Anda di halaman 1dari 3

SPECIFIC MARKET RISK

Studi Kasus: Perusahaan Rokok

Dampak Pelemahan Rupiah


Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang
Garam (PT GG) sempat menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak
dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang
melanda Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh liputan6.com berikut
ini.
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir
mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari
ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar
Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini
sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su
mengatakan, akibat dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten
yang terkena dampak dari pelemahan rupiah tersebut. "Jelaslah,
pelemahan rupiah itu sangat jelek untuk pasar.Tapi emiten yang
mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika
ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di
Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi
laba bersih di setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI Rate). Adapun saham yang sangat terpengaruh terhadap
pelemahan nilai tukar rupiah ialah PT Indosat Tbk (ISAT). Saham
telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih, sedangkan
pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi
Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT
Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih
emiten, tapi juga memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah
Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih hingga
3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT Sarana
Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga
sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang
semakin tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang
berpendapatan mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang
Garam menjadi salah satu perusahaan yang mengalami penurunan laba
bersihnya sebesar 0,9% akibat melemahnya nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan
membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang

1/2
berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas panen tembakau dan
cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah
bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu
mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut,
sehingga perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku
mereka dari luar negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap
terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih
perusahaan.

Terbitnya PP Nomor 109 tahun 2012


Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam
dapat disebabkkan juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya
industri rokok diberatkan dengan aturan pemerintah yaitu regulasi
mengenai rokok, PP Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan,
yang dikeluarkan pemerintah, yang mengacu pada Framework Convention
on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003,
salah satu aturannya yang berupa: (1) kenaikan bea pita cukai yang secara
terus menerus dan (2) kewajiban menampilkan gambar-gambar seram dari
bahayanya rokok pada kemasan dan iklan rokok.
1. Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29
triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang
Garam. Dan jika dibandingkan dengan pendapatan penjualan, biaya pita
cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan
penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan penjualan
Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai
dan PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi
biaya pita cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total
pendapatan penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun perusahaan
harus tetap mengeluarkan dana untuk membayar besarnya biaya pita
cukai sesuai aturan.
2. Kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan
dampak negatif rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak
langsung akan mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal
ini tentu saja akan menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok
Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya aturan
pemerintah dalam industri rokok Gudang Garam harus mengurangi dan
menghemat biaya perusahaan yang lainnya.

Pertanyaan Kasus:
1. Berdasarkan kasus tersebut di atas, silahkan Saudara analisis risiko
berdasarkan teori-teori atau kebijakan-kebijakan yang terkait!
2. Bagaimana Manajemen Risiko untuk kasus tersebut?

2/2
JAWABAN:

1. - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO.19 TAHUN


2003
- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO.81 TAHUN
1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN
- PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif
- PP No. 19 Tahun 2013 tentang Pengamanan rokok bagi kesehatan
Pasal 2 menyebutkan bahwa peraturan ini bertujuan melindungi
generasi muda dari dorongan untuk menggunakan rokok
- Permenkes No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan Dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk
Tembakau
- PMK 147/PMK.010/2016 tentang tarif cukai hasil tembakau

2. Cara yang dilakukan oleh PT Gudang Garam untuk menanggulangi


risiko tersebut adalah dengan melakukan kebijakan penawaran
pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan borongan
sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk
mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan
dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya peraturan industri
rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

3/2

Anda mungkin juga menyukai