Anda di halaman 1dari 2

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto ingin agar kasus manipulasi akuntansi yang terjadi dalam

laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., tidak terulang lagi. Pertama, kata dia, Kemenkeu terus
mendorong dan meningkatkan kualitas pengawasan terhadap profesi keuangan, seperti kantor akuntan publik,
penilai, akuntan publik, dan sebagainya.
"Sehingga, lesson learn  dari KAP yang kita melihat ada yang diberikan sanksi karena tidak melaksanakan standar
audit dan melaksanakan standar audit, tidak mematuhi kode etik, itu akan menjadi lesson learn bagi KAP-KAP
lain untuk bekerja memenuhi standar terbaik dan kode etik yang berlaku," kata Hadiyanto di kantornya, Jakarta,
Selasa, 8 Oktober 2019.

Artinya, kata dia, pemerintah akan terus meningkatkan kualitas pembinaan, pengawasan, dan regulasinya. Di sisi
lain KAP juga harus melihat peran pemerintah konsisten menerapkan berbagai standar kode etik yang ada, untuk
menjadi acuan dan pegangan untuk bekerja.

"Jadi, ada situasi win-win dalam artian mereka akan terus meningkatkan kualitas profesinya. Karena, mematuhi
standar audit maupun kode etik," kata dia.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menyatakan Garuda bersalah ihwal penyajian Laporan Keuangan Tahunan
per 31 Desember 2018. Hal itu diputuskan setelah OJK melakukan pemeriksaan terhadap penyajian laporan
keuangan tersebut dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak, antara lain Kementerian Keuangan dan PT Bursa
Efek Indonesia.

"Dari pemeriksaan itu, Garuda Indonesia dianggap bersalah, karena itu kami memberikan sanksi dan perintah
tertulis," ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi di Kantor Kementerian Keuangan,
Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.

Adapun aturan yang dilanggar antara lain Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan
Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang
Sewa.

Atas keputusan itu, OJK memerintahkan Garuda untuk memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan
tahunannya serta melakukan paparan publik alias public expose atas perbaikan dan penyajian kembali LKT per 31
Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi.
Di samping itu, OJK juga Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp 100 juta kepada
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Tak hanya perseroan, sanksi denda juga dijatuhkan masing-masing
sebesar Rp 100 juta kepada seluruh anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
Ini Sanksi Bagi Auditor Garuda Jika Terbukti Manipulasi Laporan Keuangan

Sanksi atas klaim pendapatan yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kini tinggal menunggu
putusan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Namun, untuk sanksi kantor akuntan publik (KAP) yang menjadi auditor laporan keuangan Garuda yakni Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) merupakan wewenang yang dapat diputuskan
oleh Kemenkeu.

Kendati begitu, Plt Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, Kementerian Keuangan Adi Budiarso mengatakan,
Kemenkeu tetap perlu berkoordinasi dengan OJK mengenai putusan sanksi yang tepat bagi KAP.

"Dari IAPI kita berharap regulator akuntan-akuntan yang ada di internal perusahaan harus terikat pada kode etik
profesi yakni menjadi member di IAPI, IAI atau IAMI sehingga organisasi-organisasi ini teregister," tuturnya di
Jakarta, Jumat (21/6/2019).

Adi menjelaskan, setidaknya ada sejumlah sanksi yang akan diberikan Kemenkeu kepada KAP jika terbukti
melakukan kesalahan klaim pendapatan terlalu dini.

Adapun sanksi itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Praktik Kantor Akuntan Publik.

1) Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP, dan/atau cabang KAP atas
pelanggaran ketentuan administratif.

(2) Pelanggaran ketentuan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pelanggaran terhadap Pasal 4
Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (4), Pasal 13, Pasal 17 Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1),
Pasal 30 ayat (1), Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 35 ayat (5) dan ayat (6), atau Pasal 51 ayat
(4) dan ayat (5).

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a.rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;

b.peringatan tertulis;

c.pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu;

d.pembatasan pemberian jasa tertentu;

e.pembekuan izin;

f.pencabutan izin; dan/atau

g.denda.

(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g dapat diberikan tersendiri atau bersamaan dengan pengenaan
sanksi administratif lainnya.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan besaran denda diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai