Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANGGITA PUTRI ADRIANA

NIM : 18023000291

PRODI : S1 AKUNTANSI(REGULER SORE)

“TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI: STUDI KASUS GARUDA INDONESIA”

Pendahuluan

Dari kasus Garuda Indonesia kita belajar bahwa Etika Bisnis dan Profesi tidak dijalankan dengan
baik oleh pihak KAP dan  pihak Garuda Indonesia. Laporan keuangan idealnya menggambarkan
kondisi suatu perusahaan pada periode tertentu.Laporan yang berisi laporan posisi keuangan
(neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif ini biasanya digunakan
sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan melihat laporan keuangan, kita bisa tahu
bagaimana prospek perusahaan di masa depan,analisis kinerja manajemen perusahaan serta
memprediksi arus kas yang akan datang. Laporan keuangan mencerminkan keberhasilan atau
kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai target profitable. Perusahaan maskapai nasional
Indonesia, Garuda Indonesia tersandung skandal laporan keuangan. Pasalnya, Garuda Indonesia
berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada kuartal sebelumnya. 

Latar Belakang Masalah

Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat
ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani laporan keuangan Garuda Indonesia
karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam
pembukuan tersebut, Garuda Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85
ribu atau setara dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan sebelumnya yang
menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata, Garuda Indonesia mengakui piutang
dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan. Kasus
Garuda Indonesia yang menjadi polemik Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor lain juga.
Hutang Maskapai yang mencapai 70T dengan angka kerugian yang besar, tentu akan
mempersulit keadaan perusahaan. Masalah lain diantaranya adalah adanya korupsi yang “dalam”
di dapur perusahaan. Faktor lain pemicu polemik adalah besarnya biaya sewa pesawat Garuda
Indonesia.

Rumusan Masalah

Laporan keuangan yang tersaji dari tahun 2017 jika dilihat dari gambaran pos pendapatan usaha
itu jauh lebih kecil dari pos beban usaha sehingga perusahaan seharusnya mengalami kerugian,
Lalu posisi rugi bisa berubah menjadi positif laba karena ada pendapatan lainnya dari PT.
Mahata Aero Teknologi namun hal tersebut juga mengalami kejanggalan karena ada beberapa
pendapatan dari PT. Mahata Aero Teknologi yang dicatat sebagai pendapatan dari Sriwijaya Air.

Kajian Masalah

Pendapatan lain-lain yang diterima dari PT. Mahata Aero Teknologi masih mengalami
kejanggalan. Ditahun 2018 pada posisi keuangan dibandingkan dengan laporan keuangan 2019
di kuartal pertama belum ada kas masuk. Kesepakatan 15 tahun dengan PT. Mahata Aero
Teknologi dank as basis akrual tidak didudkung dengan bukti dokumen. Pos pendapatan lain-lain
yang seharusnya didapat dari PT. Mahata Aero Teknologi tetapi ditulis dari Sriwijaya Air.

Kajian Teori Etika Corporate Governance

Menurut Komite Cadbury, good corporate governance adalah prinsip yang meengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberiikan pertanggungjawaban kepada para shareholder khususnya dan
stakeholder pada umumnya. Pengertian good coporate governance di Indonesia secara harfiah
diterjemahkan sebagai ‘pengaturan’, adapun dalam konteks GCG sering juga disebut ‘tata
pamong’ penadbiran – yang terakhir ini, bagi orang awam masih terdengar janggal ditelinga
karena istilah ini berasal dari bahasa melayu, namun tampaknya secara umum dikalangan
pebisnis istilah GCG diartikan sebagai tata kelola perusahaan, meskipun masih rancu dalam
terminology manajemen . masih diperlukan kajian untuk mencari istilah yang tepat dalam bahasa
indonesia yang benar.

Kajian Tindakan

Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor dari Sri Mulyani
yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK mengenakan sanksi pada Garuda
Indonesia dengan denda Rp100 juta serta masing-masing jajaran direksi dan komisaris didenda
dengan harus patungan membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI juga mengenakan sanksi
pada Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta. Sekretaris Jendral Kementerian
Keuangan (Sekjen Kemenkeu) Hardiyanto menyampaikan
hasil pemeriksaan terhadap KAP yaitu adanya dugaan audit yang tidak sesuai PSAK dan sanksi
yang akan diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu koordinasi dari OJK.

Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah
melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2018. OJK
mengungkapkan bahwa PT Garuda Indonesia telah terbukti melanggar:
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”,
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Sanksi yang dijatuhkan pada PT Garuda Indonesia
Setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, PT Bursa
Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan OJK kepada PT Garuda
Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali

LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat
sanksi, atas pelanggaran yang telah dijelaskan penulis di atas,
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017
jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
ditetapkannya surat perintah dari OJK,
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, dan
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus
klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini.
Rekomendasi atas Kasus Garuda Indonesia
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of BDO
International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang PT Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak KAP perlu melakukan
pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan. Dokumen penjualan
dalam hal ini contohnya: 1). Customer Order, 2). Sales order, 3). Shipping document, 4). Sales
invoice, 5). Sales transaction file, 6). Sales journal or listing, 7). Account receivable master
file, 8). Account receivable trial balance, 9). Monthly statement. Dokumen penerimaan dalam
hal ini contohnya: 1). Remittance advice, 2). Prelisting of cash receipts, 3). Cash receipt
transaction file, 4). Cash receipt journal or listing. Pengecekan histori dokumen-dokumen ini
bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah
sesuai dengan ketentuan PSAK. Selain itu, dari sisi internal sendiri, PT Garuda Indonesia
harusnya dapat menjelaskan nature transaksi mereka kepada publik sehingga tidak menimbulkan
kerancuan di tengah publik terkait kondisi perusahaan di kuartal-III 2018 yang
masih merugi dan dalam waktu singkat memperoleh laba di penghujung tahun 2018.

Komentar
Mengenai etika bisnis yang tercermin dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP tidak
mengaudit Garuda Indonesia dengan baik sesuai PSAK yang berlaku. Hal tersebut juga bisa
memicu tindak kriminal karena adanya kesepakatan antara pihak Auditor dengan Garuda
Indonesia yang tidak konsisten dan bertanggung jawab atas laporan yang tersaji. Kasus tersebut
“mencederai” Profesi Akuntan itu sendiri. Diharapkan lembaga seperti IAI menindak lanjuti
secara tegas KAP yang mengaudit Garuda Indonesia dan memberikan sanksi yang jelas. Pihak
dari Garuda Indonesia juga harus mendapat sanksi yang tegas. Hal seperti ini tentunya memang
sudah seharusnya pemerintah bersama OJK menindak lanjuti kasus tersebut untuk memberi efek
jera dan tidak di jadikan contoh pihak lain.

Sumber Referensi Lain

https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/

Anda mungkin juga menyukai