Anda di halaman 1dari 35

Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 72

Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Perbankan Tidak Sehat

Lisya Br. Sitorus1, Bismar Nasution2, Sunarmi3, Mahmul Siregar4


Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
1
lisyabr.sitorus@yahoo.com, 2bismar.nasution@gmail.com, 3sunarmi@usu.ac.id,
4
mahmuls@yahoo.co.id

Abstrak

OJK sebagai langkah untuk menciptakan perbankan yang sehat, bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta hal
lainnya dalam sistem ekonomi. Rumusan penelitian ini adalah bagaimana kesehatan Bank dalam
sistem Hukum Perbankan di Indonesia, bagaimana kedudukan Bank tidak sehat dalam Hukum
Positif di Indonesia dan bagaimana peranan OJK terhadap Bank tidak sehat. Jenis Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang – undang No. 10 Tahun 1998, Undang –
undang No. 24 Tahun 2004, Undang – undang RI No. 40 Tahun 2007, Undang – undang No. 21
Tahun 2011, Undang – undang No. 9 Tahun 2016, Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1999,
Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI No. 4 Tahun 2008, Peraturan Bank Indonesia Nomor
Nomor 13/1/PBI/2011, Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 dan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian normatif dan penelitian kepustakaan.
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk
mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank, baik berupa tindakan perbaikan oleh Bank
maupun tindakan pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dengan diundangkannya Undang-
Undang No. 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, bank
yang dapat diajukan permohonan pailit adalah bank gagal tidak berdampak sistemik. Bank
ditetapkan oleh OJK sebagai Bank Tidak Dapat Disehatkan (TDS) maka OJK akan
menyampaikan informasi tersebut kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan meminta
LPS untuk memutuskan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank.

Kata Kunci : Bank Tidak Sehat, OJK, POJK

Abstract

OJK as a step to create healthy banking, a bank that can carry out its functions properly, can
maintain and maintain public trust, can carry out the intermediary function, can help smooth
payment traffic and other things in the economic system. The formulation of this research is how
is the soundness of the Bank in the banking legal system in Indonesia, what is the position of the
unhealthy Bank in the Positive Law in Indonesia and what is the role of the OJK towards
unhealthy Banks. The type of research used in this study is normative legal research, namely the
1945 Constitution of the Republic of Indonesia, Law Number 10 of 1998, Law number 24 of 2004,
RI Law Number. 40 of 2007, Law no. 21 of 2011, Law no. 9 of 2016, Republic of Indonesia
Government Regulation Number 25 of 1999, Government Regulation in lieu of RI Law No. 4 of
2008, Bank Indonesia Regulation Number 13/1/PBI/2011, Bank Indonesia Regulation Number
15/2/PBI/2013 and Financial Services Authority Regulation Number 4/POJK.03/2016. The nature
of this research is analytical descriptive. This research was conducted using normative research
methods and library research. The Bank's Soundness Level is used as one of the means in
evaluating the conditions and problems faced by the Bank and determining follow-up actions to
overcome the weaknesses or problems of the Bank, either in the form of corrective actions by the
Bank or supervisory actions by the Financial Services Authority. With the promulgation of Law no.
9 of 2016 concerning Prevention and Handling of Financial System Crises, banks that can apply
for bankruptcy are failed banks that do not have a systemic impact. The bank is determined by
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 73
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

the OJK as a Bank that cannot be Healed (TDS), so the OJK will convey this information to the
Deposit Insurance Corporation (LPS) and ask the LPS to decide whether to save or not save the
bank.

Keywords: Unhealthy Bank, Financial Services Authority, Financial Services Authority


Regulations

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang semua badan yang kegiatannya di bidang
Perkembangan perbankan kini telah
keuangan, melakukkan penghimpunan dan
menjadi hal yang kian penting dalam
penyaluran dana kepada masyarakat
kehidupan masyarakat, dalam setiap sendi-
terutama guna membiayai investasi
sendi kehidupan masyarakat kini tidak lagi 3
perusahaan. Untuk menjalankan fungsi
terpisah dengan kebutuhannya akan
bank sebagai perantara keuangan (financial
kegiatan perbankan. Seiring dengan
intermediary) yaitu usaha menghimpun dan
meningkatnya kebutuhan akan kegiatan
menyalurkan dana, bank harus menjalin
perbankan dalam masyarakat maka Bank
kerjasama dengan berbagai pihak yaitu
turut mengalami peningkatan keuntungan,
dengan nasabah penyimpan dan nasabah
maka Bank itu pula dituntut agar berupaya
debitur.
meningkatkan pelayanannya terhadap
Seorang nasabah harus cerdas memilih
masyarakat.
bank dalam menyimpan dananya. Idealnya,
Lembaga perbankan merupakan
sebelumnya menempatkan dananya di
lembaga keuangan yang menjadi perantara
bank, nasabah perlu terlebih dahulu
antara pihak yang mempunyai kelebihan
mengetahui apakah bank tersebut sehat
dana (surplus of funds) dengan pihak yang
atau tidak. Meski dalam realitas tidak mudah
kekurangan/membutuhkan dana (lacks of
untuk mengetahui hal itu. Pentingnya
funds).1 Dengan demikian bank
kesehatan bank tidak hanya untuk
menjalankan fungsi Intermediasi, yaitu
kepentingan nasabah, tetapi juga untuk
mengelola dana yang diterima dari nasabah
kepentingan bank sebagai lembaga
dan menyalurkan ke nasabah debitur,
keuangan.4
sehingga bank ketika mengalami kegagalan
Pentingnya lembaga keuangan,
akan berdampak pada tingkat kepercayaan
khususnya perbankan, dalam pencipataan
nasabah dan berdampak pada kesehatan
sistem keuangan yang sehat, menurut
bank itu sendiri.2
Anwar Nasution, mempunyai beberapa
Menurut Surat Keputusan Menteri
alasan, antara lain:
Keuangan Republik Indonesia No. 792
a. Keunikan karakteristik perbankan
Tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, yang rentan terhadap serbuan
masyarakat yang menarik dana
lembaga keuangan diberi batasan sebagai
secara besar-besaran (bank runs)

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
3
Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru,
2019), hlm. 45 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:
2
Trisanidi P. Usanti & Abdul Somad, Hukum Salemba Empat, 2011) hlm. 5.
4
Perbankan, (Depok : Kencana Prenada Media Grup : Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan
2016), hlm. 24 Edisi Revisi, (Bandung: Mandar Maju, 2012), hlm. 41.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 74
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

sehingga berpotensi merugikan Perbankan, sebagaimana tersebut di atas


deposan dan kreditur bank.
maka lembaga yang berwenang menilai
b. Penyebaran kerugian di antara
bank-bank sangat cepat melalui apakah suatu bank sehat atau tidak adalah
contagion effect sehingga
Bank Indonesia selaku bank sentral.
berpotensi menimbulkan sistem
problem. Namun, sejak dibentuknya Otoritas jasa
c. Proses penyelesaian bank-bank
Keuangan (OJK) berdasarkan Undang-
bermasalah membutuhkan dana
dalam jumlah yang tidak sedikit. Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
d. Hilangnya kepercayaan masyarakat
Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara
terhadap perbankan sebagai
lembaga intermediasi akan Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111,
menimbulkan tekanan-tekanan
Tambahan Lembaran Negara Republik
dalam sektor keuangan (finacial
distress). Indonesia Nomor 5253), maka kewenangan
e. Ketidakstabilan sektor keuangan
untuk menilai kesehatan bank sudah bukan
akan berdampak pada kondisi
makro ekonomi, khususnya merupakan kewenangan Bank Indonesia,
dikaitkan dengan tidak efektifnya
tetapi berubah menjadi kewenangan
transmisi kebijakan moneter.5
Untuk memastikan sistem keuangan Otoritas Jasa Keuangan.
dapat berjalan dengan sehat dan aman, Otoritas Jasa Keuangan adalah
diperlukan penataan kembali terkait dengan lembaga yang independent dan bebas dari
struktur organisasi lembaga yang campur tangan pihak lain yang mempunyai
menjalankan peran dan fungsi pengaturan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan,
dan pengawasan pada sektor keuangan. pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
Penataan tersebut bertujuan untuk Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan
memperoleh sebuah mekanisme keuangan tujuan agar keseluruhan kegiatan
yang efektif dan saling terkoordinasi, khususnya di bidang perbankan
sehingga dapat meminimalisir terselenggara secara teratur, adil,
permasalahan yang ada pada sistem transparan dan akuntabel sehingga
keuangan. Serta diperlukan pula adanya mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
suatu pengawasan yang efektif, dimana secara berkelanjutan dan stabil, serta
regulasi tentu tidak akan memiliki peran melindungi kepentingan masyarakat dan
yang baik jika tidak disertai dengan sistem konsumen7. Otoritas Jasa Keuangan
6
monitoring yang baik. Indonesia lahir berdasarkan Undang-
Di Indonesia, ketentuan mengenai Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
kesehatan bank, antara lain diatur dalam Jasa Keuangan yang disahkan pada tanggal
Pasal 29 ayat (1), (2), (3), Pasal 30, Pasal 22 November 2011, sehingga jelas
31, dan Pasal 31A UU Perbankan. sekarang landasan kerja, tugas pokok dan
Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (1) UU fungsi serta kewenangan dan hal-hal lain
5 tentang lembaga ini diatur oleh Undang-
Anwar Nasution, “Beberapa masalah Sistem
Keuangan dan Perbankan Indonesia”, Makalah dalam Undang tersebut.
Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang
diselenggarakan oleh BPHN – Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003.
6 7
Ali Syukron, “Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, Siaran Pers, OJK :
Pada Bank Syariah”, Economic: Jurnal Ekonomi dan Indeks Literasi dan Keuangan Inklusi Keuangan dalam
Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2012, hlm. 22-41. http://www.ojk.go.id, diakses 15 Januari 2021.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 75
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Kesehatan Bank harus dipelihara


Keuangan berada di luar Pemerintah, yang dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan
dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa masyarakat terhadap Bank dapat tetap
Keuangan tidak menjadi bagian dari terjaga. Tingkat Kesehatan Bank digunakan
8
kekuasaan Pemerintah. Akan tetapi tidak sebagai salah satu sarana dalam melakukan
menutup kemungkinan adanya unsur-unsur evaluasi terhadap kondisi dan
perwakilan Pemerintah karena pada permasalahan yang dihadapi Bank serta
hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan menentukan tindak lanjut untuk mengatasi
merupakan otoritas di sektor jasa keuangan kelemahan atau permasalahan Bank, baik
yang mempunyai relasi dan keterkaitan berupa tindakan perbaikan (corrective
yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini action) oleh Bank maupun tindakan
Otoritas Fiskal (Menteri Keuangan) dan pengawasan (supervisory action) oleh
Otoritas Moneter (Bank Indonesia).9 Otoritas Jasa Keuangan.11
OJK sebagai langkah untuk Suatu bank mengalami kesulitan yang
menciptakan perbankan yang sehat, membahayakan kelangsungan usahanya
perbankan yang sehat dalam kaitannya dan tindakan untuk mengatasinya belum
adalah bank yang dapat menjalankan cukup untuk mengatasi kesulitan yang
fungsi-fungsinya dengan baik. Bank yang dihadapi bank. Termasuk dalam kriteria
sehat dengan kata lain, bank yang dapat bahwa “suatu bank mengalami kesulitan
menjaga dan memelihara kepercayaan yang membahayakan kelangsungan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi usahanya” adalah apabila berdasarkan
intermediasi, dapat membantu kelancaran penilaian dari Bank Indonesia, kondisi usaha
lalu lintas pembayaran serta dapat bank semakin memburuk, antara lain
digunakan oleh pemerintah dalam ditandai dengan menurunnya permodalan,
melaksanakan sebagai kebijakannya, kualitas aset, likuiditas dan rentabilitas, serta
terutama kebijakan moneter. Agar dapat pengelolaan bank yang tidak dilakukan
menjalankan fungsinya dengan baik, bank berdasarkan prinsip kehati-hatian
harus mempunyai modal yang cukup, (Prudential banking) dan asas perbankan
menjaga kualitas aset dengan baik, dikelola yang sehat.12
dengan baik dan dioperasikan berdasarkan Alasan likuidasi (pembubaran) yang
prinsip kehati-hatian, menghasilkan terdapat dalam Undang-Undang Perbankan
keuntungan yang cukup untuk tersebut diatas sangatlah erat kaitannya
mempertahankan kelangsungan usahanya, dengan kepentingan umum. Likuidasi dalam
10
serta memelihara likuiditas. hal ini merupakan sanksi administratif/publik
8
Chatamarrasjid, Hukum Perbankan terhadap bank, sebagai akibat pelanggaran
Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2012), hlm. 221 8, (2017), hlm. 2.
9 11
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Keuangan, Raih Asa Sukses (Jakarta : Penebar Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.3/2016 tentang
Swadaya Grup, 2014), hlm. 43 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
10 12
Miswan Gumanti, dkk, “Peranan Otoritas Penjelasan Pasal 37 ayat (1) Undang –
Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Manajemen Undang Republik Idonesia Nomor 10 Tahun 1998
Operasional Perbankan Improper Behaviour (Bank tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7
Tidak Sehat)”, Jurnal Ekonomi Manajemen (JEM), Vol. Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 76
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

yang dilakukan oleh perseroan terhadap Berdasarkan pada uraian latar


Undang-Undang Perbankan (Pasal 29 s/d belakang tersebut, maka yang menjadi
36), yang berkaitan dengan kepentingan permasalahan dalam penulisan ini yang
umum. Pelanggaran itu dilakukan perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah:
sedemikian rupa sehingga membahayakan
1. Bagaimana kesehatan Bank dalam
bagi kelangsungan usahanya dan
sistem Hukum Perbankan di Indoensia?
membahayakan sistem perbankan. 13 Kasus
2. Bagaimana kedudukan Bank tidak sehat
yang ada, seperti yang dialami oleh PT.
dalam Hukum Positif di Indonesia?
BPR Calliste Bestari yang telah dicabut izin
3. Bagaimana peranan Otoritas Jasa
usahanya pada tanggal 13 Agustus 2019
Keuangan terhadap Bank tidak sehat?
oleh OJK dikarenakan kinerja BPR Calliste
semakin memburuk, hal itu tercermin dari
rasio Kewajiban Penyediaan Modal C. Metode Penelitian
Minimum (KPMM) menjadi di bawah 4 Metode Penelitian berisikan uraian
persen. 14 tentang metode atau cara yang diinginkan
Sebelum likuidasi terhadap bank untuk memperoleh data atau informasi.
terjadi, OJK terlebih dahulu melakukan Metode penelitian ini berfungsi sebagai
upaya penyelamatan bank hal ini terlihat pedoman dan landasan tata cara dalam
dari kasus Bank Bukopin, dimana OJK telah melakukan operasional penelitian untuk
menerima pernyataan Kookmin Bank yang menulis karya ilmiah yang peneliti lakukan.16
saat ini memiliki 22 persen, saham Bank Penelitian ini menggunakan metode
Bukopin telah siap menjadi Pemegang penelitian normatif. Penelitian hukum
Saham Pengendali Mayoritas dengan normatif adalah penelitian hukum yang
mengambil alih kepemilihan sekurang – meletakkan hukum sebagai sebuah
kurangnya 51% saham Bank Bukopin hal ini bangunan sistem norma. Sistem norma
dimuat dalam Siaran Pers OJK yang dimaksud adalah asas-asas, norma,
(SP-44/DHMS/OJK/VI/2020).15 kaidah, peraturan perundang-undangan,
putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin,
B. Rumusan Masalah namun kajiannya berdasarkan putusan
pengadilan sebagai studi kasus dalam
13
Elfridawati Siburian, Peranan Program penelitian ini.17 Adapun beberapa langkah
Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, (Medan : yang digunakan dalam metode penelitian ini
Skripsi pada Fakultas Hukum USU Medan, 2007), hlm.
58 adalah :
14
CNN Indonesia, “Kinerja memburuk, OJK
1. Jenis dan sifat penelitian
cabut izin BPR Calliste Bestari di Bali”,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201908131443
00-78-420905/kinerja-memburuk-ojk-cabut-izin-bpr-
calliste-bestari-di-bali, diakses 5 Maret 2020.
15
OJK, “Siaran Pers, Klarifikasi OJK Terkait 16
Martuasah Tobing, “Analisis Yuridis
Berita Proses Kookmin Bank Menjadi Pemegang
Penggunaan Teknologi dalam proses penyelidikan dan
Saham Pengendali Mayoritas Bank Bukopin”.
penyidikan”,Varia Peradilan, Tahun XX No. 23,
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
September 2019, hlm. 14
pers/Pages/Siaran-Pers-Klarifikasi-OJK-Terkait-Berita- 17
Proses-Kookmin-Bank-Menjadi-Pemegang-Saham- Soemitro Ronny Hanintijo, Metodologi
Pengendali-Mayoritas-Bank-Bukopin.aspx, diakses 26 Penelitian Hukum dan Jurumetri (Jakarta : Ghalia
Novemver 2020. Indonesia, 1998), hlm. 9
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 77
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Jenis penelitian yang digunakan dalam digunakan untuk memberikan penjelasan


penelitian ini adalah penelitian hukum tentang suatu peristiwa hukum.19
normatif dengan pertimbangan bahwa Penelitian ini dilakukan dengan maksud
penelitian ini akan dikaji secara mendalam memberikan argumentasi hukum sebagai
dengan mengacu kepada norma-norma dasar penentu apakah suatu peristiwa
hukum yang terdapat dalam peraturan sudah benar atau salah serta bagaimana
perundang-undangan, norma-norma hukum sebaliknya peristiwa itu benar menurut
yang hidup dalam masyarakat serta hukum. Penelitian hukum normatif ini
putusan-putusan pengadilan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan peraturan
dilakukan dengan cara meneliti bahan perundang-undangan (statuta approach)
pustaka yang merupakan data sekunder dan yaitu dengan menelaah semua undang-
disebut juga penelitian kepustakaan. undang dan regulasi yang bersangkut paut
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan isu hukum yang sedang diteliti yaitu
yaitu suatu penelitian yang Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap
menggambarkan, menelaah, menjelaskan perbankan tidak sehat.
dan menganalisa suatu peraturan hukum 3. Data Penelitian
yang berkaitan dengan teori-teori hukum Penelitian yuridis normatif pada
18
yang menjadi objek penelitian . Deskriptif dasarnya ialah menggunakan data
analitis merupakan metode yang dipakai sekunder. Maka bahan-bahan yang
untuk menggambarkan suatu kondisi atau termasuk data sekunder yang digunakan
keadaan yang sedang terjadi atau dalam penelitian ini adalah :
berlangsung yang bertujuan memberikan a. Bahan hukum Primer yaitu (primary
data seteliti mungkin mengenai objek sources or authorities), yakni bahan
penelitian sehingga mampu menggali hal- hukum yang berasal dari aturan-aturan
hal yang bersifat ideal kemudian dianalisis hukum yang terdapat pada berbagai
berdasarkan teori hukum atau peraturan peraturan perundang-undangan dan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam juga kasus-kasus hukum. Bahan atau
penelitian ini, penulis akan menganalisis sumber hukum primer yang sesuai
tentang Peran Otoritas Jasa Keuangan dengan kebutuhan tesis ini meliputi :
terhadap Perbankan tidak sehat. 1) Undang – Undang Dasar Negera
Republik Indonesia Tahun 1945
2. Pendekatan Penelitian 2) Undang – Undang Nomor 10
Penelitian hukum normatif merupakan tahun 1998 tentang perubahan
prosedur penelitian untuk menemukan Undang – Undang Nomor 7
kebenaran berdasarkan logika keilmuan tahun 1992 tentang perbankan
hukum dari sisi normatifnya. Penelitian 3) Undang – Undang Nomor 24
normatif selalu mengambil isu dari hukum tahun 2004 tentang Lembaga
sebagai suatu sistem norma yang Penjamin Simpanan
18
Sondy Raharjanto, “Analisis PMH Perdara
19
yang ditarik kepada PMH Pidana”,Varia Peradilan, Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum
Tahun XX No. 23 (September 2019) hlm. 24 dalam Praktek” (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), hlm. 9.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 78
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

4) Undang – Undang RI Nomor 40 digunakan berupa buku – buku, jurnal,


tahun 2007 tentang Perseroan hasil karya ilmiah, artikel serta tulisan
Terbatas lain yang ada kaitannya dengan objek
5) Undang – Undang Nomor 21 penelitian.
tahun 2011 tentang Otoritas Jasa c. Bahan hukum tersier yaitu bahan
Keuangan hukum yang memberikan petunjuk
6) Undang – Undang Nomor 9 maupun penjelasan terhadap bahan
tahun 2016 tentang Pencegahan hukum primer dan bahan hukum
dan Penanganan Krisis Sistem sekunder seperti Kamus Besar Bahasa
Keuangan Indonesia, kamus hukum atau istilah
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor hukum dan lain – lain yang dapat
25 tahun 1999 tentang dipergunakan untuk menjawab
Pencabutan Izin Usaha, permasalahan yang terdapat pada
20
Pembubaran dan Likuidasi Bank. penelitian ini.
8) Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang RI Nomor 4 4. Teknik dan alat pengumpulan data
Tahun 2008 Tentang Jaring Begitu isu hukum ditetapkan peneliti
Pengaman Sistem Keuangan melakukan penelusuran untuk mencari
9) Peraturan Bank Indonesia Nomor bahan-bahan hukum yang relevan terhadap
13/1/PBI/2011 tentang penilaian isu yang dihadapi. Tehnik pengumpulan
tingkat kesehatan bank umum data ini dilakukan dengan cara penelitian
10) Peraturan Bank Indonesia Nomor kepustakaan (Library Research). Studi ini
15/2/PBI/2013 tentang dilakukan dengan cara meneliti dokumen-
Penetapan Status & Tindak Lajut dokumen yang ada yaitu dengan bahan
Pengawasan Bank Umum hukum dan informasi baik yang berupa
Konvensional buku, karangan ilmiah, peraturan
11) Peraturan Otoritas Jasa perundang-undangan dan bahan tertulis
Keuangan Nomor lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini
4/POJK.03/2016 tentang yaitu dengan mencari, mempelajari,
penilaian tingkat kesehatan bank mencatat serta menginterprestasikan hal-hal
umum yang berkaitan dengan objek penelitian. 21
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan Alat pengumpulan data pada penelitian
hukum yang memberikan penjelasan ini adalah dengan studi dokumen
mengenai bahan hukum primer yang (documentary research). Penentuan sumber
bersumber dari buku – buku, jurnal – data sekunder (sumber hukum primer,
jurnal hukum, pendapat para pakar sekunder, tersier), berupa inventarisasi data
hukum dan praktisi hukum, dan
20
yurispudensi yang berkaitan dengan Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum (Jakarta : UI-Press, 1984), hlm. 52
penelitian ini. Dalam penelitian ini, 21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum
(Yogjakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2005),
bahan hukum sekunder yang
hlm. 237
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 79
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

yang relevan dengan rumusan masalah, kualitatif dengan menggunakan logika


pengutipan dan pencatatan yang kemudian berfikir secara deduktif yaitu menarik
dikaji dengan data yang sudah terkumpul kesimpulan dari suatu permasalahan yang
untuk menentukan relevansinya dengan bersifat umum terhadap permasalahan yang
22
kebutuhan dan rumusan masalah. konkret.24 Yang pada proses selanjutnya
pada akhirnya dapat menjawab
5. Analisis Data permasalahan penelitian ini.
Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini dilakukan secara kualitatif II. Hasil Penelitian
terhadap bahan hukum primer dan sekunder A. Kesehatan Bank Dalam Sistem
Hukum Perbankan Di Indonesia
yang diperoleh untuk dianalisis dengan
a. Tingkat Kesehatan Bank Umum
metode kualitatif, yaitu dengan cara
Sebagai mana yang tertuang dalam
menguraikan data dalam bentuk kalimat
Peraturan Bank Indonesia Nomor
yang tersusun secara sistematis untuk
13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat
memudahkan dan menganalisa
Kesehatan Bank Bank Umum, Tingkat
permasalahan yang akan dibahas, setelah
Kesehatan Bank adalah hasil penilaian
data terkumpul secara keseluruhan,
kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko
beriringan dengan pengumpulan data – data
dan kinerja Bank25 serta Bank wajib
tersebut dilakukan pula analisis dengan cara
memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat
interpretasi dengan tujuan untuk
Kesehatan Bank dengan menerapkan
mempertajam fokus pengamatan serta
prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko
memperdalam masalah yang relevan
dalam melaksanakan kegiatan usaha.26
dengan permasalahan yang dibahas dalam
Dalam peraturan tersebut mewajibkan
penelitian ini. Keseluruhan analisis data
semua bank umum agar melakukan
pada penelitian ini pada dasarnya
penilaian sendiri (self assesment) Tingkat
menggunakan analisis deskriftif yang diawali
Kesehatan Bank Menggunakan Pendekatan
dengan pengelompokkan data yang sama,
Risiko (Risk based Bank Rating/RBBR) baik
selanjutnya dilakukan interpretasi secara
secara individual atau secara konsolidasi,
keseluruhan aspek untuk memahami makna
yang perhitungannya berpedoman pada
hubungan antara aspek yang satu dengan
Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.
yang lainnya yang menjadi fokus pada
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011,
penelitian ini. Setelah itu, hasil akan
Penilaian dilakukan terhadap faktor-faktor
dilaporkan dalam bentuk kalimat.23
profil risiko (risk profile), good corporate
Selanjutnya dalam proses penarikan
governance (GCG), rentabilitas (earnings)
kesimpulan, maka peraturan perundang-
24
Jhonny Ibrahim, Teori Metodologi
undangan yang telah dianalisis secara Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayu Media,
2005), hlm. 393.
22 25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pasal 1 ayat (4) Peraturan Bank
Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
2006), hlm. 129 Tingkat Kesehatan Bank.
23 26
Firman, Analisa Data dalam Penelitian Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank
Kualitatif, (Padang : Universitas Negeri Padang, 2018), Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
hlm. 4. Tingkat Kesehatan Bank.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 80
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

dan permodalan (Capital) yang selanjutnya 4. 11% sampai dengan 14% dari
27
faktor tersebut disingkat menjadi RGEC. ATMR bagi Bank dengan profil
Hasil dari semua aspek ini kemudian akan risiko Peringkat 4 atau Peringkat 5.
menghasilkan kondisi bank.
Dalam rangka menciptakan sistem b. Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat
perbankan yang sehat dan mampu
Sistem penilaian tingkat Bank
berkembang serta bersaing secara nasional
Perkreditan Rakyat mengacu pada Surat
maupun internasional, maka bank perlu
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
meningkatkan kemampuan untuk menyerap
30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
risiko yang disebabkan oleh kondisi krisis
tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
dan/atau pertumbuhan kredit perbankan
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat.
yang berlebihan, melalui peningkatan
Penilaian tingkat kesehatan BPR,
kualitas dan kuantitas permodalan bank
menggunakan pendekatan kualitatif atas
sesuai dengan standar internasional yang
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
berlaku yaitu Basel III.28
kondisi dan perkembangan suatu bank.
Penilaian tersebut didasarkan pada
Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy
dengan penilaian terhadap faktor-faktor
Ratio/CAR) yang telah ditetapkan BI.
Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva
Perbandingan rasio tersebut adalah rasio
Produktif (Assets Quality), Manajemen
modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
(Management), Rentabilitas (Earning Power)
Risiko (ATMR) dan sesuai ketentuan
dan Likuditas (Liquidity) yang selanjutnya
Pemerintah CAR tahun 1999. Sehubungan
faktor tersebut disingkat menjadi CAMEL. 30
dengan hal tersebut, diatur kewajiban
Serta mempertimbangkan faktor-faktor yang
pemenuhan KPMM sebagai berikut :29
lain yang dapat menurunkan dan atau
1. 8% dari ATMR bagi Bank dengan
menggugurkan tingkat kesehatan bank.
profil risiko Peringkat 1.
Dalam rangka mewujudkan industri
2. 9% sampai dengan kurang dari
BPR yang sehat, kuat, dan produktif,
10% dari ATMR bagi Bank dengan
diperlukan penyesuaian terhadap struktur
profil risiko Peringkat 2.
permodalan agar sejalan dengan praktik
3. 10% sampai dengan kurang dari
terbaik perbankan. Pengaturan KPMM BPR
11% dari ATMR bagi Bank dengan
adalah sebagai berikut :31
profil risiko Peringkat 3.

1. BPR wajib menyediakan modal minimum


yang dihitung dengan menggunakan
27
Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia 30
Devi Rizka Sari, Penilaian Tingkat
Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat XYZ Dengan
Kesehatan Bank. Metode CAMEL, Economic: Jurnal Akuntansi, Vol. 1,
28
OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2019, No. 1, 2018, hlm. 2.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan- 31
OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2019,
statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/Booklet- https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-
Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28 Desember statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/Booklet-
2020. Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28 Desember
29
Ibid 2020.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 81
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

rasio KPMM paling rendah sebesar 12% a. Distribusi dimaksud mengakibatkan


dari ATMR menurunnya modal inti menjadi
2. Modal BPR terdiri dari: a. Modal inti (tier kurang dari Rp6 miliar; atau
1) yang meliputi: i. Modal inti utama; ii. b. BPR belum memenuhi modal inti
Modal inti tambahan; dan b. Modal minimum sebesar Rp6 miliar
pelengkap (tier 2). 9. BPR yang mendapatkan izin usaha
3. Modal pelengkap hanya dapat dengan modal disetor kurang dari
diperhitungkan paling tinggi sebesar Rp6 miliar wajib memenuhi jumlah
100% dari modal inti modal inti minimum paling lambat lima
4. BPR wajib menyediakan modal inti paling tahun setelah memperoleh izin usaha
rendah sebesar 8% dari ATMR dari OJK.
5. Penambahan dan/atau perubahan
pengaturan mengenai: Dana setoran c. Pihak Terkait Dalam Upaya Menjaga
Kesehatan Bank
modal, Modal sumbangan, Modal
1. Peran Organ Perusahaan
sumbangan berupa aset lainnya, Modal Perbankan dalam Sistem
Pengendalian Internal Bank
pinjaman menjadi komponen modal inti
Dalam menjalankan usahanya,
tambahan, Faktor pengurang modal inti,
Manajemen Bank wajib mengelola
Tambahan setoran modal berupa aset
usahanya dengan mendasarkan pada sikap
tetap, Modal pelengkap, ATMR.
kehati-hatian atau yang lazim dikenal
6. Modal inti minimum BPR ditetapkan
dengan istilah The Prudential Principles.
sebesar Rp. 6 miliar.
The Prudential Principles ini mulai dikenal
7. Tahapan pemenuhan
dalam praktek pengelolaan bank pada
a. BPR dengan modal inti kurang dari
pertengahan tahun 1980. Secara harafiah
Rp3 miliar wajib memenuhi modal inti
pengertian prudent adalah ”bijaksana”
minimum sebesar Rp3 miliar paling
hanya saja dalam konteks pengelolaan
lambat pada tanggal 31 Desember
bank, para praktisi perbankan lebih memilih
2019. Selanjutnya BPR tersebut wajib
menerjemahkannya sebagai “kehati-hatian”
memenuhi modal inti minimum
yang kemudian istilah yang sering
sebesar Rp6 miliar paling lambat 32
digunakan adalah asas kehati-hatian
pada tanggal 31 Desember 2024.
Amanat untuk menerapkan prinsip
b. BPR dengan modal inti paling sedikit
kehati-hatian ini telah secara tegas diatur
Rp3 miliar namun kurang dari Rp6
dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 7
miliar wajib memenuhi modal inti
Tahun 1992 Tentang Perbankan
minimum sebesar Rp6 miliar paling
sebagaimana telah diperbaharui dengan
lambat pada tanggal 31 Desember
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang
2019.
menyatakan bahwa “Perbankan Indonesia
8. BPR dilarang melakukan distribusi laba
dalam melakukan usahanya berasaskan
jika:
32
Permadi Gandapradja, Dasar dan
Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta : P.T. Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hlm. 21.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 82
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

demokrasi ekonomi dengan menggunakan ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum
33
prinsip kehati-hatian.” Untuk menjamin di implementasikannya good corporate
pelaksanaan prinsip kehati-hatian ini Bank governance dan etika yang melandasinya.
Indonesia sebagai bank sentral diberikan Oleh karena itu, usaha mengembalikan
amanat untuk mengatur dan mengawasi kepercayaan kepada dunia perbankan
perbankan nasional sebagaimana diatur Indonesia melalui restrukturisasi dan
dalam Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 rekapitalisasi, hanya dapat mempunyai
Tahun 2004 Tentang Perubahan atas dampak jangka panjang apabila disertai tiga
Undang- undang Nomor 23 Tahun 1999 tindakan penting, yakni:
Tentang Bank Indonesia. Instrumen yang 1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian
dipergunakan Bank Indonesia dalam 2. Pelaksanaan Good Corporate
mengatur perbankan adalah dengan Governance
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia 3. Pengawasan yang efektif dari otorisasi
(PBI) dan aturan pelaksanaannya dalam pengawasan bank.35
bentuk Surat Edaran (S.E.) Bank Indonesia. Bank Indonesia juga menerbitkan
Terciptanya industri perbankan yang Peraturan Bank Indonesia Nomor
kuat merupakan harapan semua pihak dan 6/25/PBI/2004 mengenai Rencana Bisnis
untuk mewujudkannya diperlukan Bank Umum yang antara lain menyatakan
peningkatan kualitas manajemen dan bahwa dalam rangka meningkatkan Good
operasional perbankan. Peningkatan Corporate Governance maka Bank perlu
kualitas manajemen bank diperlukan untuk menetapkan sasaran strategis dan
meningkatkan tata kelola perusahaan yang seperangkat nilai perusahaan (Corporate
baik (good corporate governance) dari para Value) yang mengarahkan kegiatan
manajemen bank itu sendiri, sehingga operasional bank agar senantiasa
praktek-praktek perbankan yang tidak sehat beroperasi berlandaskan pada suatu
(improper behaviour) seperti yang terjadi di perencanaan yang matang berdasarkan
masa lalu dapat diminimalisir atau prinsip kehati-hatian.36 Bank Indonesia
dihilangkan. Selanjutnya peningkatan melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
kualitas manajemen bank juga diperlukan 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good
untuk memperkecil terjadinya risiko-risiko Corporate Governance Bagi Bank Umum
bank khususnya risiko operasional yang memberikan definisi Good Corporate
pada akhir-akhir ini kerap terjadi kasus- Governance adalah “suatu tata kelola Bank
kasus fraud yang dilakukan karyawan yang menerapkan prinsip-prinsip
34
internal di beberapa bank nasional. keterbukaan (transparency), akuntabilitas
Krisis perbankan di Indonesia yang (accountability), pertanggungjawaban
dimulai pada akhir tahun 1997 bukan
35
semata-mata diakibatkan oleh krisis Moh, Wahyudin, Good Corporate
Governance pada badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, (Alfabeta,
Bandung, 2008), hlm. 25.
33
Trisetya Wahyu Nugroho, Op. Cit, hlm. 36
Editorial, Yayasan Pengembangan
3. Hukum Bisnis, Jurnal Hukum : Bisnis, Vol. 23, No.3,
34
Ibid, hlm. 4. 2004, hlm 4.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 83
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

(responsibility), independensi persetujuan Dewan Komisaris


(independency), dan kewajaran (fairness). (sepanjang hal ini ditetapkan oleh
Dengan semakin kompleksnya risiko RUPS atau pada Anggaran Dasar
bagi bisnis perbankan maka mendesak Bank).
dipraktekkannya tata kelola yang sehat
Menurut Peraturan Bank Indonesia
(good governance) bagi semua bank di
No. 13/I/PBI/2011, Dewan Komisaris
Indonesia. Oleh karena itu agar mampu
adalah organ perseroan yang bertugas
beradaptasi dalam lingkungan bisnis
melakukan pengawasan secara umum
perbankan khususnya dalam mengantisipasi
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran
risiko maka bank dituntut untuk menerapkan
dasar serta memberi nasihat kepada
manajemen risiko. Sebagai pedoman dalam
Direksi sebagaimana dimaksud dalam
pelaksanaannya Bank Indonesia
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia
tentang Perseroan Terbatas.39 Dewan
Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan
Komisaris senantiasa melaksanakan tugas
atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
dan tanggungjawanya secara profesional
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan
dan independen dengan berpedoman
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. 37
pada tata kelola perusahaan yang baik.
Agar penerapan manajemen risiko
Direksi mempunyai kewenangan dan
lebih efektif maka bank wajib menetapkan
tanggungjawab sebagaimana diatur dalam
wewenang dan tanggungjawab yang jelas
Pasal 7 Peraturan Bank Indonesia ini
pada setiap jenjang jabatan yang terkait
meliputi:40
dengan penerapan manajemen risiko,
a. Menyusun kebijakan dan strategi
Untuk menjamin pelaksanaan proses
manajemen risiko.
manajemen risiko yang berlandaskan
b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan
prinsip kehati-hatian, maka Dewan
kebijakan manajemen risiko dan
Komisaris mempunyai kewenangan dan
eksposur risiko yang diambil.
tanggung jawab sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia c. Mengevaluasi dan memutuskan

ini, meliputi :38 transaksi yang memerlukan


persetujuan Direksi.
a. Menyetujui dan mengevaluasi
d. Mengembangkan budaya manajemen
kebijakan manajemen risiko.
risiko
b. Mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi atas pelaksanaan kebijakan
e. Meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia.
manajemen risiko.
c. Mengevaluasi dan memutuskan f. Memastikan fungsi manajemen risiko
permohonan Direksi yang berkaitan telah beroperasi secara Independent.
dengan transaksi yang memerlukan g. Kaji ulang keakuratan metodologi
39
Pasal 1 Angka (6) Undang-undang
37
Trisetya Wahyu Nugroho, Op. Cit, hlm. Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
100. 40
Trisetya Wahyu Nugroho, Op. Cit, hlm.
38
Ibid, hlm. 98. 98.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 84
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

penilaian risiko, kecukupan Saham. Sehingga apabila


implementasi sistem informasi pertanggungjawaban kinerja Direksi telah
manajemen, ketepatan kebijakan, mendapatkan persetujuan dan
prosedur dan penetapan limit risiko. pengesahan dari Rapat Umum Pemegang
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. Saham yang kemudian dinyatakan dengan
13/I/PBI/2011, dewan direksi adalah organ pemberian pembebasan dari segala
perseroan yang berwenang dan tanggungjawab atas pengurusan (equate
bertanggung jawab penuh atas pengurusan et de charge) maka sebenarnya segala
perseroan untuk kepentingan perseroan kerugian serta risiko yang muncul
sesuai dengan maksud dan tujuan sesudahnya merupakan tanggungjawab
perseroan serta mewakili perseroan, baik di perseroan.42
dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan
Dalam Undang-Undang PT No. 40
ketentuan anggaran dasar sebagaimana
Tahun 2007, ketentuan mengenai RUPS
dimaksud dalam Undang-Undang No. 40
sebagai kekuasaan tertinggi dalam
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 41
perseroan terbatas dihilangkan sehingga
Dewan Direksi (board of directors) adalah
kedudukan RUPS adalah sama sebagai
pimpinan perusahaan yang dipilih oleh para
organ perseroan (PT) yang lain yaitu Direksi
pemegang saham untuk mewakili
dan Dewan Komisaris.43 Di dalam PT,
kepentingan mereka dalam mengelola
pemegang saham bukan merupakan
perusahaan. Dewan Direksi bertanggung
pemegang kedaulatan tertinggi tetapi
jawab atas beberapa fungsi manajemen
seringkali pemegang saham dapat
tanpa harus terlibat secara langsung dalam
mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat
operasional manajemen bank, sehingga
oleh PT tersebut. Pemegang saham baru
diperlukan adanya pertemuan rutin Dewan
memiliki kekuasaan atas PT ketika mereka
Direksi dengan komponen perusahaan,
berada dalam RUPS. Hal ini berarti
serta memiliki fungsi kontrol yang efektif.
kehendak bersama para pemegang saham
Prinsip fiduciary duty berlaku bagi merupakan kehendak RUPS. Hasil RUPS
Direksi dalam menjalankan tugasnya, baik merupakan kehendak PT yang paling tinggi
fiduciary duty dalam menjalankan dan tidak dapat ditentang oleh pihak
fungsinya sebagai manajemen (tugas manapun kecuali keputusan RUPS tersebut
memimpin perusahaan) maupun sebagai melanggar undang-undang atau melanggar
representasi dari perseroan ( mewakili akta pendirian PT/anggaran dasar. 44
perusahaan di dalam dan di luar Dalam Pasal 75 ayat 1 memuat
pengadilan). Pertanggungjawaban atas wewenang RUPS yang diatur dalam
pelaksanaan kewenangan Direksi tersebut Undang-Undang PT No. 40 tahun 2007.
sekaligus pemberian reward and 42
Trisetya Wahyu Nugroho, Op. Cit, hlm.
punisment atas pencapaian kinerja Direksi 182.
43
Ibid
adalah pada Rapat Umum Pemegang 44
Mishardi Wilamarta, Hak Pemegang
Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate
41
Pasal 1 Angka (5) Undang-undang Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Indonesia, 2002), hlm. 54
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 85
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Namun wewenang yang diberikan Undang- yang didelegasikan sejatinya apa yang
Undang kepada RUPS tidak berarti RUPS bersifat sementara dan ada yang
dapat melakukan tugas dan wewenang yang bersifat tetap. Kewenangan
diberikan Undang-Undang kepada Direksi pendelegasian yang bersifat tetap
dan Komisaris. Dari pengertian Pasal 1 butir misalnya kepengurusan perusahaan
4 Undang-Undang PT No. 40 Tahun 2007, (secara umum) dan fungsi refresentasi
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu (mewakili perusahaan di dalam maupun
sebagai berikut : di luar pengadilan). Sedangkan
a. Organ ini berupa rapat. hal yang harus pendelegasian yang bersifat sementara
dicermati adalah forum rapat berbeda sewaktu-waktu dapat dicabut.45
dengan individu pemegang saham. Pemegang saham yang tergabung
Jadi, sekalipun seseorang misalnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham
menjadi pemegang saham mayoritas, (RUPS) merupakan organ dari suatu
secara individu tidak memegang perseroan terbatas sebagaimana tercantum
kekuasaan (tertinggi) dalam perseroan. dalam Pasal 1 angka 2 UU PT No. 40 Tahun
Kekuasaan tertinggi baru muncul 2007 bahwa organ perseroan terdiri dari
apabila diselenggarakan rapat dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
rapat tersebut harus memenuhi Direksi dan Dewan Komisaris. hanya dalam
persyaratan formalitas tertentu yang beberapa hal saja pemegang saham dapat
telah diatur dalam UU PT. bertindak lewat mekanisme RUPS, sehingga
b. Kewenangan atau otoritas yang dimiliki dalam hal ini, pihak pemegang saham
oleh forum rapat ini adalah (bukan Rapat Umum Pemegang Saham)
kewenangan yang tersisa berdasarkan juga telah cenderung menjadi organ
teori residual. kewenangan ini pada perusahaan yang keempat di samping
dasarnya lahir dari status kepemilikan Direktur, Dewan Komisaris, dan Rapat
perseroan yang ada di tangan Umum Pemegang Saham. Alasan lain
pemegang saham. pemegang saham penempatan pemegang saham pada unsur
adalah (bagian) pemilik perseroan. utama adalah organ PT lainnya yaitu Direksi
Secara teoritis, sebagai pemilik ia dan Dewan Komisaris diangkat dan
46
memegang hak untuk melakukan diberhentikan oleh RUPS.
tindakan apa saja terhadap benda yang Jill Solomon dan Aris Solomon
dimilikinya. sebagaimana dijelaskan dalam buku mereka
c. Kewenangan yang ada pada forum berjudul Corporate Governance and
rapat ini (sebagaian) dapat Accountability. Kedua pakar manajemen ini
didelegasikan kepada organ yang lain, mendefinisikan “Corporate Governance
yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. 45
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan,
Keleluasaan kewenangan yang Telaah Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, (Salatiga : Gria Media,
didelegasikan dapat diatur dalam UU 2011), hlm. 148-149.
46
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang
PT dan/atau Anggaran Dasar PT atau Saham Perseroan Terbats Dalam Hukum Positif, Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2014,
melalui keputusan RUPS. Kewenangan
hlm 75.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 86
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

sebagai sistem yang mengatur hubungan Pengelolaan perusahaan yang baik


antara perusahaan (diwakili oleh Board of mempunyai lima macam tujuan, yaitu:49
Directors) dengan pemegang saham.47 1. Melindungi hak dan kepentingan
Secara teoritis, pelaksanaan Tata pemegang saham.
Kelola Perusahaan dapat meningkatkan nilai 2. Melindungi hak dan kepentingan
perusahaan dengan meningkatkan kinerja para anggota stakeholders non
keuangan mereka, mengurangi resiko yang pemegang saham.
mungkin dilakukan oleh dewan komisaris 3. Meningkatkan nilai perusahaan
dan keputusan-keputusan yang dan para pemegang saham;
menguntungkan diri sendiri dan umumnya 4. Meningkatkan efisiensi dan
tata kelola perusahaan dapat meningkatkan efektivitas kerja dewan pengurus
kepercayaan investor. Menurut Forum of atau Board of Directors dan m
Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 5. Manajemen perusahaan.
ada beberapa manfaat yang diperoleh, 6. Meningkatkan mutu hubungan
48
antara lain : Board of Directors dengan
1. Meningkatkan kinerja perusahaan manajemen senior perusahaan.
melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih 2. Bank Indonesia
baik, meningkatkan efisiensi Republik Indonesia punya satu bank
operasional perusahaan, serta sentral, yaitu Bank Indonesia yang memiliki
lebih meningkatkan pelayanan kantor perwakilan di setiap daerah. 50 Fungsi
kepada stakeholder. Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral
2. Mempermudah diperolehnya dana sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar
pembiayaan yang lebih murah dan Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tidak rigid (karena faktor Pasal 23D yang mengatakan kalau sebuah
kepercayaan) yang pada akhirnya negara punya sebuah bank sentral yang
akan meningkatkan Corporate susunan, kedudukan, kewenangan,
Value. tanggung jawab, dan kemandiriannya diatur
3. Mengembalikan kepercayaan dengan undang undang.
investor untuk menanamkan
Dalam posisinya sebagai bank sentral,
modalnya di Indonesia.
BI memiliki wewenang yang berkaitan
4. Pemegang saham akan puas
dengan tugas mengatur dan mengawasi
dengan kinerja perusahaan karena
bank non sentral yang meliputi :51
sekaligus akan menigkatkan
shareholder Value dan dividen.

47
Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, 49
Good Corporate Governance-Tata Kelola Perusahaan Ibid, hal.85
50
yang Sehat, (Jakarta : P.T. Damar Mulia Pustaka, Pasal 23 Ayat (3) Undang-undang Dasar
2005), hlm. 2-4. Tahun 1995.
48 51
Hendra Setiawan Boen, Bianglala Pasal 25 Undang-undang Republik
Business Judment Rule, (Jakarta: Tatanusa, 2008), hal. Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
81. Indonesia.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 87
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

a. Mengenakan sanksi terhadap bank upaya penegakan hukum (law enforcement)


sesuai dengan peraturan perundang- dimaksudkan untuk melindungi perbankan
undangan. dan stakeholder serta sekaligus mendorong
b. Menetapkan peraturan. kepercayaan terhadap sistem keuangan.53
c. Memberikan dan mencabut izin atas Apabila terdapat penyimpangan
kelembagaan dan kegiatan usaha terhadap aturan tentang kesehatan bank,
tertentu dari bank. Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-
d. Mengawasi bank, baik secara individual tindakan tertentu dengan tujuan agar bank
maupun sebagai sistem perbankan. yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank membahayakan kinerja perbankan secara
Indonesia berwenang menetapkan umum. Berdasarkan UndangUndang Nomor
ketentuan-ketentuan perbankan dengan 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Fungsi bank sentral terkait pengawasan ini tentang Perbankan, dalam hal suatu bank
bertujuan untuk mencapai stabilitas sistem mengalami kesulitan yang membahayakan
keuangan. 52 kelangsungan usahanya, Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki peran vital dapat melakukan tindakan agar :54
dalam menciptakan kinerja lembaga 1. Pemegang saham menambah modal.
keuangan yang sehat, khususnya 2. Pemegang saham mengganti dewan
perbankan. Penciptaan kinerja lembaga komisaris dan atau direksi bank
perbankan seperti itu dilakukan melalui 3. Bank melakukan merger atau
mekanisme pengawasan dan regulasi. konsolidasi dengan bank lain
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor 4. Bank dijual kepada pembeli yang
perbankan memiliki pangsa yang dominan bersedia mengambil alih seluruh
dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kewajiban.
kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan 5. Bank menyerahkan pengelolaan
ketidakstabilan keuangan dan mengganggu seluruh atau sebagian kegiatan bank
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kepada pihak lain.
kegagalan tersebut, sistem pengawasan 6. Bank menjual sebagian atau seluruh
dan kebijakan perbankan yang efektif harta dan atau kewajiban bank kepada
haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin bank atau pihak lain.
pasar melalui kewenangan dalam Seiring dengan terbentuknya Otoritas
pengawasan dan pembuat kebijakan serta Jasa Kuangan (OJK), tugas pengawasan
penegakan hukum (law enforcement) harus yang dilakasanakan oleh Bank Indonesia
dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan difokuskan kepada pengawasan
bahwa negara-negara yang menerapkan makroprudensial, sementara pengawasan
disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
53
keuangan yang kokoh. Sementara itu, BI, “Buletin: Hukum Perbankan &
Kebanksentralan”, http://www.bi.go.id , diakses 15
November 2020.
52 54
Ardhansyah Putra & Dwi Saraswati, Op. Ardhansyah Putra & Dwi Saraswati, Op.
Cit, hlm.84. Cit, hlm.42-43.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 88
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

mikroprudensial diserahkan kepada OJK. (responsibility) dan Kewajaran (fairness)


Pelaksanaan pengawasan makroprudensial yang secara konsisten melakukan
dimaksudkan untuk menjaga stabilitas pembenahan atas setiap komponen dalam
sistem keuangan.55 Stabilitas sistem sistem perekonomian nasional.57
keuangan adalah suatu kondisi dimana Guna mewujudkan peranannya sebagai
seluruh lembaga keuangan, pasar keuangan lembaga pengatur dan pengawas dalam
dan sarana-sarana pendukungnya memiliki sektor jasa keuangan, OJK mengusung Visi
ketahanan dan mampu mengatasi Menjadi lembaga pengawas industri jasa
ketidakseimbangan keuangan. Dengan keuangan yang terpercaya, melindungi
demikian, secara umum kebijakan kepentingan konsumen dan masyarakat,
makroprudensial dapat diartikan sebagai dan mampu mewujudkan industri jasa
kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya keuangan menjadi pilar perekonomian
krisis sistemik dalam rangka memelihara nasional yang berdaya saing global serta
keseimbangan sistem keuangan secara dapat memajukan kesejahteraan umum.
56
keseluruhan. Dengan visi OJK tersebut, selanjutnya misi
lembaga yang diusung adalah: 58
3. Otoritas Jasa Keuangan 1. Mewujudkan terselenggaranya
OJK dibentuk sebagai pelaksanaan dari seluruh kegiatan di dalam sektor
amanat Undang-undang No. 3 Tahun 2004 jasa keuangan secara teratur, adil,
tentang Bank Indonesia yang transparan, dan akuntabel
mengamanatkan pembentukan sebuah 2. Mewujudkan sistem keuangan yang
lembaga yang independen berwenang tumbuh secara berkelanjutan dan
melakukan pengaturan dan pengawasan stabil
pada sektor jasa keuangan. Dasar hukum 3. Melindungi kepentingan konsumen
pembentukan OJK adalah UURI No. 21 dan masyarakat
Tahun 2011 yang diundangkan pada Melalui situs resmi OJK,
tanggal 2011. Pasca pembentukan OJK, dalam melaksanakan fungsi Bidang
maka secara filosofis tugas lembaga ini Pengawasan Sektor Perbankan, OJK
adalah turut menyukseskan pembangunan menyelenggarakan tugas pokok:59
ekonomi nasional yang didukung oleh tata
1. Melakukan penelitian dalam rangka
kelola perusahaan yang baik (good
mendukung pengaturan bank dan
corporate governance) dengan prinsip
pengembangan sistem pengawasan
Kemandirian (independency), Keterbukaan
bank
(transparency), Akuntabilitas
(accountability), Pertanggungjawaban
57
Yusmad Muammar Arafat, Op.Cit, hlm.
131.
55 58
Warta Ekonomi, “Apa itu Bank Sentral”, OJK,”Visi Misi”,
https://www.wartaekonomi.co.id/read290632/apa-itu- https://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/Pages/Visi-
bank-sentral?page=3 , diakses 16 November 2020 Misi.aspx, diakses 18 November 2020.
56 59
BI, “tabilitas Sistem Keuangan”, OJK,”Fungsi & Tugas Pokok”,
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas- https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/tentang-
sistemkeuangan/ikhtisar/Default. . diakses 16 perbankan/Pages/Tugas.aspx, diakses 18 November
November 2020 2020
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 89
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

2. Melakukan pengaturan bank dan Maksud dari tujuan tersebut


industri perbankan; berdasarkan bagian penjelasan dalam
Undang – Undang Otoritas Jasa Keuangan
3. Menyusun sistem dan ketentuan
yaitu terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan
pengawasan bank;
diharapkan dapat mendukung sektor jasa
4. Melakukan pembinaan,
keuangan nasional sehingga mampu
pengawasan, dan pemeriksaan
meningkatkan daya saing nasional. Selain
bank;
itu, Otoritas Jasa Keuangan harus mampu
5. Melakukan penegakan hukum atas
manjaga kepentingan nasional, antara lain
peraturan di bidang perbankan;
sumber daya manusia, pengelolaan,
6. Melakukan pemeriksaan khusus
pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa
dan investigasi terhadap
keuangan, dengan tetap
penyimpangan yang diduga
mempertimbangkan aspek positif
mengandung unsur pidana di
61
globalisasi.
bidang perbankan;
Untuk melaksanakan tugas pengaturan
7. Melaksanakan remedial dan
dan pengawasan di sektor Perbankan, OJK
resolusi bank yang memiliki kondisi
mempunyai wewenang :62
tidak sehat sebagai tindak lanjut dari
a. pengaturan dan pengawasan mengenai
hasil pengawasan bank yang
kelembagaan bank yang meliputi :
normal; 
1) perizinan untuk pendirian bank,
8. Mengembangkan pengawasan
pembukaan kantor bank, anggaran
perbankan;
dasar, rencana kerja, kepemilikan,
9. Memberikan bimbingan teknis dan
kepengurusan dan sumber daya
evaluasi di bidang perbankan; dan
manusia, merger, konsolidasi dan
10. Melaksanakan tugas lain yang
akuisisi bank, serta pencabutan
diberikan oleh Dewan Komisioner.
izin usaha bank
Berdasarkan pembentukan
2) kegiatan usaha bank, antara lain
OJK memiliki tujuan yakni agar
sumber dana, penyediaan dana,
keseluruhan kegiatan di dalam sektor
produk hibridasi, dan aktivitas di
jasa keuangan dapat :60
bidang jasa
1. Terselenggara secara teratur, adil ,
b. pengaturan dan pengawasan mengenai
transparan, dan akuntabel
kesehatan bank yang meliputi :
2. Mampu mewujudkan sistem
1) likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
keuangan yang tumbuh secara
kualitas aset, rasio kecukupan
berkelanjutan dan stabil
modal minimum, batas maksimum
3. Mampu melindungi kepentingan
Konsumen dan masyarakat. 61
Jonker Sihombing, 2012, Jurnal Hukum
Bisnis ”Analisis Hukum Otoritas Jasa Keuangan dan
Pengawasan Pasa Modal”, Volume 31 No.1 Tahun
2012, hlm.17.
60 62
Pasal 4 Undang-Undang Republik Pasal 7 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 90
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

pemberian kredit, rasio pinjaman Untuk perlindungan Konsumen dan


terhadap simpanan, dan masyarakat, OJK berwenang melakukan
pencadangan bank tindakan pencegahan kerugian Konsumen
2) laporan bank yang terkait dengan dan masyarakat, yang meliputi :65
kesehatan dan kinerja bank a. memberikan informasi dan edukasi
3) sistem informasi debitur kepada masyarakat atas karakteristik
4) pengujian kredit (credit testing) sektor jasa keuangan, layanan, dan
5) standar akuntansi bank produknya
c. pengaturan dan pengawasan mengenai b. meminta Lembaga Jasa Keuangan
aspek kehatihatian bank, meliputi: untuk menghentikan kegiatannya
1) manajemen risiko apabila kegiatan tersebut berpotensi
2) tata kelola bank merugikan masyarakat
3) prinsip mengenal nasabah dan c. tindakan lain yang dianggap perlu
anti pencucian uang sesuai dengan ketentuan peraturan
4) pencegahan pembiayaan perundang-undangan di sektor jasa
terorisme dan kejahatan keuangan.
perbankan Untuk perlindungan Konsumen dan
d. pemeriksaan bank. masyarakat, OJK berwenang melakukan
Perlindungan konsumen sektor jasa pembelaan hukum yang meliputi :66
keuangan merupakan salah satu bidang a. memerintahkan atau melakukan
baru yang menjadi pintu masuk OJK untuk tindakan tertentu kepada Lembaga
meminimalisir terjadinya sengketa antara Jasa Keuangan untuk
pelaku jasa keuangan dengan nasabah atau menyelesaikan pengaduan
konsumen. Berdasarkan peraturan tersebut, Konsumen yang dirugikan
perlindungan konsumen menerapkan 5 Lembaga Jasa Keuangan
prinsip, yaitu, transparansi, perlakuan yang dimaksud
adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan b. mengajukan gugatan :
data/informasi konsumen dan penanganan 1) untuk memperoleh kembali
pengaduan serta penyelesaian sengketa harta kekayaan milik pihak
konsumen secara sederhana, cepat dan yang dirugikan dari pihak
63
biaya terjangkau . Pasal 29 meneyebutkan yang menyebabkan kerugian,
bahwa salah satu wewenang OJK dalam baik yang berada di bawah
melakukan perlindungan terhadap penguasaan pihak yang
konsumen ialah membuat mekanisme menyebabkan kerugian
pengaduan konsumen dalam lembaga jasa dimaksud maupun di bawah
keuangan.64

65
Pasal 28 Undang-Undang Republik
63
POJK No. 1/POJK.07/2013 Tentang Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Keuangan.
64 66
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 30 Undang-Undang Republik
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 91
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

penguasaan pihak lain OJK berfungsi menyelenggarakan


dengan itikad tidak baik sistem pengaturan dan pengawasan yang
2) untuk memperoleh ganti terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
kerugian dari pihak yang di dalam sektor jasa keuangan. OJK
menyebabkan kerugian pada melaksanakan tugas untuk melakukan
Konsumen dan/atau Lembaga pengaturan, pengawasan kegiatan jasa
Jasa Keuangan sebagai keuangan yaitu, Perbankan, Pasar Modal,
akibat dari pelanggaran atas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
peraturan perundang- Pembiayaan, Lembaga Jasa Keuangan
undangan di sektor jasa lainnya.69
keuangan 4. Lembaga Penjamin Simpanan
Perlindungan konsumen di sektor jasa Dalam perkembangannya, sebagai
keuangan bertujuan untuk menciptakan tindak lanjut pengaturan mengenai
sistem perlindungan konsumen yang andal, penjaminan dana masyarakat khususnya
meningkatkan pemberdayaan konsumen, dalam rangka mewujudkan apa yang telah
dan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha diamanatkan dalam ketentuan Pasal 37B
jasa keuangan mengenai pentingnya Undang-Undang Perbankan, yaitu tentang
perlindungan konsumen sehingga mampu perlunya pembentukan Lembaga
meningkatkan kepercayaan masyarakat Penjaminan Simpanan, pada tahun 2004
pada sektor jasa keuangan.67Maka dari itu pemerintah membentuk suatu badan khusus
kegiatan penyelenggaraan pelaksanaan yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan
fungsi, tugas dan wewenang OJK atau LPS. Kehadiran LPS diharapkan dapat
merupakan pengaturan, pengawasan, memelihara kepercayaan masyarakat dan
penegakan hukum, edukasi dan meminimalkan risiko-risiko perbankan. Di
perlindungan konsumen. dalam Undang-undang ini ditetapkan
Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan penjaminan simpanan nasabah bank yang
merupakan bentuk upaya pemerintah diharapkan dapat memelihara kepercayaan
Republik Indonesia menghadirkan lembaga masyarakat terhadap industri perbankan
yang mampu menyelenggarakan sistem dan dapat meminimumkan risiko yang
pengaturan dan pengawasan terhadap membebani APBN atau risiko yang
keseluruhan kegiatan sektor keuangan. menimbulkan “moral hazard”. LPS berfungsi
Secara fungsi, lembaga ini mengantikan menjamin simpanan nasabah penyimpan
tugas Badan Pengawas Pasar Modal dan dan turut aktif memelihara sistem perbankan
Lembaga Keuangan (Bappepam-LK) serta sesuai kewenangannya.70
mengambil alih tugas Bank Indonesia dalam Pengertian Lembaga Penjamin
hal pengawasan perbankan.68 Simpanan menurut Pasal 2 ayat (3)

67
Penjelasan POJK No. 1/POJK.07/2013
69
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Ibid
Keuangan 70
LPS,https://lps.go.id/web/guest/uu_perpu
68
Irsyadi Zain dan Rahmat Akbar, Bank /-/asset_publisher/Z2kn/content/undang-undang-no-24-
dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Sleman : CV. Budi tahun-2004-tentang-lembaga-penjamin-simpanan,
Utama, 2020), hlm. 8. Akses tanggal 28 Desember 2020
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 92
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 memelihara stabilitas sistem


tentang Lembaga Penjamin Simpanan perbankan
adalah “Lembaga yang independen, 2. merumuskan, menetapkan, dan
transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan kebijakan
71
melaksanakan tugas dan wewenangnya.” penyelesaian Bank Gagal (bank
Adapun fungsi Lembaga Penjamin resolution) yang tidak berdampak
Simpanan adalah menjamin simpanan sistemik
nasabah penyimpan dan turut aktif dalam 3. melaksanakan penanganan Bank
memelihara stabilitas sistem perbankan Gagal yang berdampak sistemik.
sesuai dengan kewenangan.72 Berdasarkan Dalam rangka melaksanakan tugas
fungsi ini Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
memiliki tugas dan kewenangan, yaitu Lembaga Penjamin Simpanan mempunyai
sebagai berikut : wewenang sebagai berikut:75
Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan a. menetapkan dan memungut premi
dalam hal menjamin simpanan nasabah penjaminan;
penyimpan sebagaimana yang dimaksud b. menetapkan dan memungut kontribusi
dalam Pasal 4 huruf a, Lembaga Penjamin pada saat bank pertama kali menjadi
73
Simpanan mempunyai tugas yaitu : peserta;
1. merumuskan dan menetapkan c. melakukan pengelolaan kekayaan dan
kebijakan pelaksanaan kewajiban Lembaga Penjamin Simpanan;
penjaminan simpanan;dan d. mendapatkan data simpanan nasabah,
2. melaksanakan penjaminan data kesehatan bank, laporan keuangan
simpanan. bank, dan laporan hasil pemeriksaan
Kemudian fungsi Lembaga Penjamin bank sepanjang tidak melanggar
Simpanan dalam hal turut aktif dalam kerahasiaan bank;
memelihara stabilitas sistem perbankan e. melakukan rekonsiliasi, verifikasi,
sesuai dengan kewenangannya dan/atau konfirmasi atas data
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 sebagaimana dimaksud pada huruf d;
huruf b, Lembaga Penjamin Simpanan f. menetapkan syarat, tata cara, dan
74
mempunyai tugas, yaitu : ketentuan pembayaran klaim
1. merumuskan dan menetapkan g. menunjuk, menguasakan, dan/atau
kebijakan dalam rangka turut aktif menugaskan pihak lain untuk bertindak
bagi kepentingan dan/atau atas nama
71
Pasal 2 Ayat (3) Undang-undang Lembaga Penjamin Simpanan, guna
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan. melaksanakan sebagian tugas tertentu;
72
Pasal 4 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga h. melakukan penyuluhan kepada bank dan
Penjamin Simpanan.
73
masyarakat tentang penjaminan
Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang simpanan; dan
Lembaga Penjamin Simpanan.
74 75
Pasal 5 Ayat (2) Undang-undang Pasal 6 Ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 93
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

i. menjatuhkan sanksi administratif 2. Kualitas aktiva produktif, yakni


kekayaan bank berupa
penanaman dalam berbagai aktiva
B. Kedudukan Bank Tidak Sehat Dalam
yang diharapkan dapat memberi
Hukum Positif Di Indonesia
penghasilan pada bank
1. Pengertian dan Karakteristik Bank 3. Tata kerja kepatuhan bank
Tidak Sehat dalam Hukum
terhadap peraturan perundang-
Perbankan di Indonesia
Berdasarkan UU No 7 Tahun 1992 undangan, terutama yang
sebagaimana telah diubah dengan UU No. berkaitan dengan bidang
10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank perpajakan.
wajib memelihara tingkat kesehatannya
Kesehatan Bank yang merupakan
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
cerminan kondisi dan kinerja Bank
kualitas asset, likuiditas, rentabilitas,
merupakan sarana bagi otoritas pengawas
solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan
dalam menetapkan strategi dan fokus
dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
pengawasan terhadap Bank. Selain itu,
hatian.76
kesehatan Bank juga menjadi kepentingan
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank
semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
Indonesia No. 30 / 277 / KEP / DIR Tanggal
(manajemen), dan masyarakat pengguna
19 Maret 1998, suatu bank dikatakan sehat
jasa Bank.79 Dengan semakin meningkatnya
apabila bebas perselisihan interen, tidak ada
kompleksitas usaha dan profil resiko, bank
campur tangan pihak ekstern, terhindar dari
perlu mengindentifikasikan permasalahan
praktek perbankan lain yang dapat
yang mungkin timbul dari operasional bank.
membahayakan usaha bank.
Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi
Bank yang sehat adalah bank yang
bank tersebut dapat digunakan sebagai
dapat menjalankan fungsinya sebagai
salah satu sarana dalam menetapkan
lembaga intermediasi secara optimal dan
strategi usaha di waktu yang akan datang
secara berkala dilakukan penilaian terhadap
sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain
tingkat kesehatan bank.77
dapat digunakan sebagai sarana penetapan
Untuk menilai apakah bank itu sehat
dan implementasi strategi pengawasan bank
atau tidak, ada 3 (tiga) faktor yang harus
oleh Bank Indonesia.
diperhatikan, yaitu:78
1. Keadaan keuangan bank, meliputi 2. Penyebab Bank Tidak Sehat
likuiditas, rentabilitas, dan Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang
solvabilitas Jaringan Pengaman Sistem Keuangan
mengatakan bahwa :80
76
Pasal 29 Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 79
Penjelasan Peraturan Bank Indonesia
77
Yusmad Muammar Arafat, Op.Cit, hlm. Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
239. Kesehatan Bank.
78 80
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Pasal 1 Angka 9 Peraturan Pemerintah
Perbankan di Indonesia Cet. III, (Jakarta : Grafiti,2003), Pengganti Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2008
hlm. 98. tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 94
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

“bank gagal adalah bank yang 1. Dampak negatif permasalahan


mengalami kesulitan keuangan dan
dan/atau pelanggaran ketentuan
membahayakan kelangsungan
usahanya serta dinyatakan tidak dapat terhadap kelangsungan
lagi disehatkan oleh Bank Indonesia
usaha/kinerja Bank
sesuai kewenangan yang dimilikinya”.
2. Terdapat indikasi kesengajaan dari
UU No. 24 Tahun 2004 tentang pelanggaran ketentuan
Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan 3. Terdapat indikasi kesengajaan tidak
81
mengatakan bahwa : terpenuhinya komitmen
“bank gagal (failure bank) adalah bank 4. Jumlah dan/atau frekuensi
yang mengalami kesulitan keuangan
pelanggaran. Contoh permasalahan
dan membahayakan kelangsungan
usahanya serta dinyatakan tidak dapat atau pelanggaran yang berpengaruh
lagi disehatkan oleh Lembaga
signifikan antara lain adalah
Pengawas Perbankan sesuai dengan
kewenangan yang dimilikinya”. rekayasa termasuk window dressing
dan perselisihan intern manajemen
Menurut Penjelasan UURI No. 21
yang mempengaruhi operasional
Tahun 2011 tentang OJK mengatakan
dan/atau kelangsungan usaha Bank.
bahwa : 82
Suatu Bank juga dapat dikatakan
Yang dimaksud dengan “bank gagal”
bermasalah apabila bank mengalami
adalah bank yang mengalami kesulitan
keuangan dan membahayakan kesulitan yang dapat membahayakan
kelangsungan usahanya serta
kelangsungan usahanya, misalnya saja
dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan
oleh OJK sesuai dengan kewenangan kondisi usaha bank yang semakin
yang dimilikinya.
memburuk dengan ditandainya menurunnya
permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan
Dalam hal berdasarkan hasil identifikasi
lainnya. Terjadinya hal-hal tersebut
dan penilaian Bank Indonesia, ditemukan
dikarenakan kurangnya pelaksanaan yang
permasalahan atau pelanggaran yang
sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan
secara signifikan mempengaruhi atau akan
pelaksanaan perbankan yang sehat.84
mempengaruhi operasional dan/atau
Sebagaimana juga yang dimaksud
kelangsungan usaha Bank, Bank Indonesia
dalam Peraturan Bank Indonesia No.
berwenang menurunkan Peringkat Komposit
13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP
Tingkat Kesehatan Bank. Analisis
tanggal 25 Oktober 2011 yang menjadi
signifikansi pengaruh suatu permasalahan
indicator adalah RGEC yang terdiri dari Risk
dilakukan dengan mempertimbangkan
atau risiko (R), Good Corporate
antara lain hal-hal berikut :83
Governance(G), Earnings(E) dan Capital(C)
dan penilaiaan menggunakan skala 1
81
Pasal 1 Angka 7 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang sampai 5 semakin kecil poin yang diterima
Lembaga Penjamin Simpanan.
82
itu menandakan kesehatan bank semakin
Penjelesan Pasal 45 Ayat (5) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 baik.
tentang Otoritas Jasa Keuangan.
83 84
Peraturan Bank Indonesia Nomor Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Bank. Pustaka Utama,2001), hlm. 143.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 95
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

3. Kedudukan Bank Tidak Sehat dalam 4. Bank dijual kepada pembeli yang
Pengaturan Perbankan di Indonesia
bersedia mengambil alih seluruh
Secara umum, kondisi perbankan
kewajiban.
nasional masih digelayuti oleh enam faktor
5. Bank menyerahkan pengelolaan
utama penyebab lambatnya proses
seluruh atau sebagian kegiatan
penguatan posisi perbankan nasional, yaitu :
85 bank kepada pihak lain.
6. Bank menjual sebagian atau
1. Jumlah Bank yang berlebihan.
seluruh harta dan atau kewajiban
2. Belum pulihnya perbankan
bank kepada bank atau pihak lain.
sebagai financial intermediary.
Mekanisme kebijakan penanganan
3. Ketergantungan profitabilitas
bank gagal yang berdampak sistemik
perbankan pada obligasi rekap.
didasarkan pada ketentuan Pasal 22 ayat
4. NPL Perbankan yang masih tinggi.
(1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun
5. Prinsip GCG belum diperaktikan
2009 tentang Perubahan Atas Undang-
dengan benar.
Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
6. Faktor eksternal.
Lembaga Penjamin Simpanan (selanjutnya
Bank yang tidak sehat atau
disebut UU LPS) yang menjelaskan bahwa,
bermasalah, oleh Bank Indonesia tidak
penanganan bank gagal yang berdampak
dapat begitu saja langsung mengusulkan
sistemik adalah dengan melakukan
Kepada menteri keuangan untuk mencabut
penyelamatan yang mengikutsertakan
izin usahanya. Berdasarkan Undang-
pemegang saham lama atau tanpa
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
mengikutsertakan pemegang saham lama.
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal
mekanisme kebijakan penyelematan bank
suatu bank mengalami kesulitan yang
gagal berdampak sistemik dilaksanakan
membahayakan kelangsungan usahanya,
dengan dua cara, yaitu mengikutsertakan
Bank Indonesia dapat melakukan tindakan
pemegang saham lama dan tanpa
agar :86
mengikutsertakan pemegang saham lama.87
1. Pemegang saham menambah
Penanganan bank gagal dengan
modal.
mengikutsertakan pemegang saham lama
2. Pemegang saham mengganti
(open bank assistance) hanya dapat
dewan komisaris dan atau direksi
dilakukan apabila pemegang saham bank
bank
gagal telah menyetor modal sekurang-
3. Bank melakukan merger atau
kurangnya 20% dari perkiraan biaya
konsolidasi dengan bank lain
penanganan, ada pernyataan dari RUPS
bank, dan bank menyerahkan kepada
Lembaga Penjamin Simpanan dokumen-
85
Djoko Retnadi, Memilih Bank yang
Sehat, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2006), 87
Lembaga Penjamin Simpanan, 5 Tahun
hlm. 5-8. LPS Menjamin Simpanan Nasabah dan Menjaga
86
Ardhansyah Putra & Dwi Saraswati, Op. Stabilitas Sistem perbankan, Jakarta : Lembaga
Cit, hlm.42-43. Penjamin Simpanan, 2010 hlm. 60.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 96
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

dokumen yang dipersyaratkan sesuai Bank Bukopin telah siap menjadi Pemegang


88
dengan ketentuan yang berlaku. Saham Pengendali Mayoritas dengan
mengambil alih kepemilikan sekurang-
C. Peranan Otoritas Jasa Keuangan
kurangnya 51% saham Bank Bukopin.
Terhadap Bank Tidak Sehat
Dalam penjelasan diatas mengenai Kookmin Bank yang saat ini tercatat
penetapan status bank, Bank dapat sebagai peringkat 10 besar Bank di Asia,
ditetapkan dengan status Bank Dalam dengan total aset per 31 Desember
Penyehatan apabila Bank tersebut dinilai 2019 mencapai sebesar Rp 4.675
masih memiliki potensi untuk dapat Triliun, akan memperkuat permodalan Bank,
diperbaiki terutama dari aspek permodalan. mendukung likuiditas dan pengembangan
Selama proses penyehatan Bank oleh bisnis bank di Indonesia. Kookmin Bank
BPPN, komunikasi dan kerjasama antara saat ini telah menyediakan sejumlah dana di
Bank Indonesia dengan BPPN intensif escrow account untuk menjadi pemegang
dilakukan terutama yang berkaitan dengan saham pengendali dalam memperkuat
perkembangan indikator utama kinerja permodalan dan likuiditas Bank Bukopin.90
Bank, antara lain kinerja permodalan, rasio OJK menyambut baik dan mendukung
likuiditas (Giro Wajib Minimum), non- rencana Kookmin Bank yang akan
performing loan, ketentuan prudensial memperkuat permodalan dan tata kelola
(BMPK, PDN, PPAP), dan indikasi Bank Bukopin, termasuk membentuk
pencapaian rencana kerja. Apabila kondisi manajemen yang profesional untuk
membaik dan program penyehatan telah mendukung inisiatif peningkatan bisnis. Hal
selesai dilakukan atau dinyatakan berhasil, tersebut mencerminkan kepercayaan
maka status BDP dicabut dan Bank investor terhadap kinerja industri perbankan
diserahkan kembali kepada Bank Indonesia dan prospek perekonomian nasional.
untuk dilakukan pengawasan yang Lalu pada 11 Juni 2020, OJK
diperlukan. Sebaliknya, apabila kondisi Bank mengeluarkan Persetujuan Masuknya KB
semakin memburuk, status BDP dapat Kookmin Bank sebagai Pemegang Saham
berubah menjadi Bank Beku Kegiatan Pengendali (PSP) di bank Bukopin yang
Usaha.89 merupakan hasil dari Penawaran Umum
Bank Dalam Penyehatan dapat dilihat Terbatas V dengan memberikan Hak
dari kasus Bank Bukopin, dimana Bank Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Bukopin disehatkan dengan cara Otoritas yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Jasa Keuangan telah Persetujuan OJK tersebut dikeluarkan
menerima pernyataan Kookmin Bank, grup melalui Surat Keputusan Anggota Dewan
finansial terbesar di Korea Komisioner Otoritas Jasa Keuangan tanggal
Selatan, yang saat ini memiliki 22% saham 30 Juli 2020. Selain itu, induk usaha KB

90
88 OJK, “Siaran Pers: Kookmin Bank siap
Ibid menjadi pemegang saham pengendali Bank Bukopin”,
89
OJK, “Bank dalam Pengawasan Khusus”, https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank- pers/Pages/Siaran-Pers-Kookmin-Bank-Siap-Menjadi-
dalam-pengawasan-khusus.aspx, diakses 10 Januari Pemegang-Saham-Pengendali-Bank-Bukopin.aspx,
2021. diakses 2 April 2021.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 97
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

yaitu KB Financial Group (KBFG) yang meskipun jangka waktu yang disepakati
merupakan group finansial terbesar di Korea belum terlampaui. Selanjutnya dalam hal
Selatan, juga disetujui menjadi Ultimate BPPN telah selesai melaksanakan langkah-
Shareholder Bank Bukopin. 91 langkah yang diperlukan untuk penyelesaian
Dengan keputusan OJK ini, maka Bank dengan status BBKU, penyelesaian
Bank Bukopin saat ini memiliki 2 PSP yaitu berikutnya dilakukan tahapan-tahapan
KB Kookmin Bank dengan jumlah saham pencabutan izin usaha, pembubaran badan
33,90% dan Bosowa Corporindo sebesar hukum, serta likuidasi Bank.93
23,40%. Saham lainnya dimiliki oleh Negara
UU No. 21 Tahun 2011 tentang
Republik Indonesia 6,37%, dan pemegang
Otoritas Jasa Keuangan ditentukan bahwa
saham publik dengan kepemilikan di bawah
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan
5%, mencapai 36,33%. Masuknya Kookmin
pengawasan di sektor Perbankan, maka
Bank sebagai Pemegang Saham
OJK mempunyai wewenang :94
Pengendali diharapkan menjadi dukungan
“Pengaturan dan pengawasan
positif bagi perkembangan Bank Bukopin mengenai kelembagaan bank yang
serta industri perbankan nasional sehingga meliputi Perizinan untuk pendirian
bank, pembukaan kantor bank,
bisa meningkatkan kontribusi dalam upaya anggaran dasar, rencana kerja, merger,
pemulihan ekonomi.92 konsolidasi, dan akuisisi bank, serta
pencabutan izin usaha bank”
Selanjutnya berdasarkan analisis
apabila diketahui bahwa kondisi Bank Dengan demikian dapat dilihat bahwa

semakin memburuk, dan tidak dapat tugas dan fungsi Bank Indonesia terutama

disehatkan maka bank akan ditetapkan untuk mengatur, mengawasi dan termasuk

status sebagai Bank Beku kegiatan Usaha. mencabut izin usaha bank, telah dialihkan

Bank ditetapkan dengan status Bank Beku kepada OJK melalui UU OJK ini.

Kegiatan Usaha apabila Bank memenuhi Berdasarkan Peraturan OJK bidang

persyaratan bahwa kondisi Bank menurun perbankan terdapat 2 hal pencabutan izin

sangat tajam atau program penyehatan usaha, yaitu :

BPPN atas Bank Dalam Penyehatan (BDP) a. Pencabutan Izin Usaha atas
Permintaan Pemegang Saham (Self
tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam Liquidation)95
jangka waktu yang disepakati atau Bank yang dapat dimintakan

berdasarkan pertimbangan BPPN, program pencabutan izin usahanya atas permintaan

penyehatan tidak dapat dilaksanakan pemegang saham sendiri merupakan bank


yang tidak sedang ditempatkan DPK OJK
91
OJK, “Siaran Pers: OJK Setujui Kookmin
93
Menjadi Pemegang Saham Pengendali OJK, “Bank dalam Pengawasan Khusus”,
Bukopin”,https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/si https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-
aran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Setujui-Kookmin- dalam-pengawasan-khusus.aspx, diakses 10 Januari
Menjadi-Pemegang-Saham-Pengendali-Bukopin.aspx, 2021.
94
diakses 3 April 2021 Pasal 7 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
92
OJK, “Siaran Pers: OJK Setujui Kookmin Keuangan.
95
Menjadi Pemegang Saham Pengendali Bukopin”, OJK, “Booklet Perbankan Indonesia
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran- 2019”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-
pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Setujui-Kookmin-Menjadi- dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/
Pemegang-Saham-Pengendali-Bukopin.aspx, diakses Booklet-Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 10
3 April 2021 Januari 2021
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 98
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

sebagaimana diatur dalam ketentuan OJK hukum sesuai ketentuan perundangan yang
mengenai tindak lanjut dan penetapan berlaku. Sejak tanggal pencabutan izin
status bank. Pencabutan izin usaha atas usaha diterbitkan, apabila dikemudian hari
permintaan pemegang saham bank hanya masih terdapat kewajiban yang belum
dapat dilakukan oleh OJK apabila bank telah diselesaikan, maka segala kewajiban
menyelesaikan kewajibannya kepada dimaksud menjadi tanggung jawab
seluruh nasabah dan kreditur pemegang saham bank.
lainnya.Pencabutan izin usaha atas
permintaan pemegang saham bank b. Pencabutan Izin Usaha Sebagai Tindak
Lanjut Tidak Dapat Disehatkan96
dilakukan dalam dua tahap, yaitu
Bank ditetapkan oleh OJK sebagai
persetujuan persiapan pencabutan izin
bank Tidak Dapat Disehatkan (TDS) maka
usaha dan keputusan pencabutan izin
usaha. OJK akan menyampaikan informasi tersebut
Direksi bank mengajukan permohonan
kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
persetujuan persiapan pencabutan izin
dan meminta LPS untuk memutuskan
usaha kepada OJK dan wajib dilampiri
dengan dokumen terkait sesuai dengan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan
ketentuan yang berlaku. Selanjutnya, OJK
bank. Apabila LPS memutuskan untuk tidak
akan menerbitkan surat persetujuan
menyelamatkan, maka OJK akan
persiapan pencabutan izin usaha bank dan
akan mewajibkan bank untuk menghentikan menindaklanjuti hal tersebut dengan
seluruh kegiatan usaha bank,
Pencabutan Izin Usaha (CIU).97
mengumumkan rencana pembubaran badan
Sebagai konsekuensi yuridis
hukum bank dan rencana penyelesaian
kewajiban bank dalam dua surat kabar dicabutnya izin usaha suatu bank, maka
harian yang mempunyai peredaran luas
tamalah sudah riwayat bank tersebut.
paling lambat 10 hari kerja sejak tanggal
Secara yuridis, bank tersebut tidak
surat persetujuan persiapan pencabutan izin
usaha bank, segera menyelesaikan seluruh dimungkinkan untuk hidup kembali. Sebagai
kewajiban bank, dan menunjuk Kantor
tindak lanjutnya, Undang-undang Perbankan
Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan
memerintahkan untuk dilakukan proses
verifikasi atas penyelesaian kewajiban bank.
Apabila seluruh kewajiban bank telah likuidasi bank dan memerintahkan direksi
diselesaikan, direksi bank mengajukan
bank untuk segera menyelenggarakan
permohonan pencabutan izin usaha bank
Rapat Umum Pemegang Saham guna
disertai dengan laporan terkait (sesuai
ketentuan) kepada OJK. Apabila disetujui, 96
Ibid
OJK menerbitkan Surat Keputusan 97
OJK, “Booklet Perbankan Indonesia
2019”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-
pencabutan izin usaha bank dan meminta dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/
Booklet-Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28
bank untuk melakukan pembubaran badan
Desember 2020.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 99
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

membubarkan badan hukum bank dan 16 Mei 2019 dan dalam masa tersebut
pemegang saham dan pengurus telah
membentuk tim likuidasi.98
diberikan kesempatan untuk melakukan
Likuidasi bank adalah tindakan
penyehatan melalui action plan yang dibuat
penyelamatan seluruh hak dan kewajiban
oleh Direksi.101
bank sebagai akibat pencabutan izin usaha
Dalam masa BDPI tersebut, kinerja
dan pembubaran badan hukum bank. 99 Jadi
BPR Calliste semakin memburuk tercermin
likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan
dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal
izin usaha dan pembubaran badan hukum
Minimum (KPMM) posisi 28 Februari 2019
bank, tetapi berkaitan dengan proses
menjadi di bawah 4% sehingga memenuhi
penyelesaian segala hak dan kewajiban dari
ketentuan ditetapkan sebagai BPR Dalam
suatu bank yang dicabut izin usahanya.
Pengawasan Khusus (BDPK) terhitung
Setelah suatu bank dicabut izin usahanya,
sejak 29 Maret 2019 sampai 29 Juni 2019.
dilanjutkan lagi dengan proses pembubaran
Selanjutnya, sampai dengan batas waktu
badan hukum bank yang bersangkutan, dan
tersebut, Pengurus dan Pemegang Saham
seterusnya dilakukan proses pemberesan
Pengendali (PSP) tidak dapat
berupa penyelesaian seluruh hak dan
merealisasikan upaya penyehatan rasio
kewajiban (piutang dan utang) bank sebagai
KPMM paling sedikit 8% sehingga
akibat dari pencabutan izin usaha dan
memenuhi kriteria BPR tidak dapat
pembubaran badan hukum bank.100
disehatkan dan diteruskan kepada Lembaga
Hal ini dapat dilihat dalam pencabutan
Penjamin Simpanan (LPS) untuk
izin usaha BPR Calliste Bestari ditetapkan
ditindaklanjuti sesuai dengan
dalam Keputusan Anggota Dewan
kewenangannya. Penyebab BPR Callieste
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor
bermasalah karena adanya praktek
KEP-141/D.03/2019 tentang Pencabutan
perbankan yang tidak sehat baik oleh
Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat
Pengurus maupun Pemegang Saham
Calliste Bestari pada tanggal 13 Agustus
sehingga kinerja keuangan BPR menjadi
2019. Sebelum dilakukan pencabutan izin
buruk terutama rasio KPMM tidak memenuhi
usaha, OJK sudah menetapkan status BPR
standar yang ditetapkan sesuai ketentuan
Calliste sebagai BPR Dalam Pengawasan
yang berlaku paling sedikit 8%. Dengan
Intensif (BDPI) karena kinerja keuangan
pencabutan izin usaha BPR tersebut, LPS
yang memburuk. Penetapan BDPI tersebut
akan menjalankan fungsi penjaminan dan
berlaku sejak tanggal 16 Mei 2018 sampai
melakukan proses likuidasi sesuai Undang-
98
Pasal 37 ayat (2) Undang-undang Nomor undang No. 24 Tahun 2004 tentang
10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana
Pasal 26 huruf (a) Undan-gundang Nomor 23 Tahun
1999.
99
OJK, “Booklet Perbankan Indonesia
2019”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data- 101
OJK, “Siaran Pers: Pencabutan Izin
dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/ Usaha PT. BPR Calliste Bestari Badung Bali”,
Booklet-Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28 https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
Desember 2020. pers/Pages/Siaran-Pers-Pencabutan-Izin-Usaha-PT-
100
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, BPR-Calliste-Bestari-Badung-Bali.aspx, diakses 7 April
Op.Cit, hlm.532. 2021
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 100
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

diubah dengan UndangUndang No. 7 Tahun pada dana yang harusnya dialokasikan
102
2009. untuk membayar utang yang sudah
Faktor-faktor yang menyebabkan suatu jatuh tempo, namun dipakai untuk
bank mengalami likuidasi, ada beberapa membayar gaji karyawan, listrik, dan
103
sebab yang melatar-belakanginya, yaitu : sejenisnya yang termasuk kategori
1. Utang perusahaan yang berada pada short term liquidity
posisi extreme leverage. Extreme Dalam hal OJK mengindikasikan bank
leverege artinya utang perusahaan tertentu mengalami kesulitan likuiditas
sudah berada dalam kategori yang dan/atau kondisi kesehatan semakin
membahayakan perusahaan itu sendiri. memburuk, OJK segera menginformasikan
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan ke Bank Indonesia untuk melakukan
yang datang disaat jatuh tempo sudah langkah-langkah sesuai dengan
begitu besar, baik utang di perbankan, kewenangan Bank Indonesia.104 Yang
leasing, mitra bisnis, utang dagang, dimaksud dengan “langkah-langkah sesuai
termasuk utang dalam bentuk bunga kewenangan Bank Indonesia” adalah
obligasi yaang sudah jatuh tempo yang pemberian fasilitas pembiayaan jangka
harsu secepatnya dibayar, dan pendek dalam menjalankan fungsi Bank
berbagai bentuk tagihan lainnya. Indonesia sebagai lender of last resort.
3. Perusahaan telah melakukan kebijakan Dalam menjalankan fungsi dimaksud, Bank
strategi yang salah sehingga memberi Indonesia dapat melakukan pemeriksaan
pengaruh pada kerugian yang bersifat terhadap bank dengan menyampaikan
jangka pendek dan jangka panjang. pemberitahuan secara tertulis kepada
4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi OJK.105
mencukupi untuk menstabilkan
perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak III. Kesimpulan
aset yang dijual sehingga jika aset yang A. Kesimpulan
tersisa tersebut masih ingin dijual, 1. Kesehatan Bank harus dipelihara
maka itu juga tidak mencukupi untuk dan/atau ditingkatkan agar
menstabilkan perusahaan. kepercayaan masyarakat terhadap
5. Perusahaan sering melakukan Bank dapat tetap terjaga. Tingkat
kebijakan gali lubang dan tutup lubang Kesehatan Bank digunakan sebagai
pada kewajiban jangka pendek. Seperti salah satu sarana dalam melakukan
dana untu memenuhi kewajiban atau evaluasi terhadap kondisi dan
menyelesaikan persoalan likuiditas di permasalahan yang dihadapi Bank
pakai dari dana untuk membayar utang, serta menentukan tindak lanjut untuk
sehingga pembayaran utang menajdi mengatasi kelemahan atau
tertunda, dan begitu pula sebaliknya, 104
Pasal 41 Ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
102
Ibid Otoritas Jasa Keuangan.
103 105
Irham Fahmi, Pengantar Perbankan; Penjelasan Pasal 41 Ayat (2) Undang-
Teori dan Aplikasi, (bandung: Alfabeta,2014), hlm. Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011
126.-127. tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 101
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

permasalahan Bank, baik berupa Keuangan Menetapankan Status bank


tindakan perbaikan (corrective action) apakah bank dalam status pengawasan
oleh Bank maupun tindakan atau tidak, dengan mempertimbankan
pengawasan (supervisory action) oleh Rasio KPMM, Cash Ratio (CR), Tingkat
Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan kesehatan (TKS). Bank dapat
Bank yang merupakan cerminan ditetapkan dengan status Bank Dalam
kondisi dan kinerja Bank merupakan Penyehatan apabila Bank tersebut
sarana bagi otoritas pengawas dalam dinilai masih memiliki potensi untuk
menetapkan strategi dan fokus dapat diperbaiki terutama dari aspek
pengawasan terhadap Bank. Selain itu, permodalan. Bank ditetapkan oleh OJK
kesehatan Bank juga menjadi sebagai bank Tidak Dapat Disehatkan
kepentingan semua pihak terkait, baik (TDS) maka OJK akan menyampaikan
pemilik, pengelola (manajemen), dan informasi tersebut kepada Lembaga
masyarakat pengguna jasa Bank. Penjamin Simpanan (LPS) dan
2. Pengajuan permohonan pailit suatu meminta LPS untuk memutuskan
bank oleh Bank Indonesia berdasarkan menyelamatkan atau tidak
analisis ketika bank mengalami menyelamatkan bank. Apabila LPS
kesulitan keuangan, pada prinsipnya memutuskan untuk tidak
tidak memiliki standart yang baku menyelamatkan, maka OJK akan
dalam menentukan indikator suatu menindaklanjuti hal tersebut dengan
bank dapat diajukan pailit oleh Bank Pencabutan Izin Usaha (CIU). Dalam
Indonesia. Namun dengan hal OJK mengindikasikan bank tertentu
diundangkannya Undang-Undang No. 9 mengalami kesulitan likuiditas dan/atau
Tahun 2016 tentang Pencegahan dan kondisi kesehatan semakin memburuk,
Penanganan Krisis Sistem Keuangan, OJK segera menginformasikan ke Bank
bank yang dapat diajukan permohonan Indonesia untuk melakukan langkah-
pailit adalah bank gagal tidak langkah sesuai dengan kewenangan
berdampak sistemik. Kegagalan Bank Indonesia
sebuah bank bisa memberikan dampak B. Saran
secara psikologis kepada masyarakat, 1. Hendaknya Kesehatan Bank dalam
sehingga menimbulkan dorongan untuk sistem Hukum Perbankan di Indonesia
mengamankan dana-dana yang dimiliki harus dipelihara dan/atau ditingkatkan
masyarakat pada bank-bank lain agar kepercayaan masyarakat terhadap
sehingga terjadi bank panic dan rush. Bank dapat tetap terjaga. Tingkat
Kegagalan sebuah bank dapat Kesehatan Bank digunakan sebagai
menimbulkan dampak sistemik yang salah satu sarana dalam melakukan
memicu ketidak stabilan moneter dan evaluasi terhadap kondisi dan
menyebabkan terjadinya krisis moneter. permasalahan yang dihadapi Bank
3. Hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta menentukan tindak lanjut untuk
yang dilakukan oleh Otoritas Jasa mengatasi kelemahan atau
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 102
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

permasalahan Bank, baik berupa dan implementasi strategi pengawasan


tindakan perbaikan (corrective action) bank oleh Bank Indonesia.
oleh Bank maupun tindakan 3. Diharapkan Peranan Otoritas Jasa
pengawasan (supervisory action) oleh Keuangan terhadap Bank tidak sehat
Otoritas Jasa Keuangan. Bank yang lebih aktif atau maksimal dalam fungsi
sehat dengan kata lain, bank yang menyelenggarakan sistem pengaturan
dapat menjaga dan memelihara dan pengawasan yang terintegrasi
kepercayaan masyarakat, dapat terhadap keseluruhan kegiatan di
menjalankan fungsi intermediasi, dapat dalam sektor jasa keuangan. Kehadiran
membantu kelancaran lalu lintas Otoritas Jasa Keuangan merupakan
pembayaran serta dapat digunakan bentuk upaya pemerintah Republik
oleh pemerintah dalam melaksanakan Indonesia menghadirkan lembaga yang
sebagai kebijakannya, terutama mampu menyelenggarakan sistem
kebijakan moneter. Agar dapat pengaturan dan pengawasan terhadap
menjalankan fungsinya dengan baik, keseluruhan kegiatan sektor keuangan
bank harus mempunyai modal yang serta OJK, Bank Indonesia, dan
cukup, menjaga kualitas aset dengan Lembaga Penjamin Simpanan wajib
baik, dikelola dengan baik dan membangun dan memelihara sarana
dioperasikan berdasarkan prinsip pertukaran informasi secara terintegrasi
kehati-hatian, menghasilkan guna berkoordinasi dalam rangka
keuntungan yang cukup untuk penanganan bank bermasalah.
mempertahankan kelangsungan DAFTAR PUSTAKA
usahanya, serta memelihara likuiditas.
2. Hendaknya kedudukan Bank tidak A. Buku
sehat dalam hukum positif di Indonesia Abdullah, Thamrin & Francis Tantri, Bank
dan Lembaga Keuangan. Depok : PT.
menjadi kepentingan semua pihak
Raja Grafindo Persada, 2012.
terkait, baik pemilik, pengelola
Andrianto & dkk, Manajemen Bank. Jawa
(manajemen), dan masyarakat Timur : CV. Penerbit Qiara Media,
pengguna jasa Bank. Dengan semakin 2019.

meningkatnya kompleksitas usaha dan Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah:


Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
profil resiko, bank perlu Insani Press, Cet. XI,2007.
mengindentifikasikan permasalahan
Arafat, Yusmad Muammar. Aspek Hukum
yang mungkin timbul dari operasional Perbankan Syariah dari Teori ke
bank. Bagi perbankan, hasil akhir Praktek. Yogyakarta : CV. Budi
Utama, 2018.
penilaian kondisi bank dapat digunakan
_______________________. Harmoni
sebagai salah satu sarana dalam Hukum Indonesia. Makassar : Aksara
menetapkan strategi usaha di waktu Timur, 2015.
yang akan datang sedangkan bagi Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Bank Indonesia antara lain dapat
Rineka Cipta, 2006.
digunakan sebagai sarana penetapan
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 103
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Atmasasmita, Romli. Teori Hukum Integratif. Ibrahim, Jhonny. Teori Metodologi Penelitian
Yogyakarta : Genda, 2012. Hukum Normatif. Surabaya: Bayu
Media, 2005.
Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru. Bank
dan Lembaga Keuangan Lainnya. Imaniyati, Neny Sri. Pengantar Hukum
Jakarta :Salemba Empat, 2011. Perbankan Indonesia. Bandung :
Refika Aditama, 2016.
Budiyono Tri. Hukum Perusahaan, Telaah
Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun Ismanto, Hadi & dkk, Perbankan dan Literasi
2007 tentang Perseroan Terbatas, Keuangan. Yogyakarta : Deepublish,
Salatiga : Gria Media, 2011. 2019.
Boen, Hendra Setiawan. Bianglala Business Ismail. Manajemen Perbankan: Dari Teori
Judment Rule. Jakarta: Tatanusa, Menuju Aplikasi. Jakarta :
2008. Prenadamedia Group, 2010.
Chatamarrasjid. Hukum Perbankan Nasional Juwana, Hikmahanto. Bunga Rampai
Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Hukum Ekonomi dan Hukum
Media Grup, 2012. Internasional. Jakarta : Lentera Hati,
2002.
Diantha,I made pasek. Teori ilmu hukum.
Semarang : Rajawali Press, 2001. Kansil, Cst & dkk, Kamus Istilah Hukum,
Jakarta : Permata Aksara, 2009.
Fahmi, Irham. Pengantar Perbankan; Teori
dan Aplikasi. bandung: Alfabeta,2014. Keraf, A. Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan
Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius,
Friedrich , Carl Joachim. Filsafat hukum 1998.
filsafat historis. Bandung : PNM, 2014.
Lembaga Penjamin Simpanan, 5 Tahun LPS
Firman, Analisa Data dalam Penelitian Menjamin Simpanan Nasabah dan
Kualitatif. Padang: Universitas Negeri Menjaga Stabilitas Sistem perbankan,
Padang, 2018. Jakarta : Lembaga Penjamin
Simpanan, 2010.
Gandapradja Permadi, Dasar dan Prinsip
Pengawasan Bank, Jakarta : P.T. Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum.
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Yogjakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2005.
Gozali, Djoni S. dan Rachmadi Usman,
Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Miru, Marhais Abdul. Hukum Perbankan di
Grafika,2012. Indonesia. Bandung: Alumni,2004.
___________________________________, Muhammad Abdulkadir, Segi Hukum
Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Lembaga Keuangan dan
Grafika,2010. Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2000
Hanintijo, Soemitro Ronny. Metodologi
Penelitian Hukum dan Jurumetri. Praja, Juhaya. Teori Hukum dan Aplikasinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998. Bandung : Pustaka Sedia, 2011.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Putra, Ardhansyah & Dwi Saraswati, Bank
Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Media Grup, 2019. Medan : CV. Jakad Media Publishing,
2019.
___________,Hukum Perbankan Nasional
Indonesia, ( Jakarta: Kencana Rato, Dominikus. Filsafat Hukum Mencari:
Prenada Media Grup,2011. Memahami dan Memahami Hukum.
Yogyakarta: Laksbang Pressindo,
Huijbers,Theo. Filsafat Hukum dalam 2010.
lintasan sejarah. Yogyakarta :
Kanisius, 1982.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 104
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Retnadi, Djoko. Memilih Bank yang Sehat. Perusahaan yang Sehat, Jakarta : P.T.
Jakarta: PT. Elex Media
Damar Mulia Pustaka, 2005.
Komputindo,2006.

Sembiring, Sentosa. Hukum Perbankan Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari Ilmu


Edisi Revisi. Bandung: Mandar Maju, Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti,
2012. 1999.

Sitompul, Zulkarnain. Perlindungan Dana Usanti, Trisanidi P. & Abdul Somad. Hukum
Nasabah Bank, Jakarta : Fakultas Perbankan. Depok : Kencana
Hukum Universitas Indonesia, 2002. Prenada Media Grup, 2016.

__________________, Problematika Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum


Perbankan, Bandung: Books Terrace Perbankan di Indonesia. Jakarta:
& Library, 2005. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Sobana, Dadang Husen. Hukum Perbankan ________________, Aspek-aspek Hukum


di Indonesia. Bandung : CV. Pustaka Perbankan Indonesia. Jakarta :
Setia, 2016. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam


Hukum. Jakarta : UI Press, 1986. Praktek. Jakarta : Sinar Grafika, 1996.

Sembiring, Sentosa. Hukum Perbankan Widjanarto, Hukum dan Ketentuan


edisi Revisi. Bandung: Mandar Perbankan di Indonesia Cet. III.
Maju,2012. Jakarta : Grafiti,2003).

Soemirat, Soleh dan Ardianto Elvinaro. Zain , Irsyadi dan Rahmat Akbar. Bank dan
Dasar-Dasar Public Relation. Lembaga Keuangan Lainnya.
Bandung: PT. Remaja Sleman : CV. Budi Utama, 2020.
Rosdakarya,2007.
B. Jurnal
_____________, Suatu Tinjauan Sosiologis
Andika Persada Putera, Prinsip
Hukum Terhadap Masalah-Masalah
Kepercayaan Sebagai Fondasi
Sosial. Bandung: Alumni, 1982.
Utama Kegiatan Perbankan,
Sormadi. Teori hukum dan negara, dasar- Hukum : Bisnis, Vol. 3, No. 1,
dasar ilmu hukum normatif sebagai 2020
ilmu hukum deskriptif empirik
Agung, Ken Hermanto. Analisis
(diterjemahkan dari general theori of
Pengaruh Kualitas Layanan,
law and state. Jakarta : BEE Media
Komitmen, dan Kepercayaan
Indonesia, 2007.
Terhadap Loyalitas Konsumen
Sujatmo. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Studi Kasus Pada Nasabah
Jakarta : Pustaka Yustisia, 2005. Tabungan SIMPEDA Bank
Jateng), Tesis Pascasarjana
Supranto, J. Metode Penelitian Hukum dan Program Studi Magister
Statistik. Jakarta : Rineka Cipta, 2003. Manajemen Universitas
Diponogoro, 2006.
Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa
Keuangan. Jakarta : Penebar Chandra, M Jeffri Arlinandes,
Swadaya Grup, 2014. Kewenangan Bank Indonesia
Dalam Pengaturan Dan
____________, Hukum Perbankan Suatu Pengawasan Perbankan
Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Setelah Terbitnya Undang-
Likuidasi dan Kepailitan. Jakarta: Undang No 21 Tahun 2011
Sinar Grafika,2014. tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Jurnal Hukum
Sutojo Siswanto & E. John Aldridge, Good Sehasen, Vol.1 No.1 Tahun
Corporate Governance-Tata Kelola 2015.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 105
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Eko Adi Widyanto, Analisis Tingkat Raharjanto, Sondy. Analisis PMH Perdara
Kesehatan & Kinerja Keuangan yang ditarik kepada PMH Pidana.
Bank dengan Menggunakan Varia Peradilan, Tahun XX No. 23,
Metode CAMEL, Ekonomi : September 2019.
Akuntansi, Vol. 8, No. 2, 2012.
Ridho, Muhammad. Upaya Controlling
Elly karmeli & Siti Fatimah, Krisis terhadap gejala sosial di
Ekonomi Indonesia, Ekonomi : masyarakat. Varia Peradilan
Ekonomi, Vol. 2, No. 2, 2008. Vol 2, Juni 2012.
Gumanti, Miswan. Peran Otoritas Sari, Devi Rizka. Penilaian Tingkat
Jasa Keuangan Terhadap Kesehatan Bank Perkreditan
Pengawasan Managemen Rakyat XYZ Dengan Metode
Operasional Perbankan CAMEL. Economic: Jurnal
Improper Behavior (Bank Tidak Akuntansi, Vol. 1, No. 1, 2018,
Sehat). Vol 8 No 2, Desember
2017. Setiyono, WP. Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan dengan
Kurniawan, Tanggung Jawab menggunakan metode Gamel.
Pemegang Saham Perseroan Tahun XIV Vol. 5, 2014.
Terbats Dalam Hukum Positif,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Siburian, Elfridawati. Peranan
Universitas Mataram, 2014. Program Rekapitalisasi
Terhadap Perbankan Ditinjau
Lastuti Abubakar, Bail-in dan Dari Peraturan Pemerintah
interconnected : Isu Hukum Nomor 84 Tahun 1998. Medan :
Strategis dalam Pencegahan & Skripsi pada Fakultas Hukum
Penanganan Krisis Sistem USU Medan, 2007.
Keuangan, Hukum : Ekonomi,
Vol. 48, No. 4, 2019. Sihombing, Jonker. Analisis Hukum
Otoritas Jasa Keuangan dan
Lembong, Alan. Pencabutan Ijin Pengawasan Pasa Modal.
Usaha & Likuidasi Bank Jurnal Hukum Bisnis Volume 31
Menurut Undang-Undang No. No.1 Tahun 2012.
21 Tahun 2011. Hukum: Jurnal
Lex Privatum, Vol. IV, No. 5, Syukron, Ali. Pengaturan dan
2016. Pengawasan Pada Bank
Syariah. Economic: Jurnal
Nasution, Anwar. “Beberapa masalah Ekonomi dan Hukum Islam,
Sistem Keuangan dan Vol. 2, No. 1, 2012.
Perbankan Indonesia”, Makalah
dalam Seminar Pembangunan Trisetya Wahyu Nugroho, Analisis
Hukum Nasional VIII yang Yuridis Terhadap Regulasi
diselenggarakan oleh BPHN – Bank Indonesia Berkaitan
Departemen Kehakiman dan dengan Managemen Resiko
Hak Asasi Manusia RI, Sebagai Penerapan Prinsip
Denpasar, 14-18 Juli 2003. Kehati-hatian Perbankan,
Hukum : Bisnis, 2011.
Mishardi Wilamarta, Hak Pemegang
Saham Minoritas dalam Tobing, Martuasah Analisis Yuridis
Rangka Good Corporate Penggunaan Teknologi dalam proses
Governance, Jakarta: Program penyelidikan dan penyidikan. Varia
Pascasarjana, Fakultas Peradilan, Tahun XX No. 23,
Universitas Indonesia, 2002. September 2019

Pikahulan, Rustam Magun. C. Perundang-undangan


Iplementasi Fungsi Pengaturan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
serta Pengawasan ada Bank
Indonesia dan OJK terhadap 1945
Perbankan. Jurnal Hukum, Vol.
1 No 1, 2020.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 106
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Undang – Undang Republik Idonesia Nomor


10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan.
Undang – Undang Nomor 9 tahun 2016
tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem
Keuangan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun
1999 tentang Pencabutan Izin
Usaha, Pembubaran dan Likuidasi.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang RI Nomor 4 Tahun 2008
tentang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
15/2/PBI/2013 tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Umum
Konvensional.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
4/POJK.3/2016 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum

Anda mungkin juga menyukai