NIM : 20210320200006
Program Studi : Magister Akuntansi
A. Uraian Kasus
Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance merupakan perusahaan multi
finance, anak perusahaan dari grup bisnis Columbia. Columbia adalah perusahaan retail yang
menjual produk perabotan rumah tangga seperti alat-alat elektronik dan furnitur. Dalam
menjual produknya, Columbia memberikan opsi pembelian dengan cara tunai atau kredit
cicilan kepada customernya. SNP Finance inilah yang menjadi partner Columbia dalam
memfasilitasi kredit dan cicilan bagi customer Columbia. Columbia sendiri mempunyai
jumlah outlet yang sangat banyak, tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, melihat
kondisi seperti itu, tentu SNP Finance harus memiliki modal kerja (working capital) dalam
jumlah yang besar untuk menutup kredit para customer Columbia.
SNP Finance menghimpun dana melalui pinjaman Bank. Kredit yang diberikan bank
kepada SNP Finance terdiri dari dua jalur, yang pertama melalui joint financing, dimana
beberapa bank bergabung dan memberikan pinjaman, dan yang kedua adalah secara
langsung, dari sebuah bank kepada SNP Finance. Bank Mandiri tercatat sebagai pemberi
pijaman terbesar kepada SNP Finance. Bank-bank yang memberikan pinjaman tersebut
adalah kreditor, mereka punya kepentingan untuk mengetahui bagaimana dana yang mereka
pinjamakan ke SNP Finance. Apakah dana tersebut dikelola dengan benar, karena tentunya
bank juga mengharapkan keuntungan berupa bunga/interest, dan pengembalian pokok
pinjaman. Dalam hal ini bank bergantung pada informasi keuangan yang tertuang dalam
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen SNP Finance. Untuk memastikan bahwa
laporan keuangan yang disusun tersebut terbebas dari kesalahan atau manipulasi, maka
laporan keuangan tersebut diaudit. SNP Finance menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik
(KAP) Deloitte Indonesia yang merupakan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) asing
elit (disebut the Big Four) untuk mengaudit laporan keuangannya.
Namun dalam perjalanan waktu, ternyata bisnis retail Columbia yang merupakan
induk dari SNP Finance mengalami kemunduran. Dikarenakan perubahan pola pembelian
konsumen, mereka lebih sering membandingkan harga terlebih dahulu melalui gadget dan
jaringan internet untuk mencari harga yang lebih murah dengan kualitas yang tidak jauh
berbeda. Kondisi perubahan perilaku pembelian customer inilah yang memukul pangsa pasar
dari Columbia, dan tentunya juga berdampak pada SNP Finance. Buntutnya adalah kredit
SNP Finance kepada para bank-bank/kreditornya tersebut menjadi bermasalah, dalam istilah
keuangan disebut Non Performing Loan (NPL).
SNP Finance mengatasi utangnya kepada bank dengan membuka keran pendanaan
baru melalui penjualan surat utang jangka menengah, disebut dengan MTN (Medium Term
Notes). MTN ini sifatnya hampir mirip dengan obligasi, hanya saja jangka waktunya adalah
menengah, sedangkan obligasi jangka waktunya panjang. MTN ini diperingkat oleh Pefindo
(Pemeringkat Efek Indonesia) dan kembali lagi bahwa Pefindo juga memberikan peringkat
salah satunya adalah berdasarkan laporan keuangan SNP Finance yang diaudit oleh Deloitte.
Awalnya peringkat efek SNP Finance sejak Desember 2015 s/d 2017 adalah A-, bahkan
kemudian naik menjadi A di Maret 2018. Namun tidak lama kemudian, di bulan Mei 2018
ketika kasus ini mulai terkuak, perikat efek SNP Finance turun menjadi CCC bahkan di bulan
yang sama tersebut turun lagi menjadi SD (Selective Default). Default dalam bahasa
sederhananya adalah gagal bayar. Berikutnya SNP Finance mengajukan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), sebesar kurang lebih Rp 4,07 Trilyun yang terdiri
dari kredit perbankan 2,22 Trilyun dan MTN 1,85 Trilyun.
Kreditor dan pemegang MTN mau percaya dan menyalurkan kredit kepada SNP
Finance karena awalnya pembayaran dari SNP Finance lancar, dan para kreditor tersebut
juga menganalisis kesehatan keuangan SNP Finance melalui laporan keuangannya, yang
diaudit oleh kantor akuntan publik ternama, yaitu Deloitte Indonesia (Kantor Akuntan Publik
(KAP) Satrio, Bing, Eny dan Rekan). Namun ternyata terjadi pemalsuan data dan manipulasi
laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance. Diantaranya adalah
membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang itulah yang dijaminkan kepada para
kreditornya, sebagai alasan bahwa nanti ketika piutang tersebut ditagih uangnya akan
digunakan untuk membayar utang kepada kreditor. Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP
Finance memberikan dokumen fiktif yang berisi data customer Columbia. Sangat
disayangkan bahwa Deloitte sebagai auditornya gagal mendeteksi adanya skema kecurangan
pada laporan keuangan SNP Finance tersebut. Deloitte malah memberikan opini wajar tanpa
pengecualian pada laporan keuangan SNP Finance.
Pada tanggal 1 Oktober 2018. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan sanksi
administratif berupa pembatalan pendaftaran kepada Akuntan Publik (AP) Marlinna,
Akuntan Publik (AP) Merliyana Syamsul dan KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan (Partner
Deloitte Indonesia) terkait hasil pemeriksaan OJK terhadap PT Sunprima Nusantara
Pembiayaan (PT SNP). Pembatalan pendaftaran KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan berlaku
efektif setelah KAP dimaksud menyelesaikan audit Laporan Keuangan Tahunan Audit
(LKTA) tahun 2018 atas klien yang masih memiliki kontrak dan dilarang untuk menambah
klien baru.
Sementara itu, untuk AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul pembatalan
pendaftaran efektif berlaku sejak ditetapkan OJK pada hari Senin (1/10) ini. Pengenaan
sanksi terhadap AP dan KAP dimaksud hanya berlaku di sektor Perbankan, Pasar Modal dan
IKNB.
Laporan Keuangan Tahunan PT SNP telah diaudit AP dari KAP Satrio, Bing, Eny
dan Rekan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Namun demikian, berdasarkan hasil
pemeriksaan OJK, PT SNP terindikasi telah menyajikan Laporan Keuangan yang secara
signifikan tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga menyebabkan
kerugian banyak pihak. Perusahaan diduga memalsukan dokumen, penggelapan dan
penipuan. Modusnya dengan menambahkan, menggandakan, dan menggunakan daftar
piutang (fiktif). Total kerugian 14 bank berkisar 14 triliun rupiah. Menindaklanjuti laporan
Perbankan atas dugaan jaminan piutang fiktif SNP Finance sehingga menetapkan lima
pimpinan SNP Finance yaitu tiga direksi dan dua manager sebagai tersangka dan akan
menjeratnya dengan Undang-Undang No 10/ 1999 tentang Perbankan. Laporan keuangan
hasil audit dari akuntan pubik itu yang kemudian dijadikan dasar bagi SNP Finance untuk
meraup kredit dari bank lain. Hasil pemeriksaan OJK terhadap SNP Finance memberikan
sanksi administratif kepada Akuntan Publik (AP) Marlinna, AP Fenomena Kecurangan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Terbuka Di Indonesia
Berkenaan dengan hal tersebut, OJK telah berkoordinasi dengan Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan terkait dengan pelaksanaan audit oleh
KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan pada PT SNP. Berdasarkan hasil pemeriksaan P2PK,
kedua AP tersebut dinilai telah melakukan pelanggaran berat dan telah dikenakan sanksi oleh
Menteri Keuangan.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, OJK menilai bahwa AP
Marlinna dan AP Merliyana Syamsul telah melakukan pelanggaran berat sehingga melanggar
POJK Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik Dan Kantor
Akuntan Publik, antara lain dengan pertimbangan:
1. Telah memberikan opini yang tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya.
2. Besarnya kerugian industri jasa keuangan dan masyarakat yang ditimbulkan atas
opini kedua AP tersebut terhadap LKTA PT SNP.
3. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan akibat dari
kualitas penyajian LKTA oleh akuntan publik.
Oleh karena itu, OJK mengenakan sanksi berupa Pembatalan Pendaftaran pada AP
Marlinna, AP Merliyana Syamsul, dan KAP Satrio Bing, Eny dan Rekan.Pengenaan sanksi
terhadap AP dan KAP oleh OJK mengingat LKTA yang telah diaudit tersebut digunakan PT
SNP untuk mendapatkan kredit dari perbankan dan menerbitkan MTN yang berpotensi
mengalami gagal bayar dan/atau menjadi kredit bermasalah. Sehingga langkah tegas OJK ini
merupakan upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Industri Jasa Keuangan.
B. Identifikasi Pelanggaran
Pelanggaran yang terjadi dalam kasus PT SNP dapat dibedakan menjadi pelanggaran oleh
dua pihak yaitu pelanggaran oleh PT SNP dan Pelanggaran oleh KAP Satrio Bing, Eny dan
Rekan. Pelanggaran yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. SNP Finance
a. Akibat melakukan pemalsuan laporan keuangan dan data-data lain.
b. PT SNP telah gagal membayar bunga MTN senilai Rp6,75 miliar pada 14 Mei
2018 melalui Surat Deputi Komisioner Pengawas IKNB II No. S-247/NB.2/2018.
2. Deloitte (Auditor)
Melalui siaran pers tertanggal 1 Oktober 2018, OJK memberikan sanksi kepada
Akuntan Publik (AP) Marlina dan AP Merliyana Syamsul, keduanya dari KAP Satrio
Bing Eni dan rekan (pemegang afiliasi Deloitte di Indonesia), dan juga KAP Satrio
Bing Eny dan rekan sendiri, akibat pelanggaran terhadap POJK Nomor
13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan
Publik. Sanksi yang diberikan adalah pembatalan hasil audit terhadap kliennya yaitu
SNP Finance dan pelarangan untuk mengaudit sektor perbankan, pasar modal dan
Industri Keuangan Non Bank (IKNB).
Pihak auditor diberikan sanksi karena dinilai melakukan pelanggaran yaitu:
a. Memberikan opini yang tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya.
Kurangnya sikap skeptis yang dimiliki auditor, pemahaman terhadap sistem
pencatatan yang digunakan perusahaan pengujian yang dilakukan akuntan publik
tidak sampai pada dokumen dasar dan pelaksanaan prosedur yang belum memadai
terkait dengan proses deteksi risiko kecurangan, serta respons atas risiko
kecurangan.
b. Auditor tidak menerapkan pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas
akun piutang pembiayaan konsumen dan melaksanakan prosedur memadai terkait
proses deteksi risiko kecurangan, serta respons atas risiko.
Berdasarkan sudut pandang etika Islam, kasus PT SNP tersebut dapat dibahas
berdasarkan Kode Etik Akuntan IAI dan AAOIFI dengan Teori Etika Akuntan Islam
Berikut ini adalah teori – teori etika akuntan yang akan dibandingkan dengan kode
etik IAI dan AAOIFI, yaitu :
a. Keadilan
Kode etik yang dibuat oleh organisasi IAI dan AAOIFI teori ini telah ada di kedua
kode etik tersebut yakni berupa objektivitas yang mana dalam kedua kode etik
tersebut sama – sama menekankan sikap objektif atau tidak memihak pada satu
pihak saja dan hal tersebut dipertegas dalam Q.S Al An’am : 152 Yang Artinya :
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa, Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya, Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah,
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.
Auditor muslim dalam bekerja diharuskan untuk bersikap benar, adil, dan jujur
dalam pelaksanaan prinsip integritas ini. Auditor muslim harus dapat berterus
terang sehingga laporan yang dibaca oleh pemakai informasi berisi fakta-fakta
yang ada. Dari sinilah auditor muslim dapat meningkatkan kualitas auditnya.
Dalam kasus PT SNP, Auditor yang bertugas tidak berlaku adil kepada pihak-
pihak yang terkait dengan Laporan Keuangan PT SNP. Atas perilaku auditor
tersebut telah menimbulkan kerugian yang besar bagi para pelaku jasa keuangan
dan masyarakat yang ditimbulkan atas opini terhadap LKTA PT SNP yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
b. Kebajikan
Dalam kode etik IAI dan AAOIFI teori akuntan islam yakni keadilan ini ada di
kode etik kerahasiaan dalam IAI dan perilaku yang didorong keimanan dalam
AAOIFI. Hal ini dipertegas dalam Q.S al Imran : 102 Yang Artinya :
“Hai-hai orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya
takwa kepadanya”.
c. Kejujuran
Untuk teori kejujuran ini, didalam kode etik IAI terdapat Integritas yang mewakili
teori dan kode etik dapat dipercaya dalam kode etik AAOIFI.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghinata allah dan rasul
(Muhammad) dan (Juga) janganlah kamu menghiatani amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.
Menurut (Harahap, 2002) takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam
keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu cara untuk
melindungi diri dari akibat negatif dan perilaku yang bertentangan dari syariat
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan
kekayaan atau transaksi yang cenderung pada kedzaliman dan hal lain yang tidak
sesuai dengan syariat. Seseorang akan membentengi dirinya dengan kejujuran
ketika dia merasa apa yang dilakukannya adalah benar.
Teori etika akuntan ini dalam kode etik IAI terdapat dua etika yakni kepentingan
public dan perilaku profesional, sedangkan dalam kode etik AAOIFI yakni hanya
perilaku profesional. “dalam Q.S Al Baqarah : 195 Allah SWT Berfirman, Yang
Artinya :
Auditor harus meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan
dia akan mempertanggung jawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah nanti di
hari akhir baik tingkah laku yang ataupun tingkah laku yang buruk. Laporan audit
adalah hal yang penting, bukan hanya untuk kepentingan tertentu namun utuk
kepentingan masyarakat agar meniadakan praktik-praktik yang menyimpang.
Semua pihak harus menciptakan suatu iklim dan kesadaran agar aktivitas auditor
dapat dibentengi dengan kode etiknya. Kesadaran auditor menekankan pentingnya
membangun sikap percaya. Auditor dapat secara mandiri dan bertanggung jawab
untuk mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kode etik
profesinya. Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi, salah
satunya dipengaruhi oleh faktor pengalaman (Tjun et al., 2012). Pengalaman
seseorang ditunjukkan dengan lamanya seseorang melakukan pekerjaan untuk
mendapatkan ilmu yang sebenarnya bisa didapatkan selain dari pendidikan
formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor
maka akan semakin baik dalam meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.
Auditor yang memiliki pengalaman yang tinggi akan memiliki keunggulan
dibeberapa hal diantaranya : (1) mendeteksi kesalahan, (2) memahami kesalahan,
(3) mencari penyebab munculnya kesalahan (Sukriah et al., 2009).
Sikap yang ditunjukan oleh Auitor PT SNP yaitu kurangnya sikap skeptis yang
dimiliki auditor, pemahaman terhadap sistem pencatatan yang digunakan
perusahaan pengujian yang dilakukan akuntan publik tidak sampai pada dokumen
dasar dan pelaksanaan prosedur yang belum memadai terkait dengan proses
deteksi risiko kecurangan, serta respons atas risiko kecurangan. Sikap tersebut
tidak mencerminkan bahwa Auditor bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
e. Teliti
Teori etika islam ini dalam kode etik IAI adalah kompetensi dan kehati – hatian
dan dalam kode etik AAOIFI adalah kompetensi profesi dan rajin.
Selain itu terdapat juga kode etik yang tidak ada diteori, Kedua etika ini adalah
bentuk kode etik yang ditambahkan agar sesuai dengan peraturan yang ada
didalam negara tersebut atau bisa dikatakan bahwa kedua kode etik tersebut
dibuat agar kebijakan dari negara seara umum akan tetapi jika diulas kembali
kedua etika ini maksud dan artinya juga sesuai dengan teori etika akuntan islam,
Ayat ini menjelaskan permasalahan mengenai Legitimasi dalam Islam , Q.S An
Nisa : 29 Yang Artinya :
Auditor PT SNP tidak menerapkan pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat
atas akun piutang pembiayaan konsumen dan melaksanakan prosedur memadai
terkait proses deteksi risiko kecurangan, serta respons atas risiko. Hal tersebut
menunjukkan bahwa auditor tidak secara teliti melakukan pemeriksaan atas
Laporan Keuangan PT SNP.