Kelompok Judul 1
Oleh:
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sektor industri keuangan merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam
perekonomian. Sebagai salah satu bank BUMN yang menjalankan aktivitas bisnis di
Indonesia maka Bank BNI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang
ada pada masa era digital ini penerapan teknologi informasi. Sesuai dengan peraturan Bank
keuangan telah sangat dipengaruhi oleh digitalisasi dalam beberapa tahun ini yang tercermin
dapat membawa ancaman bagi Bank BNI, proses funding bank memberikan ketentuan
khusus pada nasabahnya dan proses administrasi perbankan yang terkenal kaku yang
membuat masyarakat lebih tertarik terhadap perusahaan fintech yang lebih cepat dan
fleksibel. Kebutuhan transformasi sangat penting dan telah menjadi prioritas utama bagi
perusahaan agar bisa lebih cepat dalam waktu dan mengembangkan pasar.
Di era digital seperti saat ini, kebutuhan akan transformasi digital di berbagai
industri menjadi sebuah fenomena penting yang tidak dapat dihindari. Terlebih seperti
setahun belakangan ini, saat seluruh dunia menghadapi pandemi COVID-19 yang
mengharuskan terjadi perubahan besar terhadap gaya hidup dan cara perusahaan bekerja.
Transformasi digital adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi bisnis saat ini
(Saarikko et al., 2020). Transformasi digital mencakup perubahan besar yang terjadi dalam
masyarakat dan industri melalui penggunaan teknologi digital (Agarwal et al., 2010;
Majchrzak et al., 2016). Di tingkat organisasi, ada pendapat bahwa perusahaan harus
menemukan cara untuk berinovasi dengan teknologi ini dengan merancang suatu “strategi
yang merangkul implikasi transformasi digital dan mendorong kinerja operasional yang lebih
yang saat ini didominasi oleh generasi milenial, yang lebih menyukai kenyamanan
mencapai 54,68 % dari total populasi 262 Juta penduduk, dimana 87 % nya merupakan
pengguna aktif aplikasi chat dan 74.84 % merupakan pengguna aktif aplikasi media sosial.
Data ini menggambarkan satu ceruk yang menjanjikan bagi bank untuk mengubah
literasi layanan perbankan digital. Urgensi proses transformasi perbankan juga didorong
oleh bermunculannya pesaing baru, yaitu perusahaan penyedia jasa keuangan non
perbankan, atau biasa disebut fintech. Bisnis fintech mulai menggerus layanan
perbankan karena berbagai kemudahan yang ditawarkan tanpa birokrasi yang rumit.
Data dari Capgemini memberikan gambaran bahwa secara global lebih dari 63 %
Indonesia sendiri bisnis fintech menjadi booming ditahun 2018 sampai saat ini dengan
seperti Gojek, mulai melirik bisnis ini karena prospek dan pangsa pasar yang terus
dan efektivitas operasi internal dan penawaran pasar eksternal (Vial, 2019). Transformasi
digital juga mendorong inovasi di luar batas organisasi ke dalam jaringan inovasi eksternal
(Prince et al., 2014; Westergren et al., 2019). Transformasi digital ditandai dengan perubahan
dan transformasi yang digerakkan dan dibangun di atas fondasi teknologi (Nwankpa &
pergeseran organisasi ke platform data besar, analitik, cloud, seluler, dan media sosial.
Lingkungan bisnis saat ini menyaksikan perubahan radikal lanskap bisnis yang dipicu oleh
kemunculan inovasi dan peluang digital. Berbagai perusahaan semakin mengadopsi berbagai
peluang seperti analitik, data besar, cloud, media sosial, dan platform seluler dalam upaya
membangun strategi bisnis digital yang kompetitif. Ada peningkatan fokus pada peluang dan
strategi bisnis digital dengan praktisi dan akademisi yang bertujuan untuk memahami
bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan peluang digital dan mendorong inovasi serta
transformasi di seluruh perusahaan (Markus & Loebbecke, 2013; Westerman et al., 2014).
Industri keuangan terutama perbankan menjadi salah satu industri yang bergerak
cepat dengan terus memperbaiki layanan dengan memanfaatkan teknologi digital agar terus
dapat bertransformasi secara digital. Transformasi digital dalam industri jasa keuangan
merupakan sektor riset yang akan memiliki potensi signifikan di tahun-tahun mendatang
karena semakin banyak wirausaha dan semakin banyak perusahaan yang terlibat di dalamnya
(Karagiannaki et al., 2017). Dalam beberapa tahun terakhir, program pengurangan biaya
besar-besaran telah dilakukan oleh industri perbankan. Tetapi kesuksesan jangka panjang
tidak dapat dicapai tanpa pengembangan ide bisnis baru, produk dan layanan inovatif, dan
fokus intensif pada retensi pelanggan (Heckl & Moormann, 2007). Beberapa ahli berpendapat
bahwa, inovasi teknologi dan keuangan sangat berkorelasi dan pertumbuhan ekonomi akan
menurun secara bertahap kecuali pemodal berinovasi (Laeven et al., 2015). Interferensi antara
inovasi keuangan dan teknologi ini semakin meningkat karena teknologi informasi (TI) telah
inovasi dan transformasi digital. Pengenalan teknologi digital dapat membawa restrukturisasi
proses bisnis, perubahan arsitektur sistem, masalah framing masalah, dan interaksi antara
mitra rantai nilai (Abrell et al., 2016). Penelitian dari (Nwankpa & Roumani, 2016)
mengungkapkan bahwa transformasi digital memainkan peran yang lebih bernuansa dengan
menciptakan dan mendorong kinerja perusahaan. Penelitian terbaru dari (Henfridsson et al.,
2018) dan (Nambisan et al., 2017) telah menyoroti bagaimana sifat unik dari teknologi digital
memungkinkan jenis baru inovasi dan kewirausahaan yang berbeda dari proses analog
industri. Hasil dari penelitian (Karagiannaki et al., 2017) mengungkapkan bahwa inovasi
merupakan factor yang sangat penting yang mendorong kelangsungan hidup perusahaan.
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian terdahulu dan fenomena yang telah dijabarkan
mempengaruhi kinerja perusahaan pada Bank BJB sebagai peraih penghargaan IT award
tahun 2020.
pentingnya transformasi digital bagi organisasi kontemporer untuk bertahan dan mencapai
fit. Kerangka sumber daya yang sesuai untuk transformasi digital dibangun untuk
memberikan wawasan baru di luar literatur. Melalui pemeriksaan kasus empiris aktual dari
kerangka sumber daya yang sesuai, penelitian ini mengeksplorasi delapan faktor penting yang
diperlukan untuk implementasi proyek e-banking yang sukses. Studi ini juga menunjukkan
bahwa mengelola transformasi digital dapat menjadi tantangan. Temuan penelitian ini adalah
banyak penelitian yang terkait dengan e-banking lebih berfokus pada teori berbasis sumber
dan kompetensi khusus secara umum untuk transformasi digital dan menunjukkan
kesenjangan antara keterampilan yang tersedia dan keterampilan yang dibutuhkan. Selain itu,
disimpulkan bahwa melatih kembali tenaga kerja yang ada mungkin sulit. Banyak posisi yang
muncul dapat ditemukan di sektor konsultasi, yang menimbulkan pertanyaan tentang sifat
yang diperlukan. Penelitian ini berkontribusi pada pengetahuan dengan memberikan temuan
empiris baru dan perspektif baru untuk diskusi yang sedang berlangsung tentang
keterampilan digital, efek pekerjaan, dan tuntutan keterampilan ulang dari tenaga kerja yang
ada karena perkembangan teknologi terkini dan otomatisasi dalam konteks keseluruhan
transformasi digital.
cloud, dan Internet of Things, telah membawa gangguan ke banyak industri, mendorong
dominasi di pasar. Hal ini terutama berlaku di Asia Pasifik, di mana ekonomi digital tumbuh
dan perusahaan rintisan mengganggu organisasi yang ada. Sebagai contoh, pemimpin pasar
ditantang oleh munculnya perusahaan rintisan ride-sharing Uber dan Gojek (perusahaan
ridesharing “decacorn” yang didukung oleh Silicon-valley). Blue Bird merespons dengan
perbelanjaan.
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas
merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur
keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana
ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang
dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung kemudian disalurkan
kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank berasal dari sumber sumber dana
dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank
mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang
dihitung dengan rasio ROA. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Firmansyah (2013)
mengontrol risiko yang terjadi, yang bisa mempengaruhi besarnya modal bank
(Prastiyaningtyas, 2010). Bank apabila mempunyai modal yang memadai maka dapat
melakukan kegiatan operasionalnya dengan efisien, dan akan memberikan keuntungan pada
bank tersebut. Kecukupan modal pada tercermin pada Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
di atas 8% menunjukkan usaha bank yang semakin stabil, karena adanya kepercayaan
masyarakat yang besar. Hal ini disebabkan karena bank akan mampu menanggung risiko dari
aset yang berisiko. Secara teori bank yang mempunyai CAR di atas 8% sangat baik karena
bank mampu menanggung risiko yang timbul (Armelia, 2011). Dapat disimpulkan bahwa
kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap porofitabilitas. Seperti hasil penelitian
Ogboi (2013), Faturrahman (2012), Tjiptowati (2011), Anggita (2012) kecukupan modal
Ketiga (DPK)
5. Bagaimana pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
(DPK)
Digital
12. Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana
13. Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
14. Bagaimana pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana
16. Bagaimana pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak mediasi dari
transformasi digital perbankan pada antesedent model TAM terhadap penyerapan dana pihak
TINJAUAN LITERATUR
Istilah grand teori menurut Charles Wright Mills pada tahun 1959. Grand teori
komunikasi sebagai sarana dasar untuk mengkaji hubungan internasional. Adapun grand teori
dari penelitian ini adalah Signal, midlle range teorinya adalah Investasi, dan applied teorinya
adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Transformasi Digital, dan Antesedent TAM (Perceived
Ease of Use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral
2.1 Signal
Teori siyal pertama kali dikembangkan oleh Spence (1973) untuk menjelaskan
perilaku di pasar tenaga kerja (Labor market). Menurut Ghozali (2020) teori siyal
menjelaskan perilaku dua pihak ketika mereka mengakses informasi yang berbeda dan
menjelaskan tindakan yang diambil oleh pemberi siyal (Signaler) untuk mempengaruhi
perilaku penerima siyal. Teori siyal secara luas digunakan dalam studi-studi akuntansi,
auditing, dan manajemen keuangan yang menjelaskan bahwa manajemen memberikan siyal
tentang perusahaan lewat berbagai aspek pengungkapan informasi keuangan yang dapat
Secara umum siyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan
(manajer) kepada pihak luar (investor). Apapun bentuk atau jenis dari sinyal yang
dikeluarkan, semua dimaksudkan untuk mengisyaratkan sesuatu dengan harapan pasar atau
pihak eksternal akan melakukan perubahan penilaian atas perusahaan, artinya siyal yang
dipilih harus mengandung kekuatan informasi (information content) untuk dapat merubah
pemilik dana dengan pengelola dana dibutuhkan rasa saling percaya agar tujuan yang telah
memercayakan pihak yang mengelola dana untuk mengolah dana pada suatu kegiatan yang
menghasilkan keuntungan. Dilain pihak pengelola dana harus mempunyai sifat yang dapat
dipercaya dan bertanggung jawab, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan pihak bank
akan termotivasi untuk melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan disalurkan
Informasi yang telah disampaikan oleh perusahaan dan diterima oleh investor, akan
dinterpretasikan dan dianalisis terlebih dahulu apakah informasi tersebut dianggap sebagai
sinyal positif (berita baik) atau sinyal negatif (berita buruk) (Jogiyanto, 2010). Jika informasi
tersebut bernilai positif berarti investor akan merespon secara positif dan mampu
membedakan antara perusahaan yang berkualitas dengan yang tidak, sehingga harga saham
Menurut Brigham dan Houston (2011) téori sinyal menjelaskan tentang persepsi
respon calon investor terhadap perusahaan. Sinyal tersebut berupa informasi yang
2.2 Investasi
Menurut James C. Van Horn (1981) investasi sebagai kegiatan yang dilangsungkan
dengan memanfaatkan kas pada masa sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan barang di
masa yang akan datang. Investasi adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan
memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut (MG Wriot.
B.Com, 1985) . investasi sebagai pengeluaran menyeluruh yang meliputi pembelian bahan
baku atau material, mesin, peralatan pabrik dan modal lainnya yang diperlukan untuk proses
produksi, keperluan bangunan kantor, bangunan tempat tinggal karyawan, bangunan
konstruksi serta perubahan nilai stok atau barang cadangan yang diakibatkan oleh perubahan
jumlah dan harga Deliarnov, 1995. Investasi adalah pengeluaran barang yang tidak
dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi terbagi menjadi tiga
diantaranya adalah investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka
panjang (Lipsey, 1997). investasi adalah penanaman uang dengan harapn mendapat hasil dan
nilai tambah (Webster, 1999). investasi sebagai penempatan uang atau dana dengan harapan
untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
Kamarudin, 2004). Suatu penanaman modal dalam sebuah kegiatan yang memiliki periode
relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi adalah penanaman modal tersebut
berupa proyek tertentu yang bersifat fisik atau non fisik (Kasmir dan Jakfar,2012). Investasi
sebagai penundaan konsumsi saat ini untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode
Pihak Ketiga bank atau disingkat dengan DPK yaitu kewajiban bank terhadap nasabah yaitu
berupa rupiah dan valuta asing. Biasanya dana yang kumpulkan oleh perbankan dari nasabah
akan dikelola dengan baik. Rivai (2007) menyebutkan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga)
adalah dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, dalam hal ini masyarakat kepada bank
sesuai perjanjian penyimpanan dana,seperti dalam bentuk deposito, giro dan lain sebagainya.
Ismail (2010) menyebutkan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga) disebut juga dengan dana
masyarakat, yakni dana yang dihimpun dari masyarakat dalam arti luas baik secara
perorangan maupun dalam bentuk badan usaha oleh pihak bank. DPK (Dana Pihak Ketiga)
atau dana masyarakat merupakan sumber dana yang paling penting bagi bank.
Menurut Muljono (2006:153) mendefinisikan bahwa : “Dana pihak ketiga adalah
dana yang dihimpundari masyarakat ini akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui
penyaluran kredit. Dana pihak ketiga ini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk
dana yang ditawarkan padamasyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang
bersangkutan untukmenyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo
dengan imbalan bungamaupun capital gain dari bank tersebut”. Dana masyarakat atau dana
pihak ketiga adalah danadana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan
usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang
Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat atau pihak
ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan
bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. Menurut Undang-
Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
2.3.2 Tabungan
Tabungan adala Jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya
dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Menurut
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
2.3.3 Deposito
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank. Jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dan nasabah. Jenis-jenis deposito dibagi
a. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam Rupiah
maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposit on call yang jangka
waktunya relatif lebih singkat dan dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan
sebelumnya.
Disamping itu, sertifikat deposito dapat dipindah tangankan, diperjualbelikan dan dapat
dijadikan jaminan (agunan) bagi permohonan kredit pada bank. Dana-dana masyarakat
berupa dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank merupakan sumber dana terbesar
2.3.4 Indikator
bahwa : “Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari
masyarakat luas, yang terdiri dari simpanan giro (deman deposit), simpanan tabungan (saving
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun
Reasoned Action (TRA) yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada
1980.
pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk
suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat
suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan dan
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action)
yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang
terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi
terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi
pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang
beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat
ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan
dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c.
Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu
teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya (Davis,
Fred, 1989).
Indikator
Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem
yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan
Indikator
Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang
mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang
avioral Intention to Use (ITU) Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku
Indikator
Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap
pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna
lain (Davis, Fred, 1989). Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk
menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual Usage Malhotra dan
Galetta, 1999).
Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk
pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, Fred, 1989).
Indikator
Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut
mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi
Menurut Lee (2001) transformasi didital merupakan proses konversi dari bentuk
analog ke bentuk digital. Menurut Menurut Eun Hee Kwon & Min Jae Park, (2017)
Transformasi Digital memiliki banyak definisi, tetapi secara ringkas dapat dikatakan bahwa
'Digitalisasi semua jenis perubahan', yang disebabkan oleh semua hal digital, didasarkan pada
strategi digital, organisasi, proses, model bisnis, budaya, Strategi manajemen yang berubah
secara fundamental”
Transformasi digital mencakup proses digitalisasi dengan fokus pada efisiensi, dan
inovasi digital dengan fokus pada peningkatan produk fisik yang ada dengan kemampuan
digital (Yoo, Jr, Lyytinen, & Majchrzak, 2010). Meningkatnya proliferasi teknologi digital
telah menjadi katalis penting untuk transformasi organisasi dalam beberapa dekade terakhir
(Yoo, Jr, et al., 2010), memungkinkan organisasi untuk mengeksploitasi kasus penggunaan
baru (Matt et al., 2015), mengintegrasikan teknologi digital dan proses bisnis (Liu, Chen, &
Chou, 2011), dan berpotensi memfasilitasi peningkatan bisnis utama (Fitzgerald, Kruschwitz,
Bonnet, & Welch, 2013). Istilah transformasi mengacu pada perubahan mendasar dalam
organisasi, yang berdampak besar pada strategi dan struktur organisasi (Matt et al., 2015).
Transformasi digital adalah perubahan yang disebabkan oleh teknologi di banyak tingkatan
dalam organisasi yang mencakup eksploitasi teknologi digital untuk meningkatkan proses
yang ada, dan eksplorasi inovasi digital, yang berpotensi mengubah model bisnis. Inovasi
digital, yang didefinisikan sebagai kombinasi ulang teknologi digital dan komponen fisik
untuk menciptakan produk digital baru (Yoo, Henfridsson, & Lyytinen, 2010).
dengan bentuk organisasi baru dan keahlian yang dibutuhkan agar tetap dapat bertahan dan
relevan dalam lanskap digital. Ini melampaui konsepsi sebelumnya seperti perubahan yang
dimungkinkan melalui teknologi informasi (TI) (Benjamin & Levinson, 1993) atau melalui
rekayasa ulang proses bisnis (Grover et al., 1995), yang berusaha untuk memperbaiki proses
yang ada. Sebaliknya, transformasi digital dapat digambarkan sebagai "proses yang bertujuan
untuk meningkatkan entitas dengan memicu perubahan signifikan pada propertinya melalui
di atas fondasi teknologi digital. Dalam suatu perusahaan, transformasi digital didefinisikan
sebagai pergeseran organisasi ke platform data besar, analitik, cloud, seluler, dan media
sosial. Sementara organisasi terus berubah dan berkembang dalam menanggapi lanskap bisnis
yang berubah, transformasi digital adalah perubahan yang dibangun di atas fondasi teknologi
digital, mengantarkan perubahan unik dalam operasi bisnis, proses bisnis dan penciptaan nilai
(Libert et al., 2016). Misalnya, Libert et al. (2016) membedakan antara peningkatan digital,
yaitu penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses
bisnis perusahaan, dan transformasi digital, yang terjadi ketika teknologi digital digunakan
untuk secara radikal mengubah keseluruhan operasi bisnis, penciptaan nilai dan dalam
digital dalam banyak aspek operasi mereka dan juga mampu melibatkan pelanggan dengan
inovasi digital yang muncul (Aral & Weill, 2007). Memiliki kemampuan IT tradisional
menyiratkan kemampuan untuk beralih ke transformasi digital yang muncul (Anand et al.,
2010).
Transformasi digital dapat didefinisikan sebagai “suatu proses yang bertujuan untuk
meningkatkan suatu entitas dengan memicu perubahan signifikan pada propertinya melalui
kombinasi teknologi informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas” (Botol, 2019). Ini
mengubah lanskap bisnis, industri, dan masyarakat dengan cepat. Di tingkat korporat,
perubahan strategi perusahaan, struktur organisasi dan proses serta budaya untuk
memposisikan perusahaan lebih baik untuk bertahan menghadapi tantangan dari pendatang
baru di pasar. Di tingkat industri, transformasi digital membedakan perusahaan inovatif dari
yang lain. Di tingkat masyarakat, itu mengubah cara orang berinteraksi dan menjalani hidup
mereka.
Transformasi digital menggabungkan berbagai teknologi dan proses untuk
memastikan penciptaan nilai yang lebih baik untuk kepentingan pelanggan dan perusahaan.
Misalnya, Netflix, layanan streaming film internet terkemuka, membukukan pendapatan $16
miliar pada tahun 2018, mengikuti transformasi digital yang dimulai pada tahun 2000
(Friedman, 2019).
2.6.1 Indikator
a. Keberadaan aktif online, ciri utama dari transformasi digital adalah terjadinya
memeliharanya, dan terjadi transaksi yang awalnya dilakukan secara manual berubah
c. Kolaboratif, media digital membuat kita dapat terhubung setiap saat dimana hal tersebut
d. Penyederhanaan operasi, pola kerja dan kegiatan operasional bisnis yang awalnya
manual akan berubah menjadi lebih sederhana dengan berbasis digital. Targetnya
adalah peningkatan pelayanan dan akurasi. Pelayanan dan akurasi faktor kunci
keberhasilan UMKM.
akan digunakan untuk pengambilan berbagai keputusan mulai dari pemetaan pasar,
f. Bertahan selama masa pandemi karena go online, transformasi digital tidak sebatas
berubah menjadi online, akan tetapi bagaimana melalui transformasi digital membawa
yang ada di organisasi menjadi sesuatu yang baru atau bernilai baru, seperti:
KERANGKA KONSEPTUAL
H16
H13 H15
H12 H14
Hipotesis
Pengaruh Lansung
H1 = Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
H2 = Ada pengaruh positif Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
H3 = Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
H4 = Ada pengaruh positif Behavioral Intention to Use (BIU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK)
H5 = Ada pengaruh Actual System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
H6 = Ada pengaruh positif Transformasi Digital terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
H7 = Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Transformasi Digital
H9 = Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Transformasi Digital
H12= Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
H13=Ada pengaruh positif Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
H14=Ada pengaruh positif Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
H15=Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
H16= Ada pengaruh Actual System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital
BAB IV
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penelitian
dilakukan di Bank BNI Wilayah SUMUT, yang dilakukan selama 7 minggu, dari tanggal 19
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2010),
penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau mengambarkan
tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian. Lebih lanjut adalah
penelitian kuantitatif dihasilkan dari pengolahan data kuesioner yang diisi oleh responden.
Bank BNI Wilayah SUMUT), yang dibuat dalam bentuk Google Form.
dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber informasi melalui media cetak, media
elektronik, buku-buku, jurnal-jurnal dan sumber lainnya yang terkait dengan variabel
penelitian.
4.3.1 Populasi
Adapun pupulasi dari penelitian ini adalah nasabah Bank BNI Wilayah SUMUT,
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria khusus yang dijadikan sumber
data penelitian (Cozby & Bates, 2011). Adapun sampel penelitian ini ditentukan dengan
teknik sampel jenuh. Menurut sugiyono (2017:85) pengertian dari sampling jenuh adalah
1. Data primer yaitu data langsung yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari
berbagai sumber informasi melalui media cetak, media elektronik, buku-buku, jurnal-
interval adalah alat pengukuran data yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang
nilai yang mempunyai makna (Ferdinan, 2014). Adapun skala pengukuran pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala likert interval, yaitu Sangat Setujuh (5), Setujuh (4),
Kurang setujuh (3), Tidak Setujuh (2), Sangat tidak Setujuh (1).
Uji Reliabilitas
Dari Tabel 2: dapat dilihat data Outer Loading, masing-masing pertanyaan atau
indikator memenuhi uji reliability, setelah mengalami tahap penghapusan dari beberapa
indikator yang nilainya di bawah 0,7, dimana menurut Hulland (1999) penelitian explanatory
kecermatan pengukuran maka dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran tanpa bias dan menjamin pengukuran yang
konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen. Jika suatu alat ukur atau
instrumen penelitian dapat digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dengan
hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat ukur atau instrumen tersebut
Uji reliabilitas variabel penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.70
(Ghozali, 2016). Jika nilai Cronbach Alpha (rhitung) > nilai rtabel (0,70) maka butir
Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha x1, x2, x3, x4, x5, z dan y ≥
0,6, dimana menurut Hair el, al (2011), jika nilai Cronbach's ≥ 0,6, maka dapat dikatakan
Uji Validitas
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat, nilai Average Variance Extracted (AVE) , x2, x3,
x4, x5, z dan y ≥ 0,5, dimana menurut Hair el, al (2011), jika nilai AVE ≥ 0,5, maka setiap
pertanyaan atau indikator yang ada pada masing-masing variable adalah valid.
Analisis data digunakan juga untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti, karena
analisis data yang dikumpulkan digunakan untuk megetahui pengaruh antar variabel. Data
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat dilihat jumlah sampel ada 20,
1. Nilai minimum DPK adalah 18 dan maksimal 28, nilai mean 23,50, standart deviasi
2,503
2. Nilai minimum Transformasi Digital adalah 26 dan maksimal 35, nilai mean 31,35,
3. Nilai minimum Perceived Ease of Use (PEU) adalah 19 dan maksimal 30, nilai mean
4. Nilai minimum Perceived Usefulness (PU) ada 24 dan maksimal 30, nilai mean 27,20,
5. Nilai minimum Attitude Toward Using (ATU) ada 20 dan maksimal 30, nilai mean 26,60
6. Nilai minimum Behavioral Intention to Use (BIU) ada 12 dan maksimal 30, nilai mean
Jenis Kelamin
Pria Wanita
45%
55%
Menurut gambar 5.1 diatas dapat kita lihat jumlah responden ya pria adalah sebanyak
Pendidikan Terakhir
S1 S2
40%
60%
Usia
60
50
40
30
Usia
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
terhadap indikator yang tidak rialibility, dimana dikatakan valid dan real adalah jika nilai
Gambar diatas adalah gambar kerangka analisis jalur yang telah dilakukan pengujian
5.6 R Square
variable lainnya.
Nilai R Square Z yaitu 0,75 atau 75 %, artinya kombinasi variable independent
variable lainnya.
Pengaruh Langsung
H1 = Tidak Ada pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)
H2 = Tadak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)
H3 = Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)
H4 = Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) (H1= ditolak)
H5 = Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) (H1= ditolak)
H6 = Tidak Ada pengaruh Transformasi Digital terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) (H1= ditolak)
H7 = Tidak Ada pengaruh Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)
H8 = Tidak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Transformasi Digital (H1=
ditolak)
H9 = Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)
H10=Tidak Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Transformasi Digital
(H1= ditolak)
H11=Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Transformasi Digital (H1=
ditolak)
H12= Tidak Ada pengaruh positif Perceived Ease of Use (PEOU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital. (H1= ditolak)
H13=Tidak Ada pengaruh Perceived Usefulness (PU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital
H14=Tidak Ada pengaruh Attitude Toward Using (ATU) terhadap Penyerapan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)
H15=Tidak Ada pengaruh Behavioral Intention to Use (ITU) terhadap Penyerapan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)
H16= Tidak Ada pengaruh System Usage (ASU) terhadap Penyerapan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dimediasi oleh Transformasi Digital (H1= ditolak)
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa tidak ada pengaruh variable anteseden model
2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada pengaruh variable antecedent model TAM
3. Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada pengaruh variable antesenden model TAM
terhadap variable penyerapan dana pihak ketiga yang dimediasi oleh variable transformasi
digital .
DAFATAR PUSTAKA
Agarwal, R., Gao, G. G., DesRoches, C., & Jha, A. K. (2010). The digital
transformation of healthcare: Current status and the road ahead. In
Information Systems Research. https://doi.org/10.1287/isre.1100.0327
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, Fred D., 1989, “Measurement Scales for Perceived Usefulness and Perceived Ease of
Use”, http://wings.buffalo.edu/mgmt/courses/mgtsand /success/davis.html, (retrieved
23 Desember 2005)
Decker, Gero. (2020, 15 Juli ). 3 Ways Customer Relationships Will Change Forever In Light
Of COVID-19 [Online]. Available: https://www.entrepreneur.com/article/353314
Hess, T., Benlian, A., Matt, C., & Wiesböck, F. (2016). Options for formulating a digital
transformation strategy. MIS Quarterly Executive.
https://doi.org/10.4324/9780429286797-7
Majchrzak, A., Lynne Markus, M., & Wareham, J. (2016). Designing for digital
transformation: Lessons for information systems research from the study of ICT
and societal challenges. MIS Quarterly: Management Information Systems
.https://doi.org/10.25300/MISQ/2016/40
Malhotra, Yogesh & Galetta, Dennis F., 1999, ”Extending The Technology Acceptance
Model to Account for Social Influence”
Nwankpa, J. K., & Roumani, Y. (2016). IT capability and digital transformation: A firm
performance perspective. 2016 International Conference on Information
Systems, ICIS 2016
Prince, K., Barrett, M., & Oborn, E. (2014). Dialogical strategies for
orchestrating strategic innovation networks: The case of the Internet of Things.
Information and Organization. https://doi.org/10.1016/j.infoandorg.2014.05.001
Setyowati, Desy. (2020, 8 Oktober). Banyak Soal Membelit UMKM sehingga Hanya 15%
yang Sukses Masuk Digital [Online]. Available: https://katadata-
coid.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/des
ysetyowati/digital/5f7f4304ba01b/banyak-soalmembelit-umkm-sehingga-hanya-15-
yangsukses-masuk-digital?amp_
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Westergren, U. H., Holmström, J., & Mathiassen, L. (2019). Partnering to create IT- based
value: A contextual ambidexterity approach. Information and Organization.
https://doi.org/10.1016/j.infoandorg.2019.100273
Westerman, G., Bonnet, D., & Mcafee, A. (2014). The Nine Elements of Digital
Transformation Opinion & Analysis • January 07, 2014 • Reading Time: 10 min.
MIT Sloan Management Review