PROFIL PERUSAHAAN
Ligand berkantor di San Diego, California, Amerika Serikat. Sahamnya
terdaftar dan diperdagangkan pada Bursa Efek Nasdaq dengan koda
LGND. Walaupun masih dalam tahap pengembangan, peningkatan
ekspektasi terhadap prospek masa depan perusahaan telah
menyebabkan harga sahamnya melonjak dari mulai $4 per lembar di
awal tahun 2003 menjadi $24 per lembar pada awal tahun 2004.
Sistem pemasaran obat yang telah diproduksi menggunakan sistem
kanal distribusi. Kanal distribusi terdiri dari 3 grosir obat besar utama.
Grosir ini membeli produk Ligand kemudian memasarkannya ke
apotik/toko obat dan fasilitas kesehatan/rumah sakit lainnya di seluruh
Amerika Serikat dengan memperoleh pendapatan sebesar $48,1 milyar
pada tahun 2000.
PROFIL PERUSAHAAN
Sesuai dengan standar PCAOB, auditor dapat mengungkapkan sebuah
opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan emiten hanya
jika telah terbentuk pendapat semacam itu berdasarkan audit yang
dilakukan sesuai dengan standar PCAOB. Standar ini mengharuskan
agar auditor melakukan pekerjaan audit secara profesional, bersikap
skeptis profesional, dan berdasarkan bukti yang cukup kompeten untuk
mendapatkan dasar memadai mengenai opini laporan keuangan,
evaluasi kejadian selanjutnya, dan supervisi asisten. Laporan keuangan
Ligand pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa mereka mengakui
pendapatan pada saat pengiriman produk, setelah dikurangi kos yang
seharusnya dikeluarkan. Dalam pengakuan itu auditor Fazio
menemukan bahwa secara signifikan jumlah retur penjualan disajikan
terlalu rendah sehingga pendapatan Ligand meningkat drastis. Hal ini
disebabkan karena staf akuntan Ligand tidak memiliki kemampuan
untuk mengestimasi jumlah pengembalian produk untuk disajikan
sebagai retur penjualan. Hal itu diketahui oleh Fazio tetapi Fazio tidak
melakukan reviu malah justru menerbitkan opini WTP atas laporan
keuangan Ligand tahun 2003.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Ketidakmampuan mendeteksi risiko perikatan oleh James Fazio
menurut penulis adalah kegagalan mengelola risiko businesnya
sendiri. Risiko busines auditornya muncul dari keputusan dalam
merencanakan audit setelah menerima Ligand sebagai kliennya.
Tahapan dalam keputusan menerima atau menolak klien sebenarnya
sudah dilakukan oleh Fazio namun perencanaan auditnya kurang
matang. Salah dua dari beberapa tahapan perencanaan audit yang
kurang matang dimaksud adalah tidak maksimal dalam memperoleh
pemahaman tentang busines dan industri Ligand serta melaksanakan
prosedur analitis yang kurang lengkap.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Dalam memperoleh pemahaman tentang klien, seorang auditor
diharuskan untuk melakukan sejumlah prosedur dan harus waspada
terhadap prinsip dan kebijakan akuntansi khusus yang diterapkan oleh
klien. Hal yang paling penting untuk menjadi perhatian auditor adalah
menilai risiko busines klien yang ditujukan pada risiko salah saji yang
material yang dipengaruhi oleh risiko busins klien. Dalam kasus ini,
Fazio sebenarnya belum memiliki pengetahuan tentang pemahaman
stratejis busines Ligand terutama tentang obat-obatan. Akibat
ketidaktahuan ini, Fazio tidak dapat mereviu hasil estimasi perhitungan
jumlah pengembalian produk obat-obatan Ligand yang dikembalikan
dari grosirnya. Di sinilah sebenarnya risiko busines auditor yang
dihadapi Fazio sehingga menyebabkan dikeluarkannya opini WTP
kepada Ligand, padahal laporan keuangan tersebut mengandung salah
saji yang sangat material.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Untuk mengatasi salah satu masalah risiko busines akibat
ketidaktahuannya tersebut, sebenarnya Fazio bisa berkonsultasi dan
memanfaatkan tenaga ahli di bidang farmasi untuk menghitung
estimasi jumlah pengembalian obat dari grosirnya untuk keperluan
penyajian akun retur penjualan di neraca karena kondisi industri Ligand
di bidang farmasi terutama mengenai persediaan obat-obatan,
penanganannya sangat kompleks akibat banyak jenis dan merek obat
yang membutuhkan pengetahuan khusus di bidang farmasi. Menurut
penulis, dalam mempertimbangkan untuk menerima Ligand sebagai
klien, sebaiknya sebelum menerima perikatan di awal, Fazio harus
mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa konsultan dan
spesialis untuk membantu tim perikatan dalam melakukan audit.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Hal ini karena elemen pengendalian mutu mengenai konsultasi
menyatakan bahwa perusahaan seharusnya mengadopsi kebijakan dan
prosedur untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa personil
KAP akan mencari bantuan sampai sejauh yang diperlukan dari orang
yang memiliki tingkat pengetahuan, kompotensi, pertimbangan, dan
wewenang yang sesuai. Hal ini sebenarnya masuk akal karena seorang
auditor tidak diharapkan untuk memiliki keahlian dari seorang yang
terlatih untuk memenuhi kualifikasi di luar profesi atau pekerjaan lain
yang bukan bidangnya.
Dalam melaksanakan prosedur analitis, standar audit juga telah
mengharuskan auditor untuk melakukan evaluasi informasi keuangan
dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antardata yang diaudit.
Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam perencanaan audit
untuk meningkatkan pemahaman auditor tentang busines klien dan
adanya fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang mungkin
mengindikasikan akun yang memiliki risiko salah saji yang sangat
material.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Dalam kasus ini, Fazio sebenarnya sudah melakukan prosedur analitis,
namun analitis ini tidak sempurna. Hal ini karena menurut penulis ada
beberapa tahapan yang tidak dilakukan oleh Fazio ketika melakukan
prosedur ini yaitu Fazio tidak mengembangkan ekspektasinya dalam
mereviu hasil estimasi, dan Fazio tidak menyelidiki lebih lanjut
perbedaan signifikan yang tidak diharapkan terkait retur penjualan
Ligand. Alasannya adalah dalam mengembangkan ekspektasi itu
sebenarnya data untuk melakukan estimasi seperti data historis, data
internal, dan data ramalan tahun depan, telah diediakan sebagian besar
oleh Ligand.
Seperti diketahui dalam melakukan estimasi dalam kasus ini terdapat
perbedaan antara jumlah obat yang dikembalikan dengan jumlah retur
penjualan yang disajikan Ligand sehingga menyebabkan total retur
penjualan disajikan terlalu rendah di neraca. Ini sebenarnya bagian
yang penting dan perlu ditelusuri oleh Fazio, yaitu mengidentifikasi
fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi
yang memberikan signal adanya peningkatan risiko salah saji.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Fazio seharusnya waspada bahwa persentase perubahan yang kecil
sekali pun antara jumlah tahun lalu dengan jumlah tahun berjalan dari
akun retur penjualan terhadap suatu saldo yang besar dalam akun
penjualan dapat menghasilkan perubahan persentase yang lebih besar
dalam laba bersih. Ini juga merupakan kesalahan Fazio Tapi sayang,
Fazio justru tidak melakukan prosedur ini sehingga pada akhirnya
proses untuk menentukan kapan suatu perbedaan dianggap signifikan
melibatkan pertimbangan prosesional Fazio dan konsep materialitas
yang harus dia lakukan tidak dapat dipastikan dengan wajar.
KETIDAKMAMPUAN MENDETEKSI
RISIKO PERIKATAN AUDIT
Setiap kantor akuntan publik diwajibkan memiliki standar pengendalian
mutu. Standar pengendalian mutu bertujuan untuk memastikan bahwa
KAP memenuhi tanggungjawab profesionalnya kepada klien dan pihak
lain. Salah satu komponen pengendalian mutu adalah komponen
kinerja perikatan.
Dalam komponen tersebut KAP diwajibkan merencanakan,
meleksanakan, mensupervisi, mereviu, dan mengkomunikasikan hasil
audit, serta memastikan bahwa personil akan berkomunikasi dengan
profesional lain dan mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki
keahlian, pertimbangan, dan wewenang yang tepat, dalam waktu yang
tepat. Menurut penulis, komponen ini tidak dilakukan oleh Fazio
walaupun tidak ada kewajiban untuk melaksanakannya tetapi
mengingat kemampuan Fazio selaku auditot yang terbatas, maka perlu
dipertimbangan juga.