Anda di halaman 1dari 13

Kasus PT.

Garuda
Indonesia Tbk
Anggota Kelompok
 Abdul Aziz C4C021004
 Farid Kurniawan C4C021006
 Sevita Sari Dewi C4C021009
 Rhis Ogie Dewandaru C4C021010
Sejarah
Pembangunan Garuda
PT. Garuda Indonesia Tbk
merupakan maskapai penerbangan
nasional pertama dan terbesar di
Indonesia yang memiliki berbagai
dinamika yang terjadi didalamnya
sejak berdirinya pada tahun 1949.
Garuda Indonesia pada awalnya diberi
nama “Garuda Indonesian Airways”
atas keputusan Presiden Soekarno
terus berkembang hingga saat ini
dikenal sebagai Garuda Indonesia.
Perkembangan
Garuda

PT. Garuda Indonesia resmi menjadi Mengepakkan sayapnya dalam


perusahaan publik setelah penawaran dunia penerbangan hingga
umum perdana atas 6.335.738.000 melayani 83 destinasi di
lembar saham seluruh dunia

Apresiasi dalam skala internasional


Garuda Indonesia
seperti ‘The World’s Best Cabin
Experience, pelayanan terbaik
mengedepankan keramahtamahan dan Crew” dari tahun 2014 hingga 2017
Nilai Etika & Prinsip Perusahaan
Transparansi Akuntabilitas Profesionalitas
Informasi
Prestasi yang didapatkan
Garuda Indonesia tentunya
adalah buah hasil kerja keras menjunjung tinggi
manajemen prinsip etika bisnis
Pertanggungjawaban yang dirumuskan
Sinergi Costumer dalam bentuk
Focus serangkaian prinsip
Integrity Agility etika dan tata nilai
perusahaan

“Sincerity”
PT. Garuda Indonesia juga telah
menciptakan peraturan mengenai sanksi dan
sistem pelaporan yang terarah dan jelas salah
satunya melalui sebuah sistem berbasis web
yang disebut dengan istilah Whistle
Blowing System atau WBS. Dalam WBS ini
para saksi dapat melapor jika ada pelanggaran
yang terjadi terkait penyimpangan etika
bisnis dan etika kerja perusahaan melalui
Whistle email garuda.wbs@rsm.id dan web www.ga-
whistleblower.com seta media lainnya. Para

Blowing pelapor akan mendapatkan


perlindungan hukum serta kasusnya akan
segera diselidiki jika memiliki bukti konkret
yang jelas.
Permasalahan Etika
Kasus meeting of minds untuk meniadakan diskon dan meniadakan produk yang ditawarkan
dengan harga murah di pasar. Dalam kasus ini Garuda Indonesia dinyatakan bersalah karena
melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang mana pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga.

Kasus penyelewengan jabatan oleh Ari Aksara yang dimana selain melakukan
praktik rangkap jabatan, Ari juga melakukan penyelundupan Harley Davidson dan
sepeda Brompton
01
Komisaris maskapai menolak laporan keuangan
Garuda yang menunjukkan bahwa perusahaan
memperoleh laba bersih sebesar US$809.850 pada
tahun 2018, angka ini lebih besar dibandingkan tahun
02 2017 lalu

03

KASUS 3

Mahata Aero Teknologi, perusahaan baru


dengan modal kurang dari Rp 10 M berani
menandatangani kerja sama dengan
Garuda Indonesia. Mahata mencatatkan
hutang sebesar USD 239 Juta kepada
Garuda, oleh Garuda dicatatkan dalam
Laporan Keuangan 2018 kolom
pendapatan.
KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN ETIKA
PROFESI YANG BERLAKU

Misstatement, kesalahan pencatatan hutang dalam pos


pendapatan. Kode etik menetapkan lima prinsip dasar etika
profesi, salah satunya adalah kompetensi serta
kecermatan dan kehati-hatian profesional, dalam
kasus ketiga auditor tidak/kurang cermat dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga dianggap ada
pelanggaran kode etik tersebut

SPM 1 SPAP
Sudut Pandang Teori Etika
Tindakan egois berupa memberikan manfaat bagi pribadi namun tidak
memperdulikan kerugian bagi pihak lain atas manfaat yang diterima.
Pemahaman tindakan egois dalam ketiga kasus tersebut adalah mengambil keuntungan
pribadi pada kasus kedua, merugikan masyarakat dengan praktik penetapan harga
pada kasus pertama.

Tindakan yang beretika adalah tindakan yang menghasilkan kesenangan


dominan dan rasa sakit minor. Tindakan tidak beretika pada ketiga kasus PT Garuda
Indonesia disebabkan karena mendapatkan rasa senang minor diatas rasa sakit
mayor yang diberikan ke publik.
Sudut Pandang Teori Etika
Justice sebagai proses alokasi sumber daya dan beban berdasarkan alasan
rasional. Mekanisme alokasi secara adil manfaat dan beban kepada seluruh anggota
masyarakat. Alokasi dilakukan tidak seimbang dengan membebankan masyarakat
dan maskapai kecil. Kasus kedua dan ketiga sama dimana manajemen ingin
mendapatkan manfaat lebih dari seharusnya.

Virtue ethics berfokus karakter moral dari pengambil keputusan. Ketiga kasus PT
Garuda melanggar etika karena tidak mengikuti alasan logis dalam keputusan,
kasus pertama dalam perjanjian oligopoli tidak sesuai dengan alasan logis peraturan
yang berlaku.
Kesimpulan Kasus
Garuda

5 Prinsip serta nilai sincerity yang Perbaikan internal manajemen


telah ditetapkan oleh PT. Garuda Garuda Indonesia khususnya terkait
telah dilanggar pihak internal pengimplementasian etika bisnis

Penyimpangan Membangun Citra Baik dalam


prinsip Good Corporate Governance melaksanakan Praktik Bisnis
Thank You

Anda mungkin juga menyukai