Anda di halaman 1dari 7

Nama : Tiara Shasabillah Geofanny

Nim : 19043141

Tugas : Resume Pengauditan 1 “Perencanaan Audit & Prosedur Analitis”

1. PERENCANAAN

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan


dengan tepat: untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat dan
mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit tetap
wajar, dan untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien. Jika kantor akuntan
publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan mempertahankan reputasi yang
baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat yang mencukupi harus diperoleh. Agar
tetap kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga kewajaran biayanya.
Mengindari kesalahpahaman dengan klien sangat diperlukan untuk membina
hubungan baik dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan
biaya yang wajar. Andaikan auditor telah menginformasikan kliennya bahwa audit
akan selesai sebelum tanggal 30 Juni tetapi juga belum selesai hingga bulan Agustus
karena penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal dengan kantor
akuntan ini dan bahkan dapat mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak. Dua
istilah risiko: risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan risiko
inheren (inherent risk). Kedua jenis risiko ini sangat mempengaruhi pelaksanaan dan
biaya audi. Kebanyakan perencanaan awal audit berkaitan dengan perolehan
informasi untuk membantu auditor menilai risiko tersebut.

Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran seberapa
besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji secara
material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan.

Risiko inheren adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan
pengendalian internal.

2. MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AWAL AUDIT

Perencanaan audit awal (initial audit planning) melibatkan empat hal, yang
semuanya harus dilakukan lebih dulu dalam audit.

1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien
yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang
berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting. Auditor ingin
membuat keputusan ini lebih awal, sebelum mengeluarkan biaya yang cukup besar
yang tidak bisa ditutup kembali.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.

3. Untuk menghindari kesalahpahaman, audiot harus memahami syarat-syarat


penugasan yang ditetapkan klien.

4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf


penugasan dan setiap spesialis audit yang diperlukan.

Menerima dan Mepertahankan Klien Walaupun memperoleh dan mempertahankan


klien bukan hal yang mudah dalam hal profesi yang kompetitif seperti akuntansi
publik, kantor akuntan publik (KAP) harus berhati-hati dalam memutuskan klien
mana yang dapat diterima.

Investigasi atas Klien Baru Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor
akuntan publik akan menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan
akseptabilitasnya.

Klien yang Berlanjut Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi
klien-klien yang ada saat ini gun menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan
audit.

Mengidentifikasi Alasan Klien untuk Penugasan Audit Dua faktor utama yang
mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima adalah pemakai laporan keuangan
yang mungkin dan maksudnya menggunakan laporan tersebut.

Memahami Klien Pemahaman yang jernih tentang syarat-syarat penugasan harus


dimiliki oleh klien dan kantor akuntan publik. Standar auditing mensyaratkan bahwa
auditor harus mendokumentasikan pemahamannya dengan klien dalam surat
penugasan (engagement letter), termasuk tujuan penugasan, tanggung jawab auditor
dan manajemen, indentifikasi kerangka kerja laporan audit yang diharapkan, serta
batasan-batasan penugasan.

Mengembangkan Strategi Audit secara Keseluruhan Setelah memahami alasan


klien untuk melakukan audit, auditor harus mengembangkan dan mendokumentasikan
strategi audit pendahuluan, yang menetapkan lingkup, penetapan waktu, dan arah
audit serta memandu pengembangan rencana audit.

Memilih Staf untuk Melakukan Penugasan Auditor harus menempatkan staf yang
tepat pada penugasan agar sesuai dengan standar auditing dan untuk meningkatkan
efesiensi audit. Salah satu prinsip dasar dalam standar auditing adalah bahwa: Auditor
bertanggung jawab ntuk memiliki kompotensi dan kemampuan yang memadai
demi melaksanakan audit.

Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar Jika audit membutuhkan


pengetahuan khusus, mungkin kantor akuntan perlu berkonsultasi dengan spesialis.
Standar auditing menetapkan persyaratan untuk memilih spesialis dan mereview
pekerjaannya.

3. MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN

Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan
tentang operasi perusahaan sangat penting bagi auditor untuk melaksanakan audit
yang memadai. Prinsip-prinsip dasar lain dalam standar auditing menyatakan:
Auditor mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, apakah
karena kecurangan atau kesalahan, berdasarkan pemahaman tentang entitas
dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.

Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risko bisnis klien serta risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Dalam tahun terakhir ini, beberapa faktor
telah meningkatkan arti penting dari pemahaman atas bisnis dan industri klien:

 Penurunan yang signifikan pada kondisi ekonomi baru-baru ini di seluruh dunia
mungkin akan meningkatkan secara signifikan risiko bisnis klien. Auditor harus
memahami sifat bisnis klien untuk mengetahui dampak dari kemerosotan ekonomi
yang parah terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk terus going
concern.

 Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan


pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan.

 Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joint
venture atau aliansi strategis.

 Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu


dan ketetapan waktu informasi akuntansi.

 Semakin pentingnya modal manusia dan aset tidak berwujud lainnya telah
meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.

 Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrument keuangan yang
kompleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas dengan
jaminan hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan
akuntansi yang rumit, dan sering kali melibatkan pihak tak-dikenal yang dapat
menimbulkan risiko keuangan yang tidak diharapkan oleh klien.

4. MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN

Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman


strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien (client business
risk), yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam menapai tujuannya. Risiko bisnis
klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya,
seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal
melaksanakan strateginya sebaik pesaing.

Perhatian utama auditor tertuju pada risiko salah saji yang material dalam
laporan keungan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Sebagai contoh perusahaan
sering kali melakukan akuisisi atau merger strategis yang bergantung pada
keberhasilan penggabungan operasi antara dua atau lebih perusahaan. Jika sinergi
yang direncanakan tidak berkembang, nilai aset tetap dan goodwill yang dicatat dalam
akuisisi dapat menurun, yang akan mempengaruhi kewajaran penyajian laporan
keuangan.

Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang


digeluti klien dan faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses, dan
faktor internal lainnya. Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen
yang dapat mengurangi risiko bisnis, seperti praktik penilaian risiko yang efektif dan
tata kelola perusahaan.

5. MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS AWAL

Auditor melaksankan prosedur analitis pendahuluan untuk memahami dengan


lebih baik bisnis klien dan untuk menilai risiko bisnis klien. Salah satu prosedur
tersebut membandingkan rasio klien dengan benchmark industri atau pesaing untuk
mengindikasikan kinerja perusahaan. Pengujian pendahuluan seperti itu dapat
mengungkapkan perubahan yang tidak biasa dalm rasio yang dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, atau dengan rata-rata industri, sehingga membantu auditor
mengidentifikasi area yang mengalami kenaikan risiko salah saji yang membutuhkan
perhatian yang lebih lanjut selama audit.

Dalam mengidentifikasi area-area risiko yang spesifik, auditor cenderung


berfokus pada rasiorasio likuiditas. Perputaran persediaan telah membaik tetapi masih
lebih rendah ketimbang ratarata industri. Perputaran piutang usaha sedikit menurun
lebih rendah ketimbang rata-rata industri. Ketertagihan piutang usaha dan keusangan
persediaan cenderung dinilai sebagai risiko inheren yang tinggi sehingga
membutuhkan perhatian yang lebih seksama dalam audit tahun berjalan. Area ini juga
cenderung mendapat perhatian tambahan selama audit tahun sebelumnya.

6. KESIMPULAN DARI BAGIAN-BAGIAN PERENCANAAN AUDIT

Tujuan utama dari perencanaan audit adalah memahami bisnis dan industri
klien yang akan digunakan untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, risiko
bisnis klien, dan risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.

 Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal.

 Memahami bisnis dan industri klien.


 Menilai risiko bisnis klien.

 Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.

 Menetapkan meterialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta
risiko intern.

 Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.

 Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan.

 Mengembangkan rencana audit dan program audit secara keseluruhan.

7. PROSEDUR ANALITIS

Prosedur analitis adalah salah satu dari delapan jenis bukti audit yang
dijelaskan dalam Bab 7. Karena meningkatnya penekanan pada prosedur analitis
dalam praktik profesional, bagian ini akan melewati prosedur analitis pendahuluan
yang dibahas sebelumnya dalam bab ini dalam rngka membahas penggunaan prosedur
analitis selama audit.

Prosedur analitis didefenisikan olwh standar auditing sebagai evaluasi atas


informasi keuangan yang dilakukanndengan menganalisis hubungan yang masuk akal
antara data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur analitis menggunakan perbandingan
dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain terlihat nilai wajar
berkaitan dengan ekspektasi auditor. Ketika melaksanakan prosedur analitis,
investigasi auditor atas fluktuasi yang tidak biasa yang dipicu oleh hubungan antara
data keuangan dan nonkeuangan yang berbeda dengan ekspektasi yang dikembangkan
auditor.

Agar prosedur analitis ini menjadi relevan dan dapat diandalkan, auditor
cenderung menyimpulkan bahwa penjualan yang tercatat telah dinyatakan dengan
benar, semua penjualan mendapatkan komisi, dan rata-rata tingkat komisi actual dapat
ditentukan. Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu
selama penugasan:

1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu


menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit. Ini membantu
auditor mengidentifikasi hal-hal yang signifikan yang nantinya memerlukan
perhatian khusus dalam penugasan.

2. Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit


sebagai pengujian substantif untuk mendukung saldo akun. Pengujian ini
sering kali dilakukan dalam hubungannya dengan prosedur audit lainnya.

3. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit.


Pengujian semacam itu berfungsi sebagai review akhir atas salah saji yang
material atau masalah keuangan, dan membantu auditor mengambil
“pandangan objektif” akhir pada laporan keuangan yang telah di audit.

8. JENIS-JENIS PROSEDUR ANALITIS

Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada auditor
yang mengembangkan ekspektasi tentang berapa saldo akun atau rasio yang harus
dicatat, tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan.

Auditor mengembangkan ekspektasi menyangkut saldo akun atau rasio dengan


mempertimbangkan informasi dari periode sebelumnya, tren industri, ekspektasi
anggaran yang disiapkan klien, dan informasi nonkeuangan. Dalam setiap kasus,
auditor membandingkan data klien dengan:

1. Data industri.

2. Data periode sebelumnya yang serupa.

3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.

4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.

5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan.

9. RASIO-RASIO KEUANGAN YANG UMUM

Prosedur analitis auditor sering kali meliputi penggunaan rasio keuangan yang umum
selama tahap perencanaan dan review akhir atas laporan keuangan yang telah di audit. Hal ini
berguna untuk memahami peristiwa terkini dan status keuangan perusahaan serta untuk
menelaah laporan itu dari perspektif pemakai. Analisi keuangan yang umum dapat
mengidentifikasi secara efektif bidang permasalahan yang mungkin, di mana auditor dapat
melakukan analisis tambahan dan pengujian audit, serta bidang permasalahan yang dihadapi
perusahaan di mana auditor dpat memberikan bantuan lainnya.

Kemampuan Membayar-Utang Jangka Pendek Perusahaan membutuhkan tingkat


likuiditas yang wajar untuk membayar utangnya ketika jatuh tempo, dan ketiga rasio tersebut
mengukur likuiditas. Jadi dengan menelaah ketiga rasio itu akan terlihat bahwa rasio kas
mungkin berguna untuk mengevaluasi kemampuan membayar utang dengan segera,
sedangkan rasio lancar (current ratio) memerlukan konversi aset seperti persediaan dan
piutang usaha menjadi kas sebelum utang dapat dibayar. Perbedaan yang paling penting
antara rasio cepat (quick ratio) dan rasip lancar adalah pencantuman persediaan dalam aset
lancar untuk rasio lancar.

Rasio Aktivitas Likuiditas Jika sebuah perusahaan tidak memiliki kas dan item yang mirip
dengan kas yang mencukupi untuk memenuhi kewajibannya, kunci bagi kemampuan
membayar utangnya adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengkonversi aktiva
lancar yang kurang likuid yang menjadi kas. Hal ini diukur dengan rasio aktivitas likuiditas.
Rasio aktivitas untuk piutang usaha dan persediaan terutama berguna bagi auditor, yang
sering kali menggunakan tren dalam rasio perputaran piutang usaha untuk menilai kelayakan
penyisihan piutang tak tertagih. Auditor menggunakan tren dalam rasio perputaran persediaan
untuk mengidentifikasi keusangan persediaan yang potensial.

Kemampuan untuk Memenuhi Kewajiban Utang Jangka-Panjang Solvensi jangka


panjang perusahaan bergantung pada keberhasilan operasi dan kemampuannya untuk
memperoleh modal guna perluasan, serta kemampuannya untuk melakukan pembayaran
pokok dan bunga. Kedua rasio ini merupakan ukuran kunci yang digunakan oleh para
kreditor dan investor untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang-utangnya.
Rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam membiayai
aktivitas perusahaan. Jika rasio utang terhadap ekuitas terlalu tinggi, ini dapat menunjukkan
bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh kapasitasnya untuk meminjam dan tidak
memiliki jaminan atas utang tambahan.

Rasio Profitabilitas Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas demi membayar


kewajiban, perluasan, dan dividen sangat bergantung pada profotabilitas. Rasio profitabilitas
yang paling umum digunakan adalah laba per saham. Auditor menghitung rasio tambahan
untuk memberikan pandangan lebih jauh tentang operasi perusahaan. Persentase laba kotor
memperlihatkan bagian penjualan yang tersedia untuk menutupi semua beban dan laba stelah
dikurangi biaya produk. Auditor menyadari rasio ini terutama berguna untuk menilai salah
saji penjualan, harga pokok penjualan, piutang usaha, dan persediaan. Marjin laba serupa
dengan marjin laba kotor tetapi stelah dikurangi dengan harga pokok penjualan dan beban
operasi. Rasio ini memungkinkan auditor untuk menilai kemungkinan salah saji beban
operasi dan akun neraca yang terkait. Pengembalian atas riset dan pengembalian atas ekuitas
saham biasa adalah ukuran pofitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Rasio-rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba rugi setiap dolar aset dan
ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai