Anda di halaman 1dari 3

Kasus PT ASABRI

Latar Belakang PT ASABRI

PT ASABRI merupakan Perusahaan Umum Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik


Indonesia (Perum ASABRI) berdiri pada tanggal 1 Agustus 1971 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1971, dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi ASABRI.
Dalam upaya meningkatkan operasional dan hasil usaha, maka berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 bentuk badan hukum perusahaan dialihkan dari Perusahaan
Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Perubahan bentuk badan usaha dari
Perum menjadi Persero telah disertai perubahan pada Anggaran Dasar melalui Akta Notaris
Muhani Salim, S.H., Nomor 201 tanggal 30 Desember 1992 tentang Pendirian dan Anggaran
Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Akta Nomor 9 Tahun 2009
tanggal 8 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Nelfi Mutiara Simanjuntak, S.H.,
pengganti dari Notaris Imas Fatimah, S.H.

Kedudukan PT ASABRI (Persero)

PT ASABRI (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perseroan
Terbatas dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh negara yang diwakili oleh Menteri Negara
BUMN selaku Pemegang Saham atau RUPS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2003 tentang Pelimpahan kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan pada
Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan (Perjan)
kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

Filosofi PT ASABRI (Persero)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, menurut jenis
usahanya PT ASABRI (Persero) merupakan asuransi jiwa, sedangkan menurut sifat
penyelenggaraan usahanya PT ASABRI (Persero) bersifat sosial, sehingga dapat dikatakan
bahwa PT ASABRI (Persero) adalah perusahaan asuransi jiwa yang yang bersifat sosial yang
diselenggarakan secara wajib berdasarkan undang-undang dan memberikan proteksi
(perlindungan) finansial untuk kepentingan Prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri.
Penyelenggaraan kegiatan asuransi PT ASABRI (Persero) menekankan pada prinsip dasar
asuransi sosial yaitu kegotongroyongan, dimana “yang muda membantu yang tua, yang
berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah dan yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi”.

(https://www.asabri.co.id/page/1/Sejarah)
Kasus (Problem)

Kasus PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri
mendengung sejak 3 Februari 2017, ketika hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan keluar.
Hitungan awal auditor negara menaksir potensi kerugian investasi Asabri, yang mengalihkan
investasinya dari deposito ke penempatan saham langsung dan reksa dana sejak 2013, bisa
mencapai Rp 16 triliun.

Dalam sebulan terakhir ini kasus Asabri baru merebak di pasar modal. Pernyataan Menteri
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md, Jumat, 10 Januari 2020, menguatkan
rumor tersebut.

Mahfud mengaku telah mendapat informasi tentang masalah di tubuh Asabri. “Saya mendengar
ada isu korupsi di Asabri yang mungkin tidak kalah fantastisnya dengan Jiwasraya, di atas Rp 10
triliun gitu,” ujar Mahfud di kantornya.

Dalam audit BPK, Asabri kedapatan membeli saham bodong senilai Rp 802 miliar. Perseroan
juga tercatat membeli dua saham gorengan, yakni milik PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP)
senilai Rp 203,9 miliar dan PT Sugih Energy Tbk (SUGI) sebesar Rp 452 miliar.

Ada juga pelepasan dua belas saham non-blue chip senilai Rp 1,062 triliun, sebelumnya dibeli
dengan harga Rp 987 miliar ke reksa dana afiliasi yang diduga bertujuan mengerek keuntungan
akhir tahun. Selain itu, BPK menyoroti pembelian ribuan kaveling tanpa sertifikat senilai Rp 732
miliar.

Pada 2017, penempatan dana Asabri di portofolio saham mencapai Rp 5,34 triliun dan reksa
dana Rp 3,35 triliun. Sisa investasi mereka di deposito, yang paling likuid ketika dibutuhkan,
tinggal Rp 2,02 triliun. Belum ada informasi terbaru tentang sebaran investasi Asabri karena
tidak ada publikasi laporan keuangan dari perusahaan sejak 2018.

Pada 8 September 2015, Benny Tjokrosaputro, pemilik Hanson International, menyurati Direktur
Utama Asabri saat itu, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Purnawirawan Adam Damiri,
untuk menawarkan kepemilikan 18 persen saham PT Harvest Time, yang dimiliki anak usaha
Hanson yang lain, yaitu PT Wiracipta Senasatria, senilai Rp 1,2 triliun.

Masalah muncul karena Wiracipta tidak pernah memiliki 18 persen saham Harvest yang diklaim
Benny. Wiracipta hanya mengempit 13 persen, itu pun telah dijual ke PT BW Plantation.
Manajemen Asabri mengaku baru mengetahuinya setelah ada pemeriksaan BPK. Saat
pemeriksaan, direksi Asabri mengaku pembelian saham tanpa melalui proses uji tuntas dan studi
kelayakan.

Setelah kena semprit BPK, Asabri di bawah direktur utama yang baru, Letnan Jenderal
Purnawirawan Sonny Widjaja, pada 3 Juni 2016, menyurati Wiracipta agar persekot sebesar Rp
802 miliar itu dikembalikan. Asabri juga menambahkan kewajiban bunga berjalan sebesar 7
persen per tahun—jauh di bawah bunga pinjaman bank komersial—terhitung sejak 14 Januari
2016 selama tiga tahun. Ditambah bunga, kewajiban Wiracipta menjadi Rp 832 miliar.

Benny menyanggupi, tapi mengajukan skema pelunasan sendiri. Benny hanya mau
mengembalikan tunai Rp 100 miliar. Sisanya dipenuhi dalam bentuk aset kaveling siap bangun
di Serpong Kencana yang dikembangkan Blessindo Terang Jaya, juga anak usaha Hanson.
Benny awalnya menawarkan 2.033 kaveling seluas 146.400 meter persegi. Pada 23-29 Juni
2016, Wiracipta membayar Rp 100 miliar kepada Asabri. Perusahaan itu masih menunggak Rp
732 miliar.

Rapat direksi Asabri pada 13 Juli 2016 baru menyetujui usul Benny—kendati Benny sudah
menyetor uang muka pengembalian—tapi dengan sedikit modifikasi. Benny wajib membeli
kembali kaveling yang menjadi pengganti saham dan menjualnya, lalu hasil dan keuntungannya
diberikan kepada Asabri satu tahun kemudian. BPK juga menemukan sertifikat 2.338 unit
kaveling yang dibeli Asabri itu sudah diagunkan dulu ke Bank Capital oleh Benny. .

(https://bisnis.tempo.co/read/1297030/kisah-awal-mula-kerugian-asabri-yang-ditaksir-rp-16-triliun?page_num=1)

Penyelesaian (Kritik dan Pendapat)

Anda mungkin juga menyukai