Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 7 PASAR MODAL

1. Rusgiharto (A.131.20.0041)
2. Ronal Agus (A.131.20.0050)
3. Muhammad Faishal A. (A.131.20.0086)
4. Raymond Putra A. (A.131.20.0095)
5. Kamtinah (A.131.20.0111)
6. Abdul Rozaq (A.131.20.0132)
7. Elisa Rizky D. (A.131.20.0135)
8. Aliefa Ramadhani R. (A.131.20.0147)
APA SAJA YANG
AKAN DIBAHAS ??

ADA 3 YANG
AKAN
DIBAHAS
YAITU

PEMBAHASAN DAN
PROLOG SIMPULAN DAN SARAN
DISKUSI
PROLOG

2006 2013
1997 2018
Jiwasraya Jiwasraya
Jiwasraya memulai Jiwasraya
mulai Window luncurkan JP
(Investasi Rupiah) Jatuh
Dressing Saving Plan
• Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk: Memberikan penggantian kepada tertanggung
atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti (Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian)
• Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia yang
merupakan cikal bakal dari perusahaan asuransi jiwa milik Belanda NILLMIJ van 1859, yang
akhirnya dinasionalisasikan dan menjadi milik negara pada tahun 1960. Setelah beberapa
kali mengalami perubahan nama, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan satu-satunya
perusahaan Asuransi Jiwa milik pemerintah Republik Indonesia (BUMN).
• JS Saving plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi yang ditawarkan melalui
perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan produk asuransi unit link yang risiko
investasinya ditanggung pemegang polis, JS Saving merupakan investasi non unit link yang
risikonya sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi
Mengapa Jiwasraya Melakukan Window Dressing “
Rekayasa laporan Keuangan “ dan Salah Investasi?

Bagaimana upaya Pemerintah untuk mencegah


perusahaan asuransi melakukan window dressing dan
kesalahan investasi di Pasar Modal

Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap nasabah


Jiwasraya yang mengalami gagal bayar saat jatuh tempoh
polis asuransinya ?
• Sejak 2006-2017, PT Asuransi Jiwasraya sudah melakukan window dressing
dengan selalu membukukan laba dan bebas utang meningkat tajam pada
laporan keuangannya. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengumumkan secara resmi terkait
skandal PT Asuransi Jiwasraya bahwa sejak 2006 laba perseroan disebut
semu karena melakukan rekayasa akuntansi (window dressing).
• Terakhir window dressing yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya dalam
laporan keuangannya periode 2017. Dalam laporan perseroan dinyatakan
bahwa PT Asuransi Jiwasraya meraup laba Rp 2,4 triliun naik 37,64 persen
dari tahun 2016. Padahal cuan tersebut didapat dari hasil pengurangan dana
pencadangan kerugian yang seharusnya tidak dimasukan dalam post laba.
Masalah Jiwasyara dan dugaan Pelanggaran Hukumnya

1. Pembentukan harga produk atau mispricing, seperti produk tradisional berskema garansi jangka
panjang (sampai dengan 14 persen net) dan Savings Plan yang memiliki guaranteed return 9-13
persen pada periode 2013-2018
2. Lemahnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi di mana Jiwasraya banyak melakukan investasi-
investasi pada high risk asset untuk mengejar high return.
3. Rekayasa harga saham (window dressing) lewat masifnya jual-beli saham dengan dressing reksadana.
Modusnya, saham yang overprice dibeli oleh Jiwasraya kemudian dijual pada harga negosiasi (di atas
harga perolehan) kepada manajer investasi, untuk kemudian dibeli oleh Jiwasraya.
4. Tekanan likuiditas dari produk Savings Plan. Itu kemudian berdampak terhadap penurunan
kepercayaan nasabah yang menyebabkan merosotnya penjualan. Jiwasraya juga tidak memiliki
backup asset yang cukup untuk memenuhi kewajiban sehingga terjadi kasus gagal bayar.
A.Reformasi Industri Asuransi oleh OJK, Otoritas Jasa Keuangan
berencana melakukan reformasi pada industri asuransi.
B.Restrukturisasi, Upaya penyelesaian yang kedua adalah
dengan melakukan restrukturisasi pada keuangan perseroan.
C.OJK Bentuk Lembaga Penjamin Polis, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) berencana untuk membentuk Lembaga Penjamin Polis
(LPS).
1. Perlindungan hukum dari aspek pidana yaitu dengan memproses secara pidana pihak-pihak
yang menyebabkan terjadinya kerugian negara dalam tubuh Jiwasraya. Saat ini Kejagung telah
menetapkan beberapa pihak sebagai tersangka berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor.
Kejagung juga sedang bekerja sama dengan PPATK menelusuri aset Jiwasraya sekaligus
mencari bukti terkait adanya Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
2. Perlindungan hukum dari aspek perdata, pelindungan hukum dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu gugatan perdata biasa atau kepailitan. Pelindungan hukum
secara perdata dapat diberikan oleh hakim yang menangani perkara. Gugatan
perdata biasa dapat diajukan kepada para direksi, komisaris, dan pemegang saham
Jiwasraya apabila terbukti yang bersangkutan telah melakukan tindakan yang
merugikan perseroan atau piercing the corporate veil. Saat ini beberapa nasabah
telah mengajukan gugatan wanprestasi terhadap Jiwasraya. Sedangkan kepailitan
dapat diajukan oleh para nasabah Jiwasraya, hanya saja penyelesaian melalui
kepailitan sangat merugikan nasabah asuransi karena dalam prakteknya kedudukan
nasabah hanya sebagai kreditor konkuren yang akan mendapatkan perlunasan
setelah upah buruh, kreditor separatis dan kreditor preferen.
3. Perlindungan hukum dari aspek administrasi. Pelanggaran aturan tata kelola dalam POJK
No. 73/POJK.05/2016 membuat OJK dapat mengenakan sanksi administrasi terhadap
Jiwasraya. Akuntan publik yang terlibat juga terancam sanksi adminstrasi oleh Menteri
Keuangan. Terakhir keempat, aspek pertanggungjawaban etik terutama terkait pelanggaran
yang dilakukan oleh pejabat dan pegawai OJK. Pengenaan sanksi etik akan dilakukan oleh
Dewan Komisioner OJK.
4. Menurut Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1956 kasus perdata didahulukan atas
kasus pidana. Akan tetapi keempat skema pertanggungjawaban dalam kasus Jiwasraya dapat
berjalan bersamaan karena penyelesaian secara pidana dalam kasus ini sangat mendesak.
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sedang diuji. Selain itu proses pidana
diperlukan untuk menghalangi pihak tertentu untuk lepas dari tanggung jawab alias melarikan
diri atau melarikan aset.
1. Penyebab Jiwasraya Gagal bayar Nasabah hingga dibekukan kegiatan usahanya:
a. Berawal dari Dampak krisis 1997 atas sesilih kurs USD
b. Tekanan finansial 2006 hingga tindakan windows Dressing
c. Produk JP Plan hingga investasi di saham high risk dg porsi diatas 90%
2. Pemerintah punya 2 opsi penyelesaian case Jiwasraya yaitu Pailit kan dan Restrukturisasi dan dipilih restrukturisasi dg
tidak membebaskan dugaan tindakan pidanya
3. Dugaan tindakan pidana yg dilakukan Manajemen Jiwasraya Al :
a. Windows Dressing Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU No:40 TN 2014 dg ancaman pidana 5th dan denda hingga 10 milyar ,serta
pasal 78 ttg pemalsuan dokumen diancam pidana 6th plus denda 5 milyar
b. Tindak pidana korupsi Pasal 220, 231,421,422,429,430 KUHAP diancam pidana minimal 6 bulan denda minimal 50jt
c. Pasal 91 ,92 dan 93 serta 104 UU No:8 Th 1995 ttg Pasar Modal "setiap orang dilarang menciptakan informasi semu/
menyesatkan di Pasar Modal"
SARAN
1. Pemerintah selaku pemegang saham Asuransi Jiwasraya segera cepat bertanggung jawab
dalam penyelesaian kasus ini, agar nasabah pemegang polis tidak dirugikan terlalu lama.
2. Peran Otoritas Jasa Keuangan agar diperketat dan teliti dalam pemeriksaan laporan
keuangan anak perusahaan asuransi jiwa milik BUMN yaitu IFG Life.
3. Melakukan pemeriksaan kepada seluruh perusahaan BUMN khususnya dibidang asuransi
terhadap kinerja dan tata kelola yang dilakukan. Jika ada yang penyimpangan, agar
diberikan sanksi yang tegas.
4. Bagi masyarakat agar lebih selektif dalam memilih asuransi yang akan dipilih. Baik
perusahaan asuransi swasta atau milik pemerintah

Anda mungkin juga menyukai