Anda di halaman 1dari 32

Pengukuran dan Instrumen

Penelitian
Tujuan Pengukuran
• Tujuan: menetapkan bilangan-bilangan pada
kejadian-kejadian empiris sesuai norma-
norma yang disepakati, dan membuat data
agar memiliki kualitas tinggi dengan tingkat
kesalahan yang rendah agar hipotesis dapat
diuji.
Apakah yang diukur?
Variabel-variabel yang diteliti yang dikelompokkan
sebagai ‘obyek’ atau sebagai ‘sifat’.

Obyek meliputi sesuatu yg nyata misalnya kendaraan,


sekolah, rumah sakit, toko dan mesin. Juga meliputi
sesuatu yg tidak terlalu nyata misalnya motivasi,
sikap, kepuasan kerja, dll.
Sifat, merupakan karakteristik dari obyek.
•Sifat fisik seseorang dapat dinyatakan dalam istilah
berat, tinggi, postur, dll.
•Sifat fisiologis seperti kecerdasan.
•Sikap sosial seperti kemampuan memimpin, status,
hubungan dengan masyarakat.
• Pengukuran merupakan bagian terpenting dari
proses penelitian, dalam pengukuran dibutuhkan
skala pengukuran dan instrumen pengukuran (alat
pengukuran).
• Skala: nominal , ordinal, interval, dan ratio.
• Skala nominal  skala yg hanya untuk
memberikan indeks atau simbol saja yang bersifat
membedakan. (misal: 1=pegawai negeri; 2=petani; 3=pegawai
swasta)
• Skala ordinal  data dengan skala rangking, dimana
identitas yg diberikan ditujukan untuk membuat
urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan
selisih yg sama karena bukan angka numerik. (misal:
1=sangat puas; 2=puas; 3=kurang)
• Skala interval  skala pengukuran yang mempunyai
selisih sama antara satu pengukuran dengan
pengukuran yang lain. Data bersifat numerik.
(misal: data termometer 0 derajat C s.d. 100 derajat C)
• Skala rasio  merupakan skala pengukuran yang
paling tinggi karena merupakan angka hasil
perbandingan dari angka numerik dengan nilai nol
mutlak.
Memilih Skala Pengukuran
• Secara kualitas atau keterpercayaan dan kepastian
data, data dengan skala rasio lebih baik dibanding
data dengan skala interval, ordinal, dan nominal.

Rasio
Interval
Urutan kualitas data
Ordinal
Nominal
• Dalam memilih skala pengukuran diperlukan
beberapa pertimbangan: tujuan penelitian, jenis
respons, dan kesulitan data.

1) Tujuan Penelitian merupakan dasar terpenting


dalam penetapan skala pengukuran. Setiap
fenomena yg diamati belum tentu mempunyai
tujuan tunggal dalam penelitian.
2) Jenis Respons
Skala pengukuran juga ditetapkan berdasar
respon yang diharapkan dari narasumber yg
pengelompokannya meliputi: penilaian,
pemeringkatan, dan kategorisasi.
a). Penilaian, peneliti mengharapkan narasumber
melakukan penilaian terhadap obyek atau perilaku tertentu
tanpa atau dengan melakukan perbandingan langsung pada
obyek atau sikap lain. (skalainterval atau ordinal)
b). Pemeringkatan, peneliti meminta narasumber untuk
membuat perbandingan dan menentukan urutan diantara
dua atau lebih sifat atau obyek. (skalaordinal)

c) Kategorisasi, peneliti meminta narasumber untuk


menempatkan diri mereka sendiri ke dalam kelompok
atau kategori. (skalanominal)
3) Kesulitan Data
Jika terdapat kesulitan perolehan data, peneliti biasanya
mengkonversi skala agar data lebih mudah diperoleh.
Instrumen Penelitian
• Merupakan alat untuk mengumpulkan data atau
informasi yg relevan dengan permasalahan
penelitian. (Ubah data  fakta)
• Langkah-langkahnya:
(1) Mengkaji variabel penelitian
(2) Menentukan jenis skala dan bentuk instrumen
(3) Menyusun kisi-kisi instrumen
(4) Melakukan uji coba (try out)
Skala dan Instrumen
(I) Skala Rating
Memberikan penilaian terhadap suatu obyek atau
perlakuan. (misal: 1 s.d. 10).
Cooper (2003) mengidentifikasi 3 tipe kesalahan.
a) Kesalahan kelonggaran, terjadi ketika narasumber
menjadi ‘penilai mudah’ atau ‘penilai sulit’.
b) Kesalahan kecenderungan terpusat, terjadi ketika
narasumber enggan memberikan penilaian ‘ekstrim’.
c) Efek Halo, bias sistematik yg timbul krn narasumber
memindahkan kesan umum subyek ke pilihan rating.
1) Skala kategori sederhana
Disebut juga skala dikotomi. Peneliti hanya menawarkan dua
pilihan yg harus dipilih salah satu. Misal: “ya” dan “tidak”, “setuju”
dan “tidak setuju”, “penting” dan “tidak penting”, dll.
2) Skala pilihan ganda – tanggapan tunggal
Jika terdapat banyak pilihan, tetapi hanya satu jawaban yang
dibutuhkan.
3) Skala pilihan ganda – tanggapan ganda
Apabila jawaban yg dibutuhkan lebih dari satu dari sekian
banyak pilihan (checlist).
4) Skala Likert
Diambil dari nama psikolog dan dosen di Amerika
Rensis Likert (1932). Merupakan pengembangan dari
skala rating, tujuannya untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi terhadap suatu obyek atau perlakuan
(persetujuan/tidak persetujuan).
Bersifat psikometrik yg dituangkan dalam bentuk
respons tertulis (angket).

Misal: Sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), kurang


setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).
5) Skala Defferential Semantic
Diperkenalkan oleh Charles Osgood (1957), yg
menekankan pada aspek semantik sebuah kata.
Merupakan penyempurnaan dari skala Likert yg tidak
mampu menjangkau respon multidemensi yg tersusun
dalam satu garis kontinum.
Bagian kanan garis merupakan jawaban positif, kiri garis
jawaban negatif.
Sangat baik +---+---+---+---+---+---+ Sangat tidak baik
Menyenangkan +---+---+---+---+---+---+ Tidak menyenangkan
Sesuai harapan +---+---+---+---+---+---+ Tidak sesuai harapan
6) Skala Jumlah Konstan
Merupakan turunan dari skala differential semantic yg membantu
peneliti menemukan proporsi atau rasio tanggapan responden.
Narasumber mengalokasikan angka-angka pada lebih dari satu atribut
sehingga jumlahnya konstan, biasanya 100 atau 10.

Dari empat karakteristik kompetensi dosen, bagaimana proporsi


penguasaan kompetensi di kalangan Universitas Anda?
Kompetensi profesional _______
Kompetensi pedagogik _______
Kompetensi sosial _______
Kompetensi kepribadian _______
JUMLAH 100
7) Skala Stapel
Bentuk ini digunakan apabila sulit menemukan kata-kata
sifat bipolar yg sesuai dengan kata-kata investigatif.
Di sini narasumber memilih sebuah bilangan positif untuk
karakteristik yg menggambarkan obyek sikap. Semakin akurat
penggambaran semakin besar bilangan positifnya.
+5
+4
+3
+2
+1
Reputasi Kelas Dunia
-1
-2
-3
-4
-5

Skala Stapel pada umumnya menghasilkan data INTERVAL.


II. SKALA RANGKING
Digunakan bila peneliti berkeinginan untuk memperoleh
informasi dan data tentang preferensi narasumber
terhadap berbagai pilihan berdasarkan urutan/rangking.

Narasumber membandingkan dua obyek/lebih dan


membuat pilihan mana yg paling dulu dipilih sebelum yg
lainnya.
a). Skala Perbandingan Pasangan
Narasumber menyatakan sikap dengan memilih diantara
beberapa kemungkinan variasi pilihan.
Contoh:
Beri tanda check list untuk salah satu calon presiden, dari dua kemungkinan
pilihan. Pilih salah satu diantara keduanya.

…….Jokowi ……..ARB
…….ARB ……..Surya Dharma

……..Prabowo ………Surya Dharma


……..Jokowi ………Prabowo
b) Skala Ranking Terpaksa
Narasumber dituntun untuk membuat urutan/ranking
diantara daftar atribut-atribut yg ditawarkan. Metode ini lebih
cepat, mudah dan memberi motivasi pada narasumber.
Contoh:
Urutkan MK yang kamu sukai. Letakkan angka 1 desebelah MK yg paling
disukai, kemudian 2 pilihan berikutnya, dan seterusnya..
……Akuntansi Pengantar
……Akuntansi Manajemen
……Sistem Informasi Akuntansi
……Akuntansi Kombis
……Akuntansi Biaya
c) Skala Perbandingan
Jika peneliti ingin membandingkan pilihan narasumber
dengan sesuatu yg lain yang dijadikan standar, dengan
harapan diketahui preferensi narasumber bila
dibandingkan dgn standarnya.
Contoh:
“Jika dibanding dengan Universitas Negeri, bagaimana
kenyamanan Anda kuliah di UII”

Lebih nyaman Sama saja Lebih buruk


_____ _____ _____ _____ _____
1 2 3 4 5
Uji Instrumen
• Instrumen: alat pengukur yg merupakan faktor penting
dalam menghimpun data.
• Untuk melihat baik/tidaknya alat pengukuran, dapat
dilakukan dgn melihat kriteria utamanya, yaitu:
a) Validitas: tingkat dimana sebuah pengujian mengukur
apa yg benar-benar ingin diukur.
b) Reliabilitas: akurasi dan presisi dari pengukuran
c) Kepraktisan: faktor ekonomi, kenyamanan, kemudahan
tafsir.
VALIDITAS
• Menguji instrumen yg dipilih, apakah memiliki tingkat
ketepatan utk mengukur apa yg semestinya diukur atau
tidak.
• Instrumen dikatakan tidak valid antara lain karena:
1) Kurang baiknya disain penelitian;
2) Partisipan lelah, stres, dan tidak mengerti pertanyaan
yang ada di instrumen;
3) Ketidakmampuan untuk memprediksi manfaat dari skor;
4) Kurangnya disain pertanyaan
a) Validitas Isi
Merupakan ukuran kualitas ketepatan instrumen dalam
memberi cakupan isi yg sesuai dgn maksud dan tujuan
penelitian. Apakah butir instrumen memiliki keterbacaan
(literacy) yang baik untuk nara sumber.

 Untuk mengetahui kondisi validitas isi, dilakukan uji coba


(try out), atau dengan menggunakan sebuah panel yg
terdiri dari beberapa orang utk menilai kualitas instrumen.
b) Validitas Kriteria-Terkait
Mencerminkan keberhasilan penggunaan instrumen
pengukuran untuk prediksi atau estimasi. Peneliti harus yakin
bahwa kriteria yg dipakai adalah ‘valid’. Ukuran kriteria dinilai
berdasarkan empat kualitas:
(1) relevansi: tepat dan berguna
(2) bebas dari bias: memberi peluang yg sama bagi setiap opsi
(3) kehandalan: layak atau dapat dilakukan orang lain
(4) ketersediaan: informasi utk mencapai kriteria tidak sulit didapat
c) Validitas Konstruk
Tercapai bila instrumen sudah sesuai atau memenuhi
konsep-konsep atau konstruk dari teori empiris yg sesuai atau
mewakili dari apa yg diteliti sesuai bidang keilmuannya.
Reliabilitas
• Sebuah pengukuran dikatakan handal jika memberikan
hasil yg KONSISTEN.
• Beberapa faktor yg menyebabkan data tidak reliabel,
meliputi
a) Pertanyaan di dalam instrumen ambigu dan tidak jelas.
b) Prosedur kerja tidak memiliki standar yg jelas
c) Narasumber sedang tidak konsentrasi, lelah, cemas,
misinterpretasi terhadap pertanyaan yg diajukan
Sumber Distorsi
• Kesalahan pengukuran tidak dapat dihindarkan karena
faktor alam, budaya, regulasi, teknologi, dll
• Beberapa faktor penyebab kesalahan pengukuran:
- Narasumber
- Faktor Situasional
- Pengukur
- Instrumen
Beberapa Jenis Instrumen
• Tes
• Kuesioner / angket
• Wawancara
• Observasi
• Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai