Anda di halaman 1dari 13

PELANGGARAN DALAM AUDIT

Makalah untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Auditing

Kelompok 2

Farida Hastuti (5518221036)


Ghifari Agung Darmawan (5518221038)
Irda Ingelia (5518221040)
James Timbul Manik (5518221041)

UNIVERSITAS PANCASILA
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
2019/2020

1
TUGAS AUDITING KELOMPOK 2

CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTAN


PUBLIK DALAM DAN LUAR NEGERI PERIODE TAHUN 2009-2019

Dalam dunia akuntansi, seorang akuntan memiliki etika yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh setiap anggotanya. Di Indonesia diatur dalam Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia yang ditujukan sebagai pedoman atau panduan serta aturan bagi semua anggota,
baik anggota yang berprofesi menjadi akuntan publik, terjun langsung dalam lingkungan
dunia usaha/bisnis, bekerja di instansi pemerintah, ataupun berada di lingkup pendidikan
dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya.
Tetapi pada kenyataannya, pelanggaran atas etika yang sudah ditetapkan seringkali
terjadi, berikut adalah beberapa contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntansi yang terjadi
dalam rentang waktu 2009-2019 baik di Indonesia maupun di luar negeri, terutama kasus-
kasus yang ada di berita online.

1. Kisruh AISA 2019 (CNBN Indonesia)


Laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) pada periode 2017
dipersoalkan pleh manajemen baru yang mengambil alih perseroan pada Oktober 2018. Hasil
investigasi terhadap laporan keuangan tersebut yang dilakukan oleh PT EY Indonesia (EY)
sudah keluar dan menyatakan ada temuan terhadap dugaan penggelembungan pos akuntansi
senilai Rp 4 triliun serta beberapa dugaan lain.
Meskipun hasil audit tersebut kemudian mempolisikan mantan dirut perusahaan Stefanus
Joko Mogoginta, tetapi Kementerian Keuangan melihat ada indikasi pelanggaran dari auditor
AISA. Pada saat itu, auditor AISA yakni Didik Wahyudianto dari KAP Amir Abadi Jusuf,
Aryanto, Mawar, dan Rekan merupakan salah satu partner di RSM Indonesia. Apabila benar
terjadi pelanggaran terhadap kode etik akuntan, maka akan ada sanksi baik untuk Kantor
Akuntan Publik (KAP) maupun Akuntan Publiknya (AP).

2. Keteledoran Akuntan Publik di Kasus SNP 2018 ( Sindonews.com)


OJK menjatuhkan sanksi administrastif bagi akuntan publik dan kantor akuntan publik
yang mengaudit PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (PT SNP). Sanksi tersebut berupa
pembatalan pendaftaran kepada AP Marlinna, AP Merliyana Syamsul, dan KAP Satrio, Bing,
Eny dan Rekan yang berlaku efektif setelah KAP dimaksud menyelesaikan audit Laporan
Keuangan Tahunan Audit (LKTA) tahun 2018 atas klien yang masih memiliki kontrak dan di

2
larang untuk menambah klien baru. Sedangkan untuk AP Marlinna dan AP Merliyana
Syamsul, pembatalan pendaftaran akan efektif sejak ditetapkan OJK pada 1 Oktober 2018.
Laporan Keuangan Tahunan PT SNP yang telah diaudit AP dari KAP Satrio, Bing, Eny
dan Rekan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian. Namun, berdasarkan hasil
pemeriksaan OJK, PT SNP terindikasi menyajikan Laporan Keuangan yang dengan begitu
signifikan berbeda dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga menyebabkan
kerugian banyak pihak. Lebih lanjut OJK berkoordinasi dengan Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan terkait audit yang dilakukan oleh AP dari KAP
Satrio, Bing, Eny dan Rekan pada PT SNP. Hasil pemeriksaan P2PK menyebutkan kedua AP
dinilai telah melakukan pelanggaran berat dan telah dikenakan sanksi oleh Menteri
Keuangan.
OJK juga mempertimbangkan besarnya kerugian industri jasa keuangan dan turunnya
tingkat kepercayaan masyarakat yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran kode etik oleh
kedua AP tersebut. OJK juga menambahkan sanksi terhadap AP dan KAP tersebut diatas,
mengingat LKTA yang telah diaudit tersebut digunakan PT SNP untuk mendapatkan kredit
dari perbankan dan menerbitkan MTN yang berpotensi mengalami gagal bayar dan/atau
menjadi kredit bermasalah. Langkah ini diambil untuk menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap industri jasa keuangan.

3. Kasus PT Hanson International Tbk 2017 (CNBN Indonesia)


OJK mengenakan sanksi kepada AP Sherly Jokom dari KAP Purwantono, Sungkono dan
Surja yang merupakan partner dari Ernst and Young (EY) karena dinilai tidak teliti dalam
penyajian laporan keuangan PT Hanson International Tbk. atas kesalahan ini OJK
memberikan sanksi membekukan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama setahun.
OJK menilai KAP ini melakukan pelanggaran karena tidak cermat dan teliti dalam
mengaudit laporan keuangan tahun 2017 PT Hanson International Tbk untuk tahun buku 31
Desember 2016. Sementara kesalahan dari perusahaan adalah tak profesional dalam
pelaksanaan prosedur audit terkait apakah laporan keuangan tahunan perusahaan milik Benny
Tjokro mengandung kesalahan material yang memerlukan perubahan atau tidak atas fakta
yang diketahui oleh auditor setelah laporan keuangan diterbitkan.
Kesalahan yang dimaksud OJK adalah adanya kesalahan penyajian (overstatement)
dengan nilai mencapai Rp 613 miliar karena adnya pengakuan pendapatan dengan metode
akrual penuh atas transaksi dengan nilai gross Rp 732 miliar. Selain itu, dalam laporan
keuangan tersebut juga tak mengungkapkan adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

3
atas kavling siap bangun (KASIBA) yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk
sebapai penjual.

4. Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010 (nichonotes.blogs)


Raden Motor meminta bantuan akuntan publik untuk menyusun laporan keuangannya
dengan tujuan untuk mendapatkan kredit atau pinjaman modal dari BRI Cabang Jambi senilai
Rp 52 miliar pada tahun 2009 yang menyebabkan kredit macet.
Terungkapnya kasus ini setelah Kejati Provinsi Jambi mengungkap kasus tersebut pada
kredit macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis di bidang otomotif tersebut. Fitri
Susanti, kuasa hukum dari tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi yang terlibat
kasus menyatakan, setelah kliennya diperiksa dan dicocokkan keterangannya dengan para
saksi, terungkap bahwa ada dugaan keterlibatan Biasa Sitepu yang sebagai AP pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saki
Biasa Sitepu, terungkap ada kesalahan dalam pelaporan keuangan perusahaan Raden Motor
dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi. Ada 4 aktifitas laporan keuangan
Raden Motor yang tidak dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI
sehingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk mengungkap
kasus kredit macet ini. Seharursnya data-data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan
harus lengkap, tetapi di dalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan
seharusnya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.
5. Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntansi  dalam PT. Great River Internasional
Tbk
PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan
terkemuka di Indonesia. Kasus pelangaran kode etik  ini bermula pada tahun 2002, PT. Great
River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga.  Lalu pada sekitar
bulan Juli hingga September 2004. PT Bank Mandiri telah membeli obligasi PT Great River
International, Tbk sebesar Rp50 miliar dan memberi fasilitas Kredit Investasi; Kredit Modal
Kerja; dan Non Cash Loan kepada PT. Great River Internasional senilai lebih dari Rp265
milyar yang diduga mengandung unsur melawan hukum karena obligasi tersebut default dan
kreditnya macet. Obligasi tersebut saat ini berstatus default atau gagal, sedangkan kreditnya
macet. Pembelian obligasi dan pemberian kredit itu diduga kuat melawan hokum.

4
Menurut Bapepam-LK terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan.
Pasalnya, mereka menemukan kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian  account 
penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap
dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tidak ada  pembuktiannya. Sehingga
perusahaan tidak dapat membayar utang kepada bank mandiri dan tidak dapat membayar
obligasi kepada para investor.
Kasus ini melibatkan akuntan publik Justinus Aditya Sidharta. Pada Agustus 2006,
Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan  keuangan Great River tahun
buku 2003.  Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah  telah melakukan
konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan  Great River. Deputy Managing
Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku Great
River, pihaknya tidak  menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau
penyimpangan  dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang
diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada.
Menurut Justinus, Great  River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar
negeri dengan  bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan
ongkos operasi pembuatan pakaianTapi saat pesanan dikirimkan ke luar  negeri, nilai
ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan  baku, aksesori, ongkos kerja,
dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model  pencatatan seperti itu bertujuan
menghindari dugaan dumping dan sanksi  perpajakan. Dia menduga hal itulah yang menjadi
pemicu dugaan  adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai
menyembunyikan informasi secara sengaja. Dalam perkembangan kasus selanjutnya, Justinus
terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang
berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Great River
International Tbk (Great River) tahun buku 2003. Oleh karena itu ikatan akuntan Indonesia
melalui Surat Keputusan Badan Peradilan Profesi (BPPAP) Nomor
002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. Berdasarkan surat keputusan tersebut pada tanggal
28 november 2006 Menteri Keuangan membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya
Sidharta selama dua tahun. Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa
atestasi (pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit
umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi pemimpin rekan atau
pimpinan cabang kantor akuntan publik. Namun yang bersangkutan tetap bertanggung jawab
atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti

5
pendidikan professional berkelanjutan. ( Sumber : Jurnal Riset Akuntansi – Volume VII /
No.1 / April 2015 )

Analisis Kasus dalam pelanggaran prinsip etika akuntansi :


Prinsip Kode etik yang di langgar :
- Prinsip Tanggung Jawab Profesi
Pelanggaran  terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan
audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Great River International Tbk tahun 2003.
- Prinsip Kepentingan Publik
Justinus A Sidharta telah melakukan kebohongan publik yang tidak menyampaikan atau
melaporkan kondisi keuangan secara jujur. Dibuktikan telah ditemukannya indikasi
konspirasi penyajian laporan keuangan PT Great River International
- Prinsip Integritas
Selama mengaudit buku Great River pihak Deputy Managing Director Johan Malonda,
Junstinus A. Sidharta mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River
berbeda dengan ketentuan yang ada.
- Prinsip objektivitas
Adanya dugaan overstatement penjualan dikarenakan menggunakan metode pencatatan
akuntansi yang berbeda.
Prinsip Kode etik yang tidak dilanggar :
- Kompetensi dan kehati – hatian
Kompetemsi mengandung aturan arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
Auditor Justinus telah melakukan audit sesuai dengan kemampuannnya.
- Kerahasiaan
Walaupun Auditor melakukan kesalahan dalam mengaudit, namun auditor tetap menjaga
kerahasiaan klien.
- Perilaku Profesional
Auditor tetap berperilaku Profesional setelah melakukan kesalahan dalam perhitungan, yaitu
dengan bertanggung jawab menghadapi hukuman yang diberikan.
- Standar Teknis
Auditor mengikuti srandar teknis yang berlaku namun menggunakan metode yang berbeda.

6
6. Kasus Garuda Indonesia Manipulasi keuangan dan ujian kredibilitas akuntan
publik

Beberapa waktu lalu, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
merilis sanksi kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dan akuntan publik Kasner
Sirumapea karena melakukan pelanggaran terhadap laporan keuangan PT Garuda Indonesia
tahun buku 2018.

"Kami sudah memberikan perintah tertulis kepada kedua pihak untuk memperbaiki
laporan keuangan tersebut, diserahkan kembali dalam bentuk paparan publik paling lambat
14 hari setelah ditetapkan surat sanksi," ujar juru bicara OJK Sekar Putih Djarot saat
dihubungi Alinea.id, Selasa (9/7).

Keduanya ditetapkan melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995


tentang Pasar Modal (UU PM) jis, Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah suatu Perjanjian
Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Garuda Indonesia dijatuhi sanksi administratif untuk delapan orang direksi masing-
masing Rp100 juta, emiten Rp100 juta, dan direksi beserta komisaris secara tanggung renteng
Rp100 juta. Total denda yang harus dibayar pihak Garuda Indonesia sebesar Rp1 miliar.
Selain pihak Garuda Indonesia, auditor atau akuntan publik beserta kantor akuntan publik
yang menyusun laporan keuangan tahunan tersebut juga diganjar hukuman yang tak enteng.

Akuntan publik Kasner Sirumapea yang tergabung di dalam kantor akuntan publik
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan rekan (TSFBR) dijatuhi sanksi pembekuan
sementara surat tanda terdaftar. Sementara kantor akuntan publik, yang merupakan anggota
BDO International Limited, dikenakan sanksi terkait standar profesional akuntan publik
(SPAP) dan standar pengendalian mutu (SPM) sebagai regulator. "Saudara Kasner izinnya
kita bekukan selama satu tahun karena melakukan pelanggaran berat yang berpotensi
signifikan memengaruhi opini laporan auditor independen (LAI), dan kepada kantor akuntan
publiknya diminta untuk segera memperbaiki kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo, paling lambat tiga bulan setelah
ditetapkan surat perintah tersebut," tutur Sekar.

Dasar pengenaan sanksi itu terdapat dalam Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 27 ayat 1
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 dan Pasal 55 ayat 4 PMK No.154/PMK.01/2017.
Meski kantor akuntan publik yang terlibat dikenakan sanksi, namun tetap diperbolehkan
beroperasi seperti biasa. "Sanksi diberikan agar tidak terulang, dan yang lain tidak mengikuti
kasus fraud (kecurangan) tersebut

7. Mitra Ernst & Young Indonesia Didenda Rp 13 Miliar di AS

TEMPO.CO, Washington - Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di


Indonesia, yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$
1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal
melalukan audit laporan keuangan kliennya. Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan
Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight
Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu Washington. Kasus itu merupakan

7
insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga menimbulkan keprihatinan
apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di negara berkembang
sesuai kode etik.
“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak
memadai,” demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor
Berita Reuters, dikutip Sabtu, 11 Februari 2017.
Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas
hasil audit kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas
perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal
persewaan lebih dari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis
laporan hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.
PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan
pada 2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak
benar” sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1
juta juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada
2011. “Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY
dan dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit
yang cukup,” ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.
Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses
pengawasan internal sejak isu ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terus
melanjutkan penguatan kebijakan dan pemeriksaan audit global kami,” ungkap Manajemen
EY dalam pernyataannya. Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte
& Touche LLP melalui unit usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB
sebesar US$ 8 juta karena divonis menutupi laporan audit palsu.

8. Kasus SNP Finance dan Pertaruhan Rusaknya Reputasi Akuntan Publik


tirto.id - Akhir pekan lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi
administratif kepada dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan publik (KAP). Pangkal
soalnya, AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul serta KAP Satrio, Bing, Eny (SBE) dan
Rekan dinilai tidak memberikan opini yang sesuai dengan kondisi sebenarnya dalam laporan
keuangan tahunan audit milik PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).

Sanksi yang diterima dua AP dan satu KAP itu berupa pembatalan pendaftaran terkait
hasil pemeriksaan laporan keuangan SNP Finance. Kedua AP dan satu KAP itu memberikan
opini ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ dalam hasil audit terhadap laporan keuangan tahunan SNP
Finance. Padahal, hasil pemeriksaan OJK mengindikasikan SNP Finance menyajikan laporan
keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya secara signifikan.
Sehingga, menyebabkan kerugian banyak pihak termasuk perbankan. Deputi Komisioner
Manajemen Strategis dan Logistik OJK, Anto Prabowo mengatakan pengenaan sanksi
terhadap dua AP dan KAP itu berlaku untuk sektor perbankan, pasar modal maupun industri
keuangan non bank (IKNB). Artinya untuk sementara mereka tidak dapat melakukan proses
audit jasa keuangan. Pembatalan pendaftaran KAP SBE berlaku efektif setelah KAP tersebut

8
menyelesaikan audit Laporan Keuangan Tahunan Audit (LKTA) tahun 2018 para klien yang
masih memiliki kontrak.

KAP SBE juga dilarang untuk menambah klien baru. Sementara untuk AP Marlinna
dan AP Merliyana Syamsul, pembatalan pendaftaran efektif berlaku sejak ditetapkan OJK
pada Senin (1/10).

“Sanksi yang dijatuhkan berlaku sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sanksi ini
juga berlaku bagi emiten-emiten yang menerbitkan efek dan saham, yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia,” jelas Anto kepada Tirto.

OJK menilai AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul telah melakukan pelanggaran


berat sehingga melanggar POJK Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik. Ini sebagai mana tertera dalam penjelasan Pasal
39 huruf b POJK Nomor 13/POJK.03/2017 (PDF), bahwa pelanggaran berat yang dimaksud
antara lain AP dan KAP melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan atau
memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan.

Sementara itu, KAP SBE yang merupakan partner lokal Deloitte Indonesia,
menegaskan belum menerima salinan resmi putusan OJK tersebut. Dengan begitu, pihaknya
belum bisa memutuskan langkah apa yang akan ditempuh. KAP SBE menambahkan,
pihaknya telah menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(P2PK) Kementerian Keuangan. Namun KAP SBE menyatakan sama sekali tidak pernah
diminta untuk memberikan keterangan terkait LKTA SNP Finance oleh OJK. “KAP SBE
juga masih mempelajari opsi-opsi yang dapat ditempuh,” tulis KAP SBE dalam keterangan
resmi yang diterima Tirto. Skandal pemalsuan dan manipulasi laporan keuangan dalam skala
internasional juga pernah menghebohkan dunia. Enron Corporation, perusahaan energi asal
Houston, Texas, Amerika Serikat (AS) bekerjasama dengan kantor akuntan Arthur Andersen
(AA) dalam aksi manipulasi laporan keuangan. Enron menggelembungkan nilai laba
perusahaan senilai $74 miliar.

Padahal, $43 miliar di antaranya merupakan keuntungan fiktif berkat ‘otak-atik’


neraca laba-rugi. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan nominal $586 juta sebagai
pendapatan di muka. Angka laba perseroan yang melantai di New York Stock Exchange
(NYSE) dengan kode emiten ESE itu pun melambung. Memasukkan angka proyeksi dalam
laba perusahaan memang masih mengikuti prinsip akuntansi dalam penyajian laporan
keuangan. Enron dengan lihai menyembunyikan kerugian dan utang di bawah metode off-
balance sheet yang digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Bentuk penipuan lain
yang dilakukan termasuk penggelapan dana perusahaan oleh eksekutif Enron yang mencapai
$2,9 triliun.

“Tujuan dari manipulasi laporan keuangan adalah untuk menyembunyikan kerugian


dan utang dari auditor, investor, analis keuangan dan regulator,” tulis Profesor Edel Lemus
M.I.B.A dari Carlos Albizu University, AS dalam jurnal internasional berjudul The Finance
Collapse of the Enron Corporation and Its Impact in the United States Capital Market (PDF).

9
Manipulasi yang tersaji di laporan keuangan Enron dibiarkan oleh akuntan publik
Arthur Andersen (AA) dalam auditnya. Untuk memoles laporan keuangan bobrok menjadi
kinclong, AA mendapat fee audit sampai dengan $25 juta dari Enron di tahun 2000. Angka
itu belum termasuk duit senilai $27 juta sebagai fee konsultan dan pekerjaan lainnya.
Akuntan publik AA kemudian dinyatakan bersalah dalam kasus Enron.

“Reputasi Arthur Andersen hancur. Bisnis mereka akhirnya dijual kepada rekan-rekan
mereka di ‘Big Five’ –KPMG, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu dan
PriceWaterhouseCoopers (yang kemudian menjadi ‘Big Four’)-. AA kemudian hilang terkena
seleksi alam karena melanggar etika,” tulis Mustofa dalam buku Manajemen Modern Bisnis
Kantor Akuntan (2014:244). Enron sendiri dinyatakan bangkrut pada 2001.

‘Cantik’ Tapi Palsu

Berbagai trik menyulap laporan keuangan ‘bobrok’ menjadi kinclong bertujuan untuk
membuktikan bahwa bisnis perseroan berjalan ‘mulus’ tanpa hambatan. Neraca akan terlihat
‘cantik’, jika keuntungan perusahaan tercatat stabil dibanding angka-angka yang berfluktuasi.
Upaya ‘mempercantik’ kinerja keuangan perseroan dalam dunia akuntansi disebut juga
sebagai ‘creative accounting’. Istilah akuntansi kreatif ini didefinisikan sebagai ‘suatu proses
di mana akuntan menggunakan pengetahuan mereka tentang aturan akuntansi untuk
memanipulasi angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.
Sebagaimana tertulis dalam buku Ethical Issues in Accounting, karangan Catherine
Gowthrope dan John Blake (1998:25).

Salah satu alasan akuntansi kreatif ini dilakukan adalah untuk menampilkan
keuntungan yang merata setiap tahunnya. Tren pertumbuhan laba yang stabil lebih disukai
oleh perusahaan daripada menunjukkan keuntungan yang naik-turun kepada investor maupun
masyarakat. “Variasi pada pemerataan laba yang dilakukan perseroan adalah memanipulasi
laba untuk dikaitkan dengan target atau proyeksi bisnis tahun berikutnya,” Catherine
Gowthrope dan John Blake (1998:29).

Praktik ‘akuntan kreatif’ untuk ‘mempercantik’ laporan keuangan menurut Mustofa,


sama sekali tidak sesuai dengan standar profesi. Sesuai kode etik, seorang akuntan harus
melapor jika menemukan adanya sesuatu hal yang tidak beres dalam sebuah perusahaan.
“Dengan keistimewaan yang dimilikinya, akuntan semesatinya memiliki kewajiban untuk
melaporkan segala sesuatu dengan apa adanya, termasuk jika ada hal yang tidak wajar.
Apalagi jika di kemudian hari diketahui bahwa penyimpangan yang diprakarsai oleh
manajemen tinggi perusahaan memiliki dampak yang luas pada perekonomian,” rinci
Mustofa (2014: 259).

Belajar dari pengalaman Enron maupun perusahaan internasional yang bangkrut


lainnya, kegagalan auditor untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan secara intensif
dan memberikan sinyal peringatan, telah menimbulkan krisis finansial. Kemudian muncul
kekhawatiran tentang kualitas audit serta hubungan auditor dengan manajemen perusahaan.
Kepercayaan investor dan masyarakat bisa pulih, jika para auditor menerapkan standar yang
tinggi. Karena itu, sangat penting agar para akuntan bertindak proaktif ketika melihat ada hal-

10
hal yang tidak benar. “Tindakan proaktif itu dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap
tanggung jawab profesi dan juga kode etik,” tulis Mustofa (2014:261).

Buku Ethical Issues in Accounting juga menyebut, kode etik merupakan etika penting
bagi akuntan dan berbagai pihak yang mengandalkan informasi dari laporan keuangan yang
diaudit dengan relevan. Salah satu peran etik, tulis Catherine Gowthrope dan John Blake,
adalah untuk meyakinkan orang-orang yang berprofesi sebagai akuntan publik layak untuk
mendapatkan kepercayaan, rasa hormat, dan keuntungan finansial.

“Kode etik dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain bahwa akuntan publik
profesional bisa dipercaya dan tidak akan mengambil keuntungan dari akses informasi yang
bersifat istimewa,” tulis buku tersebut (1998:153).

Upaya Mitigasi Kecurangan

Laporan keuangan yang tersaji harus mencerminkan relevansi, tepat waktu dan dapat
dipercaya oleh penggunanya. Oleh karena itu, laporan keuangan harus memenuhi standar dan
terbukti kualitas auditnya. Kualitas audit merupakan salah satu hal penting dalam sebuah
laporan keuangan, selain kredibilitas dan kualitas tinggi.

Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Tarkosunaryo menyebut


auditor dalam memberikan opini, secara spesifik terbatas pada penyajian angka laporan
keuangan. Auditor juga memberikan asuransi keyakinan yang memadai atas penyajian
informasi keuangan serta laporan keuangan.

“Tapi opini tersebut tidak serta merta memberikan asuransi atas masa depan suatu
entitas atau keyakinan apakah perusahaan tersebut dapat membayar utang-utangnya. Opini
tersebut juga tidak untuk memberikan keyakinan atas kelangsungan bisnis perusahaan,” jelas
Tarkosunaryo kepada Tirto. Menurut Tarkosunaryo, masih banyak faktor internal dan
eksternal yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Termasuk
pula, kemampuan entitas tersebut membayar utang. “Ini semua di luar kontrol auditor.
Apalagi auditor adalah pihak eksternal yang hanya ditunjuk untuk mencermati laporan
keuangan dan tidak mengawasi operasional perusahaan,” kilah Tarkosunaryo.

Adanya kecenderungan pandangan masyarakat bahwa suatu entitas mengalami gagal


usaha ataupun gagal bayar, akibat auditor salah memberikan opini atas penyajian laporan
keuangan. Padahal, direksi dan manajemen internal suatu perusahaan lebih bertanggung
jawab atas tata kelola perusahaan. Pihak-pihak tersebut, menurut Tarkosunaryo, adalah pihak
yang merancang sejak awal hingga akhir transaksi termasuk merancang sistem pembukuan
dan laporan keuangan.

“Bahkan termasuk bertanggung jawab untuk menetapkan pengendalian internal,


sehingga laporan keuangan dapat disusun sesuai kondisi sebenarnya,” sebut Tarkosunaryo.

Tanggung jawab auditor atas laporan keuangan adalah melakukan prosedur untuk
mendeteksi apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang dicerminkan dalam
bentuk pemberian opini. Ia menegaskan tanggung jawab auditor terletak pada opini tersebut

11
dan bukan pada laporan keuangan. Oleh karena itu, diharapkan regulator seperti OJK dan
juga Kementerian Keuangan dapat mengatur bahwa pejabat penanggung jawab laporan
keuangan sebuah perusahaan adalah pemegang sertifikat akuntan negara yang diterbitkan
Menteri Keuangan.

OJK maupun Kementerian Keuangan perlu untuk mewajibkan pejabat internal yang
bertanggung jawab dalam laporan keuangan untuk memiliki kompetensi profesi dan menjadi
anggota profesi. Tujuannya, agar terikat dengan kode etik profesi akuntansi. Saat ini ada tiga
organisasi profesi akuntansi yaitu IAPI, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan juga IAMI.

Anggota ketiga organisasi tersebut juga berhak memiliki register negara untuk
akuntan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
juga mengusulkan agar direktur keuangan selaku penyelenggara laporan keuangan wajib
memiliki sertifikasi sebagai pihak yang diaudit (auditee) sebagai upaya mitigasi kecurangan.

Kewajiban pemegang register negara akuntan itu adalah menjadi anggota di salah satu
organisasi akuntan tersebut. “Dengan begitu, jika ada pelanggaran dalam laporan keuangan
maka Menteri Keuangan dapat membatalkan register negara dan dapat diawasi dengan lebih
ketat oleh organisasi,” kata anggota Dewan Pengurus Nasional IAI, Cris Kuntadi
kepada Tirto.

9. Kasus Menkeu bekukan izin KAP Tahrir Hidayat & AP Dody Hapsoro,  2008
Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin kantor akuntan publik (KAP) Drs Tahrir
Hidayat dan Akuntan Publik (AP) Drs Dody Hapsoro.Pembekuan izin KAP Tahrir berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM 1/2008, terhitung mulai tanggal 11 Juni 2008.
Sementara AP Drs Dody Hapsoro, melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 409/KM.1/2008,
terhitung mulai 20 Juni 2008. Menurut Kepala Biro Humas Depkeu Samsuar Said, pembekuan atas
izin usaha KAP Tahrir, merupakan tindak lanjut setelah izin AP Tahrir Hidayat dibekukan oleh
Menkeu. KAP Tahrir dibekukan selama 24 bulan. Sedangkan AP Dody Hapsoro, dikenakan sanksi
pembekuan selama enam bulan.Pembekuan ini karena yang bersangkutan telah melakukan
pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak
perusahaan tahun buku 2005.”Selama masa pembekuan izin, KAP Drs Tahrir Hidayat dan AP Drs
Dody Hapsoro, dilarang memberikan jasa akuntan publik, meliputi jasa atestasi yang termasuk audit
umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa pemeriksaan
atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, serta jasa atestasi lainnya
sebagaimana tercantum dalam SPAP,” papar Samsuar dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu
(19/7/2008).Keduanya juga dilarang memberikan jasa audit lainnya serta jasa yang berkaitan dengan
akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi
AP dan peraturan perundang-undangan yang berlaku .Sementara, Menkeu mewajibkan KAP Drs
Tahrir Hidayat untuk memelihara Laporan Auditor Independen, atas kerja pemeriksaan dan dokumen
lainnya. AP Dody Hapsoro juga dilarang menjadi pemimpin dim atau pemimpin rekan dan atau
pemimpin cabang KAP, serta wajib mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL).

“Apabila dalam jangka waktu paling lama enam bulan sejak berakhirnya masa pembekuan
izin tidak melakukan pengajuan kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa, AP dan

12
KAP maka izin tidak melakukan pengajuan kembali permohonan persetujuan untuk memberikan jasa,
sanksi dikenakan pencabutan izin,” pungkasnya.

10. Kasus Suap Moge, Majelis Kode Etik Siapkan Sanksi untuk Auditor BPK, 2017
Selain ditahan KPK terkait kasus suap motor gede, nasib Auditor Madya pada Sub-Auditorat
VIIB2 Sigit Yugoharto sedang dipertimbangkan Majelis Kehormatan Kode Etik BPK. Bisa jadi akan
ditetapkan pelanggaran berat kepadanya.
Sigit diduga menerima satu unit motor Harley-Davidson Sportster 883 dengan estimasi nilai
Rp 115 juta dari General Manager PT Jasa Marga (Persero) Cabang Purbaleunyi Setia Budi. Menurut
KPK, suap terkait pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap PT Jasa Marga pada 2017.
Dari hasil penyidikan, KPK mendapat informasi indikasi kelebihan pembayaran terkait pekerjaan
pemeliharaan periodik rekonstruksi jalan dan pengecatan marka jalan yang tidak sesuai atau tidak
dapat diyakini kewajarannya. Temuan tersebut merupakan hasil audit anggaran 2015-2016.
"(Sedang) proses, saya tidak akan masuk ke substansi karena ini masih dalam proses
pemeriksaan internal. Yang jelas, begitu selesai, Majelis (Kehormatan) Kode Etik akan menentukan
jenis sanksinya. Dan sesuai dengan ketentuan, Majelis (Kehormatan) Kode Etik bisa menentukan
paling berat dari profesi, tidak boleh lagi jadi auditor," ucap Kepala Biro Humas dan Kerja Sama
Internasional BPK Yudi Ramdan Budiman di KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat
(22/9/2017). "Sedangkan dari sisi disiplin pegawai sesuai peraturan PP 53 bahwa dia bisa pelanggaran
berat," dia menegaskan.

13

Anda mungkin juga menyukai