Sepanjang tahun 2017 hingga 2019 PT Garuda Indonesia (Persero) terus mengalami
kerugian. Kerugian terbesar dialami PT Garuda Indonesia, Tbk pada tahun 2017 dengan total
kerugian US$ 371 juta. Pergerakan harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) juga terus
anjlok. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun 2015 sampai dengan 2017
harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) tidak mengalami kenaikan secara signifikan dan
terus turun jika dibandingkan dengan harga saham saat penawaran perdana. Tercatat pada kuartal
kedua tahun 2018 harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) merosot hingga berada di nilai
Rp240 per lembar saham.
Melihat kondisi perusahaan yang terus merugi, PT Garuda Indonesia (Persero)
mengambil langkah-langkah untuk menutup kerugian dengan mencari sumber pendapatan lain.
Salah satu langkah yang ditempuh perusahaan adalah dengan membuat kontrak layanan
konektivitas dan hiburan dalam pesawat dengan PT Mahata Aero Teknologi dengan durasi 15
tahun. Atas kerja sama kontrak tersebut PT Garuda Indonesia (Persero) berhasil membalik
kondisi keuangan perusahaan dengan mencatat keuntungan bersih sebesar US$809,84 ribu atau
sebesar RP11,3 miliar dengan asumsi kurs rupiah Rp14.000 per USD. Atas keuntungan tersebut
PT Garuda Indonesia dinilai salah melakukan pengakuan pendapatan atas kontrak kerja sama
dengan PT Mahata Aero Teknologi karena tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
(https://cnnindonesia.com)
Selain itu permasalahan pengakuan pendapatan oleh PT Garuda Indonesia menjadi salah
satu isu pada pemberitaan nasional tahun 2019 karena atas pengakuan pendapatan pada kontrak
tersebut PT Garuda Indonesia (Persero) pada tahun 2018 meraup laba bersih US$809,84 ribu.
Profit tersebut tentunya menimbulkan kecurigaan karena PT Garuda Indonesia (Persero) pada
kuartal tiga tahun yang sama mencatat kerugian sebesar USD$ 114,08 juta.
(https://cnnindonesia.com)
Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT Garuda Indonesia (Persero)
disebutkan bahwa pada tanggal 31 Oktober 2018 terdapat perjanjian layanan konektivitas dalam
pesawat dan hiburan antara perusahaan dengan PT Mahata Aero Teknologi. Atas kerja sama
tersebut pada 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) berhasil membukukan laba bersih
komprehensif sebesar US$809,04 ribu. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi
laporan keuangan perusahaan yang merugi pada kuartal III perusahaan sebesar US$114,08 juta.
Pengakuan pendapatan sekaligus atas kontrak jangka panjang antara PT Garuda
Indonesia (Persero) dengan PT Mahata Aero Teknologi menimbulkan polemik internal
perusahaan. Dua komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) menolak menandatangani laporan
keuangan tahunan perusahaan dengan alasan pengakuan pendapatan sekaligus mengakibatkan
perubahan signifikan dan material terhadap pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan.
Merujuk pada kontrak antara kedua perusahaan, dua komisaris tersebut beranggapan bahwa
perusahaan tidak dapat mengakui pendapatan atas kontrak karena bertentangan dengan Standar
Akuntansi Keuangan. Pendapatan atas kontrak tersebut menurut kedua komisaris tersebut tidak
seharusnya diakui dalam satu periode akuntansi karena perusahaan belum saatnya mengakui
penghasilan sama sekali (http://cnnindonesia.com)
Beberapa alasan lain kedua komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) enggan untuk
menyetujui laporan keuangan tahunan perusahaan di antaranya tidak adanya termin pembayaran
yang jelas atas kontrak kedua perusahaan. Alasan kedua adalah tidak adanya pembayaran royalti
oleh PT Mahata Aero Teknologi hingga akhir tahun buku 2018 meskipun telah dilakukan
pemasangan satu unit alat di dalam anak perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) yaitu
Citilink. Alasan berikutnya adalah tidak ada jaminan pembayaran yang bisa ditarik kembali oleh
perusahan berupa bank garansi atau instrument keuangan yang setara. Alasan terakhir adalah
pihak PT Mahata Aero Teknologi dalam menyatakan komitmen pembayaran hanya berdasarkan
surat pernyataan tertanggal 23 Maret 2019 yang di dalamnya menjelaskan bahwa ketentuan
pembayaran tunduk pada kontrak dan perjanjian dapat diubah mengacu pada kemampuan
keuangan finansial PT Mahata Aero Teknologi. (http://kompas.com)
Adanya permasalahan intenal dan adanya kecurigaan tentang pelaksanakan akuntansi
yang agresif pada laporan keuangan tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) tahun 2018
mendorong pemerintah untuk mengambil sikap atas kondisi yang terjadi sehingga Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan tahun 2018. Berdasarkan pemeriksaan
Kemenkeu dan OJK sepakat mengakui pendapatan atas kontrak perusahaan merupakan
pendapatan atas sewa. Atas hasil pemeriksaan tersebut OJK dan Kemenkeu memberi perintah
tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) untuk melakukan perbaikan dan penyajian
kembali laporan keuangan tahunan perusahaan, serta melakukan paparan publik atas perbaikan
tersebut. PT Garuda Indonesia diberi waktu paling lambat 14 hari setelah surat sanksi diberikan
untuk melakukan perbaikan laporan keuangan tahunan atas pelanggaran pasal 69 UU Nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Bapepam LK No. VIII.G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Emiten dan Perusahaan Publik, PSAK terkait dengan sewa
(http://kompas.com). Hasil dari penyajian Bunga Rampai: Studi Kasus Akuntansi Keuangan 264
ulang laporan keuangan tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) tahun 2018, tercatat perusahaan
mengalami kerugian bersih sebesar US$175 juta.
1. Dengan mengacu pada kasus Garuda Indonesia, Kode Etik Akuntan Indonesia (2020), dan
Modul CA, jelaskan:
a. Dilema etika apakah yang dihadapi oleh akuntan dalam berbagai perannya?
Dilema etika yang dihadapi oleh akuntan adalah integritas, kompetensi dan kehati-hatian
profesional serta perilaku profesional.
Secara integritas PT Garuda Indonesia (Persero) dalam melakukan pencatatan atas
pendapatan kontrak jangka panjang dengan PT Mahata Aero Teknologi tidak mengikuti
kerangka dasar sesuai dengan Standar Akuntansi yang berterima umum, sehingga dalam
mengakui pendapatan atas kontrak mengakibatkan overstatement pendapatan pada
laporan keuangan tahun 2018.
b. Pedoman etika apakah yang harus diacu oleh akuntan profesional? Berikan penjelasan singkat
Anda.
Menurut saya pedoman etika yang harus diacu oleh akuntan profesional adalah Kompetensi
dan kehati-hatian profesional karena setiap laporan atau informasi yang dikeluarkan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan para manajemen, pemegang saham serta pemerintah dan
juga sangat berakibat kepada kelangsungan perusahaan (going concern). Tidak hanya berpaku
pada etika kehati-hatian profesional tetapi semua etika yang ada selalu menjadikan dasar dalam
memberikan informasi,agar informasi yang ada akurat dan dapat dipercaya.
2. Dengan mengacu pada Indonesia Corporate Governance Manual (2nd Edition) dan Modul
CA, jawablah pertanyaan berikut ini:
a. Jelaskan definisi tata kelola korporat (corporate governance)
5) Kewajaran dan Kesetaraan: CG harus melindungi hak pemegang saham dan memastikan
perlakuan yang adil dari semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk memeroleh ganti rugi
yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka
4) Direksi
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola
perusahaan.
Pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan
tanggung jawab bersama .
Kedudukan masing-maisng anggota Direksi termasuk Direksi Utama adalah
setara
Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat
menghasilkan keuntungan dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan
5) Pemegang Saham
Pemegang saham harus menyadari bahwa melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hal dantanggung jawab
pemegang saham atas das rasas kewajiban dan kesetaraan sesuai dengan
perundang-undangan dan anggaran dasar perushaan
6) Pemangku Kepentingan
Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan kedua
belah pihak atas dasr prinsip saling menguntungkan.
Perusahaan harus meperhatikan kepentingan umum, terutama masyarakat
sekitar perusahaan, serta penggunaan produk dan jasa
Sumber :