Anda di halaman 1dari 26

Mengembangkan

Instrumen
Asesmen
Pendidikan
Heri Retnawati
Mata Kuliah : Asesmen Pendidikan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY
• Mendesain Pembelajaran
• Melaksanakan Pembelajaran

Tugas • Melakukan asesmen


(Mendesain Instrumen
Instrumen Penilaian,
Guru Mengumpulkan Data,
Administrasi Data (Organisasi,
Koding), Analisis dan
Interpretasi)
Asesmen • Dikembangkan dengan
Memerlukan Teknik yang baik dan standar
• Valid
Instrumen • Reliabel
• Parameter butir yang tepat
yang Baik
• Menentukan tujuan pengembangan
instrument
Prosedur • Menentukan teori yang relevan/cakupan
materi

Pengembangan • Membuat kisi-kisi


• Menuliskan butir soal

Instrumen • Validasi→Revisi
• Ujicoba

yang Baik dan • Analisis karakteristik butir dan reliabilitas


• Menentukan butir yang baik
Terstandarkan • Perakitan butir menjadi perangkat
• Menyajikan (Kertas dan Pensil vs Berbasis
computer)
• Apa yang akan diukur?
• Siapa respondennya?
• Mengapa diukur?
Menentukan
• Berbentuk apa soalnya?
tujuan • Siapa yang mengembangkan
pengembangan instrumennya?
instrument
• Teori apa yang mendasari
pengukuran tersebut?
Menentukan • Buku-buku referensi
teori yang • Hasil penelitian lainnya yang
telah ada
relevan/cakupan • Cakupan materinya apa saja?
materi
• ABCD-kata kerja operasional
• Cara lain/ide penting apa yang
perlu dimasukkan/diukur
• Didasarkan pada teori tertentu
atau dasar tententu
Membuat kisi-kisi • Pertimbangan logis
• Sesuai dengan kisi-kisi yang
ada
• Menggunakan kalimat yang
dapat dipahami calon
Menuliskan butir responden
instrumen • Bahasa mudah dipahami
• Bentuk butir sesuai dengan
kisi-kisi yang diharapkan
Pengumpulan data pada dasarnya dikategorikan menjadi 2 cara,
yakni teknik tes dan nontes.
 Teknik tes : tes lisan, tulisan, tes berbasis komputer (computer
base testing, CBT) atau tes adaptif berbasis
komputer (computer adaptive test, CAT).
 Nontes : angket, wawancara, observasi, atau dokumentasi.
A. Teknik Tes

Tes merupakan salah satu bentuk instrumen, terdiri dari sejumlah pertanyaan
atau butir-butir soal digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui jawaban
peserta tes.
Melalui hasil jawaban tersebut, diperoleh suatu ukuran mengenai karakteristik
peserta tes. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa
1. Tes merupakan prosedur yang sistematik,
2. Tes berisi sampel kompetensi, dan
3. Tes mengukur kompetensi.
Tes Benar-Salah

Tes Pilihan ganda


Tes Objektif
Tes menjodohkan

Tes Tes isian singkat

Tes yang masing-masing


mengandung
Tes Uraian (Esai) permasalahan dan
menuntut penguraian
sebagai jawaban
Agar tes yang disusun merupakan tes yang baik, perlu
dilakukan telaah terhadap tes yang telah disusun. Telaah ini
dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Telaah secara
kualitatif dikenal pula sebagai telaah secara teori, sedangkan
telaah kuantitatif dikenal pula sebagai telaah secara empiris.
Telaah secara teori dapat dilakukan dengan
memperhatikan tiga aspek tes dalam proses penyusunannya.
Ketiga aspek yang tidak terlepas dalam penyusunan butir soal,
yakni
1. Aspek materi,
2. Aspek konstruksi, dan
3. Aspek bahasa/budaya.
Aspek Materi
• Butir-butir dalam paket tes telah sesuai dengan indikator pencapaian belajar yang diharapkan.
• Distraktor berfungsi sangat baik.
• Kunci jawaban untuk tiap-tiap butir tes yang ada hanya satu jawaban.

Aspek Konstruksi
• Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
• Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pertanyaan yang diperlukan.
• Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
• Pokok soal bebas dari pertanyaan yang bersifat negatif ganda.
• Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana dan sejenisnya yang terdapat dalam soal ditampilkan
secara jelas dan berfungsi.
• Panjang pilihan jawaban relatif sama.
• Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan
sejenisnya.
• Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka
tersebut atau kronologis
• Butir-butir tidak tergantung pada jawaban butir sebelumnya.

Aspek Bahasa/Budaya
• Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
• Menggunakan bahasa yang komunikatif
• Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
• Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama
Berikut ini, beberapa strategi agar pelaksanaan tes dapat
berhasil dan mengukur kemampuan peserta tes yang
sebenarnya.

Memberikan perintah yang jelas di awal tes

Memberikan petunjuk penskoran

Menuliskan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes


tersebut

Ketika pelaksaan tes, ada petugas yang mengawasi tes

Untuk tes yang dilaksanakan secara lisan, kunci jawaban, dan pedoman penskoran
dibuat terlebih dahulu sehingga memudahkan pelaksanaan tes dan penskorannya
Metode Angket
 Angket tertutup
Angket jenis ini terdiri dari sejumlah butir pertanyaan yang menghendaki jawaban pendek,
dengan alternatif jawaban 2 atau lebih. Angket ini disebut juga angket terbatas, karena jawaban
responden berupa pilihan alternatif yang telah disediakan.
 Angket terbuka
Angket ini disebut angket tidak terbatas karena menghendaki jawaban bebas dengan
menggunakan kalimat atau kata-kata responden sendiri. Jawaban responden sangat bervariasi karena
tidak ada aturan atau rambu-rambu dalam butir pertanyaan, sangat tergantung dari pendidikan dan
pengalaman responden, dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripad angket tertutup.
Angket dapat pula berupa skala sikap. Instrumen jenis ini banyak dipakai pada penelitian sosial
baik expost facto, survey, korelasi, quasi experiment, untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap
fenomena sosial yang ada dalam masyarakat atau terhadap kebijakan yang telah diambil oleh
pemerintah.
Skala diwujudkan dalam bentuk angka dengan rentangan yang bervariasi antara 3 sampai 9.
Jenis instrumen pada kategori ini, antara lain: Skala Bogardus, Skala Likert, Skala Semantic Defferential,
Skala Remmer dan Skala Thurstone.
Skala Bogardus
• Skala Bogardus atau skala jarak sosial, secara kuantitatif skala ini berupaya untuk
mengukur “jarak sosial” antar individu (kelompok) atau sikap penerimaan terhadap
individu (kelompok) lain, mengukur tingkat jarak seseorang yang diharapkan untuk
memelihara hubungan orang dengan kelompok lain.
Skala Likert
• Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau
fenomena sosial (Sugiono, 2008:134). Skala ini memuat item yang diperkirakan
sama dalam sikap atau beban nilainya, subjek merespon dengan berbagai tingkat
intensitas berdasarkan skala antara dua sudut yang berlawanan, misalnya: Setuju -
Tidak Setuju, Suka - Tak Suka, Menerima –Menolak.
Skala Semantic Differential
• Skala Semantic Differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya
bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di
mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban
yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang
diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data
interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Skala Remmer
• Skala Remmer, Remmer mengembangkan pola skala yang umum, untuk mengukur
sikap terhadap orang tertentu, lembaga-lembaga tertentu dan sebagainya. Item-
item yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap lembaga tertentu antara lain
adalah sebagai berikut:
• Dibawah ini adalah suatu daftar statemen tentang......... (lembaga tertentu).
Silahkan isi tanda (V) di depan setiap statemen yang menurut pendapat anda
cocok dengan keadaan lembaga tersebut.
• 1. Sangat sempurna dalam segala bidangnya
• 2. Merupakan lembaga yang paling terpuji
• 3. Diperlukan oleh setiap warga negara
• 4. Lembaga yang paling dicintai
• 5. Mewakili pemikiran dalam kehidupan modern
• 6. Dan seterusnya.
Skala Thurstone
• Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk
skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor
menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk
sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur
kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan
konten atau konstruk yang hendak diukur.
Contoh Skala Bogardus

No. Pertanyaan 1 2 3 4 Skor


1. Apakah Anda tahu misi sekolah kepribadian? ya 1

2. Apakah Anda tahu bagaimana meningkatkan sekolah kepribadian? ya ya 2

3. Apakah Anda mau mengembangkan sekolah kepribadian ya ya ya 3

4. Anda ingin anak Anda masuk sekolah kepribadian? ya ya ya ya 4


Contoh Skala Likert dan Semantic Differential

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Pelajaran matematika bermanfaat
2. Pelajaran matematika sulit
3. Tidak semua harus belajar matematika
4. Pelajaran matematika harus dibuat mudah
Skala Likert

Pelajaran Matematika
a b c d e f g
Menyenangkan Membosankan
Sulit Mudah
Bermanfaat Sia-sia
Menantang Menjemukan
Banyak Sedikit

Skala Semantic Differential


Contoh Skala Remmer dan Thurstone

Dibawah ini adalah suatu daftar statemen tentang......... (lembaga tertentu). Silahkan isi tanda (V)
di depan setiap statemen yang menurut pendapat anda cocok dengan keadaan lembaga tersebut.
1. Sangat sempurna dalam segala bidangnya
2. Merupakan lembaga yang paling terpuji
3. Diperlukan oleh setiap warga negara
4. Lembaga yang paling dicintai
5. Mewakili pemikiran dalam kehidupan modern
6. Dan seterusnya.
Skala Remmer

Minat terhadap pelajaran matematika


7 6 5 4 3 2 1
1.Saya senang belajar matematika
2.Pelajaran matematika bermanfaat bagi saya
3.Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran matematika
4.Saya berusaha memiliki buku pelajaran matematika
5.Pelajaran matematika membosankan
Dst
Skala Thurstone
Keuntungan dan kelebihan angket

Keuntungannya adalah peneliti atau evaluator dapat menjangkau responden


secara luas dan dalam jumlah banyak.

Namun, dengan angket, peneliti hanya dapat menanyakan permasalahan yang umum
saja dan tidak dapat secara mendalam. Kadang-kadang responden juga menjawab
tidak sesuai dengan keadaannya, tetapi menjawab sesuai dengan norma-etika-aturan
yang berlaku di masyarakat, misalnya jika ditanyakan tentang pelaksanaan kegiatan
agama, perilaku seksual, pendapatan, dan lain-lain, tentu akan menjawab yang baik-
baik saja. Hal inilah yang dinamai dengan social desirability bias.
Hal yang Diperhatikan dalam Penyusunan Angket

1. Peneliti perlu membuat kisi-kisi (blue print) sesuai dengan


konstruk teori yang digunakan,
2. Dalam menyusun angket, perlu disusun kalimat yang tidak
membingungkan dan bermakna ganda,
3. Menghindari pernyataan negatif ganda,
4. Menghindari penggunaan kata-kata yang tabu (di suatu
wilayah).

(Babbie, 2004)
Observasi

 Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan
pengamatan secara langsung di lapangan. Pengamatat disebut observer yang
diamati disebut observer.
 Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian. Data hasil
observasi bukan hanya dilihat dari sikap subjek penelitian saja, tetapi ada banyak
faktor yang harus diperhatikan. Bisa dikatakan observasi ini merupakan teknik
penelitian yang sangat kompleks, karena tidak hanya terpaku pada satu fenomena
saja.
 Teknik observasi lebih cocok apabila digunakan untuk penelitian terkait gejala-
gejala alam, perilaku manusia, dan lainnya. Teknik ini juga sangat cocok untuk
mencari data-data yang subjek penelitiannya tidak terlalu besar, jadi subjek
penelitiannya spesifik.
 Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi
kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk
ditafsirkan secara ilmiah.
Wawancara
 Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada subjek penelitian.
Dulu wawancara biasanya dilakukan dengan bertatap muka langsung
dengan subjek, tetapi seiring perkembangan teknologi, wawancara tidak
hanya dilakukan dengan tatap muka saja, tetapi juga bisa dilakukan
melalui media komunikasi, seperti telepon, email, skype, dan masih banyak
lagi.
 Sebelum melakukan wawancara biasanya seorang peneliti akan membuat
draf pertanyaan terlebih dahulu. Draf pertanyaan yang dibuat juga tidak
bisa sembarangan, harus sesuai dengan topik penelitian yang dituju. Dalam
penelitian draf pertanyaan tersebut juga harus divalidasi ahli. Layak atau
tidaknya pertanyaan yang akan diajukan tergantung dari pendapat ahli
tersebut.
 Biasanya ahli akan memberikan masukan-masukkan pertanyaan-
pertanyaan agar didapatkan hasil maksimal. Wawancara dikategorikan
menjadi 2, yaitu wawancara tersruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Dokumentasi
 Dokumentasi ialah kumpulan dari dokumen-dokumen dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan
dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada
pemakai informasi tersebut.
 Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai