Abstrak
OJK sebagai langkah untuk menciptakan perbankan yang sehat, bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta hal
lainnya dalam sistem ekonomi. Rumusan penelitian ini adalah bagaimana kesehatan Bank dalam
sistem Hukum Perbankan di Indonesia, bagaimana kedudukan Bank tidak sehat dalam Hukum
Positif di Indonesia dan bagaimana peranan OJK terhadap Bank tidak sehat. Jenis Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang – undang No. 10 Tahun 1998, Undang –
undang No. 24 Tahun 2004, Undang – undang RI No. 40 Tahun 2007, Undang – undang No. 21
Tahun 2011, Undang – undang No. 9 Tahun 2016, Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1999,
Peraturan Pemerintah Pengganti UU RI No. 4 Tahun 2008, Peraturan Bank Indonesia Nomor
Nomor 13/1/PBI/2011, Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 dan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian normatif dan penelitian kepustakaan.
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk
mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank, baik berupa tindakan perbaikan oleh Bank
maupun tindakan pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dengan diundangkannya Undang-
Undang No. 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, bank
yang dapat diajukan permohonan pailit adalah bank gagal tidak berdampak sistemik. Bank
ditetapkan oleh OJK sebagai Bank Tidak Dapat Disehatkan (TDS) maka OJK akan
menyampaikan informasi tersebut kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan meminta
LPS untuk memutuskan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank.
Abstract
OJK as a step to create healthy banking, a bank that can carry out its functions properly, can
maintain and maintain public trust, can carry out the intermediary function, can help smooth
payment traffic and other things in the economic system. The formulation of this research is how
is the soundness of the Bank in the banking legal system in Indonesia, what is the position of the
unhealthy Bank in the Positive Law in Indonesia and what is the role of the OJK towards
unhealthy Banks. The type of research used in this study is normative legal research, namely the
1945 Constitution of the Republic of Indonesia, Law Number 10 of 1998, Law number 24 of 2004,
RI Law Number. 40 of 2007, Law no. 21 of 2011, Law no. 9 of 2016, Republic of Indonesia
Government Regulation Number 25 of 1999, Government Regulation in lieu of RI Law No. 4 of
2008, Bank Indonesia Regulation Number 13/1/PBI/2011, Bank Indonesia Regulation Number
15/2/PBI/2013 and Financial Services Authority Regulation Number 4/POJK.03/2016. The nature
of this research is analytical descriptive. This research was conducted using normative research
methods and library research. The Bank's Soundness Level is used as one of the means in
evaluating the conditions and problems faced by the Bank and determining follow-up actions to
overcome the weaknesses or problems of the Bank, either in the form of corrective actions by the
Bank or supervisory actions by the Financial Services Authority. With the promulgation of Law no.
9 of 2016 concerning Prevention and Handling of Financial System Crises, banks that can apply
for bankruptcy are failed banks that do not have a systemic impact. The bank is determined by
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 73
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
the OJK as a Bank that cannot be Healed (TDS), so the OJK will convey this information to the
Deposit Insurance Corporation (LPS) and ask the LPS to decide whether to save or not save the
bank.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang semua badan yang kegiatannya di bidang
Perkembangan perbankan kini telah
keuangan, melakukkan penghimpunan dan
menjadi hal yang kian penting dalam
penyaluran dana kepada masyarakat
kehidupan masyarakat, dalam setiap sendi-
terutama guna membiayai investasi
sendi kehidupan masyarakat kini tidak lagi 3
perusahaan. Untuk menjalankan fungsi
terpisah dengan kebutuhannya akan
bank sebagai perantara keuangan (financial
kegiatan perbankan. Seiring dengan
intermediary) yaitu usaha menghimpun dan
meningkatnya kebutuhan akan kegiatan
menyalurkan dana, bank harus menjalin
perbankan dalam masyarakat maka Bank
kerjasama dengan berbagai pihak yaitu
turut mengalami peningkatan keuntungan,
dengan nasabah penyimpan dan nasabah
maka Bank itu pula dituntut agar berupaya
debitur.
meningkatkan pelayanannya terhadap
Seorang nasabah harus cerdas memilih
masyarakat.
bank dalam menyimpan dananya. Idealnya,
Lembaga perbankan merupakan
sebelumnya menempatkan dananya di
lembaga keuangan yang menjadi perantara
bank, nasabah perlu terlebih dahulu
antara pihak yang mempunyai kelebihan
mengetahui apakah bank tersebut sehat
dana (surplus of funds) dengan pihak yang
atau tidak. Meski dalam realitas tidak mudah
kekurangan/membutuhkan dana (lacks of
untuk mengetahui hal itu. Pentingnya
funds).1 Dengan demikian bank
kesehatan bank tidak hanya untuk
menjalankan fungsi Intermediasi, yaitu
kepentingan nasabah, tetapi juga untuk
mengelola dana yang diterima dari nasabah
kepentingan bank sebagai lembaga
dan menyalurkan ke nasabah debitur,
keuangan.4
sehingga bank ketika mengalami kegagalan
Pentingnya lembaga keuangan,
akan berdampak pada tingkat kepercayaan
khususnya perbankan, dalam pencipataan
nasabah dan berdampak pada kesehatan
sistem keuangan yang sehat, menurut
bank itu sendiri.2
Anwar Nasution, mempunyai beberapa
Menurut Surat Keputusan Menteri
alasan, antara lain:
Keuangan Republik Indonesia No. 792
a. Keunikan karakteristik perbankan
Tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, yang rentan terhadap serbuan
masyarakat yang menarik dana
lembaga keuangan diberi batasan sebagai
secara besar-besaran (bank runs)
1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
3
Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru,
2019), hlm. 45 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:
2
Trisanidi P. Usanti & Abdul Somad, Hukum Salemba Empat, 2011) hlm. 5.
4
Perbankan, (Depok : Kencana Prenada Media Grup : Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan
2016), hlm. 24 Edisi Revisi, (Bandung: Mandar Maju, 2012), hlm. 41.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 74
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
dan permodalan (Capital) yang selanjutnya 4. 11% sampai dengan 14% dari
27
faktor tersebut disingkat menjadi RGEC. ATMR bagi Bank dengan profil
Hasil dari semua aspek ini kemudian akan risiko Peringkat 4 atau Peringkat 5.
menghasilkan kondisi bank.
Dalam rangka menciptakan sistem b. Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat
perbankan yang sehat dan mampu
Sistem penilaian tingkat Bank
berkembang serta bersaing secara nasional
Perkreditan Rakyat mengacu pada Surat
maupun internasional, maka bank perlu
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
meningkatkan kemampuan untuk menyerap
30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997
risiko yang disebabkan oleh kondisi krisis
tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
dan/atau pertumbuhan kredit perbankan
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat.
yang berlebihan, melalui peningkatan
Penilaian tingkat kesehatan BPR,
kualitas dan kuantitas permodalan bank
menggunakan pendekatan kualitatif atas
sesuai dengan standar internasional yang
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
berlaku yaitu Basel III.28
kondisi dan perkembangan suatu bank.
Penilaian tersebut didasarkan pada
Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy
dengan penilaian terhadap faktor-faktor
Ratio/CAR) yang telah ditetapkan BI.
Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva
Perbandingan rasio tersebut adalah rasio
Produktif (Assets Quality), Manajemen
modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
(Management), Rentabilitas (Earning Power)
Risiko (ATMR) dan sesuai ketentuan
dan Likuditas (Liquidity) yang selanjutnya
Pemerintah CAR tahun 1999. Sehubungan
faktor tersebut disingkat menjadi CAMEL. 30
dengan hal tersebut, diatur kewajiban
Serta mempertimbangkan faktor-faktor yang
pemenuhan KPMM sebagai berikut :29
lain yang dapat menurunkan dan atau
1. 8% dari ATMR bagi Bank dengan
menggugurkan tingkat kesehatan bank.
profil risiko Peringkat 1.
Dalam rangka mewujudkan industri
2. 9% sampai dengan kurang dari
BPR yang sehat, kuat, dan produktif,
10% dari ATMR bagi Bank dengan
diperlukan penyesuaian terhadap struktur
profil risiko Peringkat 2.
permodalan agar sejalan dengan praktik
3. 10% sampai dengan kurang dari
terbaik perbankan. Pengaturan KPMM BPR
11% dari ATMR bagi Bank dengan
adalah sebagai berikut :31
profil risiko Peringkat 3.
demokrasi ekonomi dengan menggunakan ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum
33
prinsip kehati-hatian.” Untuk menjamin di implementasikannya good corporate
pelaksanaan prinsip kehati-hatian ini Bank governance dan etika yang melandasinya.
Indonesia sebagai bank sentral diberikan Oleh karena itu, usaha mengembalikan
amanat untuk mengatur dan mengawasi kepercayaan kepada dunia perbankan
perbankan nasional sebagaimana diatur Indonesia melalui restrukturisasi dan
dalam Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 rekapitalisasi, hanya dapat mempunyai
Tahun 2004 Tentang Perubahan atas dampak jangka panjang apabila disertai tiga
Undang- undang Nomor 23 Tahun 1999 tindakan penting, yakni:
Tentang Bank Indonesia. Instrumen yang 1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian
dipergunakan Bank Indonesia dalam 2. Pelaksanaan Good Corporate
mengatur perbankan adalah dengan Governance
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia 3. Pengawasan yang efektif dari otorisasi
(PBI) dan aturan pelaksanaannya dalam pengawasan bank.35
bentuk Surat Edaran (S.E.) Bank Indonesia. Bank Indonesia juga menerbitkan
Terciptanya industri perbankan yang Peraturan Bank Indonesia Nomor
kuat merupakan harapan semua pihak dan 6/25/PBI/2004 mengenai Rencana Bisnis
untuk mewujudkannya diperlukan Bank Umum yang antara lain menyatakan
peningkatan kualitas manajemen dan bahwa dalam rangka meningkatkan Good
operasional perbankan. Peningkatan Corporate Governance maka Bank perlu
kualitas manajemen bank diperlukan untuk menetapkan sasaran strategis dan
meningkatkan tata kelola perusahaan yang seperangkat nilai perusahaan (Corporate
baik (good corporate governance) dari para Value) yang mengarahkan kegiatan
manajemen bank itu sendiri, sehingga operasional bank agar senantiasa
praktek-praktek perbankan yang tidak sehat beroperasi berlandaskan pada suatu
(improper behaviour) seperti yang terjadi di perencanaan yang matang berdasarkan
masa lalu dapat diminimalisir atau prinsip kehati-hatian.36 Bank Indonesia
dihilangkan. Selanjutnya peningkatan melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor
kualitas manajemen bank juga diperlukan 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good
untuk memperkecil terjadinya risiko-risiko Corporate Governance Bagi Bank Umum
bank khususnya risiko operasional yang memberikan definisi Good Corporate
pada akhir-akhir ini kerap terjadi kasus- Governance adalah “suatu tata kelola Bank
kasus fraud yang dilakukan karyawan yang menerapkan prinsip-prinsip
34
internal di beberapa bank nasional. keterbukaan (transparency), akuntabilitas
Krisis perbankan di Indonesia yang (accountability), pertanggungjawaban
dimulai pada akhir tahun 1997 bukan
35
semata-mata diakibatkan oleh krisis Moh, Wahyudin, Good Corporate
Governance pada badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, (Alfabeta,
Bandung, 2008), hlm. 25.
33
Trisetya Wahyu Nugroho, Op. Cit, hlm. 36
Editorial, Yayasan Pengembangan
3. Hukum Bisnis, Jurnal Hukum : Bisnis, Vol. 23, No.3,
34
Ibid, hlm. 4. 2004, hlm 4.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 83
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
Namun wewenang yang diberikan Undang- yang didelegasikan sejatinya apa yang
Undang kepada RUPS tidak berarti RUPS bersifat sementara dan ada yang
dapat melakukan tugas dan wewenang yang bersifat tetap. Kewenangan
diberikan Undang-Undang kepada Direksi pendelegasian yang bersifat tetap
dan Komisaris. Dari pengertian Pasal 1 butir misalnya kepengurusan perusahaan
4 Undang-Undang PT No. 40 Tahun 2007, (secara umum) dan fungsi refresentasi
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu (mewakili perusahaan di dalam maupun
sebagai berikut : di luar pengadilan). Sedangkan
a. Organ ini berupa rapat. hal yang harus pendelegasian yang bersifat sementara
dicermati adalah forum rapat berbeda sewaktu-waktu dapat dicabut.45
dengan individu pemegang saham. Pemegang saham yang tergabung
Jadi, sekalipun seseorang misalnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham
menjadi pemegang saham mayoritas, (RUPS) merupakan organ dari suatu
secara individu tidak memegang perseroan terbatas sebagaimana tercantum
kekuasaan (tertinggi) dalam perseroan. dalam Pasal 1 angka 2 UU PT No. 40 Tahun
Kekuasaan tertinggi baru muncul 2007 bahwa organ perseroan terdiri dari
apabila diselenggarakan rapat dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
rapat tersebut harus memenuhi Direksi dan Dewan Komisaris. hanya dalam
persyaratan formalitas tertentu yang beberapa hal saja pemegang saham dapat
telah diatur dalam UU PT. bertindak lewat mekanisme RUPS, sehingga
b. Kewenangan atau otoritas yang dimiliki dalam hal ini, pihak pemegang saham
oleh forum rapat ini adalah (bukan Rapat Umum Pemegang Saham)
kewenangan yang tersisa berdasarkan juga telah cenderung menjadi organ
teori residual. kewenangan ini pada perusahaan yang keempat di samping
dasarnya lahir dari status kepemilikan Direktur, Dewan Komisaris, dan Rapat
perseroan yang ada di tangan Umum Pemegang Saham. Alasan lain
pemegang saham. pemegang saham penempatan pemegang saham pada unsur
adalah (bagian) pemilik perseroan. utama adalah organ PT lainnya yaitu Direksi
Secara teoritis, sebagai pemilik ia dan Dewan Komisaris diangkat dan
46
memegang hak untuk melakukan diberhentikan oleh RUPS.
tindakan apa saja terhadap benda yang Jill Solomon dan Aris Solomon
dimilikinya. sebagaimana dijelaskan dalam buku mereka
c. Kewenangan yang ada pada forum berjudul Corporate Governance and
rapat ini (sebagaian) dapat Accountability. Kedua pakar manajemen ini
didelegasikan kepada organ yang lain, mendefinisikan “Corporate Governance
yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. 45
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan,
Keleluasaan kewenangan yang Telaah Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, (Salatiga : Gria Media,
didelegasikan dapat diatur dalam UU 2011), hlm. 148-149.
46
Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang
PT dan/atau Anggaran Dasar PT atau Saham Perseroan Terbats Dalam Hukum Positif, Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2014,
melalui keputusan RUPS. Kewenangan
hlm 75.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 86
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
47
Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, 49
Good Corporate Governance-Tata Kelola Perusahaan Ibid, hal.85
50
yang Sehat, (Jakarta : P.T. Damar Mulia Pustaka, Pasal 23 Ayat (3) Undang-undang Dasar
2005), hlm. 2-4. Tahun 1995.
48 51
Hendra Setiawan Boen, Bianglala Pasal 25 Undang-undang Republik
Business Judment Rule, (Jakarta: Tatanusa, 2008), hal. Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
81. Indonesia.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 87
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
65
Pasal 28 Undang-Undang Republik
63
POJK No. 1/POJK.07/2013 Tentang Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Keuangan.
64 66
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 30 Undang-Undang Republik
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 91
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
67
Penjelasan POJK No. 1/POJK.07/2013
69
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Ibid
Keuangan 70
LPS,https://lps.go.id/web/guest/uu_perpu
68
Irsyadi Zain dan Rahmat Akbar, Bank /-/asset_publisher/Z2kn/content/undang-undang-no-24-
dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Sleman : CV. Budi tahun-2004-tentang-lembaga-penjamin-simpanan,
Utama, 2020), hlm. 8. Akses tanggal 28 Desember 2020
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 92
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
3. Kedudukan Bank Tidak Sehat dalam 4. Bank dijual kepada pembeli yang
Pengaturan Perbankan di Indonesia
bersedia mengambil alih seluruh
Secara umum, kondisi perbankan
kewajiban.
nasional masih digelayuti oleh enam faktor
5. Bank menyerahkan pengelolaan
utama penyebab lambatnya proses
seluruh atau sebagian kegiatan
penguatan posisi perbankan nasional, yaitu :
85 bank kepada pihak lain.
6. Bank menjual sebagian atau
1. Jumlah Bank yang berlebihan.
seluruh harta dan atau kewajiban
2. Belum pulihnya perbankan
bank kepada bank atau pihak lain.
sebagai financial intermediary.
Mekanisme kebijakan penanganan
3. Ketergantungan profitabilitas
bank gagal yang berdampak sistemik
perbankan pada obligasi rekap.
didasarkan pada ketentuan Pasal 22 ayat
4. NPL Perbankan yang masih tinggi.
(1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun
5. Prinsip GCG belum diperaktikan
2009 tentang Perubahan Atas Undang-
dengan benar.
Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
6. Faktor eksternal.
Lembaga Penjamin Simpanan (selanjutnya
Bank yang tidak sehat atau
disebut UU LPS) yang menjelaskan bahwa,
bermasalah, oleh Bank Indonesia tidak
penanganan bank gagal yang berdampak
dapat begitu saja langsung mengusulkan
sistemik adalah dengan melakukan
Kepada menteri keuangan untuk mencabut
penyelamatan yang mengikutsertakan
izin usahanya. Berdasarkan Undang-
pemegang saham lama atau tanpa
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
mengikutsertakan pemegang saham lama.
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal
mekanisme kebijakan penyelematan bank
suatu bank mengalami kesulitan yang
gagal berdampak sistemik dilaksanakan
membahayakan kelangsungan usahanya,
dengan dua cara, yaitu mengikutsertakan
Bank Indonesia dapat melakukan tindakan
pemegang saham lama dan tanpa
agar :86
mengikutsertakan pemegang saham lama.87
1. Pemegang saham menambah
Penanganan bank gagal dengan
modal.
mengikutsertakan pemegang saham lama
2. Pemegang saham mengganti
(open bank assistance) hanya dapat
dewan komisaris dan atau direksi
dilakukan apabila pemegang saham bank
bank
gagal telah menyetor modal sekurang-
3. Bank melakukan merger atau
kurangnya 20% dari perkiraan biaya
konsolidasi dengan bank lain
penanganan, ada pernyataan dari RUPS
bank, dan bank menyerahkan kepada
Lembaga Penjamin Simpanan dokumen-
85
Djoko Retnadi, Memilih Bank yang
Sehat, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2006), 87
Lembaga Penjamin Simpanan, 5 Tahun
hlm. 5-8. LPS Menjamin Simpanan Nasabah dan Menjaga
86
Ardhansyah Putra & Dwi Saraswati, Op. Stabilitas Sistem perbankan, Jakarta : Lembaga
Cit, hlm.42-43. Penjamin Simpanan, 2010 hlm. 60.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 96
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
90
88 OJK, “Siaran Pers: Kookmin Bank siap
Ibid menjadi pemegang saham pengendali Bank Bukopin”,
89
OJK, “Bank dalam Pengawasan Khusus”, https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank- pers/Pages/Siaran-Pers-Kookmin-Bank-Siap-Menjadi-
dalam-pengawasan-khusus.aspx, diakses 10 Januari Pemegang-Saham-Pengendali-Bank-Bukopin.aspx,
2021. diakses 2 April 2021.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 97
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
yaitu KB Financial Group (KBFG) yang meskipun jangka waktu yang disepakati
merupakan group finansial terbesar di Korea belum terlampaui. Selanjutnya dalam hal
Selatan, juga disetujui menjadi Ultimate BPPN telah selesai melaksanakan langkah-
Shareholder Bank Bukopin. 91 langkah yang diperlukan untuk penyelesaian
Dengan keputusan OJK ini, maka Bank dengan status BBKU, penyelesaian
Bank Bukopin saat ini memiliki 2 PSP yaitu berikutnya dilakukan tahapan-tahapan
KB Kookmin Bank dengan jumlah saham pencabutan izin usaha, pembubaran badan
33,90% dan Bosowa Corporindo sebesar hukum, serta likuidasi Bank.93
23,40%. Saham lainnya dimiliki oleh Negara
UU No. 21 Tahun 2011 tentang
Republik Indonesia 6,37%, dan pemegang
Otoritas Jasa Keuangan ditentukan bahwa
saham publik dengan kepemilikan di bawah
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan
5%, mencapai 36,33%. Masuknya Kookmin
pengawasan di sektor Perbankan, maka
Bank sebagai Pemegang Saham
OJK mempunyai wewenang :94
Pengendali diharapkan menjadi dukungan
“Pengaturan dan pengawasan
positif bagi perkembangan Bank Bukopin mengenai kelembagaan bank yang
serta industri perbankan nasional sehingga meliputi Perizinan untuk pendirian
bank, pembukaan kantor bank,
bisa meningkatkan kontribusi dalam upaya anggaran dasar, rencana kerja, merger,
pemulihan ekonomi.92 konsolidasi, dan akuisisi bank, serta
pencabutan izin usaha bank”
Selanjutnya berdasarkan analisis
apabila diketahui bahwa kondisi Bank Dengan demikian dapat dilihat bahwa
semakin memburuk, dan tidak dapat tugas dan fungsi Bank Indonesia terutama
disehatkan maka bank akan ditetapkan untuk mengatur, mengawasi dan termasuk
status sebagai Bank Beku kegiatan Usaha. mencabut izin usaha bank, telah dialihkan
Bank ditetapkan dengan status Bank Beku kepada OJK melalui UU OJK ini.
persyaratan bahwa kondisi Bank menurun perbankan terdapat 2 hal pencabutan izin
BPPN atas Bank Dalam Penyehatan (BDP) a. Pencabutan Izin Usaha atas
Permintaan Pemegang Saham (Self
tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam Liquidation)95
jangka waktu yang disepakati atau Bank yang dapat dimintakan
sebagaimana diatur dalam ketentuan OJK hukum sesuai ketentuan perundangan yang
mengenai tindak lanjut dan penetapan berlaku. Sejak tanggal pencabutan izin
status bank. Pencabutan izin usaha atas usaha diterbitkan, apabila dikemudian hari
permintaan pemegang saham bank hanya masih terdapat kewajiban yang belum
dapat dilakukan oleh OJK apabila bank telah diselesaikan, maka segala kewajiban
menyelesaikan kewajibannya kepada dimaksud menjadi tanggung jawab
seluruh nasabah dan kreditur pemegang saham bank.
lainnya.Pencabutan izin usaha atas
permintaan pemegang saham bank b. Pencabutan Izin Usaha Sebagai Tindak
Lanjut Tidak Dapat Disehatkan96
dilakukan dalam dua tahap, yaitu
Bank ditetapkan oleh OJK sebagai
persetujuan persiapan pencabutan izin
bank Tidak Dapat Disehatkan (TDS) maka
usaha dan keputusan pencabutan izin
usaha. OJK akan menyampaikan informasi tersebut
Direksi bank mengajukan permohonan
kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
persetujuan persiapan pencabutan izin
dan meminta LPS untuk memutuskan
usaha kepada OJK dan wajib dilampiri
dengan dokumen terkait sesuai dengan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan
ketentuan yang berlaku. Selanjutnya, OJK
bank. Apabila LPS memutuskan untuk tidak
akan menerbitkan surat persetujuan
menyelamatkan, maka OJK akan
persiapan pencabutan izin usaha bank dan
akan mewajibkan bank untuk menghentikan menindaklanjuti hal tersebut dengan
seluruh kegiatan usaha bank,
Pencabutan Izin Usaha (CIU).97
mengumumkan rencana pembubaran badan
Sebagai konsekuensi yuridis
hukum bank dan rencana penyelesaian
kewajiban bank dalam dua surat kabar dicabutnya izin usaha suatu bank, maka
harian yang mempunyai peredaran luas
tamalah sudah riwayat bank tersebut.
paling lambat 10 hari kerja sejak tanggal
Secara yuridis, bank tersebut tidak
surat persetujuan persiapan pencabutan izin
usaha bank, segera menyelesaikan seluruh dimungkinkan untuk hidup kembali. Sebagai
kewajiban bank, dan menunjuk Kantor
tindak lanjutnya, Undang-undang Perbankan
Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan
memerintahkan untuk dilakukan proses
verifikasi atas penyelesaian kewajiban bank.
Apabila seluruh kewajiban bank telah likuidasi bank dan memerintahkan direksi
diselesaikan, direksi bank mengajukan
bank untuk segera menyelenggarakan
permohonan pencabutan izin usaha bank
Rapat Umum Pemegang Saham guna
disertai dengan laporan terkait (sesuai
ketentuan) kepada OJK. Apabila disetujui, 96
Ibid
OJK menerbitkan Surat Keputusan 97
OJK, “Booklet Perbankan Indonesia
2019”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-
pencabutan izin usaha bank dan meminta dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/
Booklet-Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28
bank untuk melakukan pembubaran badan
Desember 2020.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 99
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
membubarkan badan hukum bank dan 16 Mei 2019 dan dalam masa tersebut
pemegang saham dan pengurus telah
membentuk tim likuidasi.98
diberikan kesempatan untuk melakukan
Likuidasi bank adalah tindakan
penyehatan melalui action plan yang dibuat
penyelamatan seluruh hak dan kewajiban
oleh Direksi.101
bank sebagai akibat pencabutan izin usaha
Dalam masa BDPI tersebut, kinerja
dan pembubaran badan hukum bank. 99 Jadi
BPR Calliste semakin memburuk tercermin
likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan
dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal
izin usaha dan pembubaran badan hukum
Minimum (KPMM) posisi 28 Februari 2019
bank, tetapi berkaitan dengan proses
menjadi di bawah 4% sehingga memenuhi
penyelesaian segala hak dan kewajiban dari
ketentuan ditetapkan sebagai BPR Dalam
suatu bank yang dicabut izin usahanya.
Pengawasan Khusus (BDPK) terhitung
Setelah suatu bank dicabut izin usahanya,
sejak 29 Maret 2019 sampai 29 Juni 2019.
dilanjutkan lagi dengan proses pembubaran
Selanjutnya, sampai dengan batas waktu
badan hukum bank yang bersangkutan, dan
tersebut, Pengurus dan Pemegang Saham
seterusnya dilakukan proses pemberesan
Pengendali (PSP) tidak dapat
berupa penyelesaian seluruh hak dan
merealisasikan upaya penyehatan rasio
kewajiban (piutang dan utang) bank sebagai
KPMM paling sedikit 8% sehingga
akibat dari pencabutan izin usaha dan
memenuhi kriteria BPR tidak dapat
pembubaran badan hukum bank.100
disehatkan dan diteruskan kepada Lembaga
Hal ini dapat dilihat dalam pencabutan
Penjamin Simpanan (LPS) untuk
izin usaha BPR Calliste Bestari ditetapkan
ditindaklanjuti sesuai dengan
dalam Keputusan Anggota Dewan
kewenangannya. Penyebab BPR Callieste
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor
bermasalah karena adanya praktek
KEP-141/D.03/2019 tentang Pencabutan
perbankan yang tidak sehat baik oleh
Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat
Pengurus maupun Pemegang Saham
Calliste Bestari pada tanggal 13 Agustus
sehingga kinerja keuangan BPR menjadi
2019. Sebelum dilakukan pencabutan izin
buruk terutama rasio KPMM tidak memenuhi
usaha, OJK sudah menetapkan status BPR
standar yang ditetapkan sesuai ketentuan
Calliste sebagai BPR Dalam Pengawasan
yang berlaku paling sedikit 8%. Dengan
Intensif (BDPI) karena kinerja keuangan
pencabutan izin usaha BPR tersebut, LPS
yang memburuk. Penetapan BDPI tersebut
akan menjalankan fungsi penjaminan dan
berlaku sejak tanggal 16 Mei 2018 sampai
melakukan proses likuidasi sesuai Undang-
98
Pasal 37 ayat (2) Undang-undang Nomor undang No. 24 Tahun 2004 tentang
10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana
Pasal 26 huruf (a) Undan-gundang Nomor 23 Tahun
1999.
99
OJK, “Booklet Perbankan Indonesia
2019”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data- 101
OJK, “Siaran Pers: Pencabutan Izin
dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/Pages/ Usaha PT. BPR Calliste Bestari Badung Bali”,
Booklet-Perbankan-Indonesia-2019.aspx, diakses 28 https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
Desember 2020. pers/Pages/Siaran-Pers-Pencabutan-Izin-Usaha-PT-
100
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, BPR-Calliste-Bestari-Badung-Bali.aspx, diakses 7 April
Op.Cit, hlm.532. 2021
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 100
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
diubah dengan UndangUndang No. 7 Tahun pada dana yang harusnya dialokasikan
102
2009. untuk membayar utang yang sudah
Faktor-faktor yang menyebabkan suatu jatuh tempo, namun dipakai untuk
bank mengalami likuidasi, ada beberapa membayar gaji karyawan, listrik, dan
103
sebab yang melatar-belakanginya, yaitu : sejenisnya yang termasuk kategori
1. Utang perusahaan yang berada pada short term liquidity
posisi extreme leverage. Extreme Dalam hal OJK mengindikasikan bank
leverege artinya utang perusahaan tertentu mengalami kesulitan likuiditas
sudah berada dalam kategori yang dan/atau kondisi kesehatan semakin
membahayakan perusahaan itu sendiri. memburuk, OJK segera menginformasikan
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan ke Bank Indonesia untuk melakukan
yang datang disaat jatuh tempo sudah langkah-langkah sesuai dengan
begitu besar, baik utang di perbankan, kewenangan Bank Indonesia.104 Yang
leasing, mitra bisnis, utang dagang, dimaksud dengan “langkah-langkah sesuai
termasuk utang dalam bentuk bunga kewenangan Bank Indonesia” adalah
obligasi yaang sudah jatuh tempo yang pemberian fasilitas pembiayaan jangka
harsu secepatnya dibayar, dan pendek dalam menjalankan fungsi Bank
berbagai bentuk tagihan lainnya. Indonesia sebagai lender of last resort.
3. Perusahaan telah melakukan kebijakan Dalam menjalankan fungsi dimaksud, Bank
strategi yang salah sehingga memberi Indonesia dapat melakukan pemeriksaan
pengaruh pada kerugian yang bersifat terhadap bank dengan menyampaikan
jangka pendek dan jangka panjang. pemberitahuan secara tertulis kepada
4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi OJK.105
mencukupi untuk menstabilkan
perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak III. Kesimpulan
aset yang dijual sehingga jika aset yang A. Kesimpulan
tersisa tersebut masih ingin dijual, 1. Kesehatan Bank harus dipelihara
maka itu juga tidak mencukupi untuk dan/atau ditingkatkan agar
menstabilkan perusahaan. kepercayaan masyarakat terhadap
5. Perusahaan sering melakukan Bank dapat tetap terjaga. Tingkat
kebijakan gali lubang dan tutup lubang Kesehatan Bank digunakan sebagai
pada kewajiban jangka pendek. Seperti salah satu sarana dalam melakukan
dana untu memenuhi kewajiban atau evaluasi terhadap kondisi dan
menyelesaikan persoalan likuiditas di permasalahan yang dihadapi Bank
pakai dari dana untuk membayar utang, serta menentukan tindak lanjut untuk
sehingga pembayaran utang menajdi mengatasi kelemahan atau
tertunda, dan begitu pula sebaliknya, 104
Pasal 41 Ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
102
Ibid Otoritas Jasa Keuangan.
103 105
Irham Fahmi, Pengantar Perbankan; Penjelasan Pasal 41 Ayat (2) Undang-
Teori dan Aplikasi, (bandung: Alfabeta,2014), hlm. Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011
126.-127. tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 101
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
Atmasasmita, Romli. Teori Hukum Integratif. Ibrahim, Jhonny. Teori Metodologi Penelitian
Yogyakarta : Genda, 2012. Hukum Normatif. Surabaya: Bayu
Media, 2005.
Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru. Bank
dan Lembaga Keuangan Lainnya. Imaniyati, Neny Sri. Pengantar Hukum
Jakarta :Salemba Empat, 2011. Perbankan Indonesia. Bandung :
Refika Aditama, 2016.
Budiyono Tri. Hukum Perusahaan, Telaah
Yuridis terhadap UU No. 40 Tahun Ismanto, Hadi & dkk, Perbankan dan Literasi
2007 tentang Perseroan Terbatas, Keuangan. Yogyakarta : Deepublish,
Salatiga : Gria Media, 2011. 2019.
Boen, Hendra Setiawan. Bianglala Business Ismail. Manajemen Perbankan: Dari Teori
Judment Rule. Jakarta: Tatanusa, Menuju Aplikasi. Jakarta :
2008. Prenadamedia Group, 2010.
Chatamarrasjid. Hukum Perbankan Nasional Juwana, Hikmahanto. Bunga Rampai
Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Hukum Ekonomi dan Hukum
Media Grup, 2012. Internasional. Jakarta : Lentera Hati,
2002.
Diantha,I made pasek. Teori ilmu hukum.
Semarang : Rajawali Press, 2001. Kansil, Cst & dkk, Kamus Istilah Hukum,
Jakarta : Permata Aksara, 2009.
Fahmi, Irham. Pengantar Perbankan; Teori
dan Aplikasi. bandung: Alfabeta,2014. Keraf, A. Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan
Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius,
Friedrich , Carl Joachim. Filsafat hukum 1998.
filsafat historis. Bandung : PNM, 2014.
Lembaga Penjamin Simpanan, 5 Tahun LPS
Firman, Analisa Data dalam Penelitian Menjamin Simpanan Nasabah dan
Kualitatif. Padang: Universitas Negeri Menjaga Stabilitas Sistem perbankan,
Padang, 2018. Jakarta : Lembaga Penjamin
Simpanan, 2010.
Gandapradja Permadi, Dasar dan Prinsip
Pengawasan Bank, Jakarta : P.T. Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum.
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Yogjakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2005.
Gozali, Djoni S. dan Rachmadi Usman,
Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Miru, Marhais Abdul. Hukum Perbankan di
Grafika,2012. Indonesia. Bandung: Alumni,2004.
___________________________________, Muhammad Abdulkadir, Segi Hukum
Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Lembaga Keuangan dan
Grafika,2010. Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2000
Hanintijo, Soemitro Ronny. Metodologi
Penelitian Hukum dan Jurumetri. Praja, Juhaya. Teori Hukum dan Aplikasinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998. Bandung : Pustaka Sedia, 2011.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Putra, Ardhansyah & Dwi Saraswati, Bank
Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Media Grup, 2019. Medan : CV. Jakad Media Publishing,
2019.
___________,Hukum Perbankan Nasional
Indonesia, ( Jakarta: Kencana Rato, Dominikus. Filsafat Hukum Mencari:
Prenada Media Grup,2011. Memahami dan Memahami Hukum.
Yogyakarta: Laksbang Pressindo,
Huijbers,Theo. Filsafat Hukum dalam 2010.
lintasan sejarah. Yogyakarta :
Kanisius, 1982.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 104
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
Retnadi, Djoko. Memilih Bank yang Sehat. Perusahaan yang Sehat, Jakarta : P.T.
Jakarta: PT. Elex Media
Damar Mulia Pustaka, 2005.
Komputindo,2006.
Sitompul, Zulkarnain. Perlindungan Dana Usanti, Trisanidi P. & Abdul Somad. Hukum
Nasabah Bank, Jakarta : Fakultas Perbankan. Depok : Kencana
Hukum Universitas Indonesia, 2002. Prenada Media Grup, 2016.
Soemirat, Soleh dan Ardianto Elvinaro. Zain , Irsyadi dan Rahmat Akbar. Bank dan
Dasar-Dasar Public Relation. Lembaga Keuangan Lainnya.
Bandung: PT. Remaja Sleman : CV. Budi Utama, 2020.
Rosdakarya,2007.
B. Jurnal
_____________, Suatu Tinjauan Sosiologis
Andika Persada Putera, Prinsip
Hukum Terhadap Masalah-Masalah
Kepercayaan Sebagai Fondasi
Sosial. Bandung: Alumni, 1982.
Utama Kegiatan Perbankan,
Sormadi. Teori hukum dan negara, dasar- Hukum : Bisnis, Vol. 3, No. 1,
dasar ilmu hukum normatif sebagai 2020
ilmu hukum deskriptif empirik
Agung, Ken Hermanto. Analisis
(diterjemahkan dari general theori of
Pengaruh Kualitas Layanan,
law and state. Jakarta : BEE Media
Komitmen, dan Kepercayaan
Indonesia, 2007.
Terhadap Loyalitas Konsumen
Sujatmo. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Studi Kasus Pada Nasabah
Jakarta : Pustaka Yustisia, 2005. Tabungan SIMPEDA Bank
Jateng), Tesis Pascasarjana
Supranto, J. Metode Penelitian Hukum dan Program Studi Magister
Statistik. Jakarta : Rineka Cipta, 2003. Manajemen Universitas
Diponogoro, 2006.
Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa
Keuangan. Jakarta : Penebar Chandra, M Jeffri Arlinandes,
Swadaya Grup, 2014. Kewenangan Bank Indonesia
Dalam Pengaturan Dan
____________, Hukum Perbankan Suatu Pengawasan Perbankan
Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Setelah Terbitnya Undang-
Likuidasi dan Kepailitan. Jakarta: Undang No 21 Tahun 2011
Sinar Grafika,2014. tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Jurnal Hukum
Sutojo Siswanto & E. John Aldridge, Good Sehasen, Vol.1 No.1 Tahun
Corporate Governance-Tata Kelola 2015.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 105
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
Eko Adi Widyanto, Analisis Tingkat Raharjanto, Sondy. Analisis PMH Perdara
Kesehatan & Kinerja Keuangan yang ditarik kepada PMH Pidana.
Bank dengan Menggunakan Varia Peradilan, Tahun XX No. 23,
Metode CAMEL, Ekonomi : September 2019.
Akuntansi, Vol. 8, No. 2, 2012.
Ridho, Muhammad. Upaya Controlling
Elly karmeli & Siti Fatimah, Krisis terhadap gejala sosial di
Ekonomi Indonesia, Ekonomi : masyarakat. Varia Peradilan
Ekonomi, Vol. 2, No. 2, 2008. Vol 2, Juni 2012.
Gumanti, Miswan. Peran Otoritas Sari, Devi Rizka. Penilaian Tingkat
Jasa Keuangan Terhadap Kesehatan Bank Perkreditan
Pengawasan Managemen Rakyat XYZ Dengan Metode
Operasional Perbankan CAMEL. Economic: Jurnal
Improper Behavior (Bank Tidak Akuntansi, Vol. 1, No. 1, 2018,
Sehat). Vol 8 No 2, Desember
2017. Setiyono, WP. Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan dengan
Kurniawan, Tanggung Jawab menggunakan metode Gamel.
Pemegang Saham Perseroan Tahun XIV Vol. 5, 2014.
Terbats Dalam Hukum Positif,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Siburian, Elfridawati. Peranan
Universitas Mataram, 2014. Program Rekapitalisasi
Terhadap Perbankan Ditinjau
Lastuti Abubakar, Bail-in dan Dari Peraturan Pemerintah
interconnected : Isu Hukum Nomor 84 Tahun 1998. Medan :
Strategis dalam Pencegahan & Skripsi pada Fakultas Hukum
Penanganan Krisis Sistem USU Medan, 2007.
Keuangan, Hukum : Ekonomi,
Vol. 48, No. 4, 2019. Sihombing, Jonker. Analisis Hukum
Otoritas Jasa Keuangan dan
Lembong, Alan. Pencabutan Ijin Pengawasan Pasa Modal.
Usaha & Likuidasi Bank Jurnal Hukum Bisnis Volume 31
Menurut Undang-Undang No. No.1 Tahun 2012.
21 Tahun 2011. Hukum: Jurnal
Lex Privatum, Vol. IV, No. 5, Syukron, Ali. Pengaturan dan
2016. Pengawasan Pada Bank
Syariah. Economic: Jurnal
Nasution, Anwar. “Beberapa masalah Ekonomi dan Hukum Islam,
Sistem Keuangan dan Vol. 2, No. 1, 2012.
Perbankan Indonesia”, Makalah
dalam Seminar Pembangunan Trisetya Wahyu Nugroho, Analisis
Hukum Nasional VIII yang Yuridis Terhadap Regulasi
diselenggarakan oleh BPHN – Bank Indonesia Berkaitan
Departemen Kehakiman dan dengan Managemen Resiko
Hak Asasi Manusia RI, Sebagai Penerapan Prinsip
Denpasar, 14-18 Juli 2003. Kehati-hatian Perbankan,
Hukum : Bisnis, 2011.
Mishardi Wilamarta, Hak Pemegang
Saham Minoritas dalam Tobing, Martuasah Analisis Yuridis
Rangka Good Corporate Penggunaan Teknologi dalam proses
Governance, Jakarta: Program penyelidikan dan penyidikan. Varia
Pascasarjana, Fakultas Peradilan, Tahun XX No. 23,
Universitas Indonesia, 2002. September 2019