Menurut informasi yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari para pihak
yang mengetahui masalah ini, modifikasi data kartu kredit di Bukopin
telah dilakukan lebih dari 5 tahun yang lalu. Jumlah kartu kredit yang
dimodifikasi juga cukup besar, lebih dari 100.000 kartu.
Uniknya, kejadian ini lolos dari berbagai layer pengawasan dan audit
selama bertahun-tahun. Mulai dari audit internal Bukopin, Kantor
Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen, Bank Indonesia
sebagai otoritas sistem pembayaran yang menangani kartu kredit, serta
OJK sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan
perbankan.
Bank Bukopin merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp 183,56 miliar dari
sebelumnya Rp 1,08 triliun. Penurunan terbesar adalah di bagian
pendapatan provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari kartu
kredit. Pendapatan ini turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar.
Selain masalah kartu kredit, revisi juga terjadi pada pembiayaan anak
usaha Bank Syariah Bukopin (BSB) terkait penambahan saldo cadangan
kerugian penurunan nilai debitur tertentu.
CAR semakin memburuk pada akhir 2017 yang tercatat 10,52%, meski
meningkat lagi pada kuartal I/2018 menjadi 11,09%. Hal lain yang
mempengaruhi penurunan CAR adalah peningkatan rasio kredit
bermasalah (non performing loan/NPL) Bukopin.
Inisiden modifikasi data kartu kredit ini memaksa Bukopin menyiapkan
action plan untuk menyehatkan CAR ke level 14%. Langkah yang
dilakukan adalah rights issue dengan menerbitkan saham baru sebesar
30% dan divestasi 40% saham BSB.
Target dana yang bisa dihimpun untuk rights issue sekitar Rp 2 triliun,
sementara untuk divestasi BSB sebesar Rp 400 miliar. Dalam waktu yang
cukup singkat, manajemen berhasil berkomunikasi dengan sejumlah
bank asing, private equity asing dan bank BUMN sebagai mitra strategis
rights issue yang digelar Juni mendatang.
https://finance.detik.com/moneter/d-4002904/ojk-mulai-periksa-laporan-
keuangan-bank-bukopin-yang-dipermak
Sebelumnya, bank berkode saham BBKP tersebut itu melakukan revisi terhadap
laporan keuangan 3 tahun terakhir, yaitu 2015, 2016, dan 2017. Hal ini kemudian
memantik peringatan dari otoritas terkait, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bahkan otoritas bursa telah secara terbuka menyatakan akan memberi sanksi
terhadap Bank Bukopin apabila ada perbedaan signifikan antara laporan keuangan
dengan revisinya.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan biasanya jika
terjadi hal demikian, pihak bursa akan meminta klarifikasi kepada pihak emiten dan
auditornya. Dia menyebutkan hal yang demikian biasanya terjadi saat proses audit
oleh akuntan publik yang bertanggungjawab.
"Jadi kalau yang gitu biasanya treatment accounting, nanti kita konfirmasi ke
auditornya biasanya. Kemudian kalau memang ada perbedaan antara tahun
sekarang sama tahun sebelumnya ya itu dilihat alasannya apa. Nah, sampai saat
ini sih belum kita klarifikasi," kata Samsul di Gedung BEI, Jakarta, Kamis
(26/4/2018).