Anda di halaman 1dari 27

10 KASUS

PELANGGARAN
KODE ETIK
PROFESI
R E V I U C E RT I F I E D P U B L I C A C C O U N TA N T

STERNE GIOVANI K. 041923143002


BOVY NIOVANY 041923143003
ARSYAD FAUZAN 041923143005
1. PT Hanson International Tbk - Ernst Young
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan sanksi kepada kantor akuntan publik partner dari
Ernst and Young (EY) karena dinilai tak teliti dalam penyajian laporan keuangan PT Hanson
International Tbk (MYRX). Atas kesalahan ini OJK memberikan sanksi membekukan Surat
Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I Djustini Septiana dalam suratnya mengatakan
Sherly Jokom dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti
melanggar udang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik dari Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Sherly terbukti melakukan pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A 14 SPAP SA 200 dan
Seksi 130 Kode Etik Profesi Akuntan Publik - Institut Akuntan Publik Indonesia. OJK menilai
KAP ini melakukan pelanggaran karena tak cermat dan teliti dalam mengaudit laporan
keuangan tahun PT Hanson International Tbk. (MYRX) untuk tahun buku 31 Desember 2016.
1. PT Hanson International Tbk - Ernst Young
Kesalahan yang dilakukan perusahaan adalah tak profesional dalam pelaksanaan prosedur
audit terkait apakah laporan keuangan tahunan perusahaan milik Benny Tjokro mengandung
kesalahan material yang memerlukan perubahan atau tidak atas fakta yang diketahui oleh
auditor setelah laporan keuangan diterbitkan. Kesalahan yang dimaksud OJK adalah adanya
kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai Rp 613 miliar karena adanya
pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh (full acrual method) atas transaksi dengan
nilai gross Rp 732 miliar.
Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak mengungkapkan adanya Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas kavling siap bangun (KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019 yang
dilakukan oleh Hanson International sebagai penjual.
Source : https://www.cnbcindonesia.com/
CNBC Indonesia 09 August 2019 10:09
2. PT Garuda Indonesia - BDO International Limited
Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam mengaudit
laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu akhirnya berujung
sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK).
Adapun, laporan keuangan tersebut diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan. Sebelumnya, laporan
keuangan Garuda Indonesia menuai polemik. Hal itu dipicu oleh penolakan dua komisaris
Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria untuk mendatangani persetujuan atas
hasil laporan keuangan 2018.
Keduanya memiliki perbedaan pendapat terkait pencatatan transaksi dengan Mahata senilai
US$239,94 juta pada pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari
Mahata hingga akhir 2018.
2. PT Garuda Indonesia - BDO International Limited
"Sehingga, AP ini terbukti melanggar Standar Audit (SA) 315," ujar Hadiyanto, Jumat (28/6).
Kedua, akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk menilai
perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi tersebut. Ini disebutnya
melanggar SA 500.
Terakhir, AP juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan
sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini melanggar SA 560. Tak hanya itu, Kantor
Akuntan Publik (KAP) tempat Kasner bernaung pun diminta untuk mengendalikan standar
pengendalian mutu KAP. "KAP mau tidak mau harus comply dengan seluruh standar ini,"
jelas dia.
Sebelumnya, Kemenkeu menjatuhkan dua sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Kasner
Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang Rekan
terkait dengan polemik laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk tahun
buku 2018.
2. PT Garuda Indonesia - BDO International Limited
Tak hanya itu, KAP yang mengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia juga dikenakan
peringatan tertulis disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem
Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan reviu oleh BDO International Limited kepada KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang Rekan.

Source : https://www.cnnindonesia.com/
CNN Indonesia | Jumat, 28/06/2019 12:58 WIB
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
SNP Finance merupakan anak usaha Grup Columbia, yang selama ini dikenal bergerak di
bidang pembiayaan untuk pembelian alat-alat rumah tangga. Badan Reserse Kriminal Markas
Besar Kepolisian RI menindaklanjuti laporan PT Bank Panin Tbk atas dugaan jaminan piutang
fiktif SNP dan menetapkan lima pimpinan SNP sebagai tersangka. Laporan keuangan hasil
audit dari akuntan pubik itu yang kemudian dijadikan dasar bagi SNP untuk meraup kredit dari
bank lain.
Pada dasarnya perjanjian utang piutang antara SNP Finance dengan para kreditornya (bank)
tersebut adalah kerjasama yang sifatnya mutualistik. SNP Finance membutuhkan dana, bank
juga butuh menyalurkan kredit. Namun dalam perjalanan waktu, ternyata bisnis retail
Columbia yang merupakan induk dari SNP Finance mengalami kemunduran. Apa
penyebabnya? Kita bisa melihat bahwa perilaku pembelian customer telah berubah, konsumen
saat ini tidak lagi belanja produk furniture dan elektronik dengan datang ke toko, melainkan
mereka lebih suka membeli secara online melalui perangkat gadgetnya.
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
Mulai dari survey harga, survey spesifikasi produk, sampai dengan pembelian, semua
dilakukan secara online. Bahkan para online shop tersebut juga memberikan fasilitas kredit
tanpa bunga (bunga 0%) untuk tenor yang bahkan sampai 12 bulan. Kondisi perubahan
perilaku pembelian customer inilah yang memukul pangsa pasar dari Columbia, dan tentunya
juga berdampak pada SNP Finance. Buntutnya adalah kredit SNP Finance kepada para bank –
bank/krediturnya tersebut menjadi bermasalah, dalam istilah keuangan disebut Non
Performing Loan (NPL).
Apa yang dilakukan SNP Finance untuk mengatasi utangnya kepada bank tersebut? SNP
finance membuka keran pendanaan baru melalui penjualan surat utang jangka menengah,
disebut dengan MTN (Medium Term Notes). MTN ini sifatnya hampir mirip dengan obligasi,
hanya saja jangka waktunya adalah menengah, sedangkan obligasi jangka waktunya panjang.
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
MTN ini diperingkat oleh Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan kembali lagi bahwa
Pefindo juga memberikan peringkat salah satunya adalah berdasarkan laporan keuangan SNP
Finance yang diaudit oleh Deloitte. Awalnya peringkat efek SNP Finance sejak Desember
2015 – 2017 adalah A-, bahkan kemudian naik menjadi A di Maret 2018. Namun tidak lama
kemudian, di bulan Mei 2018 ketika kasus ini mulai terkuak, perikat efek SNP Finance turun
menjadi CCC bahkan di bulan yang sama tersebut turun lagi menjadi SD (Selective Default).
Default dalam bahasa sederhananya adalah gagal bayar. Berikutnya SNP Finance mengajukan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), sebesar kurang lebih Rp 4,07 Trilyun yang
terdiri dari kredit perbankan 2,22 Trilyun dan MTN 1,85 Trilyun. Mengapa debitur dan
pemegang MTN mau percaya dan menyalurkan kredit kepada SNP Finance? Karena awalnya
pembayaran dari SNP Finance lancar, dan para kreditur tersebut juga menganalisis kesehatan
keuangan SNP Finance melalui laporan keuangannya, yang diaudit oleh kantor akuntan publik
ternama, yaitu Deloitte.
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
Namun ternyata terjadi pemalsuan data dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen SNP Finance. Diantaranya adalah membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif.
Piutang itulah yang dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai alasan bahwa nanti ketika
piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk membayar utang kepada kreditor.
Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP Finance memberikan dokumen fiktif yang berisi data
customer Columbia. Sangat disayangkan bahwa Deloitte sebagai auditornya gagal mendeteksi
adanya skema kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance tersebut. Deloitte malah
memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan SNP Finance.
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
Sanksi yang diterima dua AP dan satu KAP itu berupa pembatalan pendaftaran terkait hasil
pemeriksaan laporan keuangan SNP Finance. Kedua AP dan satu KAP itu memberikan opini
‘Wajar Tanpa Pengecualian’ dalam hasil audit terhadap laporan keuangan tahunan SNP
Finance. Padahal, hasil pemeriksaan OJK mengindikasikan SNP Finance menyajikan laporan
keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya secara signifikan.
Sehingga, menyebabkan kerugian banyak pihak termasuk perbankan.
pengenaan sanksi terhadap dua AP dan KAP itu berlaku untuk sektor perbankan, pasar modal
maupun industri keuangan non bank (IKNB). Artinya untuk sementara mereka tidak dapat
melakukan proses audit jasa keuangan. Pembatalan pendaftaran KAP SBE berlaku efektif
setelah KAP tersebut menyelesaikan audit Laporan Keuangan Tahunan Audit (LKTA) tahun
2018 para klien yang masih memiliki kontrak.
3. Kasus SNP Finance - Deloitte
KAP SBE juga dilarang untuk menambah klien baru. Sementara untuk AP Marlinna dan AP
Merliyana Syamsul, pembatalan pendaftaran efektif berlaku sejak ditetapkan OJK.
OJK menilai AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul telah melakukan pelanggaran berat
sehingga melanggar POJK Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik. Ini sebagai mana tertera dalam penjelasan Pasal 39 huruf b
POJK Nomor 13/POJK.03/2017, bahwa pelanggaran berat yang dimaksud antara lain AP dan
KAP melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan atau memalsukan data
yang berkaitan dengan jasa yang diberikan.
Source : https://accounting.binus.ac.id/
https://tirto.id/kasus-snp-finance-dan-pertaruhan-rusaknya-reputasi-akuntan-publik-c4RT
4. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - Ernst Young
PT Ernst And Young Indonesia (PT EY) dinilai melanggar Undang-Undang Nomor 5 tahun
2011 tentang Akuntan Publik. Pasalnya, perusahaan jasa konsultasi keuangan dengan merek
asing itu melakukan audit investigasi atas laporan keuangan tahun 2017 PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk (AISA) sehingga telah menyalahi aturan UU Akuntan Publik.
Audit Investigasi itu termasuk jasa asurrance dan itu merupakan hak akuntan publik
sebagaimana tercantum dalam UU Akuntan Publik, dalam pasal 3 disebutkan Akuntan Publik
memberikan jasa asurans seperti Jasa atas informasi keuangan historis, jasa review atas
informasi keuangan asurrance dan jasa asurans lainnya, Sayangnya, PT EY itu bukan Akuntan
Publik.
4. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - Ernst Young
Kasus ini bermula dari laporan keuangan AISA untuk tahun buku 2017 yang dipersoalkan
manajemen baru yang baru ditunjuk pada Oktober 2018. Padahal, dalam amanat Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) AISA pada akhir Oktober 2018 lalu mengamanatkan
untuk dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan/atau Konsultan Hukum Independen.
Sayangnya, audit investigasi tersebut justru dilakukan oleh PT Ernst & Young Indonesia yang
ditandatangani oleh Deni R Tama.
Menanggapi hal tersebut, Ketua IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), Tarkosunaryo
mengatakan bahwa PT Ernst & Young Indonesia bukanlah KAP dan penandatangan laporan
investigasi tersebut juga bukan dilakukan Akuntan Publik (AP).
5. Indosat Ooredeoo - Ernst Young
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) atau Dewan Pengawas Perusahaan
Akuntan Publik Amerika Serikat (AS) menjatuhkan hukuman kepada Kantor Akuntan Publik
(KAP) Purwanto, Suherman dan Surja beserta partner Ernst and Young (EY) Indonesia karena
terbukti berperan dalam kegagalan audit laporan keuangan PT Indosat Tbk pada tahun 2011.
Hukuman yang diberikan PCAOB yaitu berupa denda US$ 1 juta kepada Ernst and Young
Indonesia. Kemudian hukuman denda juga diberikan kepada akuntan public yang merupakan
partner EY Indonesia yaitu Roy Iman Wirahardja sebesar US$ 20.000 ditambah larangan
berpraktek selama lima tahun, kemudian denda sebesar US$ 10.000 diberikan kepada mantan
Direktur EY Asia-Pasific, Randall Leali dengan larangan berpraktek selama satu tahun.
5. Indosat Ooredeoo - Ernst Young
Hukuman ini dijatuhkan karena KAP Purwanto, Suherman dan Surja karena telah gagal
menyajikan bukti yang mendukung perhitungan atas sewa 4.000 menara seluler yang terdapat
dalam laporan keuangan Indosat. Mereka malah memberikan label Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) terhadap laporan keuangan tersebut, padahal  perhitungan dan analisisnya belum
selesai.
PCAOB merupakan lembaga yang mengawasi praktik audit terhadap perusahaan publik guna
melindungi investor. Selain itu, lembaga ini juga mengawasi laporan audit perusahaan broker
dan manajer investasi di bursa. Tujuan lembaga ini tentunya selain melindungi investor juga
mempromosikan laporan audit yang informatif, akurat dan independen.
Source : https://nasional.kontan.co.id/
Senin, 13 Februari 2017 / 20:48 WIB
6. Baker Hughes - KPMG
Dalam kasus gugatan terhadap KPMG-SSH – mitra bisnis dari multinational accounting firm
KPMG International – ini, salah satu pihak yang terlibat secara langsung adalah PT Eastman
Christensen (PTEC). PTEC ini adalah perusahaan Indonesia yang mayoritas sahamnya
dipegang oleh Baker Hughes Incorporated, perusahaan pertambangan yang bermarkas di
Texas, AS.
PTEC ini sendiri adalah pihak yang, menurut gugatan SEC dan Departemen Kehakiman AS,
meminta KPMG-SSH untuk menyogok pejabat kantor pajak Jakarta Selatan (PTEC
berdomisili di Jakarta Selatan-red). Perintah itu dimaksudkan agar jumlah kewajiban pajak
bagi PTEC dibuat seminim mungkin.
Penyuapan yang diduga digagas oleh Harsono melibatkan jumlah yang sangat signifikan.
Menurut gugatan itu, KPMG-SSH telah menyetujui untuk melakukan pembayaran ilegal
tersebut. Penyogokan ini untuk mempengaruhi si pejabat kantor pajak agar "memangkas"
jumlah kewajiban pajak PTEC, dari AS$3,2 juta menjadi AS$270 ribu.
6. Baker Hughes - KPMG
Sebelumnya, Harsono mensyaratkan adanya instruksi langsung dari Baker Hughes (dan bukan
dari PT EC) kepada KPMG-SSH untuk membayar pejabat kantor pajak. Atas dasar instruksi
itu, tulis rilis SEC, kantor KPMG-SSH bersedia melakukan praktek haram (illicit) tersebut.
Singkat cerita, transaksi suap-menyuap antara sang pegawai yang telah diberi mandat oleh
Harsono dengan oknum pejabat kantor pajak itupun terjadi. Kemudian, tulis rilis SEC, untuk
mengubur penyuapan itu Harsono memerintahkan pegawainya agar mengeluarkan tagihan
(invoice) atas nama KPMG.
Tagihan tersebut kemudian didesain tidak hanya untuk menutupi pembayaran uang suap
kepada petugas kantor pajak. Namun, sekaligus untuk fee atas imbal jasa KPMG-SSH bagi
PTEC.
Meskipun dibuat seolah-olah sebagai biaya atas jasa KPMG-SSH, tagihan ‘fiktif' itu
sebenarnya mewakili dana sogokan senilai AS$75 ribu yang akan diberikan pada pejabat
kantor pajak. Sementara sisanya adalah biaya jasa KAP dan utang pajak yang sesungguhnya.
6. Baker Hughes - KPMG
Meskipun dibuat seolah-olah sebagai biaya atas jasa KPMG-SSH, tagihan ‘fiktif' itu
sebenarnya mewakili dana sogokan senilai AS$75 ribu yang akan diberikan pada pejabat
kantor pajak. Sementara sisanya adalah biaya jasa KAP dan utang pajak yang sesungguhnya.
Setelah menerima tagihan tersebut, PTEC membayar KPMG-SSH sebesar AS$143 ribu dan
kemudian memasukan transaksi ke dalam buku perusahaan sebagai pembayaran atas jasa
profesional yang telah diberikan KPMG-SSH.
Hasil "kerja keras" KPMG-SSH serta Harsono baru terlihat beberapa minggu kemudian. Pada
23 Maret 1999, PTEC menerima hasil penghitungan pajak yang besarnya kurang lebih
AS$270 ribu dari pemerintah. Jumlah itu hampir AS$3 juta lebih kecil ketimbang
penghitungan yang sebenarnya. Jika tuduhan itu benar, maka selisih jumlah pajak yang
digelapkan adalah jumlah kerugian yang diderita negara.
6. Baker Hughes - KPMG
Dari dua undang-undang yang berbeda, ada tiga pasal yang dituduhkan telah dilanggar oleh
KPMG-SSH dan Harsono. Untuk FCPA, KPMG-SSH dan Harsono didakwa telah melanggar
Section 104A(a)(1), (2) dan (3). Sedangkan untuk Securities Exchange Act – UU Pasar Modal
AS -, Section 30A(a)(1), (2), (3) serta Section 13(b)(2)(B).
Terhadap pelanggaran pasal-pasal anti penyuapan yang diatur dalam FCPA, SEC ataupun
Depkeh dapat mengajukan gugatan dengan denda sampai dengan AS$10 ribu. Gugatan
tersebut tidak hanya dapat dialamatkan pada perusahaan yang melanggar, namun juga terhadap
para direktur, pejabat, karyawan, atau agen dari perusahaan yang bersangkutan. Bahkan, juga
mencakup para pemegang sahamnya.
Untuk kasus-kasus tertentu, denda yang dapat diajukan baik oleh SEC ataupun oleh pihak
kejaksaan dapat berkisar pada jumlah AS$5.000 hingga AS$100.000 terhadap orang tertentu,
dan AS$50.000 hingga AS$500.000 untuk yang lainnya.
6. Baker Hughes - KPMG
Upaya hukum yang diambil oleh KPMG-SSH dan Harsono sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan para tergugat lainnya di AS. Benar, memang ada tergugat lainnya di luar para pihak
yang ada di Indonesia, yang terkait baik dengan Baker Hughes ataupun dengan PTEC.
Dari rilis SEC diketahui bahwa di saat yang sama, SEC juga mengajukan gugatan terhadap
akuntan yang disewa oleh Baker Hughes, yaitu Mattson and Harris. Namun, Mattson dan
Harris hanya terkena pasal-pasal tentang laporan keuangan Securities Exchange Act, tidak
FCPA
Source : https://www.hukumonline.com/
Jumat, 21 September 2001
6. PT ASABRI - PwC
Kasus PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri mendengung
sejak 3 Februari 2017, ketika hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan keluar. Hitungan awal auditor
negara menaksir potensi kerugian investasi Asabri, yang mengalihkan investasinya dari deposito ke
penempatan saham langsung dan reksa dana sejak 2013, bisa mencapai Rp 16 triliun. Pernyataan
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md, Jumat, 10 Januari 2020, menguatkan
rumor tersebut. Mahfud mengaku telah mendapat informasi tentang masalah di tubuh Asabri. Dalam
audit BPK, Asabri kedapatan membeli saham bodong senilai Rp 802 miliar. Perseroan juga tercatat
membeli dua saham gorengan, yakni milik PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) senilai Rp 203,9
miliar dan PT Sugih Energy Tbk (SUGI) sebesar Rp 452 miliar. Ada juga pelepasan dua belas saham
non-blue chip senilai Rp 1,062 triliun, sebelumnya dibeli dengan harga Rp 987 miliar ke reksa dana
afiliasi yang diduga bertujuan mengerek keuntungan akhir tahun. Selain itu, BPK menyoroti pembelian
ribuan kaveling tanpa sertifikat senilai Rp732M
6. PT ASABRI - PwC
Pada 2017, penempatan dana Asabri di portofolio saham mencapai

Rp 5,34 triliun dan reksa dana Rp 3,35 triliun. Sisa investasi mereka di deposito, yang paling likuid
ketika dibutuhkan, tinggal Rp 2,02 triliun. Belum ada informasi terbaru tentang sebaran investasi
Asabri karena tidak ada publikasi laporan keuangan dari perusahaan sejak 2018. Pada 8 September
2015, Benny Tjokrosaputro, pemilik Hanson International, menyurati Direktur Utama Asabri saat itu,
Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Purnawirawan Adam Damiri, untuk menawarkan
kepemilikan 18 persen saham PT Harvest Time, yang dimiliki anak usaha Hanson yang lain, yaitu PT
Wiracipta Senasatria, senilai Rp 1,2 triliun.Masalah muncul karena Wiracipta tidak pernah memiliki 18
persen saham Harvest yang diklaim Benny. Wiracipta hanya mengempit 13 persen, itu pun telah dijual
ke PT BW Plantation. Manajemen Asabri mengaku baru mengetahuinya setelah ada pemeriksaan BPK.
Saat pemeriksaan, direksi Asabri mengaku pembelian saham tanpa melalui proses uji tuntas dan studi
kelayakan.
6. PT ASABRI - PwC
Setelah kena semprit BPK, Asabri di bawah direktur utama yang baru, Letnan Jenderal Purnawirawan
Sonny Widjaja, pada 3 Juni 2016, menyurati Wiracipta agar persekot sebesar Rp 802 miliar itu
dikembalikan. Asabri juga menambahkan kewajiban bunga berjalan sebesar 7 persen per tahun—jauh
di bawah bunga pinjaman bank komersial—terhitung sejak 14 Januari 2016 selama tiga tahun.
Ditambah bunga, kewajiban Wiracipta menjadi Rp 832 miliar. Benny menyanggupi, tapi mengajukan
skema pelunasan sendiri. Benny hanya mau mengembalikan tunai Rp 100 miliar. Sisanya dipenuhi
dalam bentuk aset kaveling siap bangun di Serpong Kencana yang dikembangkan Blessindo Terang
Jaya, juga anak usaha Hanson. Benny awalnya menawarkan 2.033 kaveling seluas 146.400 meter
persegi. Pada 23-29 Juni 2016, Wiracipta membayar Rp 100 miliar kepada Asabri. Perusahaan itu
masih menunggak Rp 732 miliar. Rapat direksi Asabri pada 13 Juli 2016 baru menyetujui usul Benny—
kendati Benny sudah menyetor uang muka pengembalian—tapi dengan sedikit modifikasi. Benny wajib
membeli kembali kaveling yang menjadi pengganti saham dan menjualnya, lalu hasil dan
keuntungannya diberikan kepada Asabri satu tahun kemudian.
6. PT ASABRI - PwC
Selanjutnya, pada tahun 2016, masih dengan auditor yang sama, laba Asabri tercatat sebesar
Rp 116 miliar dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan, pada tahun
2017 laba Asabri kemudian tercatat melonjak menjadi Rp 943 miliar, naik 7 kali lipat dari
tahun sebelumnya, dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Di periode ini PwC
juga yang bertindak sebagai auditornya. Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga
mengharapkan pihak-pihak yang berutang seperti Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro bisa
memenuhi tanggung jawab atas utang-utangnya, supaya juga bisa membantu Asabri dalam
pembenahan
6. PT ASABRI - PwC
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan
memberikan sanksi tegas pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terbukti melakukan audit
dan memberikan opini tidak sesuai dengan kode etik atau standar pemeriksaan pada laporan
keuangan PT Asabri (persero).Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto
mengatakan, Asabri biasanya diaudit oleh KAP yang terdaftar. Sanksi yang akan diberikan,
lanjutnya, disesuai dengan tingkat kesalahan KAP yang bersangkutan. “Bisa bersifat teguran
maupun pembebasan sementara dari praktik sebagai akuntan publik,” tutur Hadiyanto.
Berdasarkan laporan keuangan, di tahun 2014 laba Asabri tercatat mencapai Rp 245 miliar
dengan Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Saat itu KAP yang tercatat melakukan
audit adalah Heliantono & Rekan. Kemudian di tahun 2015, dengan auditor yang sama, laba
Asabri tercatat menjadi Rp 347 miliar dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Source : mahasiswa.yai.ac.id
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai