Anda di halaman 1dari 11

KASUS SKANDAL AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN

WORLDCOM

Anggota :

Mahendra Wahyu Pratama (15312522)


Nugraeni Susanti (15312528)
Arum Asoka Rini (15312530)
Wulan Purbaningrum (15312541)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


WorldCom merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan layanan telepon
jarak jauh dan merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika
yang didirikan oleh Bernard Ebbers di tahun 1983. Pada tahun 1989 WorldCom
terdaftar dalam bursa efek di Amerika dengan Bernard Ebbers sebagai CEO.
WorldCom berkembang pesat pada tahun 1990-an dengan mengakuisisi beberapa
perusahaan telekomunikasi lainnya dan mencapai puncaknya dengan mengakuisisi
MCI pada tahun 1998.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu
terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun
1998, Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap
infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan
WorldCom yang menurun drastis, sehingga pendapatan ini jauh dari yang
diharapkan. Padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi
infrastruktur WorldCom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.
WorldCom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah keuangan.
Pada saat itu nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar $150
milyar (Januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini
mebuat pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk
menghindari berita buruk tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang diuraikan, pokok permasalahan yang akan
dibahas adalah:
1. Apa saja penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan WorldCom?
2. Siapa sajakah pihak-pihak yang terlibat dalam kasus WorldCom?
3. Bagaimana pelanggaran kode etik yang terjadi pada perusahaan
Worldcom?
4. Bagaimana dampak yang terjadi pada perusahaan Worldcom?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada masalah yang dihadapi, penulis melakukan penelitian ini
dengan tujuan:
1. Mengetahui apa saja penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan
WorldCom.
2. Mengetahui siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam skandal kasus
WorldCom.
3. Mengetahui kode etik yang terjadi pada perusahaan Worldcom
4. Mengetahui dampak yang terjadi pada perusahaan Worldcom
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS KASUS


Pada awal tahun 2000, WorldCom sudah mulai mengalami kemerosotan
yang disebabkan oleh pendapatan mengalami penurunan dan utang semakin
banyak. Nilai sahamnya juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi
tersebut, Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David
Myers sebagai auditor senior memutuskan mengambil jalan keluar dengan cara
mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Mereka
membukukan line cost sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya
merupakan pengeluaran. Selanjutnya, mereka meningkatkan pendapatan dengan
entri akun palsu yang ditulis sebagai akun pendapatan perusahaan yang tidak
teralokasi. Dan dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada
tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun
2002.
Berdasarkan data WorldCom, $14,7 milyar pada tahun 2001 disajikan
sebagai biaya. Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCom
mampu menaikkan pendapatan atau laba. WorldCom mampu menaikan laba
karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi
karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi. Dalam laporannya
pada 25 Juni, Worldcom mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih
dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal. Dimana
beban jaringan adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepada perusahaan lain
untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan
bagi Worldcom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada
tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun
2002. Berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan sebagai
biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom mampu
menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun
beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban
kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi,
praktek ini akan berakibat pendapatan bersih yang lebih rendah dalam tahun-tahun
brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut akan didepresiasikan secara
esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin antara 10
tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada
Maret 2002 SEC meminta data dari perusahaan berupa item-item yang
berhubungan dengan Laporan Keuangan. Termasuk didalamnya :
1. Komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. Sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan
pelanggan dalam skala besar
3. Kebijakan akuntansi untuk merger
4. Pinjaman kepada CEO
5. Integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WC.
Pada tanggal 1 Juli 2002 Worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di
Worldcom juga diinvestigasi atau diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk
mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi. Seperti
utang pajak tahun depan. Seharusnya, akun ini tidak boleh dimanipulasi untuk
memperoleh pendapatan. Pada 8 Agustus, Worldcom mengakui bahwa mereka
telah menggunakan akun cadangan secara tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan
pada tanggal 28 agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk menutupi
biaya jaringan yang telah dikapitalisasi.

2.2 PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT


Pihak manajemen dan pemilik WorldCom melakukan suatu itikad bisnis yang
tidak baik. Manajemen WorldCom dengan sengaja memalsukan data keuangan
mereka dengan cara membebankan biaya ke rekening modal dan menciptakan
kelebihan cadangan atau ketentuan untuk biaya akan datang, yang kemudian
dibebaskan atau dikurangi sehingga menambah keuntungan (cookie jar). CEO
WorldCom, Ebbers, juga menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemilik untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Selain itu, Arthur Andersen yang seharusnya
melakukan pengungkapan atas kecurangan yang dilakukan oleh WorldCom, justru
bekerjasama dengan manajemen untuk menutupi kecurangan yang dilakukan
WorldCom. AA telah melanggar kode etiknya sebagai auditor, yaitu bertanggung
jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Menurut
kelompok kami, pihak-pihak yang harus bertanggung jawab dalam kasus ini yaitu:
a. CEO WorldCom-Bernard J. Ebbers Ebbers menyalahgunakan
wewenangnya sebagai pemilik untuk memperoleh keuntungan pribadi
dari dana yang dipinjamkan WorldCom. Ebbers juga menyatakan bahwa
kode etik merupakan tindakan yang menghabiskan waktu saja
(mengabaikan kode etik).
b. Manajemen WorldCom Manajemen WorldCom dalam dengan sengaja
menyetujui pemalsukan data keuangan WorldCom agar laporan keuangan
terlihat bagus dan kinerja mereka dinilai bagus pula. Hal ini dilakukan
dengan tujuan supaya masa jabatan manajemen senior tidak dipersingkat
dan pinjaman pribadi yang beredar tidak ditarik.
c. Auditor internal WorldCom Auditor internal perusahaan tidak
menggungkapkan kesalahan praktik-praktik akuntansi dan kecurangan
akuntansi yang dilakukan manajemen perusahaan. Mengingat nilai
kapitalisasi yang begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai pendapatan
bersih dan total aktiva, harusnnya praktik ini bisa diungkap lebih cepat.
d. Auditor eksternal WorldCom-Arthur Endersen AA mengetahui salah saji
yang dilakukan pihak Worldcom. AA seharusnya lebih peka terhadap
kondisi keuangan WorldCom, yang dapat mengakibatkan manajemen
perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran praktek akuntansi.
2.3 KODE ETIK YANG DILANGGAR

2.4 DAMPAK BAGI PERUSAHAAN WORLDCOM


Akhir tahun 2000, Worldcom mengumumkan memberhentikan 17.000
karyawan dari total 85.000 karyawan. Para pegawai Worldcom yang mempunyai
saham perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun mereka juga mengalami
kerugian
Pada 25 Juni 2002, saham Worldcom dari $64,5 pada pertengahan 1999
menjadi kurang dari $2 per saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang
akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen. Para pegawai Worldcom yang
mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun mereka juga
mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3 juta dana
pensiun mereka berupa saham. Dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000
karyawan dari total 85 ribu karyawan.
Pada 21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan
sementara dari departemen kehakiman Amerika serikat. Worldcom melaporkan
aset sebesar $103 milyar dengan total utang $41 milyar. Kebangkrutan Worldcom
merupakan kebangkrutan yang paling besar di Amerika Serikat, kemudian pada
tahun 2004 Worldcom berubah nama mnjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti
dari Ebbers menjadi John Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman
penjara maksimum 25 tahun penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman
penjara lebih dari 25 tahun.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Dari kasus skandal akuntansi yang terjadi dapat kami simpulkan bahwa
Worldcom sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran
tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Worldcom, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas perusahaan. Dalam kasus ini, KAP seharusnya bisa
bersikap independen. Kasus ini juga diketahui terjadinya perilaku manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor. Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika
profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki
perangkat undang-undang bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini
terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak
yang selama ini diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang
telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari
praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang
menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan
tuntutan hukum.
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang
sehat bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal
apa yang baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
sebagai anggota profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan
karyawan sendiri. Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya
suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya
akan menuai ketidakbaikan pula termasuk kemadharatan bagi banyak pihak.
3.2 SARAN
Dari kasus Worldcom yang telah kami analisis, kami memiliki saran untuk
perusahaan tersebut, beberapa diantaranya adalah :

Auditor Eksternal seharusnya bersikap independen sehingga tidak


kehilangan objektifitasnya dalam mengaudit laporan keuangan dan
mengevalusi metode perusahaan yang diauditnya.

Seharusnya Komite Audit mengawasi Dewan Direksi agar tidak terjadi


lagi kecerobohan seperti meminjamkan uang kepada CEO Bernard Ebbers
yang mengakibatkan keuangan perusahaan memburuk.

Sebaiknya perusahaan WorldCom membuat standarisasi tambahan selain


kode etik yang sudah berlaku bagi Auditor maupun Akuntan perusahaan
agar Staff Akuntansi maupun Auditor dapat bekerja dengan professional
dan dapat menghormati profesinya. Sehingga dapat menjalankan tugas
sesuaiprosedur.
DAFTAR PUSTAKA

________.2011. KASUS SKANDAL AKUNTANSI PADA WORLDCOM (online),


(https://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-
pada-worldcom/ , diakses tanggal 19 Maret 2016).

Maulida, Asna. 2013. ENRON AND WORLDCOM. (online),


(https://asnamaulida.wordpress.com/2013/02/19/enron-and-worldcom/,
diakses tanggal 18 Maret 2017).

Wati, F.K., Lestari S.K., dan Nastiti Aulia. 2014. ETIKA PROFESI DAN TATA
KELOLA KORPORAT (online),
(https://www.academia.edu/8686318/ETIKA diakses tanggal 19 Maret
2017).

Anda mungkin juga menyukai