Di masa lalu, terobosan perubahan teknologi yang berdampak signifikan terhadap
kegiatan ekonomi telah ditemukannya mesin uap dan aplikasinya di berbagai bidang kegiatan. Terobosan revolusioner ini menghasilkan kebutuhan untuk mengevaluasi kembali banyak pendekatan dalam operasi bisnis. Saat ini, kita masih dalam periode perubahan revolusioner lainnya terkait dengan penemuan komputer dan terutama jaringan internet global. Banyak bidang kehidupan kita telah berubah secara radikal dan terus berubah, yang menyebabkan perubahan lebih lanjut dalam perilaku, kemungkinan tindakan, dan berbagai bidang kehidupan sosial. Peramalan masa depan membutuhkan pendekatan yang berbeda, lebih dinamis dan disesuaikan dengan kondisi operasi yang baru. Hingga saat ini, masalah masa depan dalam menjalankan bisnis telah menjadi bidang kepentingan manajemen strategis. Contoh sederhana yang dijelaskan sebelumnya menggambarkan perbedaan signifikan yang ada antara manajemen strategis dan manajemen masa depan. Dalam manajemen strategis, biasanya kami melakukan analisis mendalam terhadap keadaan aktivitas bisnis masa lalu dan saat ini dalam rangka pengembangan dan modifikasinya guna meningkatkan efisiensi aktivitas bisnis di masa mendatang. Jelas bahwa masa depan adalah konsekuensi alami dari masa kini. Di sisi lain, manajemen masa depan, berdasarkan tren perkembangan yang diantisipasi, mengidentifikasi peluang bisnis masa depan yang dihasilkan dari tren yang diamati, yang tidak selalu terkait langsung dengan operasi bisnis, tetapi membuka bidang kegiatan bisnis baru di masa depan, atau kebutuhan akan perubahan radikal dalam organisasi. Ketika memikirkan masa depan, yang terpenting adalah inovasi, yaitu sesuatu yang baru, berbeda dari solusi saat ini, menjadi mungkin, perlu, memberikan kesuksesan ekonomi. Perubahan teknologi dan perubahan sosial terkait saat ini terjadi dengan sangat cepat, lebih cepat, dan hampir secara eksponensial. Daya komputasi perangkat keras meningkat dua kali lipat setiap dua tahun, kemungkinan dan kecepatan komunikasi dalam memberikan informasi meningkat. Pandemi virus Corona yang melanda dunia secara tak terduga pada awal tahun 2020, di mana isolasi yang memperlambat infeksi dan penyebaran virus menjadi satu-satunya cara efektif untuk memerangi, mengharuskan penggunaan cepat alat ICT untuk komunikasi jarak jauh dan banyak bentuk penerapan baru lainnya. teknologi dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pengajaran jarak jauh, telekonferensi, komunikasi menggunakan sarana elektronik dalam hubungan antara orang atau warga dengan kantor sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.1 Sulit untuk memprediksi apakah perubahan akan lebih cepat, tetapi kecepatannya saat ini sangat mengejutkan. Penting untuk mengamati perubahan dalam teknologi dan menarik kesimpulan tentang aplikasi inovasi di masa depan dan modifikasi dari prinsip dan bentuk saat ini. Sudah menjadi kepercayaan yang cukup umum bahwa banyak bidang kehidupan setelah wabah epidemi tidak lagi sama seperti sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan antisipasi arah perubahan dan prakiraan situasi masa depan dari sudut pandang berfungsinya masyarakat dalam kondisi teknologi yang berkembang secara dinamis. Sektor TIK (Teknik Informatika dan Komunikasi) adalah bagian terpenting dari perekonomian suatu negara. Tanpa adanya dukungan pembangunan dan infrastruktur TIK, ekonomi masyarakat tidak berfungsi. Dalam seluruh aspek kehidupan, TIK mengubah cara masyarakat dalam berinteraksi dan menawarkan cara yang efisien dalam proses produksi serta cara baru dalam melakukan bisnis. Dalam konteks bisnis, perkembangan TIK dalam wujud internet membawa dampak transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam dunia bisnis berupa pemasaran digital (digital marketing) pada awal penerapan electronic commerce (E-Commerce) yang bermula di awal tahun 1970-an dengan adanya inovasi semacam transfer dana secara elektronis (electronic fund transfer).2 Salah satu alasan pesatnya perkembangan bisnis online adalah adanya perkembangan jaringan protokol dan sofware dan tentu saja yang paling mendasar adalah meningkatnya persaingan dan berbagai tekanan bisnis. Dengan demikian, sebuah bisinis elektronik meliputi semua hal yang harus dilakukan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk melakukan kegiatan bisnis antar organisasi maupun dari organisasi ke konsumen. Dengan berkembangnya Teknik Informatika dan Komunikasi dan komunikasi (TIK) jika dikaitkan dengan perkembangan E-Business di suatu Negara akan banyak 1 Muhammad Anshar, Penerapan Sistem Informasi E-Business di Indonesia: Prospek dan Tantangan, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 16 No. 2, 2015, p. 114. 2 Ahmad Nurhadi, Masa Depan Sistem Pemasaran: Dampak Adanya Revolusi Industri 4.0, Jurnal Ilmiah MEA, Vol. 3 No.3, 2019, p. 217. hambatan yang akan menghadang. Dalam hal pengembangan TIK di Indonesia terkait dengan perkembangan E-Business, pemerintah selaku regulator harus siap menghadapinya dengan mengembangkan SDM, menyediakan infrastruktur, mempersiapkan tata kelola, regulasi dan ekosistem, menganalisa kesesuaian lingkungan eksternal yang potensial, dan pengawasan proses implementasi dengan seksama. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen mendukung petumbuhan E- Commerce dan digital economy Indonesia, melalui keinginan menciptakan 10 juta UMKM digital pada akhir tahun 2020. Pada visi digital ekonomi yang dirancang oleh Presiden RI, Joko Widodo menetapkan Pola kebijakan yang erat posisi “Indonesia: energi digital Asia” diantaranya: 1. Rencana strategis untuk fokus kepada UKM dan sebanyak-banyaknya melibatkan UKM dalam pembangunan ekonomi nasional. 2. Peningkatan E-Business yang memadukan 31 inisiatif dari 8 kementerian dan lembaga pemerintah untuk memastikan pertumbuhan sektor teknopreneur dengan target mencapai transaksi E-Business sebesar 130 miliar USD pada tahun 2020. 3. Kebijakan yang ramah terhadap penanaman modal asing untuk menarik minat investasi dan penanaman modal ventura. 4. Memfasilitasi akses pendanaan untuk digitalisasi UKM dan perusahaan-perusahaan rintisan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan juga membuat regulasi yang lebih menarik minat modal ventura. 5. Menyediakan “exit strategy” yang mudah dan atraktif dengan cara memperdalam likuiditas pasar modal untuk listing perusahaan teknologi. 6. Adopsi kebijakan-kebijakan yang pro-inovasi seperti: program nasional untuk menciptakan 1000 teknoprenuer digital nasional dan peraturan “safe harbor” untuk memproteksi para pelaku perdagangan elektronik. Adapun langkah bagaimana menciptakan 1000 teknopreneur, yaitu dengan menciptakan pelaku baru (new comers) dan juga mendorong Teknoprener yang telah ada untuk terus tumbuh dan mampu berkesinambungan dengan penumbuhan melalui tahap ideation berupa incubation & acceleration, yaitu dengan memperbanyak kegiatan- kegiatan seperti:3 3 Syahrul Reza, Masa Depan Bisnis Kreatif Diera Revolusi Industri 4.0 Ditinjau Dari Kebijakan Sektor Publik, Bisnis Dan Perpajakan, Jurnal BIJAK, Vol. 16 No. 1, 2019, P. 48. a. Talks: melempar isu-isu dan memotivasi serta mmeebrikan inspirasi untuk memunculkan ide-ide b. Workshop: Pendalaman bagaimana mengasah ide-ide menjadi kreatifitas atau membangkikan nilai enterpreneuship dengan materi kurikulum. Workshop bisa 3-4 hari c. Hackaton: Wadah untuk mengeksekusi ide-ide menajdi kenyataan dengan bimbingan mentor dan expert dari Industry Player. d. Bootchamp: Proses untuk scale up awal produk yang telah dihasilkan sehingga siap untuk beroperasi. e. Incubation/Seed: Program untuk membantu Startup baru untuk berhasil mengembangkan bisnis nya Gambar 2.3 Tingkat Implementasi dan Persiapan UMKM pada Setiap Use Case Digital Pada gambar di atas menjelaskan bahwa penggunaan digital pada bisnis UMKM sebagian besar masih berpusat pada pencarian pemasok dan pelanggan sebagai use case utama, terlihat dengan lebih dari 60% pelaku UMKM hasil survei mengaku pernah memanfaatkan platform digital untuk kedua tujuan ini. Lebih dari 15% responden lainnya sedang mempersiapkan implementasi digitalisasi, menyisakan sebagian kecil yang belum memanfaatkan solusi digital untuk mencari pemasok dan pelanggan. Sementara itu, pemanfaatan digital untuk solusi jangka panjang dengan use case yang lebih advanced seperti digitalisasi proses bisnis dan pemanfaatan data dan analitik masih memiliki tingkat penggunaan yang rendah, dengan hanya kurang dari 30% responden yang mengimplementasikan masing-masing use case ini. Di sinilah letak peluang utama peningkatan penggunaan teknologi ke level berikutnya. Digitalisasi proses bisnis berguna untuk efisiensi keseluruhan proses bisnis, seperti pengaturan stok, proses order, hingga penggunaan mesin POS (point-of-sale), yang dapat mengoptimisasi omzet dan menekan biaya operasi. Sedangkan penggunaan data dan analitik bertujuan untuk pengumpulan dan pengolahan data lebih lanjut, yang akan membantu peningkatan efisiensi bisnis dan layanan kepada pelanggan.