Anda di halaman 1dari 4

MENYINGKAP TABIR WINDOW DRESSING & INVESTASI SAHAM GORENGAN

DIBALIK MALAPETAKA JIWASRAYA

SEKILAS TENTANG ASURANSI JIWASRAYA :

PENGERTIAN ASURANSI :

1. Asuransi menurut (UU) No. 40 Tahun 2014 Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: Memberikan penggantian kepada tertanggung atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang
polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
2. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asuransi adalah pertanggungan atau
perjanjian antara dua pihak di mana pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak
yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

ASURANSI JIWASRAYA :

Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia yang merupakan cikal
bakal dari perusahaan asuransi jiwa milik Belanda NILLMIJ van 1859, yang akhirnya dinasionalisasikan
dan menjadi milik negara pada tahun 1960. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama, PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan Asuransi Jiwa milik pemerintah
Republik Indonesia (BUMN).

Perusahaan BUMN asuransi ini mengalami gagal bayar polis kepada nasabah terkait produk
investasinya, JS Saving Plan. Nilai tunggakan pada nasabahnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp
12,4 triliun. Seretnya keuangan Jiwasraya bermula dari jatuhnya nilai portofolio saham yang
dimilikinya. Lalu apa sebenarnya JS Saving Plan?

JS Saving plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang ditawarkan melalui perbankan
atau bancassurance. Berbeda dengan produk asuransi unit link yang risiko investasinya ditanggung
pemegang polis, JS Saving merupakan investasi non unit link yang risikonya sepenuhnya ditanggung
perusahaan asuransi.

Tujuh bank yang menjadi agen penjual yakni PT Bank Rakyat Indonesia, Standard Chartered Bank, PT
Bank Tabungan Negara Tbk, PT Bank QNB.JS Saving Plan yang ditawarkan dengan jaminan return
sebesar 9 persen hingga 13 persen sejak 2013 hingga 2018 dengan periode pencairan setiap tahun.
Nilai return ini jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat daripada bunga yang ditawarkan deposito
bank yang saat ini besarannya di kisaran 5-7 persen. Kesalahan manajemen lama dalam penempatan
dana investasi nasabah ini jadi penyebab utama pembayaran polis kepada nasabah macet. Total polis
jatuh tempo atas produk JS Saving Plan pada Oktober-Desember 2019 yakni sebesar Rp 12,4 triliun.
Dalam laporan keuangan yang Jiwasraya, aset berupa saham pada Desember 2017 tercatat sebesar
Rp 6,63 triliun, menyusut drastis menjadi Rp 2,48 triliun pada September 2019.Yang paling parah,
terjadi pada aset yang ditempatkan di reksa dana, dimana pada Desember 2017 tercatat sebesar Rp
19,17 triliun, nilainya anjlok menjadi Rp 6,64 triliun pada September 2019
TOPIK DISKUSI PRO KONTRA :

1. Mengapa Jiwasraya Melakukan Window Dressing “ Rekayasa laporan Keuangan “ dan Salah
Investasi?
A. Sejak 2006-2017, PT Asuransi Jiwasraya sudah melakukan window dressing dengan selalu
membukukan laba dan bebas utang meningkat tajam pada laporan keuangannya. Hal ini
didukung dengan pernyataan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengumumkan
secara resmi terkait skandal PT Asuransi Jiwasraya bahwa sejak 2006 laba perseroan disebut
semu karena melakukan rekayasa akuntansi (window dressing). Terakhir window dressing
yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya dalam laporan keuangannya periode 2017. Dalam
laporan perseroan dinyatakan bahwa PT Asuransi Jiwasraya meraup laba Rp 2,4 triliun naik
37,64 persen dari tahun 2016. Padahal cuan tersebut didapat dari hasil pengurangan dana
pencadangan kerugian yang seharusnya tidak dimasukan dalam post laba.
Pencadangan itu, semestinya digunakan untuk menambal beban utang maupun risiko
pembayaran kewajiban keuangan lainnya. Akibat dari hal tersebut kemudian ada kekurangan
pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun. Indikasi kejanggalan laporan keuangan tersebut didukung
oleh hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan
keuangan 2017 yang mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp 2,4 triliun
menjadi hanya Rp 428 miliar.

B. Pokok Masalah Jiwasyara dan dugaan Pelanggaran Hukumnya :


a. Pembentukan harga produk atau mispricing, seperti produk tradisional berskema garansi
jangka panjang (sampai dengan 14 persen net) dan Savings Plan yang memiliki guaranteed
return 9-13 persen pada periode 2013-2018. "Dengan guaranteed return yang ditawarkan
dan saat ini lebih tinggi dari pertumbuhan IHSG dan yield obligasi serta dapat dicairkan
setiap tahun, Jiwasraya terus terkena risiko pasar," tulis laporan tersebut.
b. Lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi di mana Jiwasraya banyak melakukan
investasi-investasi pada high risk asset untuk mengejar high return. Seperti saham sebesar
22,4 persen (Rp5,7 triliun) dari jumlah aset finansial, tapi hanya ditempatkan 5 persen di
saham LQ45 atau saham yang likuid. Lalu reksadana 59 persen (Rp14,9 triliun), di mana
hanya 2 persen saja yang dikelola top tier manajer investasi Indonesia.
c. Rekayasa harga saham (window dressing) lewat masifnya jual-beli saham dengan dressing
reksadana. Modusnya, saham yang overprice dibeli oleh Jiwasraya kemudian dijual pada
harga negosiasi (di atas harga perolehan) kepada manajer investasi, untuk kemudian
dibeli oleh Jiwasraya.
d. Tekanan likuiditas dari produk Savings Plan. Itu kemudian berdampak terhadap
penurunan kepercayaan nasabah yang menyebabkan merosotnya penjualan. Jiwasraya
juga tidak memiliki backup asset yang cukup untuk memenuhi kewajiban sehingga terjadi
kasus gagal bayar.
2. Bagaimana upaya Pemerintah untuk mencegah perusahaan asuransi melakukan window dressing
dan kesalahan investasi di Pasar Modal ?
A. Reformasi Industri Asuransi oleh OJK, Otoritas Jasa Keuangan berencana melakukan
reformasi pada industri asuransi.
Hal ini berkaca pada keberhasilan reformasi perbankan, maka reformasi pada industri
keuangan non perbankan pun dinilai perlu dilakukan.Reformasi ini juga untuk menumbuhkan
kembali kepercayaan nasabah akan perusahaan asuransi.
B. Restrukturisasi, Upaya penyelesaian yang kedua adalah dengan melakukan restrukturisasi
pada keuangan perseroan.
Rencananya upaya restrukturisasi Jiwasraya ini dilakukan pada bulan Februari 2020.
restrukturisasi dilakukan dengan penerbitan utang oleh anak usaha Jiwasraya Putra. Dana
restrukturisasi ini akan digunakan membayar polis nasabah Jiwasraya.
C. OJK Bentuk Lembaga Penjamin Polis, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana untuk
membentuk Lembaga Penjamin Polis (LPS).
3. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap nasabah Jiwasraya yang mengalami gagal bayar saat
jatuh tempoh polis asuransinya ?
a. Perlindungan hukum dari aspek pidana yaitu dengan memproses secara pidana pihak-pihak
yang menyebabkan terjadinya kerugian negara dalam tubuh Jiwasraya. Saat ini Kejagung telah
menetapkan beberapa pihak sebagai tersangka berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor.
Kejagung juga sedang bekerja sama dengan PPATK menelusuri aset Jiwasraya sekaligus
mencari bukti terkait adanya Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Penggunaan pasal TPPU
dalam kasus ini sangat baik karena dengan TPPU maka para tersangka dapat dikenakan pidana
dalam bentuk uang pengganti. KPK dapat terlibat dalam kasus ini terutama jika melibatkan
aparat penegak hukum dan penyelenggara negara, meresahkan masyarakat dan/atau
menimbulkan kerugian minimal Rp1 milyar (Pasal 11 UU KPK).
b. Perlindungan hukum dari aspek perdata, pelindungan hukum dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu gugatan perdata biasa atau kepailitan. Pelindungan hukum secara perdata dapat
diberikan oleh hakim yang menangani perkara. Gugatan perdata biasa dapat diajukan kepada
para direksi, komisaris, dan pemegang saham Jiwasraya apabila terbukti yang bersangkutan
telah melakukan tindakan yang merugikan perseroan atau piercing the corporate veil. Saat ini
beberapa nasabah telah mengajukan gugatan wanprestasi terhadap Jiwasraya. Sedangkan
kepailitan dapat diajukan oleh para nasabah Jiwasraya, hanya saja penyelesaian melalui
kepailitan sangat merugikan nasabah asuransi karena dalam prakteknya kedudukan nasabah
hanya sebagai kreditor konkuren yang akan mendapatkan perlunasan setelah upah buruh,
kreditor separatis dan kreditor preferen.
c. Perlindungan hukum dari aspek administrasi. Pelanggaran aturan tata kelola dalam POJK No.
73/POJK.05/2016 membuat OJK dapat mengenakan sanksi administrasi terhadap Jiwasraya.
Akuntan publik yang terlibat juga terancam sanksi adminstrasi oleh Menteri Keuangan.
Terakhir keempat, aspek pertanggungjawaban etik terutama terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh pejabat dan pegawai OJK. Pengenaan sanksi etik akan dilakukan oleh Dewan
Komisioner OJK.
d. Menurut Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1956 kasus perdata didahulukan atas kasus
pidana. Akan tetapi keempat skema pertanggungjawaban dalam kasus Jiwasraya dapat
berjalan bersamaan karena penyelesaian secara pidana dalam kasus ini sangat mendesak.
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sedang diuji. Selain itu proses pidana
diperlukan untuk menghalangi pihak tertentu untuk lepas dari tanggung jawab alias melarikan
diri atau melarikan aset.
SIMPULAN :

1. Penyebab Jiwasraya Gagal bayar Nasabah hingga dibekukan kegiatan usahanya:


A. Berawal dari Dampak krisis 1997 atas sesilih kurs USD
B. Tekanan finansial 2006 hingga tindakan windows Dressing
C. Produk JP Plan hingga investasi di saham high risk dg porsi diatas 90%
2. Pemerintah punya 2 opsi penyelesaian case Jiwasraya yaitu Pailit kan dan Restrukturisasi
dan dipilih restrukturisasi dg tidak membebaskan dugaan tindakan pidanya
3. Dugaan tindakan pidana yg dilakukan Manajemen Jiwasraya Al :
A. Windows Dressing Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU No:40 TN 2014 dg ancaman
pidana 5th dan denda hingga 10 milyar ,serta pasal 78 ttg pemalsuan dokumen diancam
pidana 6th plus denda 5 milyar
B. Tindak pidana korupsi Pasal 220, 231,421,422,429,430 KUHAP diancam pidana
minimal 6 bulan denda minimal 50jt
C. Pasal 91 ,92 dan 93 serta 104 UU No:8 Th 1995 ttg Pasar Modal "setiap orang dilarang
menciptakan informasi semu/ menyesatkan di Pasar Modal"
SARAN :

1. Pemerintah selaku pemegang saham Asuransi Jiwasraya segera cepat bertanggung jawab
dalam penyelesaian kasus ini, agar nasabah pemegang polis tidak dirugikan terlalu lama.
2. Peran Otoritas Jasa Keuangan agar diperketat dan teliti dalam pemeriksaan laporan
keuangan anak perusahaan asuransi jiwa milik BUMN yaitu IFG Life.
3. Melakukan pemeriksaan kepada seluruh perusahaan BUMN khususnya dibidang asuransi
terhadap kinerja dan tata kelola yang dilakukan. Jika ada yang penyimpangan, agar
diberikan sanksi yang tegas.
4. Bagi masyarakat agar lebih selektif dalam memilih asuransi yang akan dipilih. Baik
perusahaan asuransi swasta atau milik pemerintah

Anda mungkin juga menyukai