Anda di halaman 1dari 4

Reformasi Lembaga Keuangan berbasis Fintech Syariah sebagai

upaya Modernisasi Pasar Keuangan Islam


Dina Lutfiasari, Aulia Herawati
Universitas Sebelas Maret

PENDAHULUAN
Sistem keuangan adalah penopang sebuah peradaban. Dimana pun itu
selama manusia masih butuh uang entah dalam bentuk fisik atau non-fisik peran
akuntan masih sangat diperlukan. Sejarah akuntansi sendiri muncul di Venesia,
Italia yang saat itu merupakan pusat perdagangan internasional. Perdagangan dunia
saat itu banyak di dominasi dengan perdagangan dari Eropa dan Timur Tengah.
Ternyata dari buku yang diterbitkan oleh Luca Pacioli ini memiliki banyak konsep
kemiripan dengan teknik pencatatan yang dilakukan khalifah islam pada masa itu.
Istilah tersebut misalnya zournal dan journal, kemudian sistem double entry system.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 282 terdapat perintah untuk pencatatan atas transaksi
yang bersifat tidak tunai, juga dalam pembayaran zakat. Dorongan untuk pencatatan
ini menjadikan umat islam masa itu semakin peduli dengan laporan keuangan.
Saat ini dunia modern semakin berkembang pesat dengan adanya teknologi.
Begitu juga mulai bermunculan Fintech (Finnancial Technology) yang membuat
transaksi keuangan semakin mudah dan cepat. Semuanya dilakukan dengan
bantuan teknologi dan akuntan adalah orang yang paling menguasai teknologi
penunjang transaksi keuangan. Lalu, bagaimana seorang akuntan yang berjiwa
islam bisa berkontribusi menjadikan sistem keuangan yang ada berlandaskan
konsep-konsep syariah dan tidak memihak pada riba? Reformasi lembaga keuangan
syariah berbasis fintech adalah solusinya. Bagaimana menciptakan suatu iklim
keuangan yang berlandaskan syariah dan mampu menyejahterakan umat adalah
tantangan akuntan islam masa kini.
A. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan dapat digambarkan sebagai suatu badan usaha yang aset
utamanya berbentuk aset keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa
saham, obligasi, dan pinjaman, daripada berbentuk aktiva riil seperti bangunan,
perlengkapan dan bahan baku. Lembaga keuangan syariah adalah suatu badan
usaha dengan prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bentuk lembaga keuangan syariah dibagi
dalam 2 bentuk yaitu lembaga Keuangan Syariah Bank (Bank Syariah) dan
Lembaga Keuangan Syariah Non Bank.
B. Konsep Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah adalah akuntansi yang mengikuti prinsip syariah. Dengan
kata lain seluruh bentuk pencatatan dan pelaporan keuangan yang diperbolehkan
menurut syariah. Konsep akuntansi syariah di Indonesia sendiri terdiri dari berbagai
pendekatan. Pendekatan pertama mengambil jalur akuntansi kontemporer yang ada
saat ini. Pendekatan ini diambil dari AAOIFI yang merupakan suatu organisasi
auditing internasional islam yang bermarkas di Bahrain. Konsep akuntansi modern
yang sesuai islam tetap digunakan sementara yang tidak sesuai akan dihapuskan.
Sistem ini menjadi landasan beroperasinya banyak bank-bank syariah di berbagai
belahan dunia. Pendekatan kedua sangat menekankan bahwa akuntansi harus
berjalan sesuai syariah islam. Pemikiran ini mampu mengurangi berbagai
pemikiran sekuler yang saat ini ada dalam konsep akuntansi konvensional.
Pendekatan ketiga adalah pendekatan hybrid atau gabungan antara pendekatan
pertama dan kedua.
C. Finnancial Technology

Gambar 1. Jumlah penyedia pembayaran digital

Teknologi finansial atau teknologi keuangan atau fintech adalah suatu


penggabungan antara teknologi dan sistem keuangan. Saat ini mulai muncul
berbagai teknologi yang mempermudah proses transaksi keuangan. Oleh sebab itu
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Bank Indonesia sangat memperhatikan
pengawasan terhadap fasilitas yang ada. Fintech (Finnancial Technology) yang
sudah ada misalnya OVO, Gopay, Kredivo, Shoppepay, DANA, dan lain-lain.
Sayangnya di ASEAN, pertumbuhan fintech ini justru melambat. Berdasarkan
laporan Fintech in ASEAN 2021, pada tahun 2018 perusahaan fintech bertambah
586, kemudian berkurang menjadi 411 di tahun 2019, dan pada tahun 2021 hanya
bertambah 107 perusahaan.
Mayoritas pengguna fintech di Indonesia jika dilihat dari usia berada pada
kisaran umur 25-35 tahun. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech adalah
sebuah inovasi dalam industri keuangan yang berbasiskan teknologi. Sementara
fintech syariah merupakan layanan atau produk keuangan yang berbasis skema
syariah. Munculnya fintech syariah ialah respon terhadap perkembangan fintech
konvensional yang menggunakan instrumen bunga dalam sistem operasionalnya.
Ditinjau dari Global Fintech Islamic Report 2021, layanan fintech syariah di
Indonesia berada pada urutan kelima. Dalam laporan tersebut, pasar fintech syariah
di Indonesia mencapai Rp 41,7 triliun atau US$ 2,9 miliar. Asosiasi fintech syariah
Indonesia (AFSI) mencatatkan bahwa saat ini jumlah fintech syariah ada 17 fintech
yang memiliki izin operasional, terdiri dari peer-to-peer lending, inovasi keuangan
digital, dan securities crowdfunding. Jumlah ini masih terbilang cukup sedikit sebab
fintech syariah memang baru-baru ini masuk di Indonesia.
D. Potensi Fintech Syariah
Pertumbuhan intech syariah di Indonesia memiliki potensi dan peluang
yang sangat tinggi, mengingat negara ini memiliki penduduk muslim terbesar di
dunia. Kaum muda-mudi yang mulai aware terhadap transaksi syariah juga menjadi
potensi yang menjanjikan bagi pasar fintech di Indonesia. Menurut Rusydiana
(2018) dalam artikelnya selain mempunyai peluang yang cukup besar, fintech
syariah juga memiliki permasalahan dan tantangan dalam perkembangannya antara
lain yakni masih kurangnya instrumen kebijakan yang mengatur proses kerja,
keterbatasan sumber daya manusia, risiko keamanan yang tinggi dan belum
menjangkau pada konsumen kelas menengah bawah.
Menurut data OJK sampai Desember 2019 ada 12 Fintech Lending syariah
dan 1 Fintech Lending yang memiliki produk syariah. Juga terdapat 14
Penyelenggara IKD (Inovasi Keuangan Digital) yang berprinsip syariah dan telah
tercatat di OJK. 14 IKD tersebut masuk kedalam 6 klaster model bisnis IKD.
Klaster 1, yakni Fintech Aggregator adalah fintech yang mengumpulkan dan
mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan
keputusan. Dalam syariah fintech ini contohnya ALAMI, Shaf, Mobilima dan
Waqara. Waqara merupakan pelopor fintech syariah membantu kebutuhan umat
muslim di Indonesia dalam hal Ibadah Umrah.
Klaster 2, yakni Fintech Blockchain Based merupakan platform yang
menerapkan sistem blockchain sebagai core system dalam membantu
mempertemukan perusahaan yang membutuhkan dana dengan investor tanpa
memiliki aliran dana di dalam platform. Dalam sistem syariah contoh fintech
platform ini adalah Alumnia, Biosphere, Afteroil dan Igrow. Fintech syariah
dengan equity crowdfunding yaitu perusahaan Alumnia yang mana telah
menargetkan untuk mengait investor dan menargetkan investasi sebesar 10 miliyar.
Klaster 3, adalah Financing Agent adalah aplikasi yang membantu
lembagakeuangan syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada calon nasabah
dan nasabah lama lembaga jasa keuangan syariah tersebut. Sebagai contoh yakni
adalah Perusahaan Ayannah dan Perusahaan Bentoe.id. Perusahaan PT. Ayannah
Solusi Nusantara adalah perusahaan dengan misi meningkatkan kehidupan para
pelanggan dengan cara memperdayakan jasa keuangan digital yang terjangkau dan
mudah diakses melalui web atau sosial. Sementara perusahaan Bentoe.id adalah
sebuah platform yang menghubungkan antara UMKM dan BPRS di seluruh
pelosok negeri. PT. Gotong Royong Indonesia telah bekerja sama dengan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah di seluruh Indonesia untuk membantu Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mendapatkan dana usaha.
Klaster 4, merupakan Project Financing yang merupakan platform untuk
melakukan penggalangan dana secara online dari investor untuk mendanai suatu
proyek tertentu dan nantinya akan memperoleh imbalan berupa keuntungan yang
dihasilkan dari proyek tersebut. Contoh perusahaan klaster ini adalah perusahaan
kerjasama.com dan Perusahaan kandang.in. Perusahaan kerjasama.com adalah
penyedia layanan portal crowdfunding syariah yang menggunakan akad
musyarakah dan udharabah. Sementara perusahaan kandang.in merupakan platform
investasi iura dana berbasis syariah di bidang peternakan juga perikanan untuk
mengumpulkan dana melalui website dan disalurkan kepada proyek peternakan dan
perikanan di Indonesia berbasis akad mudharabah.
Klaster 5, yaitu Funding Agent adalah Inovasi Keuangan Digital (IKD) yang
berbasis situs web atau aplikasi dalam rangka membantu Lembaga Jasa Keuangan
Syariah dari segi marketing platform untuk mendapatkan pendanaan. Misalnya
menawarkan kemudahaan dengan membagikan produk-produk mitra usaha seperti
deposito, tabungan, giro, wakaf dan infaq secara syariah. Klaster 6, Insurtech
adalah platform yang bekerjasama dengan para pialang asuransi demi memberikan
layanan informasi, pembelian produk asuransi, dan layanan pengajuan klaim
asuransi oleh nasabah secara online dan mempercepat proses klaim.
Urgensi penerapan hukum syariah pada financial technology menjadi poin
utama dalam mengembangkan sistem perekonomian Indonesia. Berdasarkan data
Bank Indonesia (BI) tercatat bahwa di Agustus 2021 jumlah transaksi keuangan
elektronik meningkat menjadi 43,66% secara annual. Fintech yang memiliki
pengaruh dan pengguna terbesar di Indonesia yakni fintech lending atau layanan
pinjaman online (pinjol), berdasar informasi Menkominfo pada Oktober 2021
bahwa fintech lending telah berperan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp272,43
triliun. Problematika dari sektor industri fintech meningkat sesuai dengan
jumlahaduan kasus ke OJK. Diketahui selama bulan Desember 2020 hingga Maret
2021 terdapat 5.421 aduan yang diajukan. Angka pengaduan tertinggi berasal dari
jenis P2P Lending, permasalahan-permasalahan yang ditemukan menjadi dorongan
penerapan prinsip hukum ekonomi syariah.
E. Kontribusi Akuntan dalam Pasar Keuangan Syariah Modern
Masalah yang dihadapi saat ini adalah kurangnya pengetahuan anjuran syariat.
Masyarakat memilih menggunakan fintech karena dinilai mudah juga instan
padahal banyak hal penting yang terlewat dan tidak diperhatikan. Sebagai nasabah
yang cerdas, kita harus bijak dan paham mengetahui sistem keuangan yang kita
dapatkan dari perusahaan fintech. Kemudian kurangnya literasi masyarakat pada
fintech syariah menyebabkan tingkat literasi terkait penggunaan dan keamanan
fintech di Indonesia tampa rendah sehingga diperlukan fintech berbasis syariah
yang bisa mendobrak pasar keuangan digital demi memberikan peran yang masif
dan berpengaruh bagi perekonomian nasional tentunya sesuai dengan syariat.
Akuntan syariah di masa depan hadir dengan melakukan inovasi aplikasi yang
menyajikan kemudahan serta kecermatan untuk melakukan kegiatan finansial
teknologi sekaligus menjalankan ibadah dan perintah agama. Sebuah aplikasi yang
mencakup semua kebutuhan umat muslim modern mulai dari membayar belanja
online, transfer bank, pinjaman syariah, investasi, iuran kurban, bahkan sampai
tabungan haji. Kita bisa mengelola semua keuangan kita dalam satu aplikasi efektif
yang mampu menyimpan berjuta-juta data keuangan.
SIMPULAN
Ber dasarkan hasil pembahasan mengenai fintech syariah dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa masih minim adanya fintech yang menerapkan hukum syariah
serta mengandung berbagai fitur yang berisi amaliyah sesuai anjuran syariah, juga
fintech syariah berperan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional
yang berasal dari jumlah penduduk muslim yang besar di Indonesia diimbangi
dengan literasi dan penggunaan fintech syariah di dalamnya.
http://conference.um.ac.id/index.php/nsafe/article/view/2408/1463
file:///C:/Users/hp/Downloads/600-Article%20Text-1585-1-10-20210530.pdf

Anda mungkin juga menyukai