https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-awal-mula-snp-finance-terbelit-masalah-keuangan-
hingga-masuk-pkpu diakses 8 Agustus 2018
Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Akuntan Publik (KAP) di bawah entitas Deloitte -
Indonesia disebut-sebut terkait dengan kasus gagal bayar Medium Term Notes (MTN) yang
diterbitkan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).
Sebenarnya bagaimana kaitan Deloitte dalam kasus tersebut?
Marketing & Communications Lead of Deloitte - Indonesia, Steve Aditya mengungkapkan
Satrio Bing Eny & Rekan (SBE), KAP yang merupakan salah satu entitas Deloitte -
Indonesia memang melakukan general audit atas laporan keuangan SNP Finance. Namun,
laporan auditor independen atas Laporan keuangan SNP terakhir yang dikeluarkan adalah
untuk tahun buku 2016.
"Sebelumnya perlu kami informasikan bahwa Deloitte - Indonesia diwakili oleh lima entitas,
satu diantaranya adalah Kantor Akuntan Publik SBE. Jadi, yang melakukan general audit
terhadap laporan keuangan SNP adalah SBE," ujarnya saat bertemu CNBC Indonesia, seperti
dikutip Kamis (2/8/2018).
Steve menuturkan, SBE terakhir kali menerbitkan laporan auditor Independen atas laporan
keuangan SNP untuk tahun buku 2016. Audit tersebut tidak terkait dengan keperluan
penerbitan MTN yang dilakukan SNP pada 2017 dan 2018. SBE juga tidak pernah dimintai
persetujuan maupun diberitahu oleh SNP jika laporan audit atas laporan keuangan SNP
digunakan sebagai rujukan dalam penerbitan Medium Term Notes (MTN).
"SNP mencantumkan laporan keuangan yang telah diaudit pada offering circular mereka
tanpa memberitahu kami. Padahal, sesuai surat perikatan audit, jika mereka ingin
mencantumkan nama kami dalam dokumen apa pun, harus memberitahu kami," jelasnya.
Steve juga menegaskan, audit dilakukan SBE atas laporan keuangan SNP sudah berdasarkan
standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
"Kami juga memiliki standar pengendalian mutu yang ketat. Sebelum laporan auditor
independen diterbitkan harus melalui penelaahan pengendalian mutu internal yang ketat yang
dilakukan oleh rekan/partner dan manajer yang tidak terlibat dalam perikatan audit,"
paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Steve juga menegaskan sebagai KAP, tugas dan tanggung jawab
SBE sebatas pada mengaudit laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, apakah sudah
disajikan sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
"Sementara penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen perusahaan, dalam hal ini SNP," imbuhnya.
Steve menambahkan, untuk laporan keuangan SNP tahun 2017, SBE masih dalam tahap awal
proses audit dan belum mengeluarkan laporan auditor independen. Semenjak izin SNP
dibekukan, SBE sulit berkomunikasi dengan manajemen SNP sehingga tidak dapat
melanjutkan proses audit.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengaku telah mengantongi sanksi
terhadap KAP yang selama ini mengaudit laporan keuangan SNP Finance.
Kepala Pusat Pembinaan Profesi Kementerian Keuangan Langgeng Subur mengemukakan,
pemerintah saat ini hanya tinggal menunggu tanda tangan Sekretaris Jenderal perihal sanksi
yang dikenakan bagi Deloitte.
"Kami sudah berikan kepada pak Sekjen, dan tinggal di tanda tangan," kata Langgeng, Senin
(30/7/2018).
Meski demikian, Langgeng enggan membeberkan secara rinci sanksi apa yang bakal
dikenakan kepada KAP yang bertanggung jawab tersebut. Menurutnya, keputusan pemberian
sanksi akan diberikan dalam beberapa hari ke depan.
"Mungkin 5 hari dari sekarang. Jangan mendahului, tidak boleh," ungkapnya.
Dalam pemeriksaan yang sudah dilakukan, bendahara negara mengakui adanya indikasi
kelalaian yang dilakukan KAP dalam mengaudit laporan keuangan anak usaha Grup
Columbia tersebut.
Namun di akhir pemeriksaan, ada beberapa temuan yang disoroti, antara lain scepticisme
yang dianggap perlu dimiliki auditor, serta pemahaman terhadap sistem pencatatan yang
digunakan perusahaan.
Adapun yang kedua, pengujian yang dilakukan KAP terhadap SNP Finance tidak sampai
pada dokumen dasar.
"Karena AP [akuntan publik] sudah lama memegang PT SNP sebagai clientnya, maka ada
hal-hal yang langkah audit harus diperdalam, menjadi tidak dilakukan," kata Langgeng.
"Mungkin 5 hari dari sekarang. Jangan mendahului, tidak boleh," ungkapnya.
Bagi KAP yang terbukti melakukan pelanggaran. Sanksi yang akan dikenakan pun terbagi
dengan berbagai jenis. Seperti rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu,
peringatan tertulis, sampai dengan pembatasan pemberian jasa kepada suatu entitas.
(roy)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180802101243-17-26563/ada-apa-dengan-
deloitte-dan-snp-finance-ini-penjelasannya
diakses 8 Agustus 2018
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180729132214-17-25931/setelah-dibekukan-izin-
usaha-snp-finance-terancam-dicabut
diakses 8 Agustus 2018
Beberapa hari belakangan ini pemberitaan terkait kasus SNP Finance cukup menghebohkan
publik. Tiba-tiba saja PT SNP Finance (Perusahaan Multifinance) ini mengalami default
(gagal bayar) atas kewajibannya kepada sejumlah krediturnya. Dikutip dari situs Kontan,
nilai gagal bayar SNP Finance tersebut berjumlah Rp. 4,07 triliun dengan rincian 2,22 triliun
kepada 14 Bank dan 1,85 triliun kepada 336 pemegang medium term note (MTN). Akibat
dari gagal bayar tersebut, maka SNP Finance mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU).
Bank Mandiri merupakan salah satu kreditur yang memberikan pinjaman kepada SNP
Finance. Dikabarkan bahwa Bank Mandiri sangat terkejut atas default SNP Finance dalam
memenuhi kewajibannya. Pasalnya Bank Mandiri memberikan pinjaman kepada SNP
Finance setelah meninjau laporan keuangan SNP Finance yang telah diaudit oleh Deloitte.
Laporan keuangan SNP Finance yang diaudit oleh Deloitte tersebut menjadi acuan bagi
kreditur dan investor untuk menilai kelayakan SNP Finance sebelum memberi pinjaman dan
berinvestasi di surat utang.
Namun laporan keuangan hasil audit Deloitte menyatakan bahwa SNP Finance memiliki
ekuitas Rp. 733 miliar (posisi 31 Des 2017), namun faktanya hasil temuan OJK menyatakan
bahwa SNP Finance memiliki ekuitas yang minus, sehingga hal tersebut tersebut
mengindikasikan bahwa keuangan SNP Finance tidak sehat.
Namun mengapa Delloite sebagai kelompok KAP the big four didunia ini tidak mampu
mendeteksi kondisi keuangan SNP Finance? Sehingga hal tersebut berdampak buruk kepada
kreditur yang memberikan pinjaman kepada SNP Finance. Atas kasus tersebut banyak pihak
mempertanyakan kualitas dan reputasi Deloitte sebagai KAP the big four.
Saat ini OJK telah membekukan izin usaha SNP Finance. OJK bersama Kementrian
Keuangan juga sedang melakukan investigasi terhadap Deloitte. Jika Deloitte terbukti
melanggar, maka sanksi terberat yang dihadapi Delloite adalah pencabutan izin bisnis.
Kasus Delliote dan SNP Finance ini mengingatkan kita dengan skandal kasus salah satu KAP
terbesar yakni KAP Arthur Andersen. KAP Andersen menuai banyak tuntutan sampai pada
akhirnya harus ditutup pada 2002 karena praktik moral hazard tersebut.
Sebenarnya Otoritas Jasa Keuangan telah mengatur dalam POJK Nomor 13 /POJK.03/2017
tentang Penggunaan jasa akuntan publik dan kantor akuntan publik dalam kegiatan jasa
keuangan. Dalam Pasal 7 huruf d dikatakan bahwa:
AP dan KAP yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan wajib memperhatikan kesesuaian
transaksi yang dilakukan oleh Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pada saat pelaksanaan pemberian jasa audit
atas informasi keuangan historis tahunan; dan
Jika Deloitte terbukti melanggar Pasal 7 huruf d tersebut maka OJK dapat mengenakan sanksi
administratif berupa pembekuan pendaftaran di Otoritas Jasa Keuangan. Terkait dengan
pencabutan izin usaha/bisnis merupakan kewenagan Kementrian Keuangan.
https://cakaphukum.com/2018/06/deloitte-terseret-kasus-snp-finance/
diakses 8 Agustus 2018
Gagal Bayar Bunga MTN SNP Finance: Dimana Tanggung
Jawab Pefindo dan Deloitte
By Lulu Badriyah on 18/05/2018No Comment
http://infobanknews.com/gagal-bayar-bunga-mtn-spn-finance-dimana-tanggung-jawab-
pefindo-dan-deloitte/