Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan jasa industri

penerbangan, perusahaan aviasi berlomba-lomba untuk terus

mengembangkan usahanya demi menjadi pilihan terbaik bagi para

konsumennya. Termasuk salah satu perusahaan penerbangan milik

negara yang bernama PT Garuda Indonesia Tbk, dimana perusahaan ini

terus mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota

pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan Timur

Indonesia dan mancanegara.

Garuda Indonesia terus berusaha untuk memberikan yang terbaik

bagi konsumennya. Hal tersebut dapat kita lihat dari annual report

yang diterbitkan oleh PT Garuda Indonesia, dimana dalam laporan

tersebut kita dapat melihat etika bisnis yang dijalankan oleh Garuda

Indonesia.

Bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki etika yang baik.

Pada dasarnya, bisnis tidak hanya bertujuan semata-mata karena profit,

melainkan perlu mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi. Bisnis

dilakuka n diantara manusia yang satu dengan manusia yang

lainnya, sehingga disinilah etika dibutuhkan sebagai pedoman dan

orientasi dalam pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak-tanduk

manusia dalam berhubungan bisnis satu dengan lainnya. Bisnis saat ini

dilakukan dalam persaingan yang ketat, maka dalam persaingan tersebut,


orang-orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma

etis pada iklim yang semakin professional justru yang akan menang.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan meninjau tentang

penerapan etika profesi bisnis yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia

Tbk periode 2019. Diharapkan tinjauan ini dapat memberikan pembaca

memahami mengenai etika bisnis yang baik.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyimpangan etika bisnis dan etika kerja yang terjadi pada

PT Garuda Indonesia yang tidak sesuai dengan pedoman kerja yang

terdapat dpada PT Garuda Indonesia?

2. Apakah direktur utama PT Garuda Indonesia melanggar UU PPnBM dan

kepabeanan?

1.3. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan

wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika profesi dalam

berbisnis dengan berbagai prinsip dan tujuannya.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Nilai Etika

2.1.1. Pengertian Nilai Etika

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,

yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,

perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan

dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan

dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan

pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang

beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan

yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan

hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar

dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan

menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan

sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan

sikap yang profesional.

Etika Bisnis menurut Velasques merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini

berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam

kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Brown dan Petrello

menyatakan bahwa Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan

barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan


masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula

perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil

memperoleh. Mengutip dari pendapat ahli Hill dan Jones bahwa,

“Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah

dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin

perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan

strategis yang terkait dengan masalah moral yang kompleks.”

Sedangkan menurut Steade et al, Etika bisnis adalah standar etika

yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.

2.1.2. Pendekatan Etika Bisnis

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,

yaitu :

1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada

konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang

seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat

sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak

membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan

kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun

tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila

diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak

orang lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai

kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun

secara kelompok.

2.2. Profil PT. Garuda Indonesia, Tbk

2.2.1. Visi dan Misi

1. Visi Garuda Indonesia adalah “to be a sustainable airline

company through customer-oriented services and growth in

profit”

2. Misi Garuda Indonesia adalah “maximize shareholder return

through strong revenue growth, cost leadership in full service

operations, and group synergy while providing the highest value

to customers through excellent indonesian hospitality”

2.2.2. Tata Nilai Garuda Indonesia

Garuda indonesia telah merumuskan tata nilai (values) yang

disebut sebagai sincerity yang diresmikan pada tanggal 20 januari

2017. Penjabaran tata nilai sincerity terdiri dari nilai-nilai synergy,

integrity, customer focus, agility, dan safety. Kelima nilai sincerity

tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 10 perilaku utama, yaitu:

NILAI PERILAKU
MAKNA
BUDAYA UTAMA
Kami berkomitmen menyokong
1. Collaborate
pertumbuhan perusahaan dengan
Synergy 2. Empower
keterkaitan antar entitas perusahaan dan
Diversity
dengan mitra potensial
Kami menjunjung tinggi etika bisnis,
1. Honesty
Integrity akuntabilitas, dan tanggung jawab sosial
2. Commitment
dalam menciptakan budaya terpercaya

Kami terus mendorong terciptanya


Customer 1. Care & Politet
pengalaman customer yang lebih baik untuk
Focus 2. Fast & Easy
menghasilkan kesuksesan usaha berjangka

panjangmembangun perilaku strategis melalui 1. Adaptive &


Kami

Agility kemampuan beradaptasi dan tindakan kreatif Creative

untuk memperkuat daya tahan perusahaan 2. Persistent

Kami menyediakan produk dan 1. Compliance

Safety layanan berkualitas, dengan 2. Risk

mengutamakan keamanan dan Management

keselamatan
2.2.3. Prinsip-Prinsip Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja

Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia ini menjelaskan

tentang Etika Kerja dan Etika Bisnis yang harus ditampilkan oleh

Insan Garuda Indonesia dan yang tidak boleh ditampilkan oleh Insan

Garuda Indonesia sebagai penjabaran dari pelaksanaan prinsip-

prinsip GCG yaitu:

1. Transparansi
Garuda Indonesia menjamin pengungkapan informasi

material dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan dan

informasi lainnya secara jelas, memadai dan tepat waktu serta

mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan

haknya. Prinsip keterbukaan ini tidak mengurangi kewajiban

untuk melindungi informasi rahasia mengenai Garuda Indonesia

dan Pelanggan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan

yang berlaku;

2. Akuntabilitas

Garuda Indonesia menjamin kejelasan fungsi, pelaksanaan

dan pertanggungjawaban masing-masing organ perusahaan

(Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan

Direksi) agar pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efektif.

Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban seseorang atau organ

perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan wewenang yang

dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggung jawab yang

dibebankan oleh Garuda Indonesia kepadanya.

3. Pertanggungjawaban

Garuda Indonesia menjamin kesesuaian antara pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan

kewajiban terhadap Pemerintah sesuai peraturan yang berlaku,

bekerjasama secara aktif untuk manfaat bersama dan berusaha


untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada

masyarakat.

4. Kemandirian

Garuda Indonesia menjamin pengelolaan perusahaan secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat.

5. Kewajaran

Garuda Indonesia menjamin keadilan dan kesetaraan di

dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2.2.4. Strategi Perusahaan

a Excellent Indonesian Hospitality, yakni sebagai berikut:

1. Memberikan layanan terdepan pada inflight dan ground

services.

2. Memastikan keandalan operasi.

3. Mempertahankan positioning premium.

b Return Maximization, yakni sebagai berikut:

1. Meningkatkan margin operasi.

2. Meningkatkan kemampuan komersial.

3. Meningkatkan customer value.


4. Menanamkam pola pikir yang mengedepankan cost

effectiveness.

5. Meningkatkan efisiensi di operasi.

c Group Synergy, yakni sebagai berikut:

1. Memperkuat pasar domestik.

2. Meningkatkan daya saing operasi.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No.

137 tanggal 31 Maret 1950 dari notaris Raden Kadiman. Perusahaan

yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara, berubah menjadi Persero

berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman

Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67

tahun 1971.

Seiring waktu dan perkembangan usahanya, armada PT Garuda

Indonesia terus berkembang, di mana untuk pertama kalinya maskapai

tanah air tersebut mulai membawa penumpang jamaah Haji ke

Mekkah pada tahun 1956 dan kemudian memasuki kawasan Eropa

pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam.

Dua dekade berikutnya menandai titik penting, di mana terjadi

revitalisasi dan restrukturisasi terhadap seluruh struktur PT Garuda

Indonesia dan kegiatan operasional guna memasuki era persaingan

terbuka industri penerbangan baik di kalangan nasional maupun

internasional. Dalam proses ini, PT Garuda Indonesia fokus pada

pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawannya melalui

pendirian sebuah pusat pelatihan karyawan, yaitu Garuda Indonesia


Training Center (GITC) yang berlokasi di Jakarta Barat. Selain itu,

Garuda Indonesia juga mendirikan Pusat Perawatan Pesawat, Garuda

Maintenance Facility AeroAsia (GMFAA) di Bandara Internasional

Soekarno-Hatta pada rentang waktu yang sama.

Setelahnya, era 90-an dan awal milenium juga menjadi babak

penting dalam aspek pertumbuhan bisnis. Kedua era tersebut

dijadikan Garuda Indonesia sebagai tahun-tahun perencanaan di

mana maskapai tersebut mulai menyusun strategi jangka panjang dan

membentuk manajemen baru. Oleh karena itu, tahun-tahun tersebut

banyak diwarnai langkah strategis, evaluasi, peningkatan efisiensi, dan

pembaharuan.

Dalam perjalanannya sebagai maskapai kebanggaan bangsa, PT

Garuda Indonesia juga tidak henti- hentinya mengasah keunggulan

dan menyempurnakan diri, di antaranya dengan secara konsisten

berusaha mencapai standar keamanan dan keselamatan terbaik. Atas

usahanya tersebut, PT Garuda Indonesia menjadi satusatunya

maskapai Indonesia yang memperoleh sertiikasi IATA Operational

Safety Audit (IOSA) Operator pada tahun 2008.

Tiga tahun berselang, pada usianya yang semakin matang, PT

Garuda Indonesia membuka lembaran baru dengan melenggang

sebagai perusahaan publik setelah melakukan penawaran umum

perdana (Initial Public Offering) atas 6.335.738.000 saham PT Garuda

Indonesia kepada masyarakat pada 11 Februari 2011. Saham tersebut


telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada 11 Februari 2011

dengan kode GIAA.

Seiring dengan kinerja yang semakin gemilang dan eksistensi

yang semakin kuat di industri penerbangan nasional dan global, PT

Garuda Indonesia meraih beragam apresiasi dan penghargaan nasional

dan internasional. Di samping prestasi yang gemilang, langkah PT

Garuda Indonesia diranah penerbangan internasional juga semakin

mantap sejak bergabung dengan aliansi penerbangan sebagai bagian

dari program pengembangan jaringan internasionalnya. Dengan

bergabungnya PT Garuda Indonesia dalam SkyTeam, pengguna jasa

PT Garuda Indonesia dapat terhubung ke 1.062 destinasi di 177

negara yang dilayani oleh seluruh maskapai penerbangan anggota

SkyTeam dengan total lebih dari 17.300 penerbangan per hari.

Hingga tahun 2016, PT Garuda Indonesia memiliki 20 (dua puluh)

entitas anak yang berfokus pada produk/jasa pendukung bisnis

perusahaan induk, yaitu Citylink, GMF Aeroasia, Aerowisata, PT

Aero Sistem Indonesia, Sabre Travel Network Indoneaia, Cargo

Garuda Indonesia, Garuda Centra Medika, Garuda Holiday France

S.A.S, PT Garuda Indonesia Ltd, PT Angkasa Citra Sarana Catering

Service, Gapura Angkasa, Garuda Indonesia Traning Center, PT

Aerowisata Catering Service, Citylink-GIA, PT Aerofood ACS, PT

Mandira Erajasa Wahana, PT Citylink Indonesia, PT Biro Perjalanan

Wisata Satriavi, PT Aerojasa Perkasa. Dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya, PT Garuda Indonesia didukung oleh 7.988 orang


karyawan, termasuk 248 orang siswa yang tersebar di kantor pusat dan

kantor cabang.

2.2.5. Kegiatan Usaha Utama

1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan

pos dalam negeri dan luar negeri;

2. Jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang,

barang dan pos dalam negeri dan luar negeri;

3. Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan

sendiri maupun untuk pihak ketiga;

4. Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi

katering dan ground handling baik untuk keperluan sendiri

maupun untuk pihak ketiga;

5. Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri

penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak

ketiga;

6. Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri

penerbangan;

7. Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan

industri penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk

pihak ketiga;

8. Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk

keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga.


2.3. Transparansi Komunikasi dan Informasi Keuangan

2.3.1. Prilaku Yang Harus Ditampilkan Oleh Insan Garuda Indonesia

1. Senantiasa menegakkan komitmen bahwa di mana pun unit kerja

beroperasi, hubungan baik serta pengembangan masyarakat

sekitar merupakan landasan pokok bagi keberhasilan jangka

panjang Garuda Indonesia.

2. Menghargai setiap aktivitas kemitraan yang memberikan

kontribusi kepada masyarakat dan meningkatkan nilai sosial

dan citra Garuda Indonesia;

3. Membangun dan membina hubungan yang serasi dan harmonis

serta memberi manfaat kepada masyarakat.

4. Membantu masyarakat yang terkena musibah dan bencana alam.

5. Tulus dan bertanggung jawab saat menjalankan tanggung jawab

sosial masyarakat.

6. Turut berpartisipasi dalam membangun harkat dan martabat

sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

7. Menjadi panutan bagi warga masyarakat sekitarnya.

2.3.2. Prilaku Yang Tidak Boleh Ditampilkan Oleh Insan Garusa

Indonesia

1. Tidak peka terhadap masalah-masalah yang dialami

masyarakat sekitar operasi perusahaan.


2. Mengambil manfaat untuk kepentingan pribadi pada saat

menjalankan tugas penyaluran dana bantuan untuk korban

musibah dan bencana.

2.4. Studi Kasus Pada PT. Garuda Indonesia, Tbk

Berita diambil dari liputan 6 kasus mengenai kasus yang sedang

populer saat ini yaitu penyeludupan Harley di pesawat garuda masuk

tahap penyelidikan: Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah

melakukan kajian terhadap kasus penyelundupan Harley Davidson

yang dilakukan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara.

Hingga kini, kasus tersebut telah masuk dalam tahap penyidikan.

Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi

mengatakan, hasil penyidikan akan menjadi pintu untuk menyeret Ari

Askhara ke pidana. Dia meminta semua pihak sabar menanti hasil

kajian Bea Cukai. “Kalau pidana kan, kita ada penyidik. Jadi kita yang

akan memproses. Kalau pidana ya, kalau diputuskan pidana.

Penyidikan masih on going ya. Sabar sedikit ya,” ujar Heru di Istora

Senayan, Jakarta, Selasa (11/12). Heru belum dapat menjelaskan

kapan hasil penyidikan akan diumumkan. Meski demikian, hasil

penyidikan penyelundupan Harley Davidson akan disampaikan

bersamaan dengan penyidikan sepeda Brompton senilai Rp52 juta.

“Sabar sedikit. (Brompton bagaimana?) Nanti itu pake hasil

investigasinya,” jelasnya. Sebelumnya, Direktur Jenderal Bea dan

Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyatakan, pemerintah


bisa menjatuhkan pidana kepada direksi PT Garuda Indonesia, akibat

kasus penyelundupan onderdil Harley Davidson dan sepeda Brompton

di dalam pesawat. “Ini kemungkinan bisa kesalahan biasa atau pidana.

Kalau pidana namanya pidana penyelundupan. Ada sanksinya, ya

hukumannya pidana,” ujar dia di Jakarta, ditulis Rabu (11/12) .

Adapun lama masa kurungan yang dijatuhkan tergantung bentuk

kesalahan yang diperbuat, paling cepat 1 tahun penjara. “Tergantung

tingkat kesalahannya. Bisa mulai dari 1 tahun. Kita lihat kesalahannya

seperti apa,” imbuhnya. Pemerintah bersama dengan Komite

Audit Garuda Indonesia kini terus melanjutkan proses penyidikan

terhadap kasus penyelundupan ini. Laporan final terhadap

pengangkutan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton Ilegal ini

pun diharapkannya bisa segera rampung.

“Ya kita sama-sama dengan Komite Audit Garuda melakukan

pendalaman lanjutan, itu yang kita lakukan sekarang. Jadi mohon bisa

sabar menunggu perkembangannya,” imbuhnya.

Analisis: Menurut fenomena diatas, dapat kami simpulkan bahwa IG.N. Askhara

Danadiputra atau Ari Askhara selaku direktur utama pt garuda indoesia yang telah

melakukan penyimpangan etika bisnis dan kerja sehingga terdapat ketidak

sesuaian dalam prinsip-prinsip etika bisnis dan etika kerja dalam tata nilai

sincerity. Seharusnya direktur utama pt garuda indonesia menegakkan diriya pada

kejujuran, integritas, dan keadilan dalam menjalakan usahanya. Sehingga visi dan

misi perusahaan akan lebih mudah dicapai. Seorang Ari Ashkara pada saat kasus

penyeludupan komponen Harley Davidson tidak mencerminkan sifat professional


karena lebih mementingkan sifat egoisme untuk diri sendiri padahal seharusnya

kalau kita lihat dari sisi etika seorang direktur utama PT Garuda Indonesia sudah

mengetahui mana yang benar mana yang salah dan mana yang menjadi hak dan

mana yang mana menjadi kewajiban. Selain melanggar etika bisnis direktur utama

pt garuda indonesia juga melanggar Undang-undang Nomor 17 tahun 2006

tentang kepabenan, dalam pasal 102 disebutkan bahwa setiap orang yang

mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifes. Bisa terjerat

pidana karena melakukan penyelundupan di bidang impor dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Dan Undang-undang

PPnBM No.42 tahun 2009 pasal 8 ayat 1 yang mengatur pajak penjualan atas

barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.

Terungkapnya kasus penyuludupan di pesawat Garuda Indonesia membuktikan

betapa para elit Indonesia masih dilanda krisi moral dan etika. BUMN yang

diharapkan menjadi benteng perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja

guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD

1945. Alih-alih melakukan itu semua, malah mempertontonkan hal yang tidak

bermoral dan beretika.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika bisnis sangatlah diperlukan oleh perusahaan dan setiap individu di

dalam perusahaan, guna dapat mencapai visi dan misi perusahaan. Perusahaan

yang ingin pencapai kestabilan bisnis dan dapat berkompetisi adalah perusahaan

yang menjunjung tinggi etika bisnis. Karena Perusahaan yang memiliki

komitmen yang tinggi dalam menjaga etika bisnisnya akan memiliki

konsumen yang cenderung loyal sehingga visi dan misi perusahaan akan

lebih mudah dicapai.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai