1989) pendukung software pendukung
b. motivasi tetap b. Setia menggunakan
menggunakan system
c. memotivasi ke c. Merekomendasikan
pengguna lain system ke orang lain
Actual kondisi nyata penggunaan sistem, a. Actual Usage a. Menggunakan
System dikonsepkan dalam bentuk b. Frekuensi system yang actual
Usage (x5) pengukuran terhadap frekuensi dan penggunaan b. Penggunaan
durasi waktu penggunaan c. Kepuasan system yang sering
teknologi (Davis, Fred, 1989). pengguna dilakukan
Seseorang akan puas c. Pengguna merasa
menggunakan sistem jika mereka puas akan system
meyakini bahwa sistem tersebut
mudah digunakan dan akan
meningkatkan produktifitas
mereka, yang tercermin dari
kondisi nyata penggunaan
(Tangke, 2004)
Transformasi suatu proses yang bertujuan untuk a. Online e. Keberadaan aktif
Digital (Z) meningkatkan suatu entitas dengan b. Kaloboratif online
memicu perubahan signifikan pada c. Kordinasi f. Penjualan
propertinya melalui kombinasi d. Perubahan terkoordinasi
teknologi informasi, komputasi, teknologi g. Kolaboratif
komunikasi, dan konektivitas” h. Penyederhanaan
(Botol, 2019). operasi
i. Kapitalisasi dan
penggunaan data
j. Bertahan selama
masa krisis
k. Proses pemanfaatan
teknologi digital
yang ada untuk
berubah
Dana Pihak Dana pihak ketiga adalah dana a. Tabungan a. Simpanan Tabungan
Ketiga (Y) yang dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat luas b. Deposito b. Simpanan Deposito
(Kasmir, 2014:72)
c. Giro c. Simpanan Giro

4.5 Skala Pengukuran


Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Skala

interval adalah alat pengukuran data yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang

nilai yang mempunyai makna (Ferdinan, 2014). Adapun skala pengukuran pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan skala likert interval, yaitu Sangat Setujuh (5), Setujuh (4),

Kurang setujuh (3), Tidak Setujuh (2), Sangat tidak Setujuh (1).

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Reliabilitas

Tabel 4.1: Parameter Pengujian

Tabel 4.2: Outer Loadings (Faktor Loading)


Actual Behavioral
Attitude Toward Dana Pihak Perceived Ease Perceived Transformasi
System Intention to Use
Using (X3) Ketiga (Y) of Use (X1) Usefulness (X2) Digital (Z)
Usage (X5) (X4)
ASU1 0,876
ASU2 0,893
ASU3 0,916
ASU4 0,978
ASU5 0,853
ASU6 0,876
ATU1 0,874
ATU2 0,937
ATU3 0,851
ATU4 0,952
ATU6 0,945
BIU1 0,963
BIU2 0,988
BIU3 0,950
BIU4 0,926
BIU5 0,899
BIU6 0,956
DPK4 0,903
DPK5 0,892
DPK6 0,678
PEU1 0,962
PEU2 0,912
PEU3 0,858
PEU4 0,941
PEU5 0,839
PEU6 0,947
PU2 0,923
PU3 0,922
PU4 0,932
PU5 0,906
TF 1 0,925
TF 3 0,931
TF 4 0,753
TF 6 0,814
TF2 0,780

Dari Tabel 2: dapat dilihat data Outer Loading, masing-masing pertanyaan atau

indikator memenuhi uji reliability, setelah mengalami tahap penghapusan dari beberapa

indikator yang nilainya di bawah 0,7, dimana menurut Hulland (1999) penelitian explanatory

≥ 0,4, yang dapat diterima , sebaiknya ≥ 0,7.

Untuk mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung

kecermatan pengukuran maka dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran tanpa bias dan menjamin pengukuran yang

konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen. Jika suatu alat ukur atau

instrumen penelitian dapat digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dengan

hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat ukur atau instrumen tersebut

reliabel, Sugiyono (2011).

Uji reliabilitas variabel penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.70

(Ghozali, 2016). Jika nilai Cronbach Alpha (rhitung) > nilai rtabel (0,70) maka butir

pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan reliabel dan sebaliknya.


Tabel 4.3: Construct Reliability and Validity
Average Variance
Cronbach's Alpha rho_A Composite Reliability
Extracted (AVE)
Actual System Usage (X5) 0,953 0,964 0,962 0,809
Attitude Toward Using (X3) 0,950 0,963 0,961 0,833
Behavioral Intention to Use (X4) 0,977 0,980 0,981 0,897
Dana Pihak Ketiga (Y) 0,773 0,822 0,868 0,690
Perceived Ease of Use (X1) 0,959 0,973 0,967 0,830
Perceived Usefulness (X2) 0,941 0,949 0,957 0,848
Transformasi Digital (Z) 0,897 0,913 0,925 0,712

Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha x1, x2, x3, x4, x5, z dan y ≥

0,6, dimana menurut Hair el, al (2011), jika nilai Cronbach's ≥ 0,6, maka dapat dikatakan

setiap pertanyaan yang ada pada variabel adalah reliability.

Uji Validitas

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat, nilai Average Variance Extracted (AVE) , x2, x3,

x4, x5, z dan y ≥ 0,5, dimana menurut Hair el, al (2011), jika nilai AVE ≥ 0,5, maka setiap

pertanyaan atau indikator yang ada pada masing-masing variable adalah valid.

4.7 Metode Analisis

Analisis data digunakan juga untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti, karena

analisis data yang dikumpulkan digunakan untuk megetahui pengaruh antar variabel. Data

dianalisis menggunakan Analisis Jalur menggunakan Smart PLS.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Statistik

Tabel 5.1 Deskriptif Statistik


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPK 20 18 28 23,50 2,503
TF 20 26 35 31,35 3,392
PEU 20 19 30 25,40 3,500
PU 20 24 30 27,20 2,546
ATU 20 20 30 26,60 3,315
BIU 20 12 30 24,65 5,122
ASU 20 18 30 25,85 3,528
Valid N (listwise) 20

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat dilihat jumlah sampel ada 20,

1. Nilai minimum DPK adalah 18 dan maksimal 28, nilai mean 23,50, standart deviasi

2,503

2. Nilai minimum Transformasi Digital adalah 26 dan maksimal 35, nilai mean 31,35,

standart deviasi 3,392

3. Nilai minimum Perceived Ease of Use (PEU) adalah 19 dan maksimal 30, nilai mean

25,40, standart deviasi 3,50

4. Nilai minimum Perceived Usefulness (PU) ada 24 dan maksimal 30, nilai mean 27,20,

standart deviasi 2,546

5. Nilai minimum Attitude Toward Using (ATU) ada 20 dan maksimal 30, nilai mean 26,60

standart deviasi 3,315

6. Nilai minimum Behavioral Intention to Use (BIU) ada 12 dan maksimal 30, nilai mean

24,65, standart deviasi 5,112


7. Nilai minimum Actual System Usage (ASU) ada 18 dan maksimal 30, nilai mean 25,85

standart deviasi 3,528

5.2 Karakteristik Respondent Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Pria Wanita

45%

55%

Gambar 5.1 Jenis Kelamin

Menurut gambar 5.1 diatas dapat kita lihat jumlah responden ya pria adalah sebanyak

55 %, dan wanita adalah 45%.

5.3 Karakterristik Respondent Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir
S1 S2

40%

60%

Gambar 5.2 Pendidikan Terakhir


Berdasarkan gambar 5.2 diperoleh data respondent yang S1 ada 40 %, sedangkan

yang respondent tamat S2 ada sekitar 60%.

5.4 Karakteristik Respondent Berdasarkan Usia

Usia
60

50

40

30
Usia
20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

5.5 Analisis Jalur

Gambar 5.1 Kerangka Analisis Jalur


Gambar 5.1 diatas merupakan kerangka jalur sebelum dilakukan penghapusan

terhadap indikator yang tidak rialibility, dimana dikatakan valid dan real adalah jika nilai

indikatornya ≥ 0,4 atau ≥ 0,7.

Gambar 5.2 Kerangka Analisis Jalur

Gambar diatas adalah gambar kerangka analisis jalur yang telah dilakukan pengujian

terhadap reliability dan validity, dimana nilainya ≥ 0,4 atau ≥ 0,7.

5.6 R Square

Tabel 5.2. R Square


R Square
Dana Pihak Ketiga (Y) 0,619
Transformasi Digital (Z) 0,750

Nilai R Square Y yaitu 0,62 atau 62 %, artinya kombinasi variable independent

mempengaruhi variable dependen (Y) adalah 62 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variable lainnya.
Nilai R Square Z yaitu 0,75 atau 75 %, artinya kombinasi variable independent

mempengaruhi variable dependen (Z) adalah 75 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variable lainnya.

5.7 Uji Hipotesis

Pengaruh Langsung

Tabel 5.3 Path Coeficient


Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
Actual System Usage (X5) ->
0,084 0,200 0,816 0,104 0,918
Dana Pihak Ketiga (Y)
Actual System Usage (X5) ->
0,763 0,759 0,530 1,440 0,150
Transformasi Digital (Z)
Attitude Toward Using (X3) ->
0,533 0,693 0,867 0,615 0,539
Dana Pihak Ketiga (Y)
Attitude Toward Using (X3) ->
0,604 0,504 0,599 1,008 0,314
Transformasi Digital (Z)
Behavioral Intention to Use (X4) -
-0,802 -0,938 0,651 1,231 0,219
> Dana Pihak Ketiga (Y)
Behavioral Intention to Use (X4) -
-0,226 -0,138 0,467 0,485 0,628
> Transformasi Digital (Z)
Perceived Ease of Use (X1) ->
-0,113 -0,238 0,901 0,125 0,901
Dana Pihak Ketiga (Y)
Perceived Ease of Use (X1) ->
-0,700 -0,815 0,701 0,999 0,318
Transformasi Digital (Z)
Perceived Usefulness (X2) ->
0,945 1,034 0,663 1,424 0,155
Dana Pihak Ketiga (Y)
Perceived Usefulness (X2) ->
0,411 0,564 0,456 0,902 0,367
Transformasi Digital (Z)
Transformasi Digital (Z) -> Dana
-0,804 -0,918 0,541 1,485 0,138
Pihak Ketiga (Y)

H1 = Tidak Ada pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)

H2 = Tadak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)

H3 = Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)

H4 = Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)

H5 = Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) (H1= ditolak)
H6 = Tidak Ada pengaruh Transformasi Digital terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) (H1= ditolak)

H7 = Tidak Ada pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)

H8 = Tidak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Transformasi Digital (H1=
ditolak)

H9 = Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)

H10=Tidak Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)

H11=Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Transformasi Digital (H1=
ditolak)

Pengaruh Tidak Langsung

Tabel 5.4 Specific Inderect Effect


Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
Actual System Usage (X5) ->
Transformasi Digital (Z) -> Dana -0,613 -0,674 0,771 0,795 0,427
Pihak Ketiga (Y)
Attitude Toward Using (X3) ->
Transformasi Digital (Z) -> Dana -0,486 -0,490 0,685 0,709 0,479
Pihak Ketiga (Y)
Behavioral Intention to Use (X4) ->
Transformasi Digital (Z) -> Dana 0,182 0,206 0,514 0,354 0,724
Pihak Ketiga (Y)
Perceived Ease of Use (X1) ->
Transformasi Digital (Z) -> Dana 0,563 0,669 0,946 0,595 0,552
Pihak Ketiga (Y)
Perceived Usefulness (X2) ->
Transformasi Digital (Z) -> Dana -0,331 -0,511 0,517 0,639 0,523
Pihak Ketiga (Y)

H12= Tidak Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital. (H1= ditolak)

H13=Tidak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital

H14=Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)

H15=Tidak Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)
H16= Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa tidak ada pengaruh variable anteseden model

TAM terhadap variable transformasi digital

2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada pengaruh variable antecedent model TAM

dan tranformasi digital terhadap variable penyerapan dana pihak ke tiga.

3. Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada pengaruh variable antesenden model TAM

terhadap variable penyerapan dana pihak ketiga yang dimediasi oleh variable transformasi

digital .
DAFATAR PUSTAKA

Agarwal, R., Gao, G. G., DesRoches, C., & Jha, A. K. (2010). The digital
transformation of healthcare: Current status and the road ahead. In
Information Systems Research. https://doi.org/10.1287/isre.1100.0327

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaniago, Harmon. 2020. Investigation of Factors Influencing Traditional Retail Success in


Small Cities in Indonesia. Journal of Applied Economic Sciences. Vol XV, Issu
1(67) Spring, 2020.

Davis, Fred D., 1989, “Measurement Scales for Perceived Usefulness and Perceived Ease of
Use”, http://wings.buffalo.edu/mgmt/courses/mgtsand /success/davis.html, (retrieved
23 Desember 2005)

Decker, Gero. (2020, 15 Juli ). 3 Ways Customer Relationships Will Change Forever In Light
Of COVID-19 [Online]. Available: https://www.entrepreneur.com/article/353314

Hess, T., Benlian, A., Matt, C., & Wiesböck, F. (2016). Options for formulating a digital
transformation strategy. MIS Quarterly Executive.
https://doi.org/10.4324/9780429286797-7

Majchrzak, A., Lynne Markus, M., & Wareham, J. (2016). Designing for digital
transformation: Lessons for information systems research from the study of ICT
and societal challenges. MIS Quarterly: Management Information Systems
.https://doi.org/10.25300/MISQ/2016/40

Malhotra, Yogesh & Galetta, Dennis F., 1999, ”Extending The Technology Acceptance
Model to Account for Social Influence”

Nasution, Fahmi Natigor, “Teknologi Informasi Berdasarkan Apek Perilaku (Behavior


Ascpect)”, USU Digital Library, http://library.usu.ac.id (retrieved 16 Januari 2006)

Nwankpa, J. K., & Roumani, Y. (2016). IT capability and digital transformation: A firm
performance perspective. 2016 International Conference on Information
Systems, ICIS 2016

Prince, K., Barrett, M., & Oborn, E. (2014). Dialogical strategies for
orchestrating strategic innovation networks: The case of the Internet of Things.
Information and Organization. https://doi.org/10.1016/j.infoandorg.2014.05.001

Raharjo, Budi. (2019, 21 November). Bagaimana Nilai Kesuksesan Transformasi Digital


Perusahaan? [Online]. Available: https://republika.co.id/berita/q1bb7c415/bagaima
na-nilai-kesuksesan-transformasi-digitalperusahaan
Tangke, Natalia, 2004, “Analisa Penerimaan Penerapan TABK dengan Menggunakan TAM
pada BPK-RI”, http://puslit.petra.ac.id (retrieved 21 Februari 2006)

Saarikko, T., Westergren, U. H., & Blomquist, T. (2020). Digital transformation:Five


recommendations for the digitally conscious firm. Business Horizons, 63 (6), 825–
839. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2020.07.005

Setyowati, Desy. (2020, 8 Oktober). Banyak Soal Membelit UMKM sehingga Hanya 15%
yang Sukses Masuk Digital [Online]. Available: https://katadata-
coid.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/des
ysetyowati/digital/5f7f4304ba01b/banyak-soalmembelit-umkm-sehingga-hanya-15-
yangsukses-masuk-digital?amp_

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.

Vial, G. (2019). Understanding digital transformation: A review and a research agenda.


Journal of Strategic Information Systems, 28 (2), 118–
144.https://doi.org/10.1016/j.jsis.2019.01.003

Westergren, U. H., Holmström, J., & Mathiassen, L. (2019). Partnering to create IT- based
value: A contextual ambidexterity approach. Information and Organization.
https://doi.org/10.1016/j.infoandorg.2019.100273

Westerman, G., Bonnet, D., & Mcafee, A. (2014). The Nine Elements of Digital
Transformation Opinion & Analysis • January 07, 2014 • Reading Time: 10 min.
MIT Sloan Management Review

Anda mungkin juga menyukai