Anda di halaman 1dari 13

Akuntansi Forensik

ANALISIS KASUS FRAUD


PT ASURANSI JIWASRAYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. Anita Silvia (31401700029)


2. Avissa Nur Rachmawati (31401700036)
3. Crussyta Desnawati (31401700046)

Dosen : Dr.E. Chrisna Suhendi, MBA., SE., Ak, CA

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat perusahaan
dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatanyang dilaksanakan
perusahaan. Sedangkan tujuan dilaksanakannya audit internaladalah untuk memperbaiki
kinerja perusahaan dengan cara membantu karyawanperusahaan agar mereka dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Audit internal akan melakukan penilaian
dengan tujuan untuk menguji danmengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh
perusahaan dengan caramemberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan
informasisehubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa (Tugiman, 2006:11). Agar
berhasilnya peran auditor dalam pencegahan danpendeteksian adanyakecurangan, sebaiknya
internal auditor perlumemahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan yang mungkin
terjadidalam perusahaan (Amrizal,2004). Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan
menggambarkan setiap upayapenipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil
harta atau hak-hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan,
kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja (Arens, et
all,2008:430). Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang
untukmemberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji
(misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas 2
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari duamacam yaitu
kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

Fraud adalah sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum yang dilakukan
secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan, baik pribadi maupun kelompok dan sifatnya
merugikan pihak lain bahkan merugikan keuangan perusahaan / negara. Biasanya dilakukan
oleh orang-orang dari dalam ataupun dari luar yang tugas fungsionalnya menjalankan sistem
pengendalian intern serta mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.

Kasus-kasus fraud atau biasa disebut dengan kecurangan dalam bidang keuangan baik
yang berasal dari Instansi Pemerintah (Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan
Provinsi) maupun Instansi Swasta (Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu
menjadi topik pembicaraan yang hangat di setiap kalangan masyarakat. Secara tidak disadari
hal ini muncul karena sudah menjadi sebuah anggapan sebagai suatu kebiasaan yang lumrah
dan wajar oleh masyarakat umum. Kebiasaan itu dipandang lumrah dilakukan karena sebagai
bagian dari budaya ketimuran, misalnya budaya saling memberi yang semula berlandaskan
pada keikhlasan sebagai amal shaleh dan amal jariah sematamata untuk mendapatkan pahala
diselewengkan menjadi budaya tahu sama tahu, yaitu kewajiban memberi bagi setiap orang
yang telah mendapatkan pelayanan jasa untuk kelancaran prosedur administrasi ataupun
kemudahan-kemudahan lainnya. Kasus fraud sering terjadi dan bahkan terungkap dalam
kenyataan seharihari di setiap tingkatan dan aspek kehidupan masyarakat. Namun, seiring
berjalannya waktu kasus-kasus fraud tersebut tidak diproses berkelanjutan secara hukum, hal
ini mengindikasikan bahwa lemahnya sistem pengendalian internal maupun eksternal yang
telah dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah untuk mencegah adanya fraud, serta masih
sangat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai defenisi dan resiko tindakan fraud yang
sebenarnya (KPK, 2011).

Di lingkungan instansi pemerintah tindakan fraud sangat mudah ditemukan bahkan


menjadi lahan utama bagi para pelaku-pelaku fraud dan berlangsung secara terus menerus
hampir di setiap bidang, baik yang berupa korupsi (Corruption), penyalahgunaan asset (Asset
Missapropriation), maupun pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statements).
Baru-baru ini PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan masyarakat.

 Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas


perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya
membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat.

Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika
dirunut, permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an. Maka Makalah ini akan
membahas tentang Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya.
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan diatas, maka masalah yang akan
di rumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kronologi Kasus Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya?


2. Bagaimana Kerugian Kasus Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya?
3. Bagaimana Peran Audit Internal pada PT. Asuransi Jiwasraya?
4. Bagaiamana Faktor-faktor penyebab Asuransi Jiwasraya Gagal Bayar?
5. Bagaimana Upaya Penyelamatan pada Asuransi Jiwasraya?
BAB II

PEMBAHASAN

PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) merupakan perusahaan asuransi jiwa


tertua di Indonesia yang merupakan cikal bakal dari perusahaan asuransi jiwa milik Belanda
NILLMIJ van 1859, yang akhirnya dinasionalisasikan dan menjadi milik negara pada tahun
1960. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
merupakan satu-satunya perusahaan Asuransi Jiwa milik pemerintah Republik Indonesia
(BUMN) dan saat ini merupakan perusahaan Asuransi Jiwa lokal terbesar di Indonesia.

Jiwasraya memiliki beragam produk baik individu maupun grup/kumpulan  dan selalu
mengalami perkembangan dan peningkatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat. Untuk memberikan layanan prima bagi pemegang polisnya, saat ini Jiwasraya
memiliki Kantor Pusat Bancassurance & Strategi Aliansi, Kantor Pusat Program Manfaat
Karyawan,  14 Kantor Wilayah, 71 Kantor Cabang, dan 494 Unit Kerja Area dengan
dukungan 15 ribu agen diseluruh Indonesia.

Kinerja dan performa perusahaan yang baik, terbukti menghantarkan Jiwasraya


mampu meraih beberapa penghargaan bergengsi di tahun 2015 antara lain : The 1st
Champion of Indonesia Original Brand SWA Award, Infobank Insurance Award kategori
Asuransi dengan kinerja SANGAT BAGUS selama tahun 2010-2014, Top IT
Implementation on Insurance Sector 2015, serta Penghargaan Rekor MURI untuk salah satu
kegiatan Corporate Social Responsibiliy (CSR) perusahaan dalam rangka HUT Ke 156
Jiwasraya.

Kronologi Kasus Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya

Perusahaan asuransi pelat merah, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah mengalami


musibah gagal pembayaran polis JS Saving Plan milik nasabah yang jumlahnya mencapai
triliunan rupiah. Liabilitas perusahaan telah bermasalah sejak 2004 silam.
Mengutip keterangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 2004 lalu, perusahaan
BUMN tersebut memiliki cadangan yang lebih kecil dari seharusnya. Sehingga perusahaan
mengalami insolvency mencapai Rp 2,769 triliun.

Kemudian, pada 2006, masalah keuangan Jiwasraya membengkak hingga nilai ekuitas negatif
Rp 3,29 triliun karena aset yang dimiliki jauh lebih kecil dibanding kewajiban. Saat itu,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer atau Tidak Menyatakan
Pendapatan (TMP). Dalam hal ini keuangan Jiwasraya mengalami kendala.

Pada tahun 2007 penyajian informasi cadangan Jiwasraya pun tidak dapat diyakini
kebenarannya. Hingga 2008, defisit nilai ekuitas perusahaan semakin membengkak menjadi
Rp 5,7 triliun dan Rp 6,3 triliun pada 2009.

Lalu, pada 2009, perseroan mulai mengambil langkah untuk penyelamatan jangka
pendek melalui re-asuransi. Hasilnya, dapat membawa nilai ekuitas menjadi surplus Rp 1,3
triliun per akhir 2011. Namun, Bapepam-LK meminta agar perusahaan memiliki alternatif
penyelesaian jangka panjang. Atas permintaan Bapepam-LK, pada 2012 peluncuran produk
JS Proteksi Plan (produk bancassurances dengan Bank BTN, KEB Hana Bank, BPD Jateng,
BPD Jatim dan BPD DIY) mendapat restu.

Sebagai informasi, per akhir 2011, jika skema reasuransi masih diterapkan maka
Jiwasraya masih surplus Rp 1,6 triliun. Namun jika tidak menerapkan skema tersebut, maka
Jiwasraya mengalami defisit Rp 3,2 triliun.

Selanjutnya pada 2013, direksi Jiwasraya menyampaikan alternatif penyehatan berupa


penilaian kembali aset tanah dan bangunan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
konvergen IFRS (nilai buku Rp 278,2 miliar). Setelah direvaluasi, asetnya menjadi Rp 6,56
triliun, dan Jiwasraya mencatatkan laba sebesar Rp 457,2 miliar.

Namun, tim audit BPK pada tahun 2015 menunjukkan terdapat dugaan
penyalahgunaan wewenang perusahaan di mana laporan aset investasi
keuangan overstated (melebihi realita) dan kewajiban understated (di bawah nilai
sebenarnya).

Sebagai informasi, pada 2013 hingga 2016, keuangan Jiwasraya tercatat surplus.
Selama 2013 hingga 2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat ditopang penjualan
produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun. Namun sayangnya, Jiwasraya
diberikan sanksi oleh OJK karena terlambat menyampaikan laporan aktuaris 2017. Kinerja
keuangan saat itu masih tumbuh positif dengan mencatatkan pendapatan premi JS Saving
Plan mencapai Rp 21 triliun, meskipun perusahaan terkena denda sebesar Rp 175 juta.

Pada April 2018, OJK dan direksi Jiwasraya mendapati adanya penurunan pendapatan
premi karena guaranteed return JS Saving Plan juga turun. Hingga pada Mei 2018 saat
pergantian direksi, direksi yang baru menyampaikan ada hal yang tidak beres terkait laporan
keuangan perusahaan kepada Kementerian BUMN.

Berdasarkan hasil audit KAP pada laporan keuangan 2017 terdapat koreksi laporan
keuangan interim dari yang semula Rp 2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar. Ditambah, tim audit
BPK tahun juga menyebutkan bahwa perusahaan berinvestasi pada aset berisiko untuk
mengejar imbal hasil tinggi.

Akhirnya pada Oktober 2018, perusahaan mengumumkan ketidaksanggupannya


membayar polis nasabah JS Saving Plan senilai Rp 802 miliar. Manajemen Jiwasraya dan
OJK mulai membahas penyehatan keuangan perusahaan untuk triwulan III. Hingga
menjelang akhir tahun ini, keuangan Jiwasraya tak kunjung membaik. Dengan demikian,
OJK mengeluarkan izin pembentukan anak usaha Jiwasraya, Jiwasraya Putra, demi
menyehatkan induknya. Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menyatakan
perusahaan butuh modal Rp 32,89 triliun untuk memenuhi rasio kecukupan modal berbasis
risiko sebesar 120 persen.

Sementara, aset perusahaan tercatat senilai Rp 23,26 triliun, namun harus memenuhi
kewajibannya yang mencapai angka Rp 50,5 triliun. Ekuitas negatif Rp 27,24 dan liabilitas
produk JS Saving Plan mencapai Rp 15,75 triliun hingga sekarang.

Kerugian Kasus Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya

Persoalan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang mencapai Rp 12,4 triliun
sudah masuk ranah hukum dan ditangani Kejaksaan Agung. Pemerintah pun terus berusaha
melepaskan jeratan masalah Jiwasraya sehingga BUMN asuransi jiwa ini bisa 'hidup' lagi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pun angkat suara.
Jiwasraya masuk menjadi pengawasan OJK, bahkan sejak 2006 sejak otoritas ini ketika itu
masih bernama Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
Kementerian Keuangan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga mengatakan terus berkomunikasi


dengan Menteri BUMN Erick Tohir untuk menangani masalah asuransi Jiwasraya. Pihaknya
akan melihat kasus ini secara luas, baik menyangkut sisi keuangan dan sisi hukum sebab ini
menyangkut kepercayaan publik terhadap perusahaan yang dimiliki negara. "Persoalannya
memang sangat besar dan sangat serius. Jadi kita juga akan melihat dari semua segi. "Dari
sisi keuangannya sendiri, neraca-neracanyanya, kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo
dan bagaimana kita akan mengatasinya. Ini sedang dan terus diformulasikan oleh
kementerian BUMN untuk dikoordinasikan dengan kami," kata Sri Mulyani di gedung BPPT,
Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

Sementara dari segi hukum, Sri Mulyani menyerahkan sepenuhnya pada Kejaksaan
Agung. Menurutnya, Kejagung sedang melakukan penelitian untuk kasus Jiwasraya. Potensi
kerugian negara menurut Kejagung mencapai Rp 13,7 triliun. "Kalau ditengarai adanya
pelanggaran apakah itu dari sisi tata kelola perusahaan, entah itu dr sisi keputusan, entah itu
sifatnya perdata atau pidana kami serahkan semuanya kepada bapak Jaksa Agung dan timnya
yang sekarang sedang melakukan penelitian," ucapnya. Ia berharap penanganan segera
dilakukan, apalagi dirinya dan Erick Tohir telah dipanggil Komisi VI dan Komisi XI DPR RI.
Elemen yang berkaitan dengan keuangan akan terlibat dalam menangani kasus ini. "Komisi
VI dan Komisi XI DPR RI sudah memanggil Pak Erick dan saya dan mereka juga mendorong
agar pemerintah melakukan penanganan. Jadi secara politik kita sudah diminta oleh DPR
untuk melakukan penanganan." "Kita akan coba terus melakukan formulasi langkah-langkah
itu. Tentu Pak Menteri BUMN sebagai kuasa pemegang untuk pengurusan BUMN, kuasa
pemegang sahamnya, atas nama pemerintah akan bisa memformulasikan langkah-langkah
tersebut.

Peran Audit Internal pada PT. Asuransi Jiwasraya

Auditor internal perlu melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau
bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindak lanjuti. Salah
satu temuan auditor internal diantaranya adalah penemuan kecurangan. Kecurangan ini
terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan, kesempatan untuk melakukan
kecurangan, kelemahan sistem dan prosedur serta adanya pembenaran terhadap tindakan
kecurangan tersebut. Penelitian berjudul peranan audit internal terhadap pencegahan
kecurangan , tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peranan auditor internal
pengaruh terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan audit internal pada PT.
Asuransi Jiwasraya sudah memadai. Pelaksanaan pencegahan kecurangan pada PT. Asuransi
Jiwasraya dinilai efektif. Hal ini diperkuat dengan data hasil penelitian yang dilihat dari skor
per dimensinya. Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan berdasarkan persentase
yang diperoleh dan dihubungkan dengan kriteria yang telah penulis tentukan, dapat
disimpulkan bahwa audit internal berperan dalam pencegahan kecurangan.

Faktor-faktor penyebab Asuransi Jiwasraya Gagal Bayar

Sebagai perusahaan asuransi tertua, apalagi termasuk BUMN, sangat mengejutkan


ketika beredar kabar bahwa PT. Asuransi Jiwasraya mengalami gagal bayar polis para
nasabahnya. Ada cukup banyak penyebab gagal bayarnya asuransi Jiwasraya, beberapa di
antaranya sebagai berikut :

a. Imbal hasil atau bunga yang terlalu tinggi


Imbal hasil atau bunga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih produk
keuangan, baik tabungan, deposito, investasi, maupun asuransi saving plan. Iming-iming
tingkat bunga yang tinggi sering kali efektif untuk menarik banyak nasabah. Demikian
pula yang terjadi pada produk asuransi JS Proteksi Plan dari PT. Asuransi Jiwasraya yang
dipasarkan oleh 7 bank mitra, yaitu BRI, BTN, Standard Chartered, Bank Victoria, Bank
KEB Hana Indonesia, Bank ANZ, dan Bank QNB Indonesia.
JS Proteksi Plan merupakan produk asuransi dengan sistem saving plan yang
menawarkan imbal hasil atau bunga sebesar 7%. Tingkat bunga yang ditawarkan ini jelas
lebih besar dari bunga deposito. Tak heran jika banyak nasabah yang tertarik untuk
‘membeli’ produk asuransi ini. Apalagi Jiwasraya juga menawarkan perlindungan
asuransi sampai lima tahun kepada setiap nasabah sesuai dengan jatuh tempo produk
asuransi ini.
Kebijakan yang disematkan pada produk asuransi dari Jiwasraya ini juga dianggap
terlalu menguntungkan nasabah, karena nasabah diperkenankan untuk menarik dananya
setelah setahun plus imbal hasil sebesar 7%.
b. Adanya fraud pada laporan keuangan
Di balik kesuksesan produk asuransi Jiwasraya yang laris manis di pasaran, ternyata
tak serta-merta diiringi dengan manajemen yang baik. Karut-marut pengelolaan dana
asuransi dengan sistem saving plan ini mulai terjadi di tahun keempat penjualannya. Hal
ini terkuak dengan adanya indikasi fraud pada laporan keuangan tahun 2017. Dalam
laporan keuangan tahun tersebut, total keuntungan yang diraih Jiwasraya mencapai Rp
2,4 triliun, padahal laba sebenarnya hanya sebesar Rp 328,44 miliar saja.
Adanya fraud laporan keuangan ini diketahui setelah dilakukannya audit oleh
PriceWaterhouseCooper (PWC).
Fraud pada laporan keuangan dan tingkat bunga yang tinggi menyebabkan keuangan
perusahaan semakin berat. Sebab, perusahaan harus membayar kembali dana nasabah
sekaligus bunganya yang tidak sedikit saat jatuh tempo. Sementara, keuntungan atas
pemanfaatan dana nasabah tidaklah sesuai dengan yang dicantumkan dalam laporan
keuangan resmi perusahaan.
c. Serampangan dalam berinvestasi
Dana yang diperoleh atas penjualan produk asuransi Jiwasraya dikelola sedemikian
rupa sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat meningkatkan kekuatan perusahaan
secara finansial. Tak hanya itu, keuntungan tersebut juga dipergunakan untuk
memberikan imbal hasil kepada para nasabah.
Sayangnya, pengelolaan dana asuransi Jiwasraya dinilai kurang menerapkan asas
prudent. Jiwasraya terlalu serampangan dalam berinvestasi. Dari laporan keuangan tahun
2017 terkuak bahwa sebagian besar dana nasabah diinvestasikan pada reksadana, saham,
dan properti.
Celakanya, investasi tersebut kurang memperhatikan manajemen risiko. Jiwasraya
justru banyak menginvestasikan dana nasabah pada saham tidak likuid yang konsisten
naik. Akibatnya, risiko gagal dan derita kerugian senantiasa membayangi perusahaan
asuransi ini. Benar saja, saham yang diborong Jiwasraya terpuruk di pasar keuangan,
sehingga berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh pun tidak maksimal, bahkan
mengalami kerugian.
Selain itu, terungkap juga 12 persoalan utama yang memicu perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dan gagal bayar polis yang jatuh tempo.
Permasalahan utama perusahaan Jiwasraya:
1. Produk-produk yang merugi (negative spread dan underpricing, harga kemurahan).
2. Kinerja pengelolaan aset yang rendah.
3. Kualitas aset investasi dan non investasi yang kurang likuidaso.
4. Sistem pengendalian perusahaan yang masih lemah.
5. Tata Kelola perusahaan yang kurang baik.
6. Sistem informasi yang tidak anda.
7. Kantor cabang yang tidak produktif.
8. Biaya operasional yang tidak efisien
9. Akses permodalan yang terbatas.
10. Kurangnya inovasi di bidang produk dan layanan.
11. Kualitas SDM asuransi yang terbatas dan budaya kerja.
12. Sarana dan prasarana kerja yang belum modern.

Upaya Penyelamatan pada Asuransi Jiwasraya

Permasalahan yang tengah dihadapi oleh PT. Asuransi Jiwasraya tentu membutuhkan
perhatian lebih terutama dari pemerintah. Dibutuhkan solusi yang tepat untuk menyelamatkan
perusahaan asuransi ini dari kebangkrutan.

Sejak terungkap Oktober 2018 lalu, jajaran petinggi PT. Asuransi Jiwasraya dan
pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian BUMN tidaklah tinggal diam. Mereka
telah berupaya mengambil langkah strategis untuk menyelamatkan Jiwasraya. Berikut upaya-
upaya yang telah dilakukan:

a. Memperpanjang kontrak polis yang jatuh tempo


Tekanan likuiditas yang dialami Jiwasraya mengakibatkan perusahaan asuransi
tersebut mengalami gagal bayar terhadap polis yang telah jatuh tempo. Upaya pertama
yang dilakukan untuk menyelamatkan Jiwasraya dari kebangkrutan adalah dengan
memperpanjang kontrak polis yang telah jatuh tempo atau roll over.
Upaya roll over polis ini dinilai sebagai win-win solution baik bagi perusahaan
maupun nasabah. Bagi nasabah yang bersedia melakukan roll over, akan diberikan
pembayaran di muka atas bunga perpanjangan kontrak polis tersebut. Sementara bagi
nasabah yang tidak bersedia melakukan roll over polis diberikan bunga pengembangan
efektif sebesar 5,75% per tahun.
b. Menerbitkan surat utang
Upaya kedua yang dilakukan untuk menyelamatkan Jiwasraya adalah menerbitkan
surat utang. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan investasi agar neraca keuangan
perusahaan bisa kuat kembali dalam waktu lebih cepat.
Surat utang yang diterbitkan Jiwasraya berbentuk MTN (Medium Term Note) atau
surat utang jangka menengah senilai Rp 500 miliar. Dengan surat utang tersebut,
harapannya Jiwasraya dapat memperoleh dana yang bisa digunakan untuk
memperbanyak investasi agar neraca keuangan perusahaan semakin kuat.
c. Mendirikan anak perusahaan
Upaya lain yang dilakukan adalah dengan mendirikan anak perusahaan yang
diberi nama PT. Jiwasraya Putra. Tujuannya meningkatkan kinerja usaha perusahaan
untuk memperbaiki likuiditas perusahaan.
Strategi yang digunakan adalah menjual produk asuransi baru dan unit link.
Berkenaan dengan hal itu, Jiwasraya menggandeng 4 BUMN besar untuk
memasarkan produknya tersebut. Adapun BUMN yang terlibat antara lain BTN (Bank
Tabungan Negara), KAI (Kereta Api Indonesia), Telkomsel, dan Pegadaian.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah satu-satunya perusahaan yang merupakan


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang bergerak di bidang industri asuransi
jiwa, dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Perusahaan ini berdiri
dengan satu tujuan yang mulia, yaitu mendidik masyarkat merencankan masa depan.

Polemik Jiwasraya belum selesai sampai saat ini. Jiwasraya mengaku gagal bayar
klaim polis hingga Rp 12,4 triliun. Sehingga nasib nasabah asuransi yang merupakan
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu jadi tidak jelas.

SARAN

Asuransi Jiwasraya harus lebih giat lagi dalam melakukan promosi produk-produk


dan jasa, serta memberikan informasi yang dibutuhkan oleh costumernya sehingga
masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal tentang progam asuransi yang dalam
Jiwasraya. Dalam hal ini sosilalisasi tentang kasus fraud dalam PT. Asuransi Jiwasraya yang
dimaksud agar masyarakat mau bergabung dalam progam yang sudah di lakukan Jiwasraya,
baik masyarkat manapun.

Anda mungkin juga menyukai