Anda di halaman 1dari 8

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Tbk mengaku bakal memidanakan kantor akuntan

publik yang mengaudit laporan keuangan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance),
salah satunya Deloitte Indonesia. Kantor akuntan publik tersebut dinilai tak mengaudit laporan
tersebut dengan sebenarnya.

"Kami akan gugat (secara) pidana kantor akuntan publiknya, karena di data (keuangan) mereka
sebelumnya tak ada tanda-tanda mengalami kesulitan," ujar Sekretaris Perusahaan Rohan
Hafas kepada CNNIndonesia.com, Selasa (25/9).

Hal tersebut, menurut dia, ditemukan setelah pihaknya mengkaji ulang laporan keuangan SNP
Finance melalui kantor akuntan publik lainnya. "Kami menunggu (hasil review) IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia). Setelah itu kami ajukan (gugatan secara pidana) " terang dia.

Rohan menyebut SNP Finance sebenarnya sudah menjadi nasabah Bank Mandiri selama 20
tahun. Namun, itikad buruk baru ditujukan perusahaan pembiayaan tersebut beberapa bulan
terakhir. Saat ini, pinjaman macet perseroan ke anak perusahaan Columbia Group tersebut
mencapai Rp1,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya telah menjatuhkan sanksi administratif kepada kantor
akuntan publik yang diketahui melakukan pelanggaran dalam prosedur audit atas laporan
keuangan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance tahun buku 2012 hingga 2016.
Sanksi administrasi diberikan setelah memperoleh pengaduan dari OJK.

Kantor akuntan publik tersebut, yakni Akuntan Publik Marlinna, Akuntan Publik Merliyana
Syamsul, dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio Bing, Eny & Rekan (Deloitte Indonesia).

Sebelumnya, Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Kombes Daniel
Tahi Monang Silitong mengungkapkan dugaan transaksi 'nakal' SNP Finance, anak usaha
jaringan ritel elektronik Columbia, terhadap 14 bank.

Perusahaan mengajukan fasilitas kredit modal kerja kepada sejumlah bank untuk memodali
kegiatan usahanya. Namun, status kreditnya macet. Berdasarkan hasil penyelidikan, perusahaan
diduga memalsukan dokumen, penggelapan, penipuan.

"Modusnya dengan menambahkan, menggandakan, dan menggunakan daftar piutang (fiktif),


berupa data list yang ada di PT CMP," jelas Daniel.

Pada 14 Mei 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah dijatuhi sanksi Pembekuan
Kegiatan Usaha (PKU). Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot menyebut jika perusahaan tidak
dapat memenuhi ketentuan hingga berakhirnya jangka waktu PKU, maka sesuai dengan
ketentuan POJK 29, izin usahanya akan dicabut.

CNNIndonesia.com sudah berusaha untuk menghubungi Deloitte Indonesia melalui nomor yang
tertera di alamat website mereka untuk meminta konfirmasi soal rencana Bank Mandiri tersebut.
Tapi sampai berita diturunkan, belum ada jawaban dari mereka. (agi/asa)
Sebelum Dibekukan, Pefindo 'Teropong' SNP
Finance Stabil

Jakarta, CNN Indonesia -- Dua bulan sebelum dibekukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) mendapatkan peringkat single A (idA) dengan
prospek stabil dari Pefindo. Peringkat ini menandakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan
membayar utangnya.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Pefindo mendapuk SNP Finance dengan peringkat idA
dengan prospek stabil sejak Desember 2015. Peringkat itu dikukuhkan terakhir kali pada Maret
2018.

Namun, pada Mei 2018, Pefindo menarik peringkat tersebut, termasuk surat utang yang
diterbitkan SNP Finance dalam bentuk Medium Term Notes (MTN) periode 2017-2018.

"Penarikan peringkat itu didasarkan rilis OJK pada tanggal 18 Mei 2018 terkait PKU SNP
Finance," ujar Analis Pefindo Handhayu Kusumowinahyu, dalam siaran pers 25 Mei 2018.

Menurut perjanjian pemeringkatan, Pefindo berhak menarik peringkat yang diberikan jika
perusahaan terkait menyampaikan data yang tidak benar dalam proses pemeringkatan.

Pefindo mengklaim sudah berupaya meminta perkembangan informasi terbaru kepada


perusahaan, seperti laporan keuangan audit per 31 Desember 2017, interim 31 Maret 2018, dan
kesiapan pembayaran atas kupon dan pokok MTN yang akan jatuh tempo.

"Namun, sampai saat ini (25 Mei 2018), perusahaan belum memberikan jawaban yang
dibutuhkan," tulis rilis Pefindo tersebut.

Pada 14 Mei 2018, SNP Finance dijatuhi sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU) karena
kegiatan usahanya disinyalir menggunakan informasi yang tidak benar dan merugikan
kepentingan debitur, kreditur, pemangku kepentingan, termasuk OJK.

Sumber CNNIndonesia.com menyebut bahwa perusahaan menarik kredit dari 14 bank sebagai
sumber pendanaan aktivitas usahanya sebesar Rp4,6 triliun, dengan jaminan piutang kredit
jaringan ritel Columbia (induk usahanya).

"Kredit itu macet. Tidak cuma itu, surat utang berbentuk Medium Term Notes (MTN) pun gagal
dibayarkan," ujarnya, Selasa (25/9).

Total tagihan SNP Finance mencapai Rp2,4 triliun dari sejumlah kreditur, antara lain Bank
Mandiri Rp1,4 triliun, Bank Woori Bersaudara Rp16 miliar, Bank Sinarmas Rp9 miliar, Bank J-
Trust Rp55 miliar, dan BJB Rp25 miliar.

Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot menambahkan jika perusahaan tidak dapat memenuhi
ketentuan hingga berakhirnya jangka waktu PKU, maka sesuai dengan ketentuan POJK 29, izin
usahanya akan dicabut.
Kasus SNP Finance, Kemenkeu Jatuhkan Sanksi ke Deloitte
Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta - Terkait dengan kasus pembobolan 14 bank oleh PT Sunprima
Nusantara Pembiayaan atau SNP Finance, Kementerian Keuangan telah menjatuhkan
sanksi kepada tiga akuntan publik terkait. Sanksi itu diberikan setelah ada pengaduan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai pelanggaran prosedur audit oleh kantor akuntan
publik itu.

"Sudah kami jatuhkan sejak Agustus lalu," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan
Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti kepada Tempo, Jumat, 28
September 2018. Tiga akuntan publik yang diberi sanksi itu adalah Akuntan
Publik Marlinna, Akuntan Publik Merliyana Syamsul, dan Kantor Akuntan Publik Satrio
Bing Eny dan Rekan. KAP Satrio Bing Eny atau KAP SBE merupakan salah satu entitas
Deloitte Indonesia.

Seperti diketahui, SNP Finance merupakan anak usaha Grup Columbia, yang selama ini
dikenal bergerak di bidang pembiayaan untuk pembelian alat-alat rumah tangga. Pada
Senin lalu, Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI menindaklanjuti laporan
PT Bank Panin Tbk atas dugaan jaminan piutang fiktif SNP dan menetapkan lima pimpinan
SNP sebagai tersangka. Laporan keuangan hasil audit dari akuntan pubik itu yang
kemudian dijadikan dasar bagi SNP untuk meraup kredit dari bank lain.

Menurut data Bareskrim Polri, yang diperoleh dari dokumen pencairan kredit yang pernah
diterima SNP, total penggelapan mencapai Rp 14 triliun. Namun OJK menyebutkan kredit
yang disalurkan perbankan kepada SNP Finance tidak mencapai Rp 14 triliun. Sebanyak 14
bank yang terlibat dalam kasus ini hanya menyalurkan pendanaan sekitar Rp 2,2 triliun.

Lebih jauh, Nufransa berujar kementeriannya memberikan sanksi administratif


kepada Akuntan Publik Marlinna dan Akuntan Publik Merliyan

Syamsul berupa pembatasan pemberian jasa audit terhadap entitas jasa keuangan, semisal
jasa pembiayaan dan jasa asuransi, selama 12 bulan, yang mulai berlaku pada 16 September
2018 hingga 15 September 2019.

Adapun KAP SBE dan Rekan dikenakan sanksi berupa rekomendasi untuk membuat
kebijakan dan prosedur dalam sistem pengendalian mutu KAP terkait dengan ancaman
kedekatan anggota tim perikatan senior. "KAP juga diwajibkan mengimplementasikan
kebijakan dan prosedur dimaksud dan melaporkan pelaksanaannya paling lambat 2 Februari
2019," ujar Nufransa.
Berdasarkan keterangan resmi di situs www.pppk.kemenkeu.go.id,
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Kementerian Keuangan telah melakukan
analisis pokok permasalahan. Lembaga itu kemudian menyimpulkan bahwa terdapat
indikasi pelanggaran terhadap standar profesi dalam audit yang dilakukan para akuntan
publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance selama tahun
buku 2012-2016.

Untuk memastikan hal tersebut, PPPK memeriksa KAP dan dua akuntan publik yang
dimaksud. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa akuntan publik Marlinna dan
Merliyana Syamsul belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit-Standar Profesional
Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance.

Hal-hal yang belum sepenuhnya terpenuhi antara lain pemahaman pengendalian sistem
informasi terkait dengan data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan serta
pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas akun Piutang Pembiayaan Konsumen.
Selain itu, dalam meyakini kewajaran asersi keterjadian dan asersi pisah batas akun
Pendapatan Pembiayaan, pelaksanaan prosedur yang memadai terkait dengan proses deteksi
risiko kecurangan, serta respons atas risiko kecurangan, serta skeptisisme profesional dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit.

Selain hal tersebut, sistem pengendalian mutu yang dimiliki KAP mengandung kelemahan
karena belum dapat melakukan pencegahan yang tepat atas ancaman kedekatan berupa
keterkaitan yang cukup lama di antara personel senior, yakni manajer tim audit dalam
perikatan audit pada klien yang sama untuk suatu periode yang cukup lama. Kementerian
Keuangan menilai hal tersebut berdampak pada berkurangnya skeptisisme profesional.

Ketika dikonfirmasi, Clients and Market Leader Deloitte Indonesia Steve Aditya
mengatakan perusahaannya tengah melakukan konsolidasi internal. "Karena soal tindak
pidana yang disebutkan punya implikasi legal yang perlu disikapi lebih hati-hati," ujarnya.
Ada Apa dengan Deloitte dan SNP Finance? Ini
Penjelasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Akuntan Publik (KAP) di bawah entitas Deloitte -
Indonesia disebut-sebut terkait dengan kasus gagal bayar Medium Term Notes (MTN) yang
diterbitkan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).

Marketing & Communications Lead of Deloitte - Indonesia, Steve Aditya mengungkapkan


Satrio Bing Eny & Rekan (SBE), KAP yang merupakan salah satu entitas Deloitte -
Indonesia memang melakukan general audit atas laporan keuangan SNP Finance. Namun,
laporan auditor independen atas Laporan keuangan SNP terakhir yang dikeluarkan adalah
untuk tahun buku 2016.

"Sebelumnya perlu kami informasikan bahwa Deloitte - Indonesia diwakili oleh lima entitas,
satu diantaranya adalah Kantor Akuntan Publik SBE. Jadi, yang melakukan general audit
terhadap laporan keuangan SNP adalah SBE," ujarnya saat bertemu CNBC Indonesia, seperti
dikutip Kamis (2/8/2018).

Steve menuturkan, SBE terakhir kali menerbitkan laporan auditor Independen atas laporan
keuangan SNP untuk tahun buku 2016. Audit tersebut tidak terkait dengan keperluan
penerbitan MTN yang dilakukan SNP pada 2017 dan 2018. SBE juga tidak pernah dimintai
persetujuan maupun diberitahu oleh SNP jika laporan audit atas laporan keuangan SNP
digunakan sebagai rujukan dalam penerbitan Medium Term Notes (MTN).

"SNP mencantumkan laporan keuangan yang telah diaudit pada offering circular mereka
tanpa memberitahu kami. Padahal, sesuai surat perikatan audit, jika mereka ingin
mencantumkan nama kami dalam dokumen apa pun, harus memberitahu kami," jelasnya.

Steve juga menegaskan, audit dilakukan SBE atas laporan keuangan SNP sudah berdasarkan
standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

"Kami juga memiliki standar pengendalian mutu yang ketat. Sebelum laporan auditor
independen diterbitkan harus melalui penelaahan pengendalian mutu internal yang ketat yang
dilakukan oleh rekan/partner dan manajer yang tidak terlibat dalam perikatan audit,"
paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Steve juga menegaskan sebagai KAP, tugas dan tanggung jawab
SBE sebatas pada mengaudit laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, apakah sudah
disajikan sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.

"Sementara penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen perusahaan, dalam hal ini SNP," imbuhnya.

Steve menambahkan, untuk laporan keuangan SNP tahun 2017, SBE masih dalam tahap awal
proses audit dan belum mengeluarkan laporan auditor independen. Semenjak izin SNP
dibekukan, SBE sulit berkomunikasi dengan manajemen SNP sehingga tidak dapat
melanjutkan proses audit.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengaku telah mengantongi sanksi


terhadap KAP yang selama ini mengaudit laporan keuangan SNP Finance.

Kepala Pusat Pembinaan Profesi Kementerian Keuangan Langgeng Subur mengemukakan,


pemerintah saat ini hanya tinggal menunggu tanda tangan Sekretaris Jenderal perihal sanksi
yang dikenakan bagi Deloitte.

"Kami sudah berikan kepada pak Sekjen, dan tinggal di tanda tangan," kata Langgeng, Senin
(30/7/2018).

Meski demikian, Langgeng enggan membeberkan secara rinci sanksi apa yang bakal
dikenakan kepada KAP yang bertanggung jawab tersebut. Menurutnya, keputusan pemberian
sanksi akan diberikan dalam beberapa hari ke depan.

"Mungkin 5 hari dari sekarang. Jangan mendahului, tidak boleh," ungkapnya.

Dalam pemeriksaan yang sudah dilakukan, bendahara negara mengakui adanya indikasi
kelalaian yang dilakukan KAP dalam mengaudit laporan keuangan anak usaha Grup
Columbia tersebut.

Namun di akhir pemeriksaan, ada beberapa temuan yang disoroti, antara lain scepticisme
yang dianggap perlu dimiliki auditor, serta pemahaman terhadap sistem pencatatan yang
digunakan perusahaan.

Adapun yang kedua, pengujian yang dilakukan KAP terhadap SNP Finance tidak sampai
pada dokumen dasar.

"Karena AP [akuntan publik] sudah lama memegang PT SNP sebagai clientnya, maka ada
hal-hal yang langkah audit harus diperdalam, menjadi tidak dilakukan," kata Langgeng.

Bagi KAP yang terbukti melakukan pelanggaran. Sanksi yang akan dikenakan pun terbagi
dengan berbagai jenis. Seperti rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu,
peringatan tertulis, sampai dengan pembatasan pemberian jasa kepada suatu entitas.
Deloitte: Audit SNP Finance sesuai aturan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) memastikan akan


mengenakan sanksi ke Deloitt atas laporan keuangan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan
(SNP Finance).

Langgeng Subur Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kemkeu bilang, sanksi Deloitte
masih digodok untuk dinaikkan ke pimpinan. "Nota dinas akan dinaikkan besok," kata
Langgeng dalam keterangan tertulis, Senin (30/7).

Hanya Langgeng belum merinci sanksi itu. Yang pasti, ada dua temuan
Kemkeu. Pertama, terkait skeptisme yang perlu dimiliki auditor serta pemahaman
terhadap sistem pencatatan yang digunakan SNP Finance. Kedua, pengujian yang
dilakukan Deloitte tak sampai dokumen dasar.

Bing Harianto Deputy Managing Partner Satrio Bing Eny & Rekan, member of Deloitte
Touche Tohmatsu Limited mengatakan, sudah memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan
itu. "Kami juga minta audiensi dengan Kemkeu," kata Bing saat berkunjung ke kantor
KONTAN, Senin (30/7).

Audiensi dilakukan, pertama, atas skeptisme auditor, Deloitte mengaku punya prosedur audit
pengendalian mutu auditor yang sesuai standar nasional dan internasional. Audit manager di
perusahaan lima tahun dan maksimal tujuh tahun. Ini demi meningkatkan mutu dan
mencegah hal tak diinginkan.

Kedua, audit dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. "Kami tak melanggar
aturan," kata Bing. Audit keuangan SNP dilakukan untuk laporan keuangan 2016,
jauh sebelum medium term notes (MTN) terbit.

SNP menggunakan laporan keuangan audit itu untuk penerbitan MTN, tanpa izin
Deloitte, meski itu tidak melanggar aturan.

Kemenkeu Soal SNP Finance: Dari Akuntan Ada Kelalaian!


Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan saat ini masih melakukan pemeriksaan
terhadap kantor akuntan publik (KAP), Deloitte yang selama ini mengaudit laporan keuangan
PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).

Adapun proses penyelidikan, sudah berlangsung sejak akhir bulan Ramadan, dan ditargetkan
selesai pada pertengahan Juli 2018. Lantas, apa saja fakta yang ditemukan bendahara negara
dari pemeriksaan yang sudah dilakukan?

Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kemenkeu Langgeng Subur mengakui adanya
indikasi kelalaian yang dilakukan KAP dalam mengaudit laporan keuangan anak usaha Grup
Columbia tersebut. Hal ini, masih terus didalami.

"Auditor ada kemungkinan jadi lengah/lalai/menganggap enteng persoalan. Kami masih


menduga kesana," kata Langgeng saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Kamis
(5/7/2018).

Langgeng menjelaskan, bendahara negara saat ini tengah mendalami laporan opini KAP
terhadap SNP Finance yang bukan ditandatangani oleh akuntan publik (AP), melainkan oleh
manager KAP sejak SNP menjadi klien Deloitte.

"Ini sudah terjadi sejak lebih dari 5 tahun ke belakang. Jadi tetap atas nama KAP, tetapi
manager dari team auditornya dia-dia saja," katanya.

Dalam peraturan perundang-undangan, kerjasama KAP dan suatu institusi tertentu tidak
mengenal batasan waktu masa kerja. Namun bagi AP, hanya dibatasi selama 5 tahun masa
kerja, sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

Namun, Langgeng tak memungkiri, dalam payung hukum tidak diatur secara rinci batasan
tim atau manager untuk mengaudit seorang klien. Ada beberapa alasan yang mendasari hal
itu.

"Karena belum tentu mereka sebagai akuntan publik. Bisa jadi mereka hanya sebagai
akuntan, belum sebagai akuntan publik. Sementara PMK dan aturan lainnya baru mengatur
akuntan publik," kata Langgeng.

Anda mungkin juga menyukai