Anda di halaman 1dari 2

OJK: Kasus SNP Finance Coreng Wajah Perbankan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan dalam kasus kredit macet SNP
Finance sebesar Rp 4,07 triliun perbankan menjadi korban. SNP Finance punya tunggakan kredit macet
pada 14 Bank.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III, Slamet Edy Purnomo mengatakan kredit yang diberikan Bank
Mandiri merupakan joint financing. Dalam hal ini bank menyalurkan kredit pada lembaga dan SNP
Finance yang meneruskannya kepada pengguna.

Untuk mendapatkan kredit ini, Ditunjuk auditor publik untuk memeriksa laporan keuangan. Deloitte yang
jadi auditor menyatakan kondisi keuangan SNP Finance.

Hasil audit Deloitte dipercaya oleh perbankan karena akuntan publik ini merupakan auditor internasional
dengan standar yang tinggi.

"Tetapi kemudian auditnya tidak menunjukkan yang sebenarnya. Sudah ada dokter di sana masa
diperiksa dokter lain," jelas Slamet di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Slamet mengatakan kasus SNP Finance bisa mencoreng reputasi perbankan. Padahal selama ini
perbankan sudah sangat prudent. "Bank yang terkena masalah SNP Finance sebenarnya bank yang
bagus. Bank Mandiri, BCA dan Bank Panin merupakan bank yang punya manajemen risiko bagus," jelas
Slamet.

Slamet mengatakan untuk auditor, OJK sudah meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjatuhkan
sanksi karena hasil audit yang tidak akurat.

"KAP melakukan verifikasi angka dan neraca sementara perbankan melakukan (pendekatan) risk based,"
tambah Slamet.

Kegagalan manajemen resiko reputasi dapat menimbulkan penarikan besar-besaran dana pihak ketiga,
menimbulkan masalah likuiditas, ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami
kebangkrutan.

Oleh karena itu, tujuan utama manajemen resiko reputasi adalah untuk mengantisipasi dan
meminimalkan dampak kerugian dari resiko reputasi bank syariah. Resiko reputasi dalam bisnis dapat
bersumber dari berbagai aktivitas bisnis bank syariah (Rianto, 2013: 245).

Apabila manajemen dalam pandangan stakeholder dinilai baik maka resiko reputasi menjadi rendah,
demikian juga bila perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang kuat maka resiko reputasi rendah.
Dalam hal pelayanan, bila pelayanan kurang baik maka resiko reputasi menjadi tinggi.
Dalam penerapan prinsip - prinsip syariah haruslah dilaksanakan secara konsisten agar tidak
menimbulkan penilaian negatif terhadap penerapan sistem syariah tersebut yang dapat mengakibatkan
timbulnya publikasi negatif sehingga akan menaikkan tingkat resiko reputasi (Karim, 2013: 275).

Anda mungkin juga menyukai