Anda di halaman 1dari 25

PT Asuransi Jiwasraya Tbk

Kelompok 1
AKT C 2019
Anggota Kelompok :

7211419042 7211419122 7211419126 7211419127


Pinjung Widuri S. Rekha Dian S. Umy Zahrotun N. Vita Ulfa Nurul F.

7211419200 7211419203
7211419134
Aida Nada N. Dwi Mukti W.
Arina Hidayah
Kasus Akuntan Publik PT. Jiwasraya
Kasus gagal bayar polis nasabah yang mengarah pada korupsi PT Asuransi Jiwasraya
dinilai melibatkan banyak pihak termasuk akuntan publik. Auditor dianggap tidak mampu atau
mengungkap kondisi sebenarnya pada Jiwasraya. Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang
dipublikasikan Jiwasraya ternyata telah dimanipulasi atau window dressing sehingga
perusahaan terlihat sehat.
Menanggapi kondisi ini, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarkosunaryo
meyakini tidak terdapat keterlibatan akuntan publik dalam kasus Jiwasraya. Menurutnya,
akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut telah bertindak sesuai standar. Dalam
laporan keuangan Jiwasraya 2017, misalnya, akuntan publik telah memberikan pendapat "opini
dengan modifikasi".
"Berdasarkan UU Perseroan Terbatas bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai
standar akuntasi keuangan berlaku, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari direksi
(Jiwasraya) dengan pengawasan dewan komisaris. Setelah disetujui direksi dan dewan
komisaris lalu diaudit akuntan publik kemudian disahkan di RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham)," tambahnya.
  Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengakui adanya peran akuntan publik dalam
audit laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya. Namun, Ketua Umum IAPI Tarkosunaryo
mengatakan, peran akuntan publik hanya sebatas pemberian opini saat laporan keuangan
diaudit. "Ada peran akuntan publik dalam penyajian laporan keuangan. Tapi peran akuntan
publik tidak kemudian sebagai pihak yang mengambil kebijakan," kata Tarkosunaryo di
Jakarta, Senin (13/1/2020).
Sebelumnya diberitakan, PT Asuransi Jiwasraya Tbk mengalami gagal bayar polis
asuransi karena adanya kecurangan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun telah dua kali
melakukan pemeriksaan. BPK mencatat, Jiwasraya memang sudah membukukan laba semu
sejak 2006. Kemudian pada Pada 2017, Jiwasraya kembali memperoleh opini tidak wajar
dalam laporan keuangannya. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya membukukan
kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September 2019, kerugian menurun menjadi
Rp 13,7 triliun. Kemudian di November 2019, Jiwasraya mengalami negative equity sebesar
Rp 27,2 triliun.
Saat ini, Kementerian Keuangan juga telah memeriksa akuntan publik yang mengaudit
Jiwasraya pada 2014, 2015, 2016 dan 2017. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Sedangkan, akuntan publik 2006-2013
yaitu atas nama AP Suhajar Wiyoto dan AP Mulyana Mastam telah meninggal.
IAPI juga mengimbau kepada penanggung jawab laporan keuangan, dewan komisaris,
pemegang saham, auditor, regulator dan pihak-pihak terkait untuk mencegah agar rekayasa
akuntansi dalam laporan keuangan tidak terjadi. Selain itu, IAPI juga mengimbau pengguna
laporan mencermati setiap halaman laporan secara komprehensif.
Dalam kesempatan sama, pengamat ekonomi dan pajak, Yustinus Prastowo, mengatakan
akuntan publik sebagai auditor tidak bertanggung jawab terhadap fraud yang dilakukan direksi
perusahaan Jiwasraya. Menurutnya, auditor hanya bertugas memberi pendapat pada laporan
keuangan yang disusun perusahaan tersebut. Sehubungan kasus Jiwasraya, Yustinus menyatakan
akuntan publik sudah bertindak tepat dengan memberikan “opini dengan modifikasian” pada
laporan keuangan Jiwasaraya 2017.
“Auditor itu bukan pihak yang buat laporan keuangan, itu direksi yang bertanggung
jawab. Seolah-olah ini perbuatan akuntan publik dan pihak-pihak yang harusnya bertanggung
jawab cuci tangan atau lepas tanggung jawab. Seolah-olah laporan keuangan kalau sudah audit
itu tanggung jawab akuntan sehingga itu jadi tiket bahwa akuntan bisa salah atau melakukan
BAB fraud,” jelas Yustinus.
v Menurutnya, fraud yang terjadi pada Jiwasraya bisa saja tidak terdeteksi auditor karena
tidak memiliki relevansi pemeriksaan. Namun, apabila fraud itu sebenarnya terjadi, Yustinus
mengatakan akuntan publik mengalami dilema antara menjaga kerahasiaan klien dengan fraud
BAB disclusure. “Ada dilema akuntan publik, mungkin menemukan fraud tapi akuntan publik bekerja
dengan kontrak ada rahasia klien yang harus dijaga juga,” jelas Yustinus.
vi
Permasalahan Kasus
1. Kegagalan dalam membayar polis nasabah yang mengarah pada korupsi PT. JIWASRAYA yang dinilai
banyak melibatkan akuntan public.
2. Ditemukannya kekurangan pencadangan uang sebesar 7,7 trilliun. Sehingga, laporan keuangan PT.
JIWASRAYA pada tahuntersebut mendapat opini engan mofikasian alias tidak wajar (adverse opinion)
3. Bahwa para AP telah melakukan audit laporan keuangan untuk tahun buku 2016 dan 2017, serta 2015.
Laporan Auditor Independen (LAI) telah diterbitkan oleh para AP tersebut untuk tahun-tahun tersebut
sesuai dengan bukti-bukti audit yang diperoleh.
4. Laporan Keuangan dan LAI tahun buku 2016 dan beberapa tahun sebelumnya telah dipublikasikan
dalam website perusahaan tersebut dalam format annual report lengkap yang dapat didownload publik.
5. Untuk tahun 2017 AP hanya menerbitkan LAI satu kali, tidak ada penerbitan kembali laporan audit.
Berdasarkan penelusuran di website perusahaan tersebut, laporan keuangan lengkap dalam format
annual report untuk tahun 2017 tidak dipublikasikan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
6. pada tahun 2018, PT. JIWASRAYA akhirnya membukukan kerugian unaudited sebesar 15,3 trilliun.
Sehingga, pada September tahun 2019 kerugian menurun menjai Rp. 13,7 trilliun. Kemudian di
November 2019 PT. JIWSRAYA mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 trilliun
7. Bahwa perusahaan juga memiliki kewajiban penyampaian laporan berkala kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagai media untuk pengawasan
Etika dalam Akuntan Publik
1. Etika Bisnis Akuntan Publik

Di Indonesia penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-kurangnya enam


unit organisasi, yaitu Kantor Akuntan Publik, Unit Peer Review Kompartemen
Akuntan Publik IAI, Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik IAI,
Dewan Pertimbangan Profesi IAI, Departemen Keuangan RI, dan BPKP. Selain
BAB keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap kode etik diharapkan dapat
dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpian KAP. Kode Etik Profesi Akuntan
1V Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah
aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
BAB atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik
atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
v anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode etik
profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi
dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi
BAB kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling
baik bagi masyarakat.
vi
2. Tanggungjawab sosial Akuntan Publik

Gagasan bisnis kontemporer sebagai institusi sosial muncul dikembangkan berdasarkan


persepsi yang menyatakan bahwa bisnis bertujuan untuk memperoleh laba. Persepsi ini
diartikulasi secara jelas oleh Milton Friedman yang memaparkan bahwa tanggung jawab
bisnis yang utama adalah menggunakan sumber daya dan mendesain tindakan untuk
meningkatkan laba sepanjang tetap mengikuti atau mematuhi aturan permainan. Hal ini
dapat dikatakan bahwa bisnis tidak seharusnya diwarnai oleh penipuan dan kecurangan.
Pada struktur utilitarian, melakukan aktivitas untuk memenuhi kepentingan sendiri
diperbolehkan. Untuk memenuhi kepentingan sendiri, setiap orang memiliki cara yang
berbeda-beda dan terkadang saling berbenturan satu dengan yang lainnya. Menurut Smith
mengejar kepentingan pribadi diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum dan
keadilan atau kebenaran. Bisnis harus diciptakan dan diorganisasikan dengan cara yang
bermanfaat bagi masyarakat

Pada kasus ini PT. Asuransi Jiwasraya yang laporan keuangannya di audit oleh Institut
BAB
Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) tahun 2017 membukukan laba sebesar Rp 360,3 Miliar,
v setelah diaudit dan tidak sesuai dengan temuan BPK mengurangi kekurangan cadangan Rp
7,7 triliun. Akhirnya, mendapat opin dengan modifikasi alias tidak wajar (adverse opinion).

BAB .
vi
3. Akuntan Publik Sebagai Entitas Bisnis

Sebagai entitas bisnis layaknya entitas – entitas bisnis lain, Kantor Akuntan Publik juga
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk ”uang”
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya, pada
Kantor Akuntansi Publik bentuk tanggung jawab sosial suatu lembaga bukanlah
pemberian sumbangan atau pemberian layanan gratis. Tapi meliputi ciri utama dari
profesi akuntan publik terutama sikap altruisme, yaitu mengutamakan kepentingan
publik dan juga memperhatikan sesama akuntan publik dibanding mengejar laba.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab
untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara
dan meningkatkan tradisi profesi akuntan publik.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, peran akuntan publik hanya sebagai pemberian
opini saat laporan keuangan di audit, tetapi tidak berhak untuk mengambil kebijakan.
BAB
vi
4. Krisis Profesi Akutansi

Profesi akuntansi yang krisis bahayanya adalah apabila tiap-tiap auditor atau attestor
bertindak di jalan yang salah, opini dan audit akan bersifat tidak berharga. Suatu
penggunaan untuk akuntan akan mengenakkan pajak preparers dan wartawan keuangan
tetapi fungsi audit yang menjadi jantungnya akuntansi akan memotong keluar dari praktek
untuk menyumbangkan hamper sia-sia penyalahgunaannya. Perusahaan melakukan
pengawasan terhadap auditor-auditor yang sedang bekerja untuk melaksanakan pengawasan
intern, keuangan, administratif, penjualan, pengolahan data dan fungsi pemasaran diantara
orang banyak. Akuntan publik merupakan suatu wadah yang dapat menilai apakah laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi ataupun audit. Perbedaan akuntan
publik dengan perusahaan jasa lainnya yaitu jasa yang diberikan oleh KAP akan digunakan
sebagai alat untuk membuat keputusan. Kewajiban dari KAP yaitu jasa yang diberikan
dipakai untuk make decision atau memiliki tanggung jawab sosial atas kegiatan usahanya.
Bagi akuntan berperilaku etis akan berpengaruh terhadap citra KAP dan membangun
kepercayaan masyarakat serta akan memperlakukan klien dengan baik dan jujur, maka tidak
hanya meningkatkan pendapatannya tetapi juga memberi pengaruh positif bagi karyawan
KAP. Perilaku etis ini akan memberi manfaat yang lebih bagi manager KAP dibanding bagi
karyawan KAP yang lain. Kesenjangan yang terjadi adalah selain melakukan audit juga
melakukan konsultan, membuat laporan keuangan, menyiapkan laporan pajak. Oleh karena
itu terdapat kesenjangan diatara profesi akuntansi dan keharusan profesi akuntansinya. Pada
kasus PT Asuransi Jiwasraya dinilai melibatkan banyak pihak termasuk akuntan publik.
Auditor dianggap tidak mampu atau mengungkap kondisi sebenarnya pada Jiwasraya.
Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang dipublikasikan Jiwasraya ternyata telah
dimanipulasi atau window dressing sehingga perusahaan terlihat sehat.

.
5. Regulasi Dalam Penegakan Etika Kantor Akuntan Public

Regulasi bertujuan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terkait


dengan penegakkan etika terhadap kantor akuntan publik. Hal ini
dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi
terhadap anggotanya. IAI menetapkan kode etik Ikatan Akuntan
BAB Indonesia. Kode etik tersebut dibuat untuk menentukan standar perilaku
1V bagi para akuntan, terutama akuntan publik. Regulasi tsb tidak berjalan
dikasus ini karena adanya rekayasa yg terjadi & beberapa kasis lainnya
juga terjadi.
BAB
v

BAB
vi
Prinsip-prinsip Etika Bisnis

1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi pada etika bisnis adalah kemampuan dan sikap seseorang
saat mengambil tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya
sendiri mengenai apa yang dianggapnya baik yang bisa dilakukan. Jika orang
sadar dalam melakukan kewajibannya dalam berbisnis maka dikatan orang
tersebut sudah memiliki prinsip otonomi dalam beretika bisnis.

Dalam kasus PT Jiwasraya, auditor sudah melakukan tindakan yang tepat


BAB dengan memberikan opini tidak wajar dalam hasil audit atas laporan
v keuangan tetapi perusahaan tersebut yang mempunyai kewenangan lebih
lanjut atas pelaporan tersebut.

BAB
vi
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling
mendasar dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan
bisnis akan berhasil jika dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap
karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi
bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama dalam pemakai kejujuran
terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap diri sendiri
ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan
maka pasti akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip kejujuran terhadap semua pihak terkait.

Dalam kasus PT. JIWASRAYA ini melanggar prinsip kejujuran. Karena,


ditemukan kecurangan yaitu kekurangan pencadangan uang sebesar 7,7
trilliun. Karena adanya kekurangan tersebut, laporan keuangan PT.
JIWASRAYA pada tahun itu mendapat opini engan mofikasian alias tidak
wajar (adverse opinion) padahal pada tahun 2017 tercatat pada
BAB pembukuan laba sebesar 360,3 milliar.
vi
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk selalu berlaku adil kepada semua
pihak tanpa membeda-bedakan, baik itu terkait masalah ekonomi, hukum,
sosial, ataupun masalah lainnya. Singkatnya, prinsip keadilan menuntut agar
setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya TBK melanggar prinsip keadilan


karena mengalami gagal bayar polis asuransi karena adanya kecurangan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun telah dua kali melakukan
pemeriksaan.

4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit


Prrinciple)

Prinsip saling menguntungkan berarti bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan


memberikan manfaat bagi semua pihak. Didalam artikel tertulis bahwa PT
Jiwasraya Tbk mengalami kerugian sehingga prinsip saling menguntungkan
pun tidak terjadi dikasus ini, bahkan perusahaan tersebuh hanya mendapatkan
rugi yg cukup besar

.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain
dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini
dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya. Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, akuntan publik sudah pasti
mendorong perusahan untuk mengkoreksi laporan keuangannya, namun
kewenangan lebih lanjut berada ditangan direksi perusahaan, sebab akuntan
publik tidak bisa mempublikasikan hasil audit sebuah perusahaan.
Bertens (2013) merupakan tiga ukuranmoralitas dalam bisnis
yang apat digunakan untuk mengukur sudut pandang moral
dan prinsip integritas moral, yaitu :
1. Hati Nurani
Hati nurani merupakan norma moral yang penting, tetapi sifatnya subyektif,
sehingga tidak terbuka untuk orang lain. Pertanyaan apakah hati nurani
mengizinkan atau tidak, hanya bisa dijawab oleh orang bersangkutan.

Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya TBK adanya kekurangan pencadangan,


laporan keuangan Jiwasraya pada tahun 2017 yang telah di audit oleh akuntan publik
dan ditemukan kekurangan pencadangan sebesar 7,7 triliun tetapi di kasus ini PT
BAB Asuransi Jiwasraya Tbk tidak menggunakan hati nurani karena tidak merinci lebih
v lanjut opini tersebut usai diaudit oleh akuntan dan juga laporan lengkap tahun 2017
tidak dipublikssi secara lengkap sehingga tidak transparan.

BAB
vi
2. Kaidah Emas

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah
mengukurnya dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi : "Hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan“

Dalam kasus PT. JIWASRAYA jauh dari kata kaidah emas. Sebab karena
kesalahan dalam pencatatan kekurangan pencadangan uang dalam
perussahaan ini banyak pihak-pihak lain yang terseret seperti akuntan public.
Sedangkan, kesalahan ini muncul karena direksi-ireksi yang ada pada
perusahaan tersebut.

BAB
vi
3. Penilaian Umum

Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik


buruknya suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada
masyarakat umum untuk menilai.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


BAB tengah menyelidik kasus korupsi yang menyebabkan negara mengalami
1V kerugian lebih dari Rp 13,7 triliun. Sehubungan dengan penyelidikan
BPK telah melakukan pencekalan mulai dari mantan Direktur Utama,
Direktur Keuangan, Direksi Pemasaran hingga pelaku pasar modal.
BAB General Manager Keuangan dan Produksi, dan Kepala Divisi Investasi.
v

BAB
vi
5 Prinsip Dasar Akuntan
1. Integritas : Bersikap Lugas dan Jujur Dalam Semua Hubungan Profesional dan
Bisnis.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus


memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

BAB Dalam kasus PT. JIWASRAYA direksi-direksi di dalam perusahaan ini yang mengurus
1V pencatatan uang atau pencadangan uang perusahaan tidak bertanggung jawab. Karena,
telah melakukan pemalsuan dalam pencatatan yang menyebakan kekurangan nominal
serta kerugian yang sangat besar hingga mencapain 7,7 trilliun yang membuat
BAB terlibatnya banyak orang yang tidak bersalah dalam kasus ini.
v

BAB
vi
2. Objektivitas : benturan kepentingan, atau pengaruh yang
tidak semestinya dari pihak lain.
Setiap anggota diharuskan menunjukkan objektivitasnya dalam berbagai situasi
dalam menjalankan kewajibannya dan menghidari benturan yang dapat
mengurangi pertimbangan professional atau bisnisnya.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, akuntan publik harus bekerja secara


profesional dan tidak memihak kepada siapapun, jujur dan apa adanya, namun
sebaliknya malah melakukan kecurangan pencatatan keuangan keuangan
BAB
v

BAB
vi
3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional-untuk :
Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan
standar teknis yang berlaku

Dalam kasus ini, PT Jiwasraya tersebut tidak profesional dengan tidak


transparan akan laporan keuangannya tersebut.

BAB
vi
4. Kerahasiaan : menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
professional dan bisnis

Pada kasus PT Asuransi jiwa seraya ini kerahasiaan perusahaan terbongkar karena
kecurigaan adanya kecurangan

5. Perilaku professional : mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan


menghindari perilaku apapun yang iketahui oleh akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi akuntan
 
Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya Tbk tidak menerapkan perilaku profesional karena
tidak terbuka dalam laporan keuangan nya
Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus PT. JIWASRAYA adalah adanya kecurangan dalam
pembukung pencadangan uang perusahaan yang menyebabkan kurangnya nominal
angka laba perusahaan yang mencapai kerugian hingga 7,7 trilliun yang
menyebabkan banyaknya keterlibatan akuntan public dan auditor dikasus ini. Dari
tahun 2017-2019 PT. JIWASRAYA terus mengalami kerugian dan juga mengalami
negative equity hingga 27,2 trilliun pada bulan November tahun lalu. Akibatnya
terjadinya pengawasan oleh OJK dalam sector keuangan perusahaan ini agar tidak
muncul lagi kasus lain dan kerugian yang lebih besar lagi.
 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai