Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bank memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling penting serta besar

peranannya dan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu

negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang

mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak-pihak yang kekurangan

dan memerlukan dana (lack of funds), dengan demikian maka bank berperan untuk

melancarkan mekanisme sistem pembayaran dan pembiayaan dalam perekonomian

di Indonesia. Perbankan dimulai dari zaman babylonia, kemudian dilanjutkan ke

zaman yunani kuno dan romawi. Namun, pada saat itu tugas utama bank hanyalah

sebagai tempat tukar-menukar uang. Seiring dengan perkembangan perdagangan

dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat karena perkembangan dunia

perbankan tidak terlepas dari perkembangan perdagangan.1

Perkembangan kehidupan manusia yang senantiasa berubah dari waktu ke

waktu membawa konsekuensi perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan

kehidupan manusia dapat terjadi karena perubahan umur, perubahan pendidikan,

perubahan penghasilan, maupun perubahan sosial sehingga mau tidak mau juga

harus merubah pola kehidupannya yang disesuaikan dengan kondisi yang

1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja grafindo Persada, Jakarta, 2012,
Hlm.28.
1
2

melingkupinya. Tidak terlepas dari hubungannya dengan bank, maka tuntutan akan

kebutuhan pelayanan bank juga terkait erat dengan tingkat perkembangan

masyarakat sebagai konsumen jasa perbankan. Masyarakat dengan tingkat sosial

yang rendah tidak terlalu menuntut yang berlebihan terhadap jasa perbankan.

Mereka akan cukup puas apabila bank tempat mereka meyimpan uangnya aman.

Nasabah yang tingkat sosialnya lebih tinggi akan menuntut pelayanan yang

memadai selain faktor aman yang menjadi kunci terciptanya kepercayaan nasabah.

Sedangkan sebagian yang lain akan memberikan tuntutan agar bank tidak hanya

menyediakan jasa layanan yang konvensional yang dapat diberikan setiap bank,

namun mereka menuntut agar bank dapat memberikan nilai tambah sehingga

nasabah dapat menikmati tidak sekedar bunga tetapi juga jaminan apabila mereka

mendapatkan musibah dan nilai tambah lainnya.

Setiap produk memiliki batas daur hidup, tidak terkecuali produk

perbankan. Untuk itu perbankan senantiasa dituntut mampu menghasilakn produk

sesuai dengan tuntutan kebutuhan nasabahnya. Dalam membangun produk baru,

perbankan dapat hanya dengan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya saja,

tetapi juga dapat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di luar perusahaan

dengan cara menjalin kerjasama dalam bentuk aliansi strategis. Salah satu bentuk

kerjasama yang sekarang ini sedang marak di Indonesia adalah bentuk aliansi

pemasaran antara perusahaan perbankan dengan perusahaan asuransi. Kerjasama

dalam memasarkan produk perbankan dan produk asuransi ini kemudian dikenal

dengan istilah bancassurance.


3

Keberadaan bancassurance bermula dari adanya kebutuhan perusahaan

asuransi untuk melakukan kegiatan pemasaran produk dengan biaya seminim

mungkin. Industri asuransi pada dasarnya merupakan salah satu industri yang

sangat bertolak belakang dengan industri perbankan dalam segi reputasi dan nama

baik (image) 2. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat dipercaya

masyarakat. Sementara penjualan asuransi dipandang buruk karena dianggap

menekan nasabah sementara kesebandingan biaya serta manfaatnya dipertanyakan.

Ditinjau dari segi fungsinya, bancassurance merupakan suatu contoh produk

kerjasama silang untuk memperluas jaringan bisnis antar lembaga keuangan. Bagi

pihak perusahaan asuransi, bancassurance merupakan cara untuk memperluas

cakupan atau kapasitas distribusi produknya dengan memanfaatkan kepercayaan

masyarakat pada bank. Sementara bagi pihak bank keberadaan bancassurance

dapat menggantikan pendapatan yang hilang dari besarnya margin bunga bank.

Selain itu, melalui kerjasama ini, pihak bank dan perusahaan asuransi sama-sama

diuntungkan. Pihak bank memperoleh keuntungan dengan mendapatkan fee based

income. Rekening nasabah akan didebit secara otomatis oleh bank sejumlah premi

asuransi secara tetap dalam tempo tertentu. Biaya dari pendebitan inilah yang

merupakan pendapatan bagi bank terkait. Pihak bank juga memperoleh keuntungan

dengan pengendapan dana yang dapat "diputar" kembali di pasar uang. Pada sisi

lain, pihak asuransi memperoleh mitra untuk memperluas lingkup pemasaran

produknya3.

2
Munir. Fuady. Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998
(Buku Kesatu), Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1999, Hlm. 10.
3
H. Malayu S.P. Hasibuan. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2001, Hlm.
170.
4

Di Indonesia pengaturan mengenai kegiatan bancassurance diatur didalam

Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/35/DPNP Tanggal 23 Desember 2010,

bancassurance menurut SEBI adalah aktivitas kerjasama antara Bank dengan

perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui Bank.

Permasalahan terkait bancassurance adalah mengenai praktik tying in (pembelian

berikat) produk perbankan berupa Kredit Pemilikan Rumah (”KPR”) PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (”BRI”) dengan produk asuransi jiwa dari PT

Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera dan PT Heksa Eka Life Insurance. Bahwa

produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah salah satu produk perbankan yang

mempersyaratkan adanya asuransi jiwa. Bahwa terkait kegiatan bancassurance,

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP untuk kerjasama antara

bank dengan perusahaan asuransi dengan model bisnis referensi dalam rangka

produk Bank, antara lain diatur bahwa untuk mengakomodasi kebebasan nasabah

Bank dalam memilih produk asuransi yang diwajibkan, Bank harus menawarkan

pilihan produk asuransi dimaksud paling kurang dari 3 (tiga) perusahaan asuransi

mitra Bank yang 1 (satu) diantaranya dapat merupakan pihak terkait Bank.

Tying in tersebut merupakan bentuk penguasaan pasar yang menghalangi

perusahaan asuransi jiwa lainnya untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada

pasar bersangkutan. Perilaku ini mengakibatkan tertutupnya pilihan bagi debitur

KPR BRI untuk memilih perusahaan asuransi jiwa yang kompetitif.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai sebuah lembaga

independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
5

Tidak Sehat menuntut PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk sebagai Terlapor

I, PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA sebagai Terlapor II, dan PT

Heksa Eka Life Insurance sebagai Terlapor III dengan dugaan pelanggaran Pasal

15 ayat (2) dan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Bahwa upaya

menolak dan atau menghalangi perusahaan asuransi jiwa lain dilakukan dengan

cara menerapkan terms and conditions yang sulit untuk dipenuhi oleh calon rekanan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang mencakup tarif premi, free cover limit,

dan mekanisme pembayaran klaim. Kegiatan bancassurance antara PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) dengan Konsorsium PT. Asuransi Jiwa Bringin

Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life Insurance serta penerapan terms and conditions

bagi calon rekanan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tersebut mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli pemasaran asuransi jiwa kredit oleh Konsorsium PT.

Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life Insurance yang

merugikan kepentingan umum dimana debitur KPR tidak memiliki alternatif

pilihan penyedia jasa asuransi jiwa kredit lainnya.

Untuk proses penawaran kerjasama, dapat dicari oleh BRI atau dilakukan

melalui inisiatif penawaran oleh perusahaan asuransi jiwa. Bahwa proses awal PT.

Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life Insurance menjadi rekanan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dimulai atau diawali dari proses beauty

contest yang dilakukan pada tahun 2005. Perusahaan asuransi lain yang pernah

memasukkan penawaran selain PT. Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT. Heksa

Eka Life Insurance adalah: Avrist, Relife, Asuransi Jiwa Bumiputera dan Allianz
6

Life. BRI tetap melakukan evaluasi terhadap perusahaan asuransi tersebut, namun

sampai saat ini belum ada yang terms and conditions-nya minimal sama dengan

Bringin Life dan Heksa Life, karena belum sesuai dengan mitigasi risiko produk

BRI.

BRI tidak memiliki terms and conditions untuk melakukan evaluasi

terhadap perusahaan asuransi. Hanya saja setelah pengalaman bekerjasama dengan

Bringin Life dan Heksa Life, BRI membandingkan perusahaan asuransi jiwa yang

lain dengan terms and conditions Bringin Life dan Heksa Life. Besaran Free cover

limit untuk produk KPR adalah lima ratus juta rupiah. Free cover limit adalah

semata-mata proses untuk pengajuan klaimnya tanpa perlu memeriksa dokumen

pendukungnya. Namun jika nominalnya lima ratus juta rupiah, maka harus

melengkapi dokumen pendukung untuk pengajuan klaim. Praktik tersebut

dilakukan oleh Bringin Life karena ada perusahaan re-asuransi yang memback-up.

Perusahaan asuransi terlebih dulu menawarkan rate kepada BRI, kemudian

ada proses tawar menawar terkait rate yang ditawarkan oleh rekanan asuransi baru,

sehingga rate asuransi bisa berbeda-beda. PT Avrist Assurance dan PT Asuransi

Jiwa Recapital menyatakan bahwa terms and conditions untuk menjadi rekanan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) sulit untuk dipenuhi oleh perusahaaan

asuransi jiwa tersebut, yakni terkait tarif premi dan prosedur klaim Walaupun SEBI

meminta minimal tiga perusahaan asuransi jiwa, BRI hanya memiliki dua

perusahaan rekanan karena produk atau manfaat asuransi jiwa yang ditawarkan

masih dibawah manfaat produk yang ada sehingga BRI tidak menambah rekanan

baru.
7

Berdasarkan Daftar Perusahaan Asuransi Rekanan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) tahun 2010-2011, tahun 2011-2012, tahun 2012-2013 dan tahun

2013-2014, menunjukkan sejumlah 18 (delapan belas) sampai dengan 21 (dua

puluh satu) perusahaan asuransi kerugian yang menjadi rekanan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero), namun hanya terdapat 2 (dua) perusahaan asuransi jiwa yang

menjadi rekanan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), yaitu PT Asuransi Jiwa

BRINGIN JIWA SEJAHTERA dan PT Heksa Eka Life Insurance. Terdapat

perusahaan-perusahaan asuransi jiwa yang berminat dan memiliki potensi untuk

bekerjasama dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Namun sampai saat ini

belum ada perusahaan asuransi jiwa yang dapat memenuhi preferensi atau kriteria

yang diharapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) sebagaimana yang telah

diberikan oleh PT. Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life

Insurance. Kesulitan pesaing potensial untuk memenuhi persyaratan PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) antara lain terkait dengan rate premi, proses klaim

dimana klaim dibayarkan terlebih dulu dan setelah dokumen klaim, dan adanya

offset premi dengan pembayaran klaim sehingga terdapat hambatan masuk (entry

barrier) yang nyata bagi pelaku usaha potensial lain yang ingin masuk ke dalam

pasar bersangkutan.

Konsumen in cassu debitur KPR BRI tidak memiliki pilihan lain selain

menyetujui klausul asuransi jiwa yang ditawarkan dalam perjanjian KPRnya,

dikarenakan konsumen berada pada posisi tawar yang lemah. Selain itu terbukti

derajat persaingan agar pelaku usaha lain dapat masuk ke pasar bersangkutan, telah

berkurang dengan persyaratan terms and conditions yang tidak feasible dan
8

memberatkan sehingga terdapat dampak negatif terhadap persaingan dan atau

persaingan usaha tidak sehat atas tindakan yang dilakukan oleh Para Terlapor.

Upaya menolak dan atau menghalangi perusahaan asuransi jiwa lain

dilakukan dengan cara menerapkan terms and conditions yang sulit untuk dipenuhi

oleh calon rekanan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Kegiatan bancassurance

antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dengan Konsorsium PT. Asuransi Jiwa

Bringin Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life Insurance serta penerapan terms and

conditions bagi calon rekanan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tersebut

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli pemasaran asuransi jiwa kredit oleh

Konsorsium PT. Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT. Heksa Eka Life Insurance

yang merugikan kepentingan umum dimana debitur KPR tidak memiliki alternatif

pilihan penyedia asuransi jiwa kredit.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka peneliti tertarik

untuk melakukan pengkajian lebih lanjut dalam bentuk tesis yang berjudul, :

“ANALISIS TERHADAP KEGIATAN BANCASSURANCE DALAM


PRODUK KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH OLEH PT. BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) TBK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.
5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DAN SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NO. 12/35/DNDP”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
9

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis di

atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam usulan

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana praktik kegiatan bancassurance dalam Produk Kredit Kepemilikan

Rumah yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari Undang-

undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat Dan surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DNDP?

2. Bagaimana penjatuhan KPPU Nomor 05/KPPU-I/2014 terhadap PT. Bank

Rakyat Indonesia yang menyatakan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia

terbukti melakukan pelanggaran praktik monopoli?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun maksud dan tujuan yang ingin penulis sampaikan di dalam

penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis bagaimana Praktik kegiatan bancassurance dalam Produk

Kredit Kepemilikan Rumah yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia

ditinjau dari Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dan surat Edaran Bank Indonesia

No. 12/35/DNDP

2. Untuk menganalisis bagaimana praktik kegiatan bancassurance yang

seharusnya dilakukan oleh perbankan dalam Produk Kredit Kepemilikan

Rumah menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik


10

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dan surat Edaran Bank Indonesia

No. 12/35/DNDP?

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Penulis mengharapkan bahwa penelitian ini dapat menyumbangkan

kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis bagi masyarakat yang tertarik

dan terkait, khususnya dalam bidang kajian hukum administrasi negara, Adapun

manfaat tersebut akan penulis uraikan yaitu:

1. Kegunaan secara teoritis

Diharapkan penelitian ini berguna secara teoritis sebagai salah satu referensi

dan suatu sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya, serta dalam

bidang Hukum Persaingan Usaha dan monopoli.

2. Kegunaan secara praktis

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refrensi bagi

yang ingin mengetahui permasalahan Persaingan Usaha dan monopoli.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

1. Pengertian

Kegiatan usaha di bidang ekonomi yang semakin meningkat di Indonesia,

maka dibutuhkan lembaga yang mengatur lalu lintas kegiatan operasional

didalamnya, maka dari itulah Indonesia membutuhkan sebuah lembaga yang

memiliki fungsi dan peranan untuk mengatur kegiatan ekonomi, maka dari itu
11

lahirlah bank. Hal ini selaras dengan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 sebagimana telah diubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang selanjutnya disebut Undang-

Undang Perbankan menyatakan:

“Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.

Keberadaan bank dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, mempunyai

peranan yang cukup penting. Disebut demikian, karena lembaga perbankan baik

bank umum maupun bank perkreditan rakyat merupakan roh dari sistem keuangan

suatu negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi wadah bagi badan

usaha, lembaga pemerintah, swasta maupun orang pribadi selain sebagai tempat

penyimpan dana juga bisa sebagai sarana dalam melakukan berbagai transaksi

keuangan. Bank di Indonesia memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen

pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna

mendukung pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi,

dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Pesatnya perkembangan ekonomi saat ini kian mengakibatkan maraknya

persaingan usaha lembaga keuangan bank dan non bank. Banyaknya produk-

produk bank yang mengandung risiko, baik risiko kematian, risiko usaha dan risiko

lainlainnya mendorong manajemen bank untuk mentransfer risiko kepada lembaga

pengelola risiko dalam hal ini industri asuransi.


12

Fungsi Asuransi secara umum adalah Sebagai sarana atau mekanisme

pengalihan kemungkinan resiko kepada satu atau beberapa penanggung yang

bersifat insurable. Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial).

Dengan transfer risiko ini, selain mendapatkan kenyamanan dengan

perlindungan akan asuransi, transfer risiko ini juga menimbulkan sinergi antar

kedua lembaga. Lebih lanjut, langkah dan kiat jasa perbankan maupun asuransi

dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha dan memberikan suatu

pelayanan menyeluruh kepada nasabah pun tidak lagi hanya mengandalkan

persaingan tarif dan selisih bunga tabungan serta bunga kredit, tetapi perlu juga

menggali sumber pendapatan baru, salah satunya adalah pendapatan jasa (fee based

income). Hal inilah yang belakangan semakin memicu marak dan berkembangnya

program Bancassurance.

Kerjasama bancassurance seperti telah disinggung sebelumnya merupakan

suatu kerjasama yang menyangkut dua lembaga keuangan penting di dalamnya

yakni bank dan asuransi. Sebagai konsekuensinya, kerjasama antara dua lembaga

keuangan ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip dan kegiatan dasar kedua lembaga

tersebut. Keterkaitan antara bank dan asuransi ini kemudian menciptakan suatu

hubungan kerjasama yang unik. Hal ini antara lain karena adanya pembatasan

dalam bentuk suatu larangan bagi bank untuk melakukan kegiatan asuransi dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan). Lembaga

perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah

lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan


13

usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga

pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan

perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan

pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian. Pentingnya keberadaan lembaga perbankan inilah yang mendorong

upaya untuk sebisa mungkin meregulasi jalannya kegiatan perbankan agar dapat

menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan .

Terkait dengan asuransi, bancassurance sebagai wadah kerjasama bank dan

asuransi tentu tak lepas dari kepentingan pihak perusahaan asuransi dan prinsip-

prinsip asuransi. Perusahaan asuransi melihat bancassurance sebagai salah satu

alternatif saluran distribusi yang dapat meningkatkan penetrasi pasar,

perkembangan portofolio, dan menekan biaya produksi yang dapat meningkatkan

margin, dimana dengan sistem agensi tradisional, perusahaan mengalami kesulitan

untuk tumbuh karena kompetisi harga yang menyebabkan margin turun. Pada

dasarnya, bancassurance bersifat memfasilitasi agar produk-produk asuransi dapat

dipasarkan juga melalui bank untuk menciptakan pola transaksi yang efektif dan

efisien. Keuntungan kerjasama bancassurance pada dasarnya bersifat win-win. Hal

ini dikarenakan baik bank maupun perusahaan asuransi akan mendapatkan

keuntungannya masing-masing.

Kegiatan bancassurance memang masih merupakan kegiatan yang baru

berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, pengaturan perihal kerjasama

bancassurance telah dilakukan oleh otoritas yakni Bank Indonesia. Beberapa

peraturan yang harus diperhatikan dalam menjalankan kerjasama bancassurance


14

antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 5/8/PBI/2003

sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor

5/21/DPNP sebgaimana telah diubah dengan SEBI Nomor 13/23/DPNP tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia (PBI)

Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan

Data Pribadi Nasabah, dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 7/25/DPNP

tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi

Nasabah. Sementara peraturan yang secara khusus mengatur tentang manajemen

risiko dalam rangka kerjasama bancassurance tercantum dalam Surat Edaran Bank

Indonesia (SEBI) yakni SEBI 6/43/DPNP sebagaimana kemudian diubah menjadi

SEBI 12/35/DPNP.

2. Teori

Berbicara mengenai masalah persaingan ataupun kompetisi, selain telah

masuk pada dunia hukum, hal tersebut juga telah masuk pada dunia ekonomi. Ilmu

ekonomi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang kompetisi (science of competition).

Selain itu, ekonomi dapat dipandang sebagai science of scarcity. Pendapat ini

tergolong realistik karena manusia berusaha memenuhi keinginan melalui

resources yang ada dan terbatas (economics is often referred to as the science of

scarcity), sehingga manusia berkompetisi untuk memenuhi keinginannya. Dalam

dunia usaha, terdapatnya suatu persaingan dapat berfungsi untuk menghindari

terjadinya suatu konsentrasi kekuatan pasar pada satu indvidu atau pada satu pihak.
15

Dengan terbentuknya suatu persaingan, maka dapat menyebabkan tersebarnya

pasar dan justru dapat menimbulkan pelaku usaha baru dalam dunia usaha tersebut

karena tidak adanya barrier to entry dalam hal tersebut 4.

Pada dasarnya terdapat banyak alasan mendasar di balik perlunya persaingan usaha

yang sehat dan wajar, antara lain:5

a. Keterbatasan sumber daya produksi (SDP), karena sumber daya terbatas,

diperlukan mekanisme untuk menentukan siapa yang berhak mengelola

dan menikmati SDP yang ada. Dengan adanya persaingan usaha yang

sehat tersebut maka akan mendorong SDP bebas mengalir ke sektor paling

efisien.

b. Meningkatnya produktivitas dan inovasi dari perusahaan, sehingga dapat

menghasilkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah, kualitas

yang lebih baik, serta pilihan bagi konsumen yang lebih luas terhadap

barang dan jasa yang mereka inginkan.

c. Adanya proses persaingan usaha dapat menyumbang penghapusan KKN

dikarenakan hubungan sektor swasata dan hubungan antara penguasa-

penguasa menjadi lebih transparan dan accountable.

d. Dengan dibentuknya regulasi di bidang persaingan usaha mampu

mengurangi anggaran pemerintah untuk pembentukan regulasi

4
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Cet. Kedua, (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 88.
5
Daniel Agustino, “Faktor Penentu Dampak Aktivitas Antipersaingan dan Pengecualian
UU No. 5/1999 Pasal 50 Huruf G,” Jurnal Persaingan Usaha 1 (2009), hlm. 20.
16

e. Persaingan usaha akan menghilangkan/mengurangi tingkat konsentrasi

ekonomi dan secara bersamaan akan mampu meningkatkan pangsa pasar

dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

f. Dengan adanya persaingan usaha, maka biaya ekonomi dapat ditekan agar

menjadi lebih rendah.

Kebijakan persaingan sendiri terdiri dari langkah atau upaya yang dapat

digunakan untuk mempromosikan perilaku pelaku usaha dan struktur pasar yang

kompetitif, termasuk hukum persaingan yang komprehensif dan menjadi dasar

dalam menindak perilaku anti persaingan. Dalam merancang dan menerapkan

kebijakan persaingan itu beberapa prinsip dasar perlu diperhatikan. Pertama,

kebijakan persaingan harus bersifat nondiskriminatif terhadap pelaku bisnis, baik

pelaku bisnis asing maupun domestik. Kedua, kebijakan persaingan harus bersifat

komprehensif.6

Dari pengertian di atas antara monopoli dan praktik monopoli, dapat di


simpulkan bahwa keduanya sama-sama dilakukan oleh suatu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha, yang satu “penguasaan dan penggunaan”, sedangkan yang
lain “pemusatan kekuatan ekonomi”, atas produksi dan atau pemasaran barang dan
jasa, sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang dapat merugikan
kepentingan umum.

3. Asas

Dalam penelitian ini penulis menggunakan asas Negara Hukum, Negara

Indonesia adalah negara hukum, maka dari itu sudah seharusnya seluruh

6
Dedie S. Martadisastra, “Persaingan Usaha, UMKM dan Kemiskinan,” Jurnal Persaingan
Usaha 2 (2009):, hlm.118
17

masyarakat Indonesia taat pada hukum yang berlaku. Bukan hanya masyarakat saja

tapi juga seluruh kegiatan, baik dalam bidang kesehatan, politik, sosial, ekonomi

dan lain-lain yang dilakukan di dalam wilayah Indonesia harus taat pada hukum

yang berlaku di Indonesia. Fungsi dan tujuan hukum itu sebenarnya sudah

terkandung dalam batasan pengertian atau definisinya. Kalau dikatakan bahwa

hukum itu adalah perangkat kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan

manusia dalam masyarakat, dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi yang

terpenting dari hukum adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia di

dalam masyarakat. Keteraturan ini yang menyebabkan orang dapat hidup dengan

berkepastian, artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat mengadakan perhitungan tentang

apa yang akan terjadi atau apa yang akan bisa ia harapkan. Keteraturan yang intinya

kepastian ini, apabila dihubungkan dengan kepentingan penjagaan keamanan diri

harta milik dapat juga dinamakan ketertiban. Mochtar Kusumaatmadja

mengatakan, bahwa

“Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam


masyarakat. Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif
artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai.
Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang
sedang membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara,
dilindungi dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang
dalam difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak
cukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu
proses perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang
menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan
sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan
suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan”.7

7
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2009, hlm.
49.
18

Pembangunan ekonomi nasional yang meningkat, maka akan meningkat

pula hubungan ekonomi. Tuntutan agar hukum mampu berinteraksi serta

mengakomodir kebutuhan dan perkembangan ekonomi dengan prinsip efisiensinya

merupakan fenomena yang harus ditindak lanjuti apabila tidak ingin terjadi

kepincangan antara laju gerak ekonomi yang dinamis dengan mandeknya

pembangunan. Hukum sebagai agent of change akan membawa orang pada arah

yang lebih mengangkat masalah yang dicakup dalam bidang ekonomi tersebut

sebagai masalah yang diatur dalam bidang hukum ekonomi.8

Undang-Undang Dasar 1945 meupakan dasar hukum dalam

penyelenggaraan seluruh kegiatan di Negara Indonesia. Sebagaimana telah

dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 yang

menyatakan bahwa:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, ....”

Pemerintah dan seluruh pihak yang terkait dalam kegiatan ekonomi di

Indonesia memiliki kewajiban untuk melakukan perlindungan hukum dan

menciptakan ketertiban baik nasional maupun internasional. Berdasarkan amanat

dari pembukaan tersebut, maka pemerintah tidak hanya melaksanakan tugas

pemerintahan saja, namun harus mensejahterakan dan melindungi masyarakat

dengan memberikan perlindungan hukum bagi seluruh elemen bangsa Indonesia

untuk mencapai suatu keadilan. Hal ini juga selaras dengan Pasal 28 D Undang-

Undang Dasar 1945 yang menyatakan:

8
Sumantoro, Hukum Ekonomi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.20.
19

“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian


hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

F. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali

itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.9 Metode penelitian

yang digunakan penulis dalam penyusunan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu

menggambarkan dan memaparkan secara jelas mengenai peraturan perundang-

undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik

pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang akan

dibahas10.

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau penelitian

hukum kepustakaan atau penelitian hukum doktrinal yang dapat diartikan

sebagai penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder. Penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap norma-

9
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 43.
10
Ronny Hanitijo Soemitro, Metologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990), hlm. 97-98.
20

norma hukum yaitu yang merupakan patokan-patokan untuk bertingkah laku

yang terdapat dalam bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.11

3. Tahap Penelitian

A. Pengumpulan data

Pada tahapan ini bertujuan untuk mencari, mengkaji dan

mengumpulkan data-data yang memiliki kaitan dengan masalah yang

diteliti oleh peneliti, tahapan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan yang mencakup bahan-bahan hukum sebagai

berikut12 :

1) Bahan-bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang mengikat berupa perundang-

undangan, dokumen-dokumen hukum lainnya seperti asas,

kebiasaan, yurisprudensi, dan peraturan hukum lainnya, yang

terdiri dari:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 amandemen keempat;

b) Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c) surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DNDP undang-

undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang rumah susun

11
Ibid., hlm. 15.
12
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm.13.
21

2) Bahan-bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer. Sebagai contoh: doktrin, hasil penelitian

akademisi, karya-karya ilmiah para sarjana, jurnal, dan tulisan-

tulisan lainnya yang bersifat ilmiah.

3) Bahan-bahan hukum tersier

Bahan-bahan penunjang yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier lebih

dikenal sebagai bahan acuan dibidang hukum atau bahan rujukan

di bidang hukum, misalnya abstak perundang-undangan,

bibiliografi, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, kamus

hukum, dan lain-lain.

B. Pengolahan data

Setelah data yang diperoleh baik itu berupa data hukum primer, data

hukum sekunder dan data hukum tersier maka selanjutnya adalah

melakukan pengolahan data untuk kemudian dianalisis. Pengolahan dan

analisis data pada penelitian hukum empiris yuridis, tunduk pada cara

analisis data ilmu-ilmu sosial. Dalam penelitian ini penulis memakai

metode pengolahan secara kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

hanya sedikit, bersifat monografis (berwujud kasus-kasus), sehingga tidak

dapat disusun ke dalam suatu struktur klasifikasi. Setelah melalui tahapan

analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditarik sebuah


22

kesimpulan berupa penjelasan yang tidak diwujudkan dalam bentuk

angka-angka.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan hukum,

identifikasi masalah, tujuan penulisan, kegunaan penelitian,

kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANCASSURANCE

DALAM PRODUK KPR DARI SEGI PERSAINGAN USAHA

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori terkait kerjasama

bancassurance, persaingan usaha tidak sehat dan anti monopoli

BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BANCASSURANCE ANTARA

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) DENGAN PT

ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA DAN PT

HEKSA EKA LIFE INSURANCE

Bab ini akan membahas mengenai kerjasama bancassurance dalam

produk kredit kepemilikan tumah oleh PT. Bank Rakyat Indonesia

BAB IV ANALISIS TERHADAP KEGIATAN BANCASSURANCE

DALAM PRODUK KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH OLEH

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999

TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN


23

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DAN SURAT

EDARAN BANK INDONESIA NO. 12/35/DNDP

Bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap kegiatan

bancassurance dalam produk kredit kepemilikan rumah oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan

berdasarkan identifikasi masalah dan memuat kritik dan atau

pendapat serta saran.

Anda mungkin juga menyukai