Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH STANDAR ETIKA DAN PROFESI

KASUS DAN PEMBAHASAN TOPIK 5


(Etika Akuntan Profesional)

Disusun Oleh:
Nama : Elda Mauliyanda
NIM : 2001103010092
Program Studi : S1 Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
1. Kasus mengenai topik etika akuntan profesional.
Kasus yang saya angkat adalah mengenai perilaku yang tidak mencerminkan etika
akuntan professional adalah kasus Megaskandal PT Asuransi Jiwasraya (Persero) melibatkan
dana super besar. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan potensi kerugian negara
mencapai Rp 16,8 triliun yang berasal dari penyidikan atas berkas selama 10 tahun, dari 2008
hingga 2018.

2. Pembahasan mengenai kasus pelanggaran etika akuntan profesional yang dilakukan oleh PT
Asuransi Jiwasaraya adalah sebagai berikut:
Di awal tahun 2020, terjadi perbincangan yang sangat serius di Negara Republik
Indonesia, dimana terjadi skandal gagal bayar perusahaan asuransi pelat merah milik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang mempunyai dampak
sistemik dalam perekonomian Indonesia. Perusahaan Asuransi Jiwasraya merupakan asuransi
tertua di Indonesia yang sudah berdiri sejak 31 Desember 1859 (160 tahun). Melihat sepak
terjang Jiwasraya di dunia perasuransian di Indonesia selama 160 tahun, tidak mencerminkan
kondisi perusahaan tersebut mengalami suatu permasalahan yang serius, karena secara teori
pengawasan dan pelaporan serta semua prinsip yang mengatur tata kelola perusahaan
dijalankan perusahaan ini dengan baik. Terbukti bahwa hasil pelaporan oleh Kantor Akuntan
Publik, pemeriksaan Bapepem/ Otoritas Jasa Keuangan setiap tahun berjalan dengan normal
dan baik (tidak ada temuan yang perlu ditindaklanjuti secara serius).
Pada saat itu BUMN tersebut megeluarkan produk JS Savings Plan, dimana produk ini
dipasarkan dengan jenis asuransi yang memberikan perlindungan terhadap kematian atau
kecacatan karena kecelakaan serta memberikan kegunaan berbentuk kepastian investasi di
berupa premi awal yang dibayarkan, selanjutnya mengenai pengembalian investasi dari PT.
Jiwasraya menjamin tertanggung. Kehadiran produk JS Saving plan cukup menarik perhatian
dari masyarakat, padahal produk ini memiliki resiko yang relatif rendah yaitu memberikan
return 6-11% dalam 1 tahun. Kesalahan analisis pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh PT
Asuransi Jiwasraya, dimana terdapat produk investasi yang memiliki risiko tinggi dan terus
diselidiki oleh berbagai hak. Terkait produk investasi bernama “JS Saving Plan”, perusahaan
tidak melakukan pembayaran kepada nasabah. Besar tunggakan pada pelanggan pada akhir
tahun 2019 sebesar Rp12,4 triliun. Gagalnya pembayaran jiwasraya menurut ketua BPK RI
karena pengelolaan investasi perusahaan yang buruk. Jiwasraya kerap melakukan investasi di
saham-saham berkinerja buruk. BPK memberikan pendapat disclaimer untuk laporan keuangan
2006-2007 karena informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya. BPK mengumumkan
pernyataan tersebut karena adanya rekayasa akuntansi (window dressing) oleh Jiwasraya serta
auditor internal dan beberapa akuntan publik yang terlibat.

(Mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim mengenakan


rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung Jampidsus Kejaksaan Agung, Jakarta,
Selasa (14/1/2020).
3. Dari kasus tersebut maka ada empat prinsip etika akuntan professional yang suda dilanggar
oleh PT Jiwasraya, yaitu:
a) Integritas
Prinsip Integritas mengharuskan seorang akuntan untuk bersikap jujur, terus
terang sehingga pelayanan publik tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan
pribadi. Berdasarkan pernyataan tersebut pada kasus Jiwasraya, prinsip
integritas ini telah dilanggar oleh akuntan Jiwasraya dimana akuntan tersebut
tidak membukukan laporan keuangan secara transparan. Adanya kecurangan
dalam melakukan pemalsuan pencatatan laporan keuangan yang mana pada
tahun 2017 Jiwasraya membukukan laba sebesar Rp 360,3 miliar.
b) Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan akuntan bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Namun pada kasus ini
Jiwasraya telah melanggar prinsip objektivias dimana adanya keberpihakan
akuntan kepada Jiwasraya sehingga laporan keuangan nampak dipercantik tidak
sesuai dengan kenyataannya yang membuat tidak adil kepada pihak yang
berkepentingan atas informasi mengenai laporan keuangan tersebut.
c) Kompetensi dan kehati-hatian
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian mengharuskan seorang akuntan
melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan. Berdasarkan
pernyataan tersebut dalam kasus tersebut prinsip kompetensi dan kehati-hatian
ini telah dilanggar oleh Jiwasraya dalam hal berinvestasi. Jiwasraya melakukan
investasi pada saham-saham berkinerja buruk yang membuat ketidakmampuan
Jiwasraya untuk membayar polis JS Saving Plan kepada nasabah. Hal ini berarti
akuntan Jiwasraya tidak mempertahankan pengetahuan dan keterampilannya
dalam menganalisis saham sehingga salah dalam membuat keputusan
berinvestasi dan merugikan banyak pihak.
d) Perilaku Profesional
Prinsip perilaku professional mengharuskan akuntan untuk berperilaku yang
konsisten dengan reputasi profesi yang baik, dan menjauhi tidakan yang dapat
menghancurkan reputasi akuntan. Berdasarkan pernyataan tersebut dalam hal
ini, akuntan dari Jiwasraya telah melanggar prinsip ini karena telah melakukan
tindakan manipulasi laporan keuangan. Hal tersebut merupakan tindakan yang
dapat mendriskreditkan profesi akuntan yang dapat menimbulkan ketidak
percayaan masyarakat umum kepada profesi akuntan karena telah membuat
laporan keuangan yang tidak benar adanya.

Anda mungkin juga menyukai