Anda di halaman 1dari 4

Dari cuplikan berita diatas, ada beberapa poin yang harus dianalisis dan perlu dipahami

sebelum menindaklanjuti kasus tersebut dilihat dari sudut pandang Undang-undnag hokum
perllindungan konsumen. Tujuan Analisa ini agar bisa menyimpulkan kasus tersebut melindungi hak-
hak konsumen atau pelaku usaha. Lalu apakah tindakan pelaku usaha (PT BPR Karya Remaja
Indramayu) sudah terdaftar di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)?.

Menurut, UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sesuai dengan pasal 1 ayat
2 dan 3, konsumen merupakan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan Pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.

Konsep deposito dan mengapa bank BPR KS ini bisa mengalami kredit macet hingga sebesar Rp. 141
milliar. Lalu bagaimana tindakan pihak bank selaku pelaku usaha dalam menyelesaikan masalah ini?.

Memahami konsep deposito

Menurut UU No. 10 tahun 1998, Deposito adalah simpanan yang pencairannya hanya dapat
dilakukan pada jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu. Artinya, deposito merupakan
simpanan yang dapat dicairkan setelah jatuh tempo. Pada dasarnya, deposito merupakan produk
investasi yang dikeluarkan oleh perbankan dengan imbal hasil berupa suku bunga yang lebih tinggi
daripada tabungan biasa tetapi ada jangka waktu, dimana deposito ini mendapatkan keuntungan
yaitu tambahan nilai tabungan dari tabungan awal atau biasa dikenal dengan mendaptkan suku
bunga. Meskipun, tambahan keuntungan bunga nya tidak besar, tetapi ada nilai tinggi tambahan
dari tabungan awal. Ya, yang intinya jika nasabah ingin menabung di bank tetapi tabungan nya tidak
mau terkuras atau terlindung dari inflasi. Maka, pilihannya ialah men-deposito tabungan. Lalu,
Apakah Deposito yang sudah disimpan di bank dapat digunakan oleh bank untuk pembiayaan
nasabah lain?

Sebetulnya bank mengadakan produk deposito ini berguna untuk memudahkan bank dalam
menambah modal nya untuk pembiayaan investasi kerjasama dengan perusahaan lainnya. Sehingga
bank, dapat membangun relasi lebih luas dan juga salah satu cara mudah untuk memudahkan bank
mengembangkan Namanya menjadi lebih terkenal dan diketahui oleh masyarakat luas. Karena
deposito ini merupakan simpanan yang ada waktu tempo nya. Sehingga keuntungan yang diberikan
bank kepada nasabah atas deposito nya itu berasal dari uang yang bank pinjam untuk penanaman
modal dengan perusahaan lain. Jadi, keuntungan tersebut berasal dari kerja sama bank dengan
pihak lain. Namun, kelemahannya terdapat pada akad. Pada bank konvensional akad untuk
mengelola modal dan keuntungan yang didapatkan tidak diseutkan. Makanya, ketika ada nasabah
yang terimingi dengan iklan suku bunga yang belum jelas informasinya, nasabah tersebut yang akan
mendapat kerugiannya.

PT BPR KR Indramayu tersendiri merupakan bank yang termasuk ke bank konvensional dan
dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS sendiri diatur dalam UU No.24 tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Di dalam UU ini ditetapkan penjaminan simpanan nasabah
bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan
dapat meminimumkan risiko yang membebani APBN atau risiko yang menimbulkan moral hazard.
LPS menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Setiap bank (Pelaku usaha) juga harus
memenuhi hak-hak konsumen, sebagaimana diatur pasal 4 Bab III UU No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, Hak-Hak konsumen diantaranya:

a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan mengkonsumsi barang dan atau jasa;
b) Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang/ jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/ jasa;
d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang/jasa yang digunakan;
e) hak untuk mendapatkan advokasi. perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang/ jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya:
i) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jika menilik pada hak-hak konsumen pada UU No.8 Tahun 1999, sudah jelas bahwa pelaku
usaha (PT BPR KR Indaramayu) sudah melanggar hak-hak konsumen. Disini konsumen tidak diberikan
kepastian yang pasti penyebab tabungan depositonya sulit dicairkan. Meskipun dicairkannya 1 juta
perminggu, itu sudah melanggar perjanjian diawal bahwasanya deposito itu bisa dicairkan semua
nya ketika sudah jatuh temponya. Tapi kenyataannya, PT BPR KR Indramayu tidak bisa menjaga
perjanjian semula. Hal ini diatur pula dalam pasal 7 UU No. 8 tahun 1999 bahwa salah satu
kewajiban pelaku usaha ialah “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan”. Artinya disini pelaku usaha (bank) tersebut harus memeberikan informasi mengenai
produk yang akan dipilih oleh nasabah penyimpan, apakah produk tersebut memiliki resiko atau
tidak dan bagaiaman bentuk resikonya harus disampaikan pada saat membuat perjanjian. Sesuai
dengan UU perlindungan konsumen pasal 9 ayat 1 huruf (j) bahwa bank sebagai pelaku usaha
dilarang menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung
risiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap.

Para nasabah yang sulit dicairkan ada yang dimulai dengan tabungaan deposito sebesar 500
juta hingga 30 milliar pe orang. Nasabah yang tabungannya dicairkan 1 juta per minggu hingga kini
belum lunas dan terhenti sejak para nasabah mendatangi DPRD Indramayu untuk mencari solusi dan
meminta bantuan mendaptkan keadilan.

Alasan PT BPR KR tidak dapat mencairkan tabungan deposito para nasabahnya karena PT
BPR KR Indramayu sedang mengalami pailit. PT BPR KR Indramayu mengalami nasabah kredit macet
diperkirakan sebesar RP. 141 Milliar pada tahun 2022. Angka ini terbilang cukup fantastis untuk BPR
tingkat kabupaten. Pada awalnya tahun 2021 hanya mencapai Rp29 miliar. Angka ini melonjak tajam
menjadi Rp141 miliar pada tahun 2022. Namun update terbaru OJK menyatakan, angka kredit macet
melampaui angka Rp230 miliar. Angka kredit macet di BPR KR Indramayu bahkan disebut-sebut
terbesar di Indonesia. Kasus yang terjadi di BPR setingkat kabupaten di daerah lain angkanya jauh di
bawah angka kredit macet di BPR KR Indramayu .

Sebetulnya jika kesalahan kredit macet ini disebabkan karena gravitasi keuangan bank yang
tidak sehat. LPS dapat turun tangan untuk mengcover. Tetapi, sayangnya menurut Diskominfo
Indramayu, angka kredit macet meningkat karena ulah dari mantan direktur utama PT BPR KR
Indramayu dan beberapa staff kreditnya. Mereka bersekongkol membuat skenario pencairan kredit
untuk debitur yang kini masuk dalam kelompok penunggak angsuran. Skenario yang dibuat berupa
akal-akalan, memanipulasi agunan dan pemohon kredit. Maka tanggung jawab dilakukan oleh
mereka yang memanipulasi agunan dan pemohon kredit.

Angka tingginya kredit macet di suatu bank membuat bank mengalami kebangkrutan akrena
terjadi ketidakseimbangan aliran kas antara kas masuk dengan kas keluar. Kas masuk itu ketika
nasabah menyimpang uang di bank atau nasabah membayar angsuran kreditnya. Sedangkan kas
keluar ketika bank menyalurkan kredit/ pinjaman kepada nasabah lain atau membeli asset-aset
keuangan.

Lalu, bagaimana nasib para nasabah yang ingin mencairkan tabungan deposito nya apabila bank
bankrut?

Bagi nasabah yang ingin membuka tabungan deposito sangat penting untuk melihat
kredibilitas bank. Bank yang dipilih pun salah satunya harus dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Deposito yang aman itu dijamin oleh LPS. Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS
maksimal Rp. 2 miliar per nasabah per bank. Jadi, bila ada nasabah yang memiliki simpanan
tabungan lebih dari itu, akan diselesaikan Tim Likuidasi berdasarkan hasil likuidasi kekayaan bank
dan jika penyebab bank dinyatakan pailitnya ini disebabkan karena pemalsuan seseorang sehingga
bank mengalami pembengkakan kredit macet, maka harta yang dimiliki seseorang tersebut menjadi
pertanggung jawabannya.

Jadi, nasabah bank tidak perlu khawatir takut akan gagal bayar bank. Nantinya, apabila bank
sudah dinyatakan pailit oleh LPP dan LPS, maka LPS yang akan membayar sebagian tabungan/
simpanan nasabah. Ada beberapa tips bagi nasabah unt

uk mengajukan klaim kepada LPS, diantaraya:

 Nasabah tetap tenang, semua bank di Indonesia menjadi peserta penjaminan LPS
 Tunggu pengumuman dari LPS untuk pembayaran dana nasabah. LPS akan melakukan
verifikasi data nasabah dan pembayaran dilakukan secara bertahap. Pengumuman
pembayaran tahap terakhir paling lama 90 hari kerja setelah bank dicabut izin usahanya
(sesuai Un dang-Undang).
 Pengumuman dilakukan di semua kantor bank ditutup, media cetak/ koran, website LPS, dan
media sosial LPS
 Untuk nasabah peminjam, dapat melanjutkan pembayaran cicilan atau pelunasan melalui
Tim Likuidasi yang dibentuk LPS di kantor bank.
 Tetap waspada dan tidak terprovokasi untuk melakukan hal-hal yang mengganggu
kelancaran pembayaran penjaminan dan likuidasi bank.

Untuk pengajuan klaim ke LPS, nasabah wajib menunjukkan atau menyerahkan kepada bank
pembayar beberapa dokumen, antara lain:

1. Asli dan fotokopi identitas diri (KTP/SIM/Paspor) nasabah


2. Asli dan fotokopi bukti kepemilikan simpanan (buku tabungan/bilyet deposito)
3. Dokumen lainnya yang mungkin diperlukan bank pembayar (misal surat keterangan pindah
domisili, keterangan kehilangan bukti simpanan, dan lainnya sesuai kebutuhan)

Nantinya LPS akan menentukan simpanan nasabah yang layak bayar, setelah melakukan rekonsiliasi
dan verifikasi atas data simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya dalam waktu 90 hari
kerja sejak izin usaha bank dicabut. Lalu, LPS mulai membayar simpanan yang layak bayar selambat-
lambatnya 5 hari kerja terhitung sejak verifikasi dimulai. Semua hal itu dapat dilakukan dengan
syarat apabila Nasabah Penyimpan mengajukan klaim setelah 5 (lima) tahun sejak ijin usaha bank
dicabut, maka hak Nasabah Penyimpan untuk memperoleh pembayaran klaim dari LPS menjadi
hilang. Simpanan Nasabah Penyimpan dimaksud selanjutnya diperlakukan sama dengan Simpanan
yang tidak dijamin dan diselesaikan dalam mekanisme likuidasi.

Anda mungkin juga menyukai