DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat perusahaan
dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatanyang dilaksanakan
perusahaan. Sedangkan tujuan dilaksanakannya audit internaladalah untuk memperbaiki
kinerja perusahaan dengan cara membantu karyawanperusahaan agar mereka dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Audit internal akan melakukan penilaian
dengan tujuan untuk menguji danmengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh
perusahaan dengan caramemberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan
informasisehubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa (Tugiman, 2006:11). Agar
berhasilnya peran auditor dalam pencegahan danpendeteksian adanyakecurangan, sebaiknya
internal auditor perlumemahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan yang mungkin
terjadidalam perusahaan (Amrizal,2004). Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan
menggambarkan setiap upayapenipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil
harta atau hak-hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan,
kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja (Arens, et
all,2008:430). Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang
untukmemberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji
(misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas 2
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari duamacam yaitu
kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).
Fraud adalah sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum yang dilakukan
secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan, baik pribadi maupun kelompok dan sifatnya
merugikan pihak lain bahkan merugikan keuangan perusahaan / negara. Biasanya dilakukan
oleh orang-orang dari dalam ataupun dari luar yang tugas fungsionalnya menjalankan sistem
pengendalian intern serta mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.
Kasus-kasus fraud atau biasa disebut dengan kecurangan dalam bidang keuangan baik
yang berasal dari Instansi Pemerintah (Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan
Provinsi) maupun Instansi Swasta (Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu
menjadi topik pembicaraan yang hangat di setiap kalangan masyarakat. Secara tidak disadari
hal ini muncul karena sudah menjadi sebuah anggapan sebagai suatu kebiasaan yang lumrah
dan wajar oleh masyarakat umum. Kebiasaan itu dipandang lumrah dilakukan karena sebagai
bagian dari budaya ketimuran, misalnya budaya saling memberi yang semula berlandaskan
pada keikhlasan sebagai amal shaleh dan amal jariah sematamata untuk mendapatkan pahala
diselewengkan menjadi budaya tahu sama tahu, yaitu kewajiban memberi bagi setiap orang
yang telah mendapatkan pelayanan jasa untuk kelancaran prosedur administrasi ataupun
kemudahan-kemudahan lainnya. Kasus fraud sering terjadi dan bahkan terungkap dalam
kenyataan seharihari di setiap tingkatan dan aspek kehidupan masyarakat. Namun, seiring
berjalannya waktu kasus-kasus fraud tersebut tidak diproses berkelanjutan secara hukum, hal
ini mengindikasikan bahwa lemahnya sistem pengendalian internal maupun eksternal yang
telah dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah untuk mencegah adanya fraud, serta masih
sangat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai defenisi dan resiko tindakan fraud yang
sebenarnya (KPK, 2011).
Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika
dirunut, permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an. Maka Makalah ini akan
membahas tentang Fraud pada PT. Asuransi Jiwasraya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan diatas, maka masalah yang akan
di rumuskan dalam penelitian ini adalah :
PEMBAHASAN
Jiwasraya memiliki beragam produk baik individu maupun grup/kumpulan dan selalu
mengalami perkembangan dan peningkatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat. Untuk memberikan layanan prima bagi pemegang polisnya, saat ini Jiwasraya
memiliki Kantor Pusat Bancassurance & Strategi Aliansi, Kantor Pusat Program Manfaat
Karyawan, 14 Kantor Wilayah, 71 Kantor Cabang, dan 494 Unit Kerja Area dengan
dukungan 15 ribu agen diseluruh Indonesia.
Kemudian, pada 2006, masalah keuangan Jiwasraya membengkak hingga nilai ekuitas negatif
Rp 3,29 triliun karena aset yang dimiliki jauh lebih kecil dibanding kewajiban. Saat itu,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer atau Tidak Menyatakan
Pendapatan (TMP). Dalam hal ini keuangan Jiwasraya mengalami kendala.
Pada tahun 2007 penyajian informasi cadangan Jiwasraya pun tidak dapat diyakini
kebenarannya. Hingga 2008, defisit nilai ekuitas perusahaan semakin membengkak menjadi
Rp 5,7 triliun dan Rp 6,3 triliun pada 2009.
Lalu, pada 2009, perseroan mulai mengambil langkah untuk penyelamatan jangka
pendek melalui re-asuransi. Hasilnya, dapat membawa nilai ekuitas menjadi surplus Rp 1,3
triliun per akhir 2011. Namun, Bapepam-LK meminta agar perusahaan memiliki alternatif
penyelesaian jangka panjang. Atas permintaan Bapepam-LK, pada 2012 peluncuran produk
JS Proteksi Plan (produk bancassurances dengan Bank BTN, KEB Hana Bank, BPD Jateng,
BPD Jatim dan BPD DIY) mendapat restu.
Sebagai informasi, per akhir 2011, jika skema reasuransi masih diterapkan maka
Jiwasraya masih surplus Rp 1,6 triliun. Namun jika tidak menerapkan skema tersebut, maka
Jiwasraya mengalami defisit Rp 3,2 triliun.
Namun, tim audit BPK pada tahun 2015 menunjukkan terdapat dugaan
penyalahgunaan wewenang perusahaan di mana laporan aset investasi
keuangan overstated (melebihi realita) dan kewajiban understated (di bawah nilai
sebenarnya).
Sebagai informasi, pada 2013 hingga 2016, keuangan Jiwasraya tercatat surplus.
Selama 2013 hingga 2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat ditopang penjualan
produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun. Namun sayangnya, Jiwasraya
diberikan sanksi oleh OJK karena terlambat menyampaikan laporan aktuaris 2017. Kinerja
keuangan saat itu masih tumbuh positif dengan mencatatkan pendapatan premi JS Saving
Plan mencapai Rp 21 triliun, meskipun perusahaan terkena denda sebesar Rp 175 juta.
Pada April 2018, OJK dan direksi Jiwasraya mendapati adanya penurunan pendapatan
premi karena guaranteed return JS Saving Plan juga turun. Hingga pada Mei 2018 saat
pergantian direksi, direksi yang baru menyampaikan ada hal yang tidak beres terkait laporan
keuangan perusahaan kepada Kementerian BUMN.
Berdasarkan hasil audit KAP pada laporan keuangan 2017 terdapat koreksi laporan
keuangan interim dari yang semula Rp 2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar. Ditambah, tim audit
BPK tahun juga menyebutkan bahwa perusahaan berinvestasi pada aset berisiko untuk
mengejar imbal hasil tinggi.
Sementara, aset perusahaan tercatat senilai Rp 23,26 triliun, namun harus memenuhi
kewajibannya yang mencapai angka Rp 50,5 triliun. Ekuitas negatif Rp 27,24 dan liabilitas
produk JS Saving Plan mencapai Rp 15,75 triliun hingga sekarang.
Persoalan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang mencapai Rp 12,4 triliun
sudah masuk ranah hukum dan ditangani Kejaksaan Agung. Pemerintah pun terus berusaha
melepaskan jeratan masalah Jiwasraya sehingga BUMN asuransi jiwa ini bisa 'hidup' lagi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pun angkat suara.
Jiwasraya masuk menjadi pengawasan OJK, bahkan sejak 2006 sejak otoritas ini ketika itu
masih bernama Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
Kementerian Keuangan.
Sementara dari segi hukum, Sri Mulyani menyerahkan sepenuhnya pada Kejaksaan
Agung. Menurutnya, Kejagung sedang melakukan penelitian untuk kasus Jiwasraya. Potensi
kerugian negara menurut Kejagung mencapai Rp 13,7 triliun. "Kalau ditengarai adanya
pelanggaran apakah itu dari sisi tata kelola perusahaan, entah itu dr sisi keputusan, entah itu
sifatnya perdata atau pidana kami serahkan semuanya kepada bapak Jaksa Agung dan timnya
yang sekarang sedang melakukan penelitian," ucapnya. Ia berharap penanganan segera
dilakukan, apalagi dirinya dan Erick Tohir telah dipanggil Komisi VI dan Komisi XI DPR RI.
Elemen yang berkaitan dengan keuangan akan terlibat dalam menangani kasus ini. "Komisi
VI dan Komisi XI DPR RI sudah memanggil Pak Erick dan saya dan mereka juga mendorong
agar pemerintah melakukan penanganan. Jadi secara politik kita sudah diminta oleh DPR
untuk melakukan penanganan." "Kita akan coba terus melakukan formulasi langkah-langkah
itu. Tentu Pak Menteri BUMN sebagai kuasa pemegang untuk pengurusan BUMN, kuasa
pemegang sahamnya, atas nama pemerintah akan bisa memformulasikan langkah-langkah
tersebut.
Auditor internal perlu melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau
bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindak lanjuti. Salah
satu temuan auditor internal diantaranya adalah penemuan kecurangan. Kecurangan ini
terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan, kesempatan untuk melakukan
kecurangan, kelemahan sistem dan prosedur serta adanya pembenaran terhadap tindakan
kecurangan tersebut. Penelitian berjudul peranan audit internal terhadap pencegahan
kecurangan , tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peranan auditor internal
pengaruh terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan audit internal pada PT.
Asuransi Jiwasraya sudah memadai. Pelaksanaan pencegahan kecurangan pada PT. Asuransi
Jiwasraya dinilai efektif. Hal ini diperkuat dengan data hasil penelitian yang dilihat dari skor
per dimensinya. Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan berdasarkan persentase
yang diperoleh dan dihubungkan dengan kriteria yang telah penulis tentukan, dapat
disimpulkan bahwa audit internal berperan dalam pencegahan kecurangan.
Permasalahan yang tengah dihadapi oleh PT. Asuransi Jiwasraya tentu membutuhkan
perhatian lebih terutama dari pemerintah. Dibutuhkan solusi yang tepat untuk menyelamatkan
perusahaan asuransi ini dari kebangkrutan.
Sejak terungkap Oktober 2018 lalu, jajaran petinggi PT. Asuransi Jiwasraya dan
pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian BUMN tidaklah tinggal diam. Mereka
telah berupaya mengambil langkah strategis untuk menyelamatkan Jiwasraya. Berikut upaya-
upaya yang telah dilakukan:
PENUTUP
KESIMPULAN
Polemik Jiwasraya belum selesai sampai saat ini. Jiwasraya mengaku gagal bayar
klaim polis hingga Rp 12,4 triliun. Sehingga nasib nasabah asuransi yang merupakan
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu jadi tidak jelas.
SARAN